Anda di halaman 1dari 9

Terganggunya Sistem Metabolisme Tubuh pada Penderita

Diabetes Melitus disertai Paresthesia


Barbara Beiby Tarigas Ley
10.2015.130 E-6
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
E-mail: barbara2015fk130@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Pada dasarnya manusia dapat merespons atau menanggapi berbagai rangsangan atau
keadaan sekitar lingkungannya, karena manusia memilik kemampuan dari segi panca indera
melihat, mendengar merasakan mencium bau, mengecap dan di panca indera terdapat
reseptor sensorik yang mampu membuat manusia merasakan sensasi dimana sensasi ini akan
diterukan di pusat otak dan akan membentuk suatu persepsi pada manusia.. Tubuh manusia
memiliki suatu mekanisme dan metabolisme yang membuat manusia dapat melakukan
berbagai aktivitas dan setiap tubuh manusia itu dapat berjalan sesuai fungsi dengan baik. Dari
ujung kepala hingga kaki manusia memiliki saraf-saraf yang mengatur sehingga tubuh
manusia dapat melakukan fungsinya dengan baik. Saraf-saraf itu sendiri memiliki mekanisme
atau perjalanan dalam tubuh yang memungkinkan manusia menggerakkan setiap anggota
tubuhnya.

Kata kunci: Sistem Saraf, Paresthesia, Diabetes Melitus.

Abstract

Basically, humans can respond or respond to various stimuli or circumstances


surrounding the environment, for human beings having an ability in terms of the five
senses to see, hear feel smell, taste and senses there is a sensory receptor that is able to
make a man feel the sensation which this sensation will be forwarded in the center brain
and will form a perception in humans . the human body has a mechanism that makes the
human metabolism and can perform various activities and every human body that can be
run in accordance with good function. From head to toe humans have the nerves that
regulate so that the human body can perform their functions properly. Nerves itself has a
mechanism or a trip in the body that allows humans to move any of his limbs.

Key words: Nervous system, Paresthesia, Diabetes Melitus.

Pendahuluan

Setiap manusia pada dasarnya memiliki kemampuan untuk merasakan, untuk melihat,
untuk mendengar, mencium bau, mengecap yang lebih dikenal dengan panca indera.
Kemampuan panca indera manusia tidak lepas dari saraf-saraf yang mengatur dan saling

1
berhubungan dimana dalam saraf terdapat reseptor baik itu reseptor motorik dan reseptor
sensorik. Salah satu panca indera manusia adalah kemampuan merasakan rangsangan yang
dari luar maupun dari dalam tubuh. Kemampuan ini disebut dengan kemampuan sensorik.
Kemampuan sensorik atau reseptor sensorik ini akan menerima rangsangan atau stimulus dari
luar tubuh manusia yang kemudian dan menghantarkan ke pusat saraf dan menjadi sinyal
dimana reseptor ini. akan membentuk suatu persepsi dimana setiap manusia memiliki
persepsi yang berbeda-beda. Pada dasarnya juga tubuh manusia memiliki suatu mekanisme
dan metabolisme yang membuat manusia dapat melakukan berbagai aktivitas dan setiap
tubuh manusia itu dapat berjalan sesuai fungsi dengan baik. Dari ujung kepala hingga kaki
manusia memiliki saraf-saraf yang mengatur sehingga tubuh manusia dapat melakukan
fungsinya dengan baik. Saraf-saraf itu sendiri memiliki mekanisme atau perjalanan dalam
tubuh yang memungkinkan manusia menggerakkan setiap anggota tubuhnya.

ANATOMI OTAK

Struktur Meninges

Selaput otak atau pembungkus otak terdiri dari 3 lapisan yaitu duramater yang dibagi menjadi
2 lapisan yaitu periosteal dan meningeal, arachnoid, dan piamater. Selaput otak berfungsi
untuk melindungi sistem saraf pusat(SSP) dan pembuluh darah SSP.1

Gambar 1. Struktur dan lapisan Meninges1

2
Struktur Cerebrum, Cerebellum

Gambar 2. Otak

Sistem Saraf

Pada dasarnya sistem saraf disusun dari sel-sel saraf atau yang disebut neuron dan sel-sel
penyokong (neuroglia). Kedua sel tersebut saling berkaitan dan berfungsi sebagai satu unit.
Neuron merupakan sel-sel sistem saraf khusus peka rangsang yang menerima masukan
sensorik atau aferen dari ujung-ujung saraf perifer khusus atau dari organ reseptor sensorik,
fan menyalurkan masukan motorik atau masukan eferen ke otot-otot, kelenjar, yaiut organ-
organ efektor. Adanya neuron tertentu(interneuron) nerfungsi untuk menerima dan mengirim
data neural ke neuron-neuron lain. Disebut juga neuron asosiasi sangat banyak pada
substansia grisea tempat menyebabkan banyak fungsi integratif medulla spinalis.Neuroglia
merupakan penyokong, pelindung dan sumber nutrisi bagi neuron-neuron otak dan medilla
spinalis.2,3

Sistem saraf dibagi menjadi sistem saraf pusat(SSP) dan sistem saraf tepi(PNS). Sistem saraf
pusat terdiri dari otak dan medulla spinalis. Sistem saraf tepi terdiri dari divisi aferen dan
eferen. Divisi eferen dibagi menjadi sistem saraf somatis yang terdiri dari serat-serat neurpn
motorik yang mempersyarafi otot rangka dan sistem saraf otonom yang terdiri dari serat-serat
yang mempersyarafi otot polos, otot jantung, dan kelenjar yang dibagi lagi menjadi sistem
saraf simpatis dan parasimpatis..SSP dilindungi oleh tulang tengkorak dan tulang belakang
serta oleh suspensi cairan serebrospinal.2,3

Aktivitas sistem saraf berasal dari mekanisme yang merangsang reseptor sensorik di ujung
saraf perifer kemudian diteruskan ke medulla spinalis kemudian disalurkanke otak. Pesan

3
sensorik yang datang kemudian di proses dan dipadukan dengan informasi yang tersimpan di
berbagai kelompok neuron agar sinyal yang dihasilkan dapat digunakan untuk membentuk
respons motorik yang sesuai.4

Saraf-Saraf kranial

Gambar 3. Saraf-saraf kranial

Pembuluh darah

Otak memerlukan darah untuk menyalurkan oksigen dan glukosa secara terus-menerus. SSP
di otak sangat bergantung pada aliran darah yang memadai untuk nutrisi dan pembuangan
sia-sia metabolismenya. Suplai darah arteria ke otak merupakan sutatu jalinan pembuluh-
pembuluh darah yang bercabang-cabang berhubungan erat satu sama lain sehinggadapat
menjamin suplai darah yang adekuat untuk sel. Suplai darah ini dijamin oleh dua pasang
arteria yaitu arteria vertebralis dan arteri karotis interna, yang cabang-cabangnya
beranastomosis membentuk sirkulus arteriosus serebri willisi. 2 Di otak terdapat pembuluh
darah dan otak juga dilindungi dari perubahan-perubahan merugikan dalam darah oleh sawar
darah otak(SDO) diatur secara selektif sehingga tidak semua perubahan yang terjadi pada
sebagian besar konstituen plasma tidak mudah mempengaruhi cairan interstisium otak. SDO
membatasi pertukaran darah dan otak serta melindungi jaringan otak yang halus dari fluktuasi
kimiawi di darah dan memperkecil kemungkinan bahan-bahan yang potensial berbahaya di
dalam darah mencapai jaringan saraf sentral.3

Gambar 4. Pembuluh darah di otak

4
Jaras Sensorik dan Motorik

Jaras Asendens

Informasi sensorik dari reseptor perifer dihantarkan melalui sistem saraf dalam serangkaian
neuron yang tersusun sedemikian rupa sehingga membentuk sistem jaras asendens. Rantai
sensorik terdiri dari tiga neuron yang masing-masing mempunyai akson panjang pertama
adalah badan sel neuron tingkat pertamn terletak pada ganglion radiks dorsalis. Neuron ini
menghantarkan impuls dari reseptor ke medulla spinalis( bila terletak pada daerah yang
dipersyarafi oleh saraf-saraf kranial, maka aksonnya akan masuk ke batang otak, dan tidak ke
medulla spinalis. Yang kedua adalah badan sel neuron tingkat kedua terletak pada berbagai
tingkat substansia grisea medula spinalis atau batang otak dan menghantarkan impuls lewat
substansia alba medula spinalis ke talamus. Badan sel neuron tingkat ketiga menghantarkan
impuls dari talamus ke korteks serehri dan badan selnya terletak dalam talamus. Pada
umumnya, sistem saraf sensorik dan lintasannya tersusun secara somatotopik dan merupaka
jaras-jaras silang. Terdapat susunan menurut daerah permukaan tubudh dalam medula
spinalis, talamus, dan korteks somestetik primer, dan tiap belahan otak mencatat sensasi yang
datang dari bagian tubuh yang berlawanan. Biasanya neurun tingkat kedua menyilang pada
tempat-tempat tertentu dalam perjalanannya menuju talamus. Salah satu jarasnya adalah jaras
nyeri, suhu dan jaras raba.2.,3,5

Jaras Descendens

Ada dua sistem utama lintasan motorik yang digolongkan sebagai sistem piramidalis dan
ekstrapiramidalis. Traktus piramidalis(traktur kortikospinalis lateralis dan ventralis)
merupakan bagian yang serabut-serabutnya menyatu dalam medula oblongata membentuk
piramis sehingga dinamakan traktur piramidalis. Lintasan motorik desendens umumnya
melibatkan dua neuron utama yaitu neuron motorik atas( upper motor neuron) dan neuron
motorik bawah (lower motor neuron). Neuron motorik atas mempunyai badan sel dalam
korteks motorik serebri atau daerah subkortikal otak dan batang otak, dan serabut-serabutnya
menghantarkan impuls dari otak(traktur kortikobulbaris). Neuron motorik spinalis(neuron
motorik kranial) yang mempersyarafi otot disebut neuron motorik bawah. Oleh karena itu
neuron motorik atas seluruhnya terletak dalam SSP sedangkan neuron motorik bwah dimulai
dalam SSP(kornu anterior substansia grisea medula spinalis) dan mengirimkan serabut-
serabutnya intuk mempersarafi otot-otot. Dengan demikian, neuron motorik bawah
merupakan bagiian dari sistem saraf perifer.2,3,5

5
Paresthesia

Parestesia adalah spontan atau menimbulkan sensasi abnormal seperti kesemutan, terbakar,
menusuk, atau mati rasa dari kulit seseorang tanpa efek fisik jangka panjang jelas. Pasien
umumnya menggambarkan nyeri pedih atau terbakar nyeri, sering dikaitkan dengan allodynia
dan hiperalgesia. Manifestasi dari paresthesia bisa sementara atau kronis. Gejala pada
paresthesia sementara seperti sindrom hiperventilasi atau serangan panik, dan paresthesia
kronis dapat menjadi hasil dari sirkulasi yang buruk, iritasi syaraf, neuropati, atau kondisi
penyebab lainnya.6

Bentuk kelainan dapat berupa degenerasi Walleri, demielinisasi segmental, ataudegenerasi


aksonal. Degenerasi fokal selubung mielin disebut demielinisasi segmental. Padakelaianan
seperti ini perbaikan dapat terjadi secara cepat karena yang diperlukan
hanyaremielinisasi.Degenerasi selubung mielin akibat dari kelianan pada akson disebut
degenerasi Walleri.Pada degenerasi akson dan Walleri, perbaikannya lambat karena
menunggu regenarasi akson,di samping memulihkan hubungannya dengan serabut otot, organ
sensorik dan pembuluh darah.

Mekanisme terjadinya Paresthesia

Pada dasarnya sistem saraf normal menyalurkan rangsangan-rangsangan yang merugikan dari
SST ke SSP menimbulkan perasaan nyeri. Adanya lesi di SST atau SSP dapat menyebabkan
gangguan atau hilangnya sensasi nyeri yang masing-masing disebut hipalgesia dan
analgesia. Jenis nyeri ini disebut neuropatik atau deaferentasi. Nyeri neuropatik ini berasal
dari saraf perifer di sepanjang perjalannya atau dari SSP karena gangguan fungsi tanoa
melibatkan eksitasi reseptor nyeri spesifik(nosiseptor). Nyeri neuropatik ini sering memiliki
ciri-ciri seperti terbakar, perih, arau seperti tersengat listrik. Salah satu contoh nyeri
neuropatik adalah sindrom nyeri thalamus. Sindrom ini terjadi kerusakan pada thalamus
dapat disebabkan oleh cerebrovascular accident(CVA,stroke) dan menimbulkan nyeri seperti
terbakar yang hebat di sisi hemiplegik terutama di ekstremitas distal. Nyeri neuropatik perifer
terjadi akibat kerusakan saraf perifer. Kerusakan yang berasal dari saraf perifer menyebabkan
tidak saja pelepasan muatan spontan serat saraf perifer yang kena tetapi juga lepas mualtan
spontan sel-sel ganglion akar dorsal saraf yang rusak. Salah satu contohnya adalah neuropatik
diabetes.2

6
Sensasi dari berbagai bagian tubuh yang diambil oleh saraf sensoris perifer ke saraf tulang
belakang. Dari sumsum tulang belakang, sinyal mencapai otak dengan bantuan trigeminal
yang saraf dan batang otak. Oleh karena itu, masalah di jalur ini dapat mengakibatkan
paresthesia. Paresthesia adalah kondisi abnormal yang menyebabkan seorang individu untuk
merasakan sensasi terbakar, mati rasa, kesemutan, gatal atau tusukan. Ini sering terjadi pada
ekstremitas,tetapi dapat terjadi di bagian lain dari tubuh juga.6

Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis disebabkan oleh
defisiensi insulin.Diabetes melitus merupakan suatu kelompok heterogenous sindrom yang
bersifat multifaktor dan poligenik dengan ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah
puasa(GDP,FBG(fasting blood glucose) sebagai akibat defisiensi relatif atau absolut hormon
insulin. Diabetes merupakan penyebab utama kebutaan serta amputasi pada orang dewasa dan
penyebab penting gagal ginjal, kerusakan saraf, serangan jantung koroner dan stroke.
Sebagian besar kasus diabetes melitus dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu diabetes tipe
1(DMT1) yang dikenal sebagai diabetes melitus tergantung insulin(DMT1;IDDM(insulin-
dependent diabetes melitus) dan diabetes tipe 2(DMT2) yang dikenal dengan diabetes melitus
tidak tergantung insulin(DMTTI;NIDDM(noninsulin-dependent diabetes melitus).7

Diabetes Melitus tipe 1

Penyakit ini ditandai oleh defisiensi absolut insulit yang disebabkan oleh serangan autoimun
pada sel-β pankreas. Pulau-pulau langerhans dalam ppankrreas DMT1 terinfiltrasi oleh
limfosit T yang aktif sehingga timbul keadaan yang disebut insulitis. Adanya kelainan
metabolik pada DMT1 terjadi karena defisiensi insulin yang memberikan pengaruh besar
pada metabolisme di dalam tiga jaringan yaitu hati, otot dan lemak. Salah satu perubahannya
adalah menyebabkan hiperglikemia dan ketoasidosis. Kenaikan kadar glukosa darah dan
benda keton meupakan parameter utama untuk menunjukkan kasus DMT1 yang tidak
diobati.Defisiensi insulin adalah menurunnya ambilan glukosa ke dalam berbagai
jaringan(penurunan penggunaan perifer). Peningkatan pelepasan jumlah glukosa dari hati
juga meningkat(peningkatan produksi) sebagian besar disebabkan oleh kelebihan glukagon.
Hiperglikemia disebabkan oleh peningkatan produksi glukosa melalui proses
glukoneogenesis di dalam hati yang disertai dengan penggunaan glukosa yang berkurang
dalam jaringan perifer(jaringan otot dan adiposa memiliki transporter-glukosa yang sensitif-

7
insulin yaitu GLUT-4.7 Hiperglikemia yang terjadi menyebabkan glikosuria dan diuresis
osmotik yang menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi menimbulkan polidipsia. Karena defisiensi
glukosa intrasel, nafsu makan meningkat, glukosa dibentuk dari protein(glukoneogenesis)
dan pasokan energi dipertahankan dengan metabolisme protein dan lemak. Akibatnya terjadi
penurunan berat badan, defisiensi protein dan penurunan fungsi mental. Katabolisme lemak
meningkat dan sistem dibanjiri oleh trigliserida dan FFA. Sintesis lemak terhambat, dan jalur
katabolik yang kelebihan beban tidak dapat mengatasi kelebihan asetil-KoA yang terbentuk.
Di hati, asetil-KoA diubah menjadi benda keton. Dua dari benda keton ini adalah asam
organik, dan jika keton menumpuk dapat menimbulkan asidoses metabolik. Deplesi Na + dan
K+ terjadi pula pada asidosis karena kation plasma diekskresikan dengan anion organik yang
tidak diganti oleh H+ dan NH4+ yang disekresi oleh ginjal.5

Kesimpulan

Reseptor sensorik masing-masing manusia ditunjang dengan keberadaan saraf-saraf


sensorik yang mampu menerima rangsangan dan menghantarkannya ke pusat saraf untuk
diolah lebih lanjut menjadi sinyal saraf. Kemudian rangsangan yang diterima oleh saraf ini
secara singkat melalui sistem saraf perifer yang membawa informasi antara SSP dan bagian-
bagian lain tubuh melalui divisi aferen sistem saraf perifer akan mengirim informasi
mengenai lingkungan internal dan eksternal ke SSP. Pada ujung-ujung perifernya, neuron
aferen memiliki reseptor yang memberitahukan pada SSP mengenai perubahan-perubahan
yang dapat dideteksi, atau rangsangan baik dari dunia luar maupun lingkungan dalam dengan
membangkitkan potensial aksi sebagai respon terhadap rangsangan. Potensial aksi ini
disalurkan melalui serat aferen ke SSP. Rangsangan terdapat dalam berbagai bentuk energi
atau modalitas misalnya, panas, cuaca, suara, tekanan atau perubahan kimiawi. Jika proses
perjalanan impuls saraf terganggu baik itu pada jaras sensorik dan motorik dapat
mengakibatkan gangguan dalam penghantaran impuls saraf dari reseptor ke efektor sehingga
dapat menimbulkan berbagai penyakit dan terganggunya metabolisme tubuh.

Daftar Pustaka

1. Salim Darminto, Kasim Y.I, Winata H, Sumadikarya I.K,Satriabudi M.I, William,


dkk. Modul blok 6: Neuroscience.2016.
2. Hartanto Huriawati. Patofisiologi: konsep klinis proses penyakit-penyakit.6 th
ed.Diterjemahkan dari: Wilson Lorraine McCarty, Price Sylvia Anderson.
Pathophysiology: clinical concepts of disease processes. 6th ed.Jakarta:EGC;2012

8
3. Ramadhani D, Ong HO, editors. Fisiologi manusia: Dari sel ke sistem. 8 th ed.
Diterjemahkan dari: Sherwood L. Introduction to human physiology. 8 th ed. Jakarta:
EGC; 2012.
4. Mutaqqin Husny, Yesdelita Nella, editors. Buku saku Fisiologi Kedokteran.11 th ed.
Diterjemahkan dari: Pocket Companion to Guyton & Hall Textbook of Medical
physiology. 11th ed. Jakarta:EGC; 2009
5. Novrianti Andita, edior. Buku ajar fisiologi kedokteran. 22th ed. Diterjemahkan dari:
Review of medical physiology. 22th ed. Jakarta: EGC;2008
6. Imbelloni Luiz Eduardo, editor. Paresthesia: Underlying causes of paresthesia.2012
7. Siregar Y, Harliansyah, Yerizel Eti. Lippincott’s illustrated reviews:Biokimia. 6 th
ed.Tangerang:Binarupa Aksara Publisher;2014

Anda mungkin juga menyukai