Christianto Pratama
christianto.2017fk194@civitas.ukrida.ac.id
Abstrak
Asal usul kehidupan menjadi pertanyaan bagi para ilmuwan dan manusia untuk
waktu yang lama. Dari banyak teori mengenai asal-usul kehidupan, terdapat dua
teori utama yang dapat diterima secara luas, yakni teori evolusi kimia dan teori
evolusi biologi. Selain kedua teori tersebut, dijelaskan pula sejarah munculnya
teori abiogenesis dan teori biogenesis yang merupakan awal pemikiran manusia
mengenai asal-usul kehidupan.
Kata kunci : Asal usul kehidupan, Teori evolusi kimia, Teori evolusi biologi
Abstract
The origin of life becomes a question for the scientist and human for a long time.
From many theory of the origin of life, there are two main theory that can be
taken by the public, chemical evolution theory and biology evolution theory.
Besides that two theory, history explained the appearance of abiogenesis theory
and biogenesis theory which was the start of human thought about the origin of
life.
1
Pendahuluan
Abiogenesis
Abiogenesis dikenal sebagai salah satu teori dari asal usul kehidupan di
bumi. Teori ini mengandung arti bahwa makhluk hidup dapat hadir dengan
sendirinya tanpa reproduksi. Teori ini tidak memiliki pelopor tetapi memiliki
penganut penuh yaitu Aristoteles.1 Aristoteles dalam bukunya, Historia
Animallum, menyatakan bahwa hewan memiliki sifat yang sama tumbuhan dalam
buku botaninya, yaitu dapat hadir begitu saja tanpa ada sebabnya.
2
Tetapi teori ini juga ditentang dan berbagai penelitian dilakukan, yang
terakhir adalah dari Louis Pasteur pada tahun 1864. Walau begitu, teori ini
mempelopori teori naturalistik dari Oparin.
Biogenesis
Biogenesis memiliki arti bahwa makhluk hidup berasal dari sesuatu yang
hidup lainnya, atau disebut produksi hidup baru. Teori ini mematahkan teori
abiogenesis bahwa makhluk hidup hadir secara spontan yang dianut oleh
Aristoteles. Biogenesis akan terjadi jika terdapat kehidupan disuatu tempat. 4
Tokoh pendukung teori ini antara lain Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani, dan
Louis Pasteur. Francesco Redi merupakan orang pertama yang melakukan
penelitian untuk membantah teori Abiogenesis. 5
3
Lazzaro Spallanzani pada tahun 1765 melakukan percobaan untuk
menyanggah kesimpulan yang
dikemukakan oleh Nedham. Lazzaro Spallanzani melakukan percobaan dengan
memanaskan 2 tabung kaldu sehingga semua organisme yang ada di dalam kaldu
terbunuh. Setelah didinginkan kaldu tersebut dibagi menjadi 2, satu tabung
dibiarkan terbuka dan satu tabung yang lain ditutup. Ternyata pada tabung yang
terbuka terdapat organisme, sedangkan pada tabung yang tertutup tidak terdapat
organisme.
Percobaan Spallanzani ini pada prinsipnya sama dengan percobaan Redi,
tetapi bahan yang digunakan adalah air kaldu.
Labu 1 : diisi 70 cc air kaldu, kemudian dipanaskan 15º C dan dibiarkan terbuka.
Labu 2 : diisi 70 cc air kaldu, kemudian ditutup rapat dengan sumbat gabus, lalu
dipanaskan dan pada daerah pertemuan gabus dengan mulut labu dapat diolesi
lilin agar lebih rapat.
Kedua labu itu ditempatkan di tempat terbuka dan didinginkan. Setelah beberapa
hari kemudian, hasil percobaan menunjukkan bahwa:
Labu 1 : terjadi perubahan, air kaldu menjadi keruh dan berbau tidak enak, serta
banyak mengandung mikroba.
Labu 2 : tidak ada perubahan sama sekali, air tetap jernih dan tanpa mikroba.
Tetapi, bila dibiarkan terbuka lebih lama terdapat banyak mikroba.
Dengan mikroskop tampak bahwa pada kaldu yang berasal dari labu 1 dan
labu 2 terdapat mikroorganisme. Spallanzani menyimpulkan bahwa timbulnya
kehidupan hanya mungkin jika telah ada kehidupan sebelumnya. Jadi,
mikroorganisme tersebut telah ada dan tersebar di udara. Pendukung abiogenesis
menyatakan keberatan terhadap hasil eksperimen Spallanzani, sebab udara
diperlukan untuk berlakunya generation spontanea. Sedangkan, paham biogenesis
beranggapan bahwa udara itu merupakan sumber kontaminasi. 5
4
seorang ahli biokimia berkebangsaan Perancis. Pasteur melakukan percobaan
penyempurnaan dari percobaan yang dilakukan Spallanzani. Louis Pasteur
melakukan percobaan menggunakan labu leher angsa. Pertama-tama kaldu direbus
hingga mendidih, kemudian didiamkan. Setelah beberapa hari, air kaldu tetap
jernih dan tidak mengandung mikroorganisme. Adanya leher angsa
memungkinkan udara dapat masuk ke dalam tabung, tetapi mikroorganisme udara
akan terhambat masuk karena adanya uap air pada pipa leher. Namun, apabila
tabung dimiringkan hingga air kaldu sampai ke permukaan pipa, air kaldu tersebut
akan terkontaminasi oleh mikroorganisme udara. Akibatnya setelah beberapa
waktu, air kaldu akan keruh karena terdapat mikroorganisme. Kesimpulan
percobaan Pasteur adalah mikroorganisme yang ada pada air kaldu bukan berasal
dari cairan (benda tak hidup), melainkan dari mikroorganisme yang terdapat di
udara. Mikroorganisme yang ada di udara masuk ke dalam labu bersama-sama
dengan debu dan hasilnya.
Air kaldu yang terdapat di dalam labu yang tidak berbentuk leher angsa,
mengandung mikroorganisme. Adapun labu yang berbentuk leher angsa dan
berhubungan dengan udara luar, tidak terdapat mikroorganisme. 5
Evolusi Kimia
5
Urey menyatakan zat-zat organik terbentuk dari zat-zat anorganik.
Menurut Urey, zat-zat anorganik yang ada di atmosfer berupa gas karbondioksida,
metana, amonia, hidrogen, dan uap air. Semua zat ini bereaksi membentuk zat
organik karena energi petir. Menurut Urey, proses terbentuknya makhluk hidup
dapat dijelaskan dengan 4 tahap. Pertama-tama molekul metana, amonia,
hidrogen, dan uap air tersedia sangat banyak di atmosfer bumi. Lalu, energi yang
diperoleh dari aliran listrik halilintar dan radiasi sinar kosmis menyebabkan zat-
zat bereaksi membentuk molekul-molekul zat yang lebih besar.
Lalu terbentuk zat hidup yang paling sederhana yang memiliki susunan kimia,
seperti susunan kimia pada virus
dan zat hidup yang terbentuk berkembang dalam waktu jutaan tahun menjadi
organisme yang lebih kompleks.6
Stanley Miller
Miller adalah murid Harold Urey yang berhasil membuat model alat yang
digunakan untuk membuktikan hipotesis Urey. Miller memasukkan uap air,
metana, amonia, gas hidrogen, dan
karbondioksida ke dalam tabung percobaan. Tabung tersebut kemudian dipanasi.
Untuk mengganti energi listrik halilintar ke dalam perangkat alat tersebut
dilewatkan lecutan listrik bertegangan tinggi sekitar 75.000 volt. Hal ini
dimaksudkan untuk meniru kondisi permukaan bumi pada waktu terjadi
pembentukan zat organik secara spontan. Dengan adanya energi listrik, terjadilah
reaksi-reaksi yang membentuk zat baru. Zat-zat yang terbentuk didinginkan dan
ditampung. Hasil reaksi kemudian dianalisis. Ternyata, di dalamnya terbentuk zat
organik sederhana, seperti asam amino, gula sederhana seperti ribosa dan adenin.
Dengan demikian, Miller dapat membuktikan bahwa zat organik dapat terbentuk
dari zat anorganik secara spontan. 5
6
(halilintar dan sinar kosmis). Miller mendidihkan campuran gas tersebut pada
suhu 100 derajat C selama seminggu. Pada akhir percobaan, Miller menganalisis
senyawa-senyawa kimia yang terbentuk di dasar gelas percobaan dan menemukan
3 jenis dari 20 jenis asam amino.
Keberhasilan percobaan Miller ini memunculkan hipotesis lanjutan tentang asal
usul kehidupan. Para evolusionis menyatakan bahwa asam-asam amino kemudian
bergabung dalam urutan yang
tepat secara kebetulan untuk membentuk protein. Sebagian protein-protein yang
terbentuk secara kebetulan ini menempatkan diri mereka pada struktur seperti
membran sel yang diikuti pembentukan sel primitif. Sel-sel ini kemudian
bergabung membentuk organisme hidup. Mereka menyebutnya sebagai evolusi
biologi. 6
Evolusi Biologi
Mikroskop
7
memicu peneliti untuk berlomba meneliti makhluk mikro yang terlihat oleh alat
ini, sehingga membuat perkembangan biologi menjadi begitu pesat. 7
Daftar Pustaka
1. Susilowarno RG, Hartono RS, Mulyadi, et al. Biologi SMA/MA Kls XII
(Diknas). Jakarta:Grasindo;2008
2. Spiegel, David S. Turner, Edwin L. "Bayesian analysis of the astrobiological
implications of life’s early emergence on Earth" (PDF). PNAS 109 (2): 395–
400. doi:10.1073/pnas.1111694108. Diakses tanggal 1 Januari 2018.
3. Vieru, Tudor. "Life Is 10 Billion Years Old". Softpedia. Diakses tanggal 1
Januari 2018.
4. Wesson, Paul S. "Panspermia, Past and Present: Astrophysical and
Biophysical Conditions for the Dissemination of Life in Space". Space
Science Reviews 156 (1-4): 239–252. doi:10.1007/s11214-010-9671-x.
Diakses tanggal 1 Januari 2018.
5. Hartono, Juni. Teori Asal Usul Kehidupan. 2016 [disitasi tanggal 1 Januari
2018]. Tersedia dari: http://www.biomagz.com/2016/09/teori-asal-usul-
kehidupan-teori.html
6.
7. Zimmer C. "Origins. On the origin of eukaryotes". 2009;Science 325
(5941):666–8
8. Aloysius S, Sukirman. Biology. Jakarta:Yudhistira;2008