Anda di halaman 1dari 15

PEMBUNUHAN AKTIVIS HAK ASASI MANUSIA (HAM)

DI INDONESIA (MUNIR) DENGAN MENGGUNAKAN


ANALISIS 5W+1H

OLEH KELOMPOK 2 :
1. INTAN WIJURNA 6. TAHIRA MANRAPI
2. GRACELIA BRIGITA GANDA 7. HAJIJA
3. JANUR 8. LARAWATI DATUELA
4. GLEDIS GINOGA 9. GLORIA MARINGKA
5. LILIS F. HARUN
Latar Belakang Kasus

Penting untuk kita ketahui bahwa Munir merupakan aktivis HAM,


ada dugaan Munir dibunuh karena memegang data penting seputar
pelanggaran Hak Asasi Manusia seperti pembantaian di Talang Sari,
Lampung pada tahun1989, penculikan aktivis 1998, referendum Timor
Timur, hingga kampanye hitam pemilihan presiden 2004
BIOGRAFI MUNIR

Ia adalah seorang tokoh pembela HAM


di Indonesia yang menjunjung tinggi nilai toleransi,
menghormati nilai-nilai kemanusiaan, anti
kekerasan dan berjuang tanpa kenal lelah dalam
melawan praktik otoriter dan militeristik. Selama
hidupnya ia selalu berkomitmen untuk selalu
memperjuangkan hak-hak orang tertindas. Pada
tanggal 16 april 1996, Munir mendirikan Komisi
untuk Orang Hilang Korban kekerasan atau
disingkat KontraS serta menjadi Koordinator Badan
Pekerja LSM ini. Atas segala perjuangannya, Munir
mendapatkan ”The Right Livehood award” di
Swedia pada tahun 2000, di bidang pemajuan HAM
dan Kontrol sipil terhadap Militer di Indonesia.

MUNIR SAID THALIB


Kronologi Pembunuhan Aktivis Munir

Kronologi pembunuhan munir dimulai saat pesawat yang


ditumpanginya menuju Amsterdam, Belanda, dengan maksud untuk
melanjutkan studinya. Awak kabin pesawat Garuda Indonesia dengan kode
GA-974 melaporkan bahwa seorang penumpang bernama Munir menderita
sakit. Dikala itu Munir beberapa kali terlihat keluar-masuk kamar mandi.
Dalam perjalanan menuju Amsterdam, naas, Munir telah meninggal dunia 2
jam sebelum pesawat mendarat pada 7 september 2004, pukul 08.10 waktu
Amsterdam.
Kronologi Pembunuhan Aktivis Munir

pada 17 November 2004, dalam tubuh Munir ternyata ditemukan zat


arsenik yang melampaui batas kewajaran. Terdapat kandungan racun arsenik 460
mg di lambung dan 3,1 mg/tr di dalam darah. Anehnya, setelah didalami oleh tim
otopsi dari RSUD dr. soetomo, kandungan arsenik didalam lambung begitu aneh
karena seharusnya kandungan arsenik itu hancur. Ini terkesan mempertegas
spekulasi bahwa kandungan arsenik dalam tubuh Munir baru di masukkan Ketika
jenazahnya sudah di Indonesia. hal ini juga diperkuat dengan permintaan mereka
untuk lebih lama organ tubuh Munir. Ini juga menimbulkan indikasi bahwa hal
tersebut dilakukan agar organ tubuh Munir bisa di persiapkan (dimark-up) agar
benar-benar akan terkesan keracunan arsenik Ketika diperiksa oleh pihak lain.
DUGAAN PEMBUNUH
MUNIR
Pada 20 desember 2005 pollycarpus
divonis 14 tahun hukuman penjara atas
pembunuhan terhadap Munir menyatakan
bahwa Pollycarpus ialah seorang pilot Garuda
yang sedang cuti, menaruh arsenik di
makanan Munir,
seorang pilot garuda yakni
Pollycarpus menjadi satu-satuya pihak yang
dipersalahkan. Banyak pihak meyakinkan
bahwa ia hanya pion yang dikorbankan. Tidak
logis seorang pilot memiliki motif membunuh
seorang aktivis, untuk apa dan untuk siapa ia
bekerja hingga saat ini masih belum
terungkap. kelihaian spionase tingkat tinggi POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO
beberapa oknum di “tempat-tempat” yang
sangat tinggi membuat pollycarpus harus
menjadi kambing hitam.
Kronologi Pengadilan aktivis Munir
orang yang menjadi tersangka utama pembunan Munir (dan
akhirnya terpidana) adalah Pollycarpus Budihari Priyatno. Selama
persidangan, terungkap bahwa pada 7 September 2004, seharusnya
pollycarpus sedang cuti. Lalu ia mebuat surat tugas palsu dan
mengikuti penerbangan Munir ke Amsterdam. Aksi pembunuhan
Munir semakit terkuak tatkala Pollycarpus “meminta munir agar
berpindah tempat duduk. Sebelum pembunuhan Munir, Pollycarpus
menerima beberapa panggilan telepon yang oleh agen Inteligen
senior. Dan pada akhirnya 20 desember 2005 Pollycarpus dijatuhi
hukuman 14 tahun penjara.
Dugaan Tersangka Kedua
Ketika ditelusuri lebih lanjut, akhirnya terungkap nomor yang pernah
menghubungi Pollycarpus dari agen Intelijen senior adalah seorang mantan
petinggi TNI, yakni Mayor Jendral (purn) Muchdi Purwoprandjono. Jaksa juga
memaparkan sejumlah fakta yang terungkap dari keterangan saksi, barang bukti,
dan keterangan terdakwa selama 17 kali sidang. Diantaranya adalah surat dari
Badan Intelijen Negara yang ditujukan kepada Garuda Indonesia pada Juni 2004
yang merekomendasikan Pollycarpus sebagai petugas avitation security. Jaksa
juga menunjuk bukti transaksi panggilan dari nomor telepon yang diduga milik
pollycarpus ke nomor yang diduga milik Muchdi, yang tercatat dalam call data
record. Selain itu dalam persidangan, Muchdi memberikan keterangan berubah-
ubah dan beberapa kali bertindak tidak sopan.
Proses Peradilan Bagi Pihak yang Terlibat
berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku (UU No 39 Tahun 1999
pasal 1 ayat 6 tentang HAM). Permasalahan yang pertama dalam kasus
pembunuhan yang dialami oleh Munir adalah mengenai pembunuhan atau
menghilangkan nyawa seseorang. Peristiwa ini melanggar UUD RI 1945 pasal 28 A
yang berbunyi “setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan
hidup dan kehidupannya”. Tetapi dalam kasus ini, Munir tidak mendapatkan haknya
tersebut sehingga mengakibatkan aktivis Munir meninggal.
permasalahan yang kedua dalam kasus ini mengenai pelanggaran pasal
28 D ayat 1 UUD RI tahun 1945 mengenai kepastian hukum yang adil serta
pengakuan yang sama dihadapan hukum.
Proses peradilan bagi pihak yang terlibat
pada 20 desember 2005 pollycarpus dijatuhi Vonis 14 tahun hukuman
penjara atas pembunuhan terhadap Aktivis Munir. Hakim menyatakan bahwa
pollycarpus, seorang pilot Garuda yang sedang cuti menaruh arsenik di
makanan Munir. Karena dia ingin mendiamkan pengkritik pemerintah tersebut.
hakim Cicut Suliarso menyatakan bahwa sebelum pembunuhan,
pollycarpus menerima beberapa panggilan dari agen intelligen senior, tetapi
tidak dijelaskan lebih lanjut. Selain itu presiden SBY pada saat itu juga
membentuk tim investigasi independent, namun hasil penyelidikan tim tersebut
tidak pernah diterbitkan ke publik.
Proses Peradilan Bagi Pihak yang Terlibat

pada 19 juni 2008, Mayjen (purn) Muchdi Pr. Yang kebetulan


juga orang terdekat Prabowo subianto dan wakil ketua umum partai
gerindra. Ditangkap dengan dugaan kuat bahwa dia adalah otak
pembunuhan Munir beragam bukti kuat bahwa dia adalah otak
pembunuhan Munir sebab beragam bukti kuat dan kesaksian
mengarah padanya.
namun, pada 31 Desember 2008 Muchdi di Vonis ini sangat
kontroversial dan kasus ini tengah ditinjau ulang, serta 3 hakim yang
memvonisnya bebas kini tengah diperiksa.
Kejangagalan Pembunuhan Munir
• Lokasi dan waktu yang terbatas, yaitu Ketika target berada di bandara dan
pesawat
• Mengeksekusi target dalam penerbangan seperti yang terjadi pada aktivis Munir
tidak mungkin dilakukan oleh sembarang orang. Eksekutor Munir tidak pastilah
orang terlatih. Modus pembunuhan yang sangat sulit ini hanya bisa dilakukan
oleh orang atau kelompok yang jumlahnya sangat terbatas. Dan satu dari
jumlah yang terbatas itu adalah Badan Intelijen Negara (BIN), keterlibatan BIN
semakin erat setelah adanya komunikasi telepon seluler antara pollycarpus
dengan kepala BIN Muchdi sebelum tewasnya Munir.
Upaya penyelesaian kasus Munir

Munculnya Kembali kasus Munir dikarenakan Putri Kanesia yang menjabat


sebagai kepala Divisi pembelaan Hak Sipil Politik Komisi untuk orang Hilang dan
Tindak Kekerasan (KontraS) mempertanyakan pernyataan kementrian Sekretariat
Negara yang mengatakan bahwa tidak pernah menerima laporan hasil
penyelidikan TPF (Tim Pencari Fakta) yang dibentuk pada rezim pemerintahan
presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2009) kabarnya telah diserahnya
kepada presiden selaku pemangku kekuasaan pemerintah, Namun kini dokumen
itu telah hilang. Sudi Silalahi yang dulu menjabat sebagai Mentri Sekretaris Negara
menegaskan bahwa untuk sementara naskah asli belum ditemukan, akan tetapi
Pihak SBY akan menyerahkan Salinan dokumen itu kepada presiden Joko Widodo.
Namun hingga saat ini otak pembunuhan Aktivis Munir ini belum juga tertangkap.
Solusi
kasus munir merupakan contoh lemahnya penegakkan HAM di
Indonesia. kasus Munir juga merupakan hasil dari sisa-sisa
pemerintahan orde baru yang saat itu lebih bersifat otoriter.
Seharusnya kasus Munir ini dijadikan suatu pelajaran untuk bangsa
ini agar meninggalkan cara-cara yang bersifat otoriter karena setiap
orang atrau warga negara memiliki hak untuk memperoleh
kebenaran, hak hidup, hak memperoleh keadilan, dan hak atas rasa
aman. Apalagi bangsa Indonesia saat ini memiliki sistem
pemerintahan demokrasi yang seharusnya menjunjung tinggi Hak-
Hak Asasi Manusia seluruh warga Negara Indonesia.
TERIMA KASIH !!!

Anda mungkin juga menyukai