Anda di halaman 1dari 5

PERWUJUDAN PANCASILA DALAM BIDANG POLITIK DAN HUKUM

(STUDI KASUS PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA)

ANGGOTA KELOMPOK 1 :

1. Althafunnisa Zalika Aliyah (03)


2. Kania Aulia’ Hakiim (12)
3. Kezia Emmanuella Wijaya Putri (14)
4. Kinanti Azahra Putri Bastomi (16)
5. Muhammad Refaya Chesta Adabi (20)
6. Muhammad Rafaldi Maheswara (21)
7. Tegar Daniar Alfahrizy (28)

Jl. RA.Kartini No.4, Madiun Lor, Kec. Manguharjo, Kota Madiun, Jawa Timur
63122
Kasus Pembunuhan Munir

Kronologi kasus Munir, aktivis HAM yang diracun di udara. oto: CNNIndonesia -

Jakarta - Munir Said Thalib adalah seorang aktivis hak asasi manusia Indonesia. Ia
merupakan salah satu pendiri lembaga swadaya masyarakat Komisi untuk Orang Hilang dan
Korban Tindak Kekerasan dan Imparsial. Munir seorang aktivis Hak Asasi Manusia (HAM)
yang dibunuh di dalam pesawat pada 7 September 2004. Munir diracun di udara dalam
perjalanannya dari Jakarta menuju Amsterdam. Meski sudah 18 tahun berlalu, tetapi kasus ini
masih terus menyisakan tanda tanya. Sebab, alasan mengapa Munir dibunuh dan siapa dalang
pembunuhan belum terungkap.

Kronologi Kasus Munir 2004-2022


7 September 2004
Institut Forensik Belanda (NFI) membuktikan Munir meninggal akibat racun arsenik dengan
jumlah dosis yang fatal.

18 Maret 2005
Pollycarpus Budihari Priyanto, seorang pilot senior Garuda Indonesia resmi ditetapkan
sebagai tersangka kasus Munir bersama dua kru Garuda, yaitu kru pantry Oedi Irianto dan
pramugari Yeti Susmiarti. Pollycarpus didakwa melakukan pembunuhan berencana dan pada
Desember 2005. Jaksa Penuntut Umum (JPU) menuntut hukuman penjara seumur hidup
untuk Pollycarpus.

1
3 Oktober 2006
Mahkamah Agung (MA) mengeluarkan putusan kasasi yang menyatakan Pollycarpus tidak
terbukti melakukan tindak pidana pembunuhan berencana terhadap Munir. Polly hanya
terbukti bersalah menggunakan surat dokumen palsu untuk perjalanan dan hanya divonis 2
tahun penjara. Pada 25 Desember 2006, Pollycarpus bebas dari LP Cipinang setelah
mendapat remisi susulan 2 bulan dan remisi khusus satu bulan.

10 April 2007
Mantan Direktur Utama (Dirut) PT Garuda Indonesia Indra Setiawan ditetapkan sebagai
tersangka baru. Pada Februari 2008, Indra Setiawan divonis satu tahun penjara di kasus
tersebut. 19 Juni 2008, Muchdi Purwoprandjono ditetapkan sebagai tersangka kasus
pembunuhan Munir. Deputi V BIN/Penggalangan (2001-2005) itu diduga kuat terlibat dalam
pembunuhan berencana terhadap aktivis HAM Munir.

31 Desember 2008
Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memvonis Muchdi PR bebas murni dari
segala dakwaan.

10 Juli 2009
MA menguatkan vonis bebas Muchdi PR. Duduk sebagai ketua majelis kasasi Valerine JL
Kriekhof dengan anggota hakim agung Hakim Nyak Pha dan Muchsin.

28 Januari 2010
MA menghukum Garuda Indonesia dengan mewajibkan memberikan ganti rugi kepada istri
Munir, Suciwati, lebih dari Rp 3 miliar.

2 Oktober 2013
Polly mengajukan Peninjauan Kembali (PK) dan MA mengabulkannya dengan mengurangi
Pollycarpus dari 20 tahun menjadi 14 tahun penjara.

Februari 2017
Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) membatalkan putusan Komisi Informasi Pusat (KIP)
terkait dengan dokumen Tim Pencari Fakta (TPF) kasus kematian Munir. September 2017,
Suciwati mengirimkan surat kepada presiden Jokowi. Suciwati menagih janji Presiden
Jokowi untuk menuntaskan kasus kematian suaminya, Munir Said Thalib.

September 2018
Aktivis dari Amnesty International meminta Polri menindaklanjuti hasil penyelidikan dan
mendalami fakta-fakta persidangan kasus Munir yang muncul. Polri juga diminta untuk
membentuk tim khusus di internal Polri dalam penanganan kasus dengan melibatkan
beberapa pihak profesional.

2
September 2019
Koalisi Keadilan untuk Munir mendesak Presiden Jokowi mengumumkan ke publik dokumen
hasil penyelidikan tim pencari fakta (TPF) kasus pembunuhan aktivis HAM Munir Said
Thalib. Hal itu mengacu pada Keputusan Presiden Nomor 111 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Tim Pencari Fakta Kasus Meninggalnya Munir. September 2020, Lembaga
swadaya masyarakat Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS)
menuntut kasus Munir dinyatakan sebagai pelanggaran HAM berat.

7 September 2022
Komnas HAM resmi membentuk tim ad hoc untuk mengusut dugaan pelanggaran HAM berat
di kasus kematian aktivis Munir Said Thalib.

11 September 2022
Hacker Bjorka membongkar identitas otak pembunuhan aktivis HAM Munir Said Thalib.
Bjorka dan Munir pun menjadi trending topic Twitter pada Minggu (11/9/2022). Trending
topic ini berawal dari netizen yang menantang Bjorka mengungkap kasus pembunuhan Munir
atau Supersemar. Bjorka lalu mengungkap identitas dalang pembunuh Munir dan
melampirkan artikel terkait kasus tersebut. Bjorka menyebut dalang pembunuh Munir adalah
Muchdi Purwopranjono. Hacker Bjorka kemudian kembali Melakukan doxing. Dalam
tulisannya, Bjorka mengunggah data pribadi Muchdi Purwopranjono, mulai dari nomor
telepon, email, NIK, nomor KK, alamat, hingga data vaksin. Usai Bjorka mengunggah data
pribadi Muchdi Purwopranjono, tak sedikit netizen yang meragukan aksi Bjorka.

3
ANALISIS ARTIKEL

Munir Said Thalib adalah seorang aktivis hak asasi manusia Indonesia yang
merupakan salah satu pendiri lembaga swadaya masyarakat Komisi untuk Orang Hilang dan
Korban Tindak Kekerasan (KontraS). Pollycarpus Budihari Priyanto, seorang pilot senior
Garuda Indonesia. Indra Setiawan, Mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia. Muchdi
Purwoprandjono, Deputi V BIN/Penggalangan. Kasus pembunuhan terhadap aktivis hak asasi
manusia Munir Said Thalib merupakan sebuah peristiwa yang mencoreng citra hak asasi
manusia di Indonesia dan mengekspos sejumlah pertanyaan tak terjawab terkait motivasi dan
pelaku di balik pembunuhan ini. Kasus ini pertama kali muncul pada tanggal 7 September
2004, ketika Munir meninggal dunia akibat racun arsenik yang diduga dicampurkan dalam
minuman yang dikonsumsinya selama penerbangan dari Jakarta menuju Amsterdam.

Kasus ini memiliki dimensi internasional, melibatkan pihak dari dalam negeri
Indonesia seperti Garuda Indonesia, serta pihak luar negeri, seperti Belanda. Kasus ini
melibatkan pembunuhan seorang aktivis hak asasi manusia yang telah lama terlibat dalam
perjuangan untuk mendukung hak-hak manusia dan keadilan di Indonesia. Munir kerap kali
mengungkap pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh pemerintah dan aparat
keamanan. Kasus ini telah melewati berbagai tahapan dalam proses hukum dan penyelidikan.
Pollycarpus Budihari Priyanto awalnya ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan Munir.
Namun, kontroversi muncul ketika Mahkamah Agung mengeluarkan putusan kasasi yang
mengurangi vonis Pollycarpus dari 20 tahun menjadi 14 tahun penjara. Indra Setiawan juga
pernah ditetapkan sebagai tersangka dan divonis satu tahun penjara dalam kasus ini.

Meski begitu, kasus ini masih menyisakan banyak tanda tanya dan kontroversi.
Pertanyaan mengenai siapa dalang sebenarnya di balik pembunuhan Munir, serta motivasi
dan tujuan dari pembunuhan tersebut, masih belum terjawab dengan pasti. Banyak pihak,
termasuk organisasi hak asasi manusia dan keluarga Munir, terus mendesak agar kebenaran
sejati dalam kasus ini terungkap.

Kasus pembunuhan Munir menjadi cerminan kompleksitas sistem hukum dan


tantangan dalam menghadapi kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia. Kasus
ini juga mengingatkan akan pentingnya perlindungan dan penghormatan terhadap para aktivis
hak asasi manusia yang berani memperjuangkan keadilan dan kebenaran di tengah tantangan
dan risiko yang besar.

Anda mungkin juga menyukai