Anda di halaman 1dari 3

PEMBUNUHAN MUNIR

Munir Said Thalib (lahir di Malang, Jawa Timur, 8 Desember 1965 - meninggal di Jakarta di
dalam pesawat jurusan ke Amsterdam, 7

seorang aktivis HAM Indonesia keturunan

September 2004 pada umur 38 tahun) adalah Arab-Indonesia. Jabatan terakhirnya adalah
Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia Imparsial. Saat
menjabat Dewan Kontras, namanya melambung sebagai seorang pejuang bagi orang-orang
hilang yang diculik pada masa itu. Saat itu dia membela para aktivis yang menjadi korban
penculikan Tim Mawar dari Kopassus.

KRONOLOGI KEMATIAN

7 September 2004
Munir meninggal di atas pesawat Garuda dengan nomor GA-974 ketika sedang menuju
Amsterdam untuk melanjutkan kuliah pascasarjana. Munir meninggal dalam usia 39 tahun.

12 September 2004
Jenazah Munir dimakamkan di kota Batu, Malang, Jawa Timur.

11 November 2004 Institut Forensik Belanda (NFI) membuktikan Munir meninggal akibat
racun arsenik dengan jumlah dosis yang fatal.

18 Maret 2005
Pollycarpus resmi ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di rumah tahanan Mabes Polri.

5 April 2005
Polri menetapkan dua kru Garuda yaitu kru pentry Oedi Irianto dan pramugari Yeti Susmiarti
menjadi tersangka kasus Munir.

23 Juni 2005
Rekonstruksi kasus kematian Munir dilakukan.

29 Juli 2005
Jaksa Penuntut Umum (JPU) dari Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat melimpahkan berkas
perkara ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus). Lantas PN Jakpus menetapkan 5
anggota majelis hakim untuk menangani kasus Munir dengan tersangka Pollycarpus.
Mereka adalah Cicut Sutiyarso (ketua), Sugito, Liliek Mulyadi, Agus Subroto dan Ridwan
Mansyur.

9 Agustus 2005
Pollycarpus didakwa melakukan pembunuhan berencana. Motif Pollycarpus dalam
membunuh Munir adalah demi menegakkan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)
karena Munir banyak mengkritik pemerintah.

17 November 2005
Muchdi PR bersaksi di persidangan. Dia menyangkal punya hubungan dengan Pollycarpus.

1 Desember 2005
JPU menuntut menuntut hukuman penjara seumur hidup untuk Pollycarpus.

12 Desember 2005
PN Jakpus menjatuhi hukuman 14 tahun penjara kepada Pollycarpus. Ia dinyatakan terbukti
melakukan pembunuhan berencana terhadap Munir dengan cara memasukkan racun
arsenik ke dalam mie goreng yang disantap Munir saat penerbangan menuju Singapura.

27 Maret 2006
Pengadilan Tinggi DKI Jakarta menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
dengan tetap menghukum 14 tahun penjara.

3 Oktober 2006
MA mengeluarkan keputusan kasasi yang menyatakan Pollycarpus tidak terbukti melakukan
tindak pidana pembunuhan berencana terhadap Munir. Polly hanya terbukti bersalah
menggunakan surat dokumen palsu untuk perjalanan. Polly lantas hanya divonis 2 tahun
penjara.

3 November 2006
Polly dieksekusi dengan dijebloskan ke LP Cipinang.

25 Desember 2006 Pollycarpus bebas dari LP Cipinang setelah mendapat remisi susulan 2
bulan dan remisi khusus satu bulan.

25 Januari 2007
MA mengabulkan permohonan PK yang diajukan kejaksaan terkait pembunuhan aktivis
HAM Munir. Polly divonis 20 tahun penjara. la menyatakan akan mengajukan PK atas
putusan PK tersebut.

Februari 2008
Mantan Direktur Utama (Dirut) PT Garuda Indonesia ini divonis satu tahun penjara di kasus
tersebut.

19 Juni 2008
Muchdi ditetapkan sebagai tersangka kasus pembunuhan Munir. Deputi V
BIN/Penggalangan (2001-2005) itu diduga kuat terlibat dalam pembunuhan berencana
terhadap aktivis HAM Munir.

31 Desember 2008
Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menvonis Muchdi PR bebas murni dari
segala dakwaan.

10 Juli 2009
MA menguatkan vonis bebas Muchdi PR. Duduk sebagia ketua majelis kasasi Vallerine JL
Krierkhof dengan anggota hakim agung Hakim Nyak Pha dan Muchsin.
28 Januari 2010 MA menghukum Garuda Indonesia dengan mewajibkan memberikan ganti
rugi kepada Suciwati lebih dari Rp 3 miliar.

2 Oktober 2013
Polly mengajukan PK dan MA mengabulkannya dengan mengurangi Pollycarpus dari 20
tahun menjadi 14 tahun penjara. Hingga berita ini diturunkan, pihak berwenang MA belum
membeberkan alasan pengurangan hukuman itu.

13 Oktober 2016 Presiden Joko Widodo meminta Jaksa Agung HM Prasetyo mengusut
kasus Munir lagi.

"Seperti yang dikatakan presiden dalam pertemuan dengan pakar dan praktisi hukum
beberapa waktu lalu, konteks kerangka yang lebih besar reformasi di bidang hukum, salah
satu yang ingin dilakukan pemerintahan sekarang adalah persoalan persoalan masa lalu.

PENJELASAN:

Kesimpulan yang bisa diambil dari kasus pembunuhan Munir adalah bahwa hak warga
Negara dalam mendapatkan kebenaran belum dipenuhi Pemerintah. Sampai saat ini kasus
pembunuhan Munir tersebut masih menjadi misteri, terlebih dengan dibebaskannya
tersangka yang dinyatakan tidak bersalah. Kasus ini belum sampai pada kesimpulan hukum
karena fakta yang diketahui hanyalah bahwa Munir sengaja dibunuh namun siapa
pelakunya, apa kepentingannya, apa motifnya, serta pemufakatan jahatnya seperti apa pun
masih buram.

PENYELESAIAN:

pada awalnya hakim pengadilan negeri jakarta pusat menetapkan vonis 14 tahun penjara,
tetapi putusan kasasi mahkamah agung menyatakan pelaku tidak terbukti membunuh. ia
hanya dihukum dua tahun penjara atas penggunaan surat palsu. kemudian tim pengacara
munir mengajukan peninjauan kembali (PK) atas putusan mahkamah agung tersebut.
akhirnya pelaku dihukum 20 tahun penjara karena terbukti dan menyakinkan telah
melakukan pembunuhan terhadap munir.

Anda mungkin juga menyukai