Anda di halaman 1dari 30

MATERI POKOK DAN PEMBAHASAN

Beberapa kasus penyakit yang pernah dijumpai pada hewan-hewan kesayangan

saat melakukan kegiatan Koasistensi Magang III di House of Pet Medan

1. SCABIES

Scabies adalah penyakit kulit yang sering dijumpai pada hewan di

Indonesia dan cenderung sulit disembuhkan. penyakit kulit yang disebabkan

tungau (sejenis kutu) scabies/sarcoptes. Penyakit ini sering menyerang anjing,

kucing, kelinci dan dapat juga menular ke manusia. Sebagian besar scabiesis

pada anjing dan kelinci disebabkan oleh tungau sarcoptes scabiei, sedangkan

notoedres cati lebih sering menyebabkan scabiesis pada kucing. Selain

notoedres cati, Sarcoptes scabiei juga dapat menyerang kucing (Levine D,

1994).

Tungau Notoedres cati, siklus hidup & cara penularan

3
Siklus hidup

Seluruh siklus hidup tungau ini berada di tubuh induk semangnya. Tungau

betina menggali dan melubangi kulit kemudian bertelur beberapa kali sambil terus

menggali saluran-saluran dalam kulit induk semangnya. Lubang-lubang dalam kulit

yang digali seekor tungau betina dapat mencapai panjang beberapa centimeter

(Michelle L, dkk. 2009).

Setelah bertelur beberapa kali, tungau betina mati. Dalam waktu 3-8 hari telur

menetas menjadi larva berkaki enam. Larva yang telah dewasa berubah menjadi

nimfa yang mempunyai delapan kaki. Nimfa dewasa berganti kulit menjadi tungau

dewasa. Dalam saluranyang telah digali tungau betina tersebut, tungau dewasa

melakukan perkawinan dan proses daur hidup berulang kembali. Satu siklus hidup

memerlukan waktu 2-3 minggu (Muzakir, 2008).

Scabiesis dapat menyerang kucing pada semua umur, baik jantan maupun

betina. Penularan penyakit kulit ini terjadi melalui kontak fisik antar kucing atau

kontak dengan alat-alat yang tercemar tungau seperti sisir, kandang, dll

(Gandahusada, 2008).

Symptom

Tanda-tanda awal terkena penyakit ini biasanya berupa rontok dan gatal

disekitar telinga. Dipinggiran daun telinga terlihat ada kerak berwarna putih. Penyakit

4
5

dapat menyebar dengan cepat ke daerah sekitar wajah, leher, hidung dan kelopak

mata. Kadang-kadang tungau juga dapat menyebar hingga ke daerah perut dan

telapak kaki (Iskandar,2000).

Rasa gatal yang timbul menyebabkan kucing sering menggaruk-garuk.

Infeksi kronis/lama dapat menyebabkan penebalan dan keriput pada kulit ditutupi

oleh kerak-kerak berwarna abu-abu kekuningan. Infeksi yang parah mengakibatkan

luka dan berkembang menjadi infeksi sekunder.

Pengobatan

Obat klasik yang sering digunakan untuk mengatasi penyakit ini adalah

sulfur/belerang. Sulfur juga merupakan obat klasik penyakit kulit yang disebabkan

oleh ringworm/jamur. Mandikan kucing dengan shampoo/sabun yang mengandung

sulfur, kemudian dicelup (dip) dengan cairan sulfur 2-3 %. Mandi dan dip sulfur
dilakukan setiap tujuh hari sampai sembuh. Setidaknya diperlukan 6-8 kali mandi

hingga penyakit sembuh ((Iskandar,2000).

Cara lain yang sering digunakan adalah injeksi obat golongan avermectin

seperti ivermectin, doramectin atau selamectin. Suntikan inilah yang sering salah

kaprah disebut sebagai suntik jamur, seperti juga kesalahan diagnosa scabies yang

sering salah kaprah disebut sebagai jamur. Setidaknya diperlukan dua kali suntikan

ivermectin dengan selang waktu 2 minggu, agar penyakit dapat sembuh total. Bila

dalam satu rumah terdapat beberapa ekor kucing, Pengobatan yang sama juga harus

diakukan terhadap kucing lain. Karena bila tidak diobati, ada kemungkinan terjadi

infeksi ulang dari kucing lain yang tidak diobati, akibatnya penyakit ini tidak pernah

sembuh secara tuntas ((Iskandar,2000).

Pencegahan

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Pencegahan bisa dilakukan dengan

cara menghindari kontak dengan kucing liar atau kucing yang telah terkena penyakit

ini. Kucing yang tinggal di dalam rumah biasanya jarang sekali terkena penyakit ini.

Cuci dan desinfeksi alat-alat grooming seperti sisir, sikat, dll setelah digunakan pada

kucing yang terkena penyakit ini. Hindari penitipan hewan atau tempat grooming

yang tidak mempunyai sanitasi/kebersihan yang baik. Perhatikan juga apakah alat-

alat grooming di desinfeksi sebelum digunakan terhadap kucing lain. Bila salah satu

kucing menunjukan gejala penyakit ini, segera isolasi dan cegah kontak dengan

6
7

kucing lain yang masih sehat. Mandikan dengan shampoo khusus atau bawa ke

dokter hewan untuk pengobatan (Budiantono, 2004).

 scabies parah sebelum suntik ivermectin setelah suntik ivermectin

2. Flu Cat

2. FLU CAT

Flu cat adalah penyakit yang menyerang kucing yang disebabkan oleh infeksi

satu atau kombinasi dari beberapa virus diantaranya virus feline herpes virus (FHV)

dan feline calicivirus (FCV). Feline herpes virus bias juga disebut feline viral

rhinotracheitis (FVR). Virus jenis tersebut tidak menular pada manusia (Little, 2008).

Penyebab flu pada kucing bisa juga karena terserang bakteri yaitu bakteri bordetella

bronchiseptic (Little, 2008).

Symptom

Gejala klinis yang terlihat pada flu cat adalah: bersin-bersin berkelanjutan dan

demam; nafsu makan berkurang atau hilang sama sekali; tampak lemas; lesu; diikuti
dengan batuk; mata merah dan berair, sudut kelopak mata mengeluarkan belek,

kucing tidak dapat membuka mata karena lengket, diare dengan kotoran yang berbau,

encer dan berlendir, pada beberapa kasus penyakit ini dapat menyebabkan semacam

sariawan pada mulut dan menyebabkan kucing kesakitan bila makan, tanda-tanda

penyakit biasnya mulai berkurang setelah 7 hari dan kembali kekondisi semula 2-3

minggu (Tarigan, 2007).

Pengobatan

Pengobatan terbaik yang dapat diberikan untuk penyakit ini adalah dengan

pemberian antibiotic dan vitamin untuk peningkatan daya tahan tubuh.

3. Feline Lower Urinary Tract Disease (FLUTD)

Feline lower urinary tract disease (FLUTD) yang dikenal juga dengan feline

urologic syndrome (FUS) merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada

kucing terutama kucing jantan. Masalah kesehatan ini mengganggu vesika urinaria

(VU) dan uretra kucing. Gangguan pada uretra terjadi disebabkan oleh struktur uretra

kucing jantan yang berbentuk seperti tabung memiliki bagian yang menyempit

sehingga sering menimbulkan penyumbatan urin dari VU ke luar tubuh. Feline lower

urinary tract disease (FLUTD) meliputi beberapa kondisi yang terjadi pada saluran

urinaria kucing (Nash 1997).

8
9

Sindrom yang terjadi pada kucing ini ditandai dengan pembentukan kristal

(paling sering struvite) di dalam VU. Kristal tersebut kemudian akan menyebabkan

inflamasi, perdarahan pada urin, kesulitan buang air kecil, serta beberapa kasus dapat

menyebabkan obstruksi aliran normal urin keluar dari VU yang dapat menyebabkan

kematian (Pinney 2009). Manifestasi penyakit yang disebabkan oleh akumulasi

kristal mineral pada saluran urinaria antara lain, adalah:

a. peradangan kandung kemih cystitis akibat iritasi dari kristal pada dinding VU,

b. urolithiasis yaitu pembentukan batu VU,

c. pembentukan sumbat pada uretra berupa pasir kristal mineral (blokade uretra),

d. uremia yaitu akumulasi zat kimia yang beracun pada aliran darah ketika blokade

pada uretra (Duval 2002). Pada beberapa keadaan urin yang tertahan dalam VU

dapat berbalik mengalir ke ginjal yang menyebabkan kematian oleh gagal ginjal akut

atau cystitis parah. Kematian terjadi karena toksin menyebar melalui aliran darah

menyebabkan sepsis (Pinney 2009).

Symptom

Gejala klinis awal merupakan hasil dari iritasi yang disebabkan oleh Kristal

dalam VU. Gejala klinis tersebut antara lain : Perut buncit, muntah, perubahan berat

badan, mengeong dengan berlebihan, gelisah, kehilangan nafsu makan, mudah marah
, ada darah dalam urin, nafasnya bau ammonia dan sering pipis tapi hanya sedikit

(Pinney 2009).

Pengobatan

Terapi yang diberikan kepada pasien FUS adalah kateterisasi urin sehingga

terjadi pengeluaran urin dan kristal dari vu. Penyuntikan cairan fisiologis intravena

atau perinfusi diperlukan ketika sindrom uremia terjadi (depresi, muntah, dehidrasi)

dengan tujuan mengganti cairan tubuh dan menstabilkan pH cairan tubuh. Pemberian

antibiotik diperlukan untuk mencegah infeksi sekunder oleh bakteri dan obat-obatan

parasimpatomimretik yang menstimulasi otot VU berkontraksi dan relaksasi uretra

diperlukan. Dalam beberapa kasus, tindak bedah diperlukan untuk menghilangkan

sumbatan atau mencegah terjadinya pengulangan timbulnya kristal mineral (Duval

2002).

4. HELMINTHIASIS

Berasal dari kata yunani helmins yang berate cacing, baik yang hidup secara

parasie maupun yang hidup bebas. Helminth (cacing) termasuk dalam golongan

Metazoa (binatang bersel banyak) yang dilengkapi dengan jaringan ikat dan organ-

organ yang berasal dari ektoderm, endodermdan mesoderm (Kun_zone. 2011).

Cacing – cacing yang banyak menyerang anjing diantaranya adalah penyakit cacing

10
11

tambang/ cacing gelang (Ancielostomiasis dan Ascaris),cacing cambuk (Trichuris),

cacing giling (Roundworms), cacing pita, cacing jantung (Dirofilaria immitis).

Symptom

Ada beberapa jenis cacing yang menyerang dan menginfeksi anjing biasanya

muncul gejala klinis yang menciri sehingga menandakan bahwa anjing tersebut

cacingan adalah kurus, bulu kusam, tidak energik, terkadang diare berair sampai

berdarah, nafsu makan menurun dan dapat menyebabkan anemia sampai penurunan

kekebalan tubuh, sehingga penyakit lain mdah menyerang termasuk bisa

menyebabkan kegagalan vaksinasi pada anjing (Novan, drh. 2011)

Pengobatan

Pastikan anjing terbebas dari kutu karena hanya dari kutu anjing dapat terinfeksi

oleh cacing pita. Usahakanlah untuk tidak memaparkan anjing Anda kepada hewan

lain, karena mereka pada umumnya terinfeksi oleh kutu dan parasit lainnya.

Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian obat cacing drontal dogs dan vitamin

E.

5. PROLAPSUS RECTUM

Prolapsus Rektum adalah turunnya rektum melalui anus (bagian dari usus besar

yang mengarah ke anus, dimana materi tinja melaluinya untuk keluar dari tubuh)
sebagai akibat melemahnya otot-otot dan ligamen-ligamen yang menahan di

tempatnya. Prolapsus pada rektum ini dapat terjadi secara parsial maupun

komplet, tergantung dari strukturnya yang terlibat. Pada prolapsus rektum parsial,

hanya terjadi pengeluaran mukosa. Pada hewan, biasanya prolapsus rectum

lebih banyak terjadi pada hewan yang berumur muda. hewan akan lebih

mudah mengalami prolapsus rektum apabila hewan tersebut menderita

dyschelia dan tenesmus yang terjadi secara terus"menerus dalam waktu yang lama

(Pratiwi, 1997).

Symptom

Prolapsus rektum menyebabkan rektum berpindah keluar, sehingga lapisan

rektum terlihat seperti jari berwarna merah gelap dan lembab yang keluar dari anus.

Prolapsus rectum seringkali berhubungan dengan berbagai keadaan berikut :

enterobiasis, trikuriasis, fibrosis kistik, malnutrisi dan malabsorbsi, dan sembelit

(Hastiono, dkk. 1980).

Pengobatan

Penanganan dan penempatan jahitan purse string di sekitar anus

direkomendasikan untuk prolaps akut dengan kerusakan jaringan dan edema minimal

dan diberikan antibiotic.

12
13

6. DISTOKIA

Distokia adalah suatu keadaan dimana hewan mengalami kesulitan

melahirkan/partus sehingga memerlukan pertolongan tenaga ahli. Itu merupakan

gejala dari kondisi induk atau kondisi fetus yang membuat jalannya fetus melalui

saluran peranakan menjadi terhambat. Distokia merupakan salah satu kondisi

kebidanan yang harus ditangani oleh dokter hewan. Kejadian distokia pada ternak

diperkirakan 3,3%, kelahiran (partus) adalah suatu proses yang sangat rumit dan

distokia dapat muncul apabila beberapa bagian dari proses tersebut mengalami

kegagalan atau menjadi tidak terkoordinasi.

Untuk memudahkan penggambaran, maka penyebab distokia dibedakan

menjadi dua, yakni penyebab dasar dan penyebab langsung. Penyebab langsung

distokia pun terbagi menjadi dua, yaitu: penyebab maternal dan foetus (Junaidi,

2006).

Symptom

Aspek induk yang dapat mengakibatkan distokia diantaranya kegagalan untuk

mengeluarkan fetus akibat gangguan pada rahim yaitu rahim sobek, luka atau

terputar, gangguan pada abdomen (rongga perut) yang mengakibatkan

ketidakmampuan untuk merejan, tersumbatnya jalan kelahiran, dan ukuran panggul

yang tidak memadai. Aspek fetus yang dapat mengakibatkan distokia diantaranya

defisiensi hormon (ACTH/cortisol), ukuran fetus yang terlalu besar, kelainan posisi

fetus dalam rahim serta kematian fetus dalam rahim.


Ukuran fetus yang terlalu besar dipengaruhi oleh berbagai faktor yang yaitu

keturunan, faktor pejantan yang terlalu besar sedangkan induk kecil, lama

kebuntingan, jenis kelamin fetus yaitu fetus jantan cenderung lebih besar,

kebuntingan kembar. Faktor nutrisi induk juga berperan, yakni pemberian pakan

terlalu banyak dapat meningkatkan berat badan fetus dan timbunan lemak dalam

rongga panggul yang dapat menurunkan efektifitas perejanan (Kumar 1996).

Terdapat tiga tahapan melahirkan sesuai yaitu pelebaran serviks(leher rahim)

selama 2-6 jam, pengeluaran fetus 0.5-1 jam dan pengeluaran plasenta (selaput fetus)

4-5 jam. Apabila proses kelahiran melebihi waktu 8 jam dari saat pertama kali seekor

induk merejan untuk melahirkan dapat dikatakan sapi mengalami distokia (Dewi,

2012).

Pengobatan

Penanganan distokia yang dapat dilakukan yaitu :

 Mutasi, mengembalikan presentasi, posisi dan postur fetus agar normal dengan cara

didorong (ekspulsi), diputar (rotasi) dan ditarik (retraksi)

 Penarikan paksa, apabila rahim lemah dan fetus tidak ikut bereaksi terhadap

perejanan.

 Pemotongan fetus (fetotomi), apabila presentasi, posisi dan postur fetus yang

abnormal tidak bisa diatasi dengan mutasi/penarikan paksa dan keselamatan induk

yang diutamakan.

14
15

 Operasi Sesar (Sectio Caesaria), merupakan alternatif terakhir apabila semua cara

tidak berhasil. Operasi ini dilakukan dengan pembedahan perut (laparotomi) dengan

alat dan kondisi yang steril.

Mutasi dapat dilakukan melalui repulsi (pendorongan fetus keluar dari pelvis

induk atau jalan kelahiran memasuki rongga perut dan rahim sehingga tersedia

cukup ruangan untuk pembetulan posisi atau postur fetus dan ektremitasnya), rotasi

(pemutaran tubuh pada sumbu panjangnya untuk membawa fetus pada posisi

dorsosakral), versi (rotasi fetus pada poros transversalnya yaitu situs anterior atau

posterior) dan pembentulan atau perentangan ekstremitas (Fossum 2002).

7. OVARIOHISTERECTOMY

Ovariohisterektomi merupakan salah satu tindakan bedah untuk mengatasi

kelainan pada ovarium dan saluran reproduksi hewan betina. Keputusan untuk

melakukan ovariohisterektomi dipilih ketika berbagai jenis terapi lain sudah tidak

memungkinkan. Ovariohisterektomi adalah tindakan bedah yang dilakukan untuk

mengangkat dan membuang uterus dan ovariumnya sekaligus dari tubuh hewan

betina. Berbagai kasus yang memungkinkan diambilnya tindakan bedah ini

diantaranya adanya tumor atau kista pada ovarium dan pada kasus pyometra yaitu

penimbunan nanah pada uterus (Hastiono, dkk. 1980).

Selain itu, tindakan operasi ini juga dianjurkan dilakukan pada anjing betina

yang sudah tua yang tidak ingin dikawinkan lagi dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya tumor kelenjar mamae. Efek yang muncul dari dilakukannya

ovariohisterektomi adalah akan munculnya kondisi ketidak seimbangan hormonal

untuk sementara waktu. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan ovarium merupakan

kelenjar yang juga berfungsi sebagai kelenjar endokrin. Namun, keuntungan dari

dilakukannya ovariohisterktomi adalah dapat mencegah terjadinya tumor mamae dan

akan menghilangkan kemungkinan terjadinya kasus pyometra (Pratiwi, 1997).

Etiologi

Sebelum dioperasi, kucing diberikan obat preanestetik. Obat-obatan

preanastesik yang disebut juga dengan premedikasi digunakan untuk mempersiapkan

pasien sebelum pemberian obat anastesi baik itu anastesi lokal, regional maupun

umum. Manfaat pemberian premedikasi adalah untuk membuat hewan menjadi lebih

tenang dan terkendali, mengurangi dosis anastesi, mengurangi efek-efek otonomik

yang tidak diinginkan seperti saliva yang berlebihan, mengurangi efek-efek samping

yang tidak diinginkan seperti vomit, dan mengurangi rasa nyeri preoperasi. Agen

anastesi digolongkan menjadi 4 yaitu: antikolinergik, morfin serta derivatnya,

transquilizer, dan neuroleptanalgesik.

Sementara menurut Sardjana dan Kusumawati (2004), obat-obat yang

digunakan anastesi premidikasi meliputi antikolinergik. Analgesik,

neuroleptanalgesik, transquilizer, obat dissodiatif dan barbiturate. Obat-obatan

premedikasi diberikan maksimal 10 menit atau kurang lebih setengah sampai satu jam

16
17

sebelum pemberian anestesi umum atau anestesi lokal. Obat-obatan tersebut

disuntikkan secara intramuskular, subkutan, dan bahkan intramuskular.

Menurut Sardjana dan Kusumawati (2004) pada umumnya obat-obat

preanastesi bersifat sinergis terhadap anastetik namun penggunaanya harus

disesuaikan dengan umur, kondisi dan temperamen hewan, ada atau tidaknya rasa

nyeri, teknik anastesi yang dipakai, adanya antisipasi komplikasi, dan lainnya.

1. Atropin Sulfat

Atropin merupakan obat anestetikagen preanestesi yang digolongkan sebagai

antikolinergik atau parasimpatik, namun paling sering digunakan sebagai

antikolinergik, dengan fungsi utama mengurangi sekresi kelenjar saliva terutama bila

dipakai obat anestetik yang menimbulkan hipersekresi kelenjar saliva.

2. Anestesi

Anestesi menurut arti kata adalah hilangnya kesadaran rasa sakit, namun obat

anestesi umum tidak hanya menghilangkan rasa sakit akan tetapi juga menghilangkan

kesadaran. Pada operasi-operasi daerah tertentu seperti perut, maka selain hilangnya

rasa sakit dan kesadaran, dibutuhkan juga relaksasi otot optimal agar operasi dapat

berjalan dengan lancar.

3. Ketamin

Ketamin adalah larutan yang tidak berwarna, stabil pada suhu kamar dan relative

aman dengan kerja singkat. Sifat analgesiknya sangat kuat untuk sistem somatik

tetapi lemah untuk sistem visceral, tidak menyebabkan relaksasi otot lurik bahkan

kadang-kadang tonusnya sedikit meninggi.


Manfaat

Beberapa indikasi dilakukannya ovariohisterectomy adalah 1. Terapi, yaitu

tumor, cysta ovarium, tumor uterus dan pyometra. 2. Modifikasi tingkah laku yaitu, lebih

mudah dikendalikan, lebih jinak, membatasi jumlah populasi. 3. Penggemukan.

Ovarihisterectomy dilakukan pada kasus – kasus pyometra, metritis dan salphingitis

ataupun keduanya (Tilley, 2000).

Kerugian

Terdapat beberapa kerugian apabila tidak dilakukan OH pada kucing betina yaitu

antara lain:

1. Spontaneous ovulators: kucing betina adalah “Spontaneous ovulators”, artinya kucing

betina akan ovulasi hanya pada saat kawin, jika betina mengalami estrus (selama 3-16

hari) dan tidak dikawinkan maka betina akan estrus kembali setiap 14-21 hari sampai

akhirnya dikawinkan.

2. Masalah tinggah laku dan higinis

3. Kanker mammae

4. Tumor pada tractus reproduksi

5. Infeksi tractus reproduksi ( Adam, 2001).

18
19

8. PYOMETRA

Kata pyometra berasal dari bahasa latin Pyo yg berarti nanah dan metra yg

artinya uterus. Pyometra adalah uterus yg membengkak, terinfeksi dan berisi

nanah.Pyometra adalah penyakit yg menyerang kucing dewasa betina yg masih

produktif dan tidak disteril/spay. Pyometra dapat terjadi pada kucing pada umur

berapapun, baik yg sudah pernah atau belum pernah melahirkan, apakah itu heat pertama

ataupun heat ke sepuluh sekalipun. Pyometra adalah kelainan hormonal dan infeksi

bakteri sekunder yg dapat atau tidak dapat terlihat gejalanya. Pyometra terjadi setelah

siklus heat yg tidak diikuti dengan pembuahan. Kucing akan menampakkan tanda2

penyakit ini setelah 2 bln s/d 4 bln setelah siklus heat. Periode resiko tertinggi terkena

Pyometra adalah 8 minggu setelah puncak masa heat berakhir (Ressang 1984).

Etiologi

Dua jenis hormon utama yg dihasilkan rahim adalah hormon estrogen &

progesterone. Kelebihan jumlah progesterone atau uterus menjadi hypersensitive

terhadap progesterone menyebabkan Pyometra dengan kata lain kista mulai terbentuk

di bagian dalam uterus, kondisi ini dinamakan “endometrial hyperplasia”, pada tahap

ini kucing belum menampakkan gejala Pyometra. Pada waktu kista tumbuh, sejumlah

besar cairan/lendir diproduksi dan dilepaskan ovarium ke dalam uterus. Bakteri

(terutama E. coli) berpindah melalui cervix, masuk ke dalam uterus & berkoloni, krn

lendir & sekresi adalah media yang baik untuk bakteri berkembang biak, akibatnya

uterus akan terinfeksi & berisi nanah (Anonymous, 2007).


Jenis-jenis pyometra

Pyometra terbuka (Open Pyometra). Dalam kondisi cervix terbuka, nanah &

sekresi masih dapat dikeluarkan dari uterus, biasanya terlihat vagina mengeluarkan

nanah (cairan kuning/putih) dan berbau. Kondisi ini lebih mudah diobati

Pyometra tertutup (Closed Pyometra). Cervix dalam kondisi tertutup. Nanah &

sekresi tidak dapat dikeluarkan dari uterus. Sulit untuk didiagnosa secara klinis,

karena tidak terlihat gejala yang pasti. Kucing akan terlihat lebih sakit dari pada open

pyometra karena penimbunan toksin (racun) di uterus. Jumlah toksin yang tidak dapat

dikeluarkan tubuh meningkatakan membuat ginjal bekerja lebih keras, tanpa

perawatan yang memadai, kucing akan mati karena gagal ginjal.

Symptom

Kucing akan lebih sering menjilat2 vagina, membersihkan cairan putih/kuning

dari vagina (pada kasus open pyometra). Demam, lemas, muntah2, menolak makan

(pada sebagian binatang), perut membesar, mungkin tidak dapat berjalan (lemah pada

kaki belakang), minum berlebihan, pengeluaran urin yg berlebihan (beberapa kucing

menunjukkan gejala dehidrasi), peningkatan jumlah sel darah putih secara signifikan

pada pemeriksaan darah (Kirana, 2007; Anonimous, 2004).

Pengobatan

Prostaglandin F2 alpha dan antibiotik jangka panjang biasanya digunakan

pada Pyometra Terbuka. Pada Pyometra tertutup tingkat keberhasilannya kurang dr

20
21

30%. Tindakan diberikan secara intravena (infus). Prostaglandin akan bekerja

menstimulasi uterus untuk berkontraksi, mengeluarkan nanah & sekresi , antibiotik

bekerja menyembuhkan infeksi. Tindakan ini membutuhkan waktu 3 s/d 5 hari. Ada

bbrp pendapat yg kontra dengan pemberian prostaglandin krn dapat menyebabkan

uterus pecah pd waktu berkontraksi, selain itu, ada kemungkinan pyometra dapat

terulang.

Ovariohysterectomy (operasi pengangkatan ovarium & uterus/spay)

bersamaan dengan pemberian antibiotik, pada waktu operasi dan pasca operasi.

Biasanya dilakukan untuk Pyometra tertutup. Operasi ini harus dilakukan hati2

supaya cairan/isi dari uterus yg terinfeksi tidak tumpah dan memastikan semua bagian

organ yg terinfeksi dibuang, apabila ada yg tertinggal dapat memicu lagi pyometra

pasca operasi. Metode ini dianggap lebih aman dan efektif (Anonimous, 2007;

Ressang,1984).

Pencegahan

Pencegahan terbaik untuk pyometra adalah spay (steril) kucing betina sebelum

umur 6 bulan. Apabila kucing betina digunakan untuk breeding, spay sangat

direkomendasikan untuk dilakukan setelah masa breedingnya selesai (umur 4-5thn).

Kucing betina sebaiknya tidak ditunda2 untuk dikawinkan, lebih dari 2 x masa heat

(Foster dan Smith, 2007).


9. Myasis

Myasis adalah istilah yang digunakan untuk adanya infeksi pada organ atau

jaringan tubuh manusia atau hewan oleh larva-larva lalat (maggot).Untuk suatu

periode tertentu, larva-larva itu memakan jaringan yang hidup atau mati atau

makanan yang sudah dicerna oleh inang. Miasis banyak ditemukan pada hewan,

tetapi sangat jarang pada manusia. Myasis terbagi menjadi 2 yaitu myasis obligat dan

myasis fakultatif.

Perbedaan keduanya terdapat pada jaringan tubuh yang diserangnya. Myasis

obligat hanya dapat terjadi pada jaringan tubuh yang masih hidup. Ya Sedangkan

pada myasis fakultatif dapat terjadi pada jaringan tubuh yang masih hidup maupun

yang sudah mati. Myasis obligat disebabkan oleh larva Chrysomia bezziana

sedangkan myasis fakultatif disebabkan oleh larva Chrysomia megacephala

(Wardhana, 2006).

Etiologi

Myasis biasanya terjadi pada luka terbuka. Kasus myasis disebabkan oleh

adanya infestasi lalat Chrysomya bezzina dan Chrysomya megacephala (Wardhana,

2006). Pada saat pemeriksaan fisik, umumnya larva lalat akan langsung terlihat pada

daerah luka. Larva akan menyebabkan luka semakin luas dengan membuat

terowongan pada jaringan kulit dan otot (Farkas, 2009). Kasus myasis pada anjing

22
23

pernah dilaporkan di salah satu penampungan anjing di yunani, dilaporkan dari 163

anjing, terdapat 7 ekor diantaranya yang menderita myasis (Orfanou, 2011).

Symptom

Kasus myasis pada hewan sering ditemukan di sekitar mata, mulut, vulva,

tanduk yang dipotong, luka kastrasi dan pusar hewan yang baru lahir. Awal infeksi

larva terjadi pada daerha kulit yang terluka, selanjutnya larva bergerak lebih dalam

menuju kejaringan otot sehingga menyebabkan dareha luka semakin lebar. Kondisi

ini menyebabkan tubuh ternak menjadi lemah, nafsu makan menurun, demam serta

diikuti penurunan produksi susu dan berat badan bahkan dapat terjadi anemia

(Wardhana, 2006).

Pengobatan

1. Pengobatan Myiasis yang perlu dilakukan antara lain :

2. Bersihkan luka dengan antiseptik

3. Keluarkan larva dari dalam luka dengan cara dicabuti, tetapi sebelumnya larva

harus dibunuh dulu menggunakan insektisida seperti (Coumaphos, Diazinon,

Ivermectin)

4. Setelah larvanya habis dicabuti, berikan salep (Diazinon atau Coumaphos) 2%

dalam vaselin dioleskan langsung disekitar borok atau semprotkan Gusanex

untuk untuk mencegah infeksi ulang


5. Untuk mencegah infeksi sekunder diberikan antibiotik seperti Penstrep atau

Vet-Oxy

6. Untuk mempercepat kesembuhan luka dapat diberikan minyak ikan.

Pengobatan bisa juga dilakukan secara tradisonal, dengan cara :

o luka dari belatung

o Obati dengan kapur barus atau tembakau yang telah di tumbuk halus

o Luka dibungkus dengan kain / perban

o Pada hari berikutnya luka di bersihkan, pengobatan diulang dan dibungkus

kembali, biasanya 2 (dua) atau 3 (tiga) kali pengobataBersihkan n sudah

menunjukkan kesembuhan

o Bila belatung sudah terbasmi dapat diberikan Iodium tinctur atau Iodium

Povidon pada luka untuk mempercepat kesembuhan.

10. Lipoma

Lipoma adalah benjolan lemak lembut. Penyakit lipoma bukanlah jenis kanker,

adanya benjolan berasal dari sel-sel lemak yang mengumpul. Lipoma dapat terjadi di

berbaggai bagian dari tubuh yang terdapat sel-sel lemak. Lipoma biasanya tidak

menimbulkan gejala atau masalah . Kebanyakan lipoma kecil dan terbaik

ditinggalkan sendirian . Namun, lipoma yang berkembang di bawah kulit kadang-

kadang dapat mengganggu penampilan. Jika diperlukan, dapat dihilangkan dengan

operasi sederhana dilakukan di bawah anestesi local (Robert M, 1997).

24
25

Etiologi

Lipoma benjolan lemak yang lembut dan tumbuh di bawah kulit. Lipoma

merupakan penyakit yang bisa dikatakan umum terjadi, diperkirakan dari seratus

orang, satu orang diantaranya dapat mengalami penyakit lipoma. Penyebab lipoma

hingga saat ini belum diketahui. Resiko terkena jenis benjolan kulit biasanya akan

meningkat jika seseorang memiliki keluarga yang pernah mengalami penyakit lipoma.

Kondisi tertentu yang sudah ada sebelumnya juga dapat meningkatkan risiko

pengembangan lipoma. Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan penyakit lipoma

diantaranya adalah adiposis dolorosa, sindrom Cowden, sindrom Gardner dan penyakit

Madelung (Anonim, 2005).

Symptom

Dari sekian banyak jenis tumor, lipoma memiliki ciri dan atau karakter

tersendiri. Jikia seseorang diduga memiliki penyakit lipoma gejala yang timbul

biasanya terlihat benjolan kecil dan lembut, serta dapat bergerak dengan mudah

hanya dengan digerakkan dengan jari. Selain itu, benjolan akibat lipoma biasnya

hanya berada di bawah permukaan kulit dan kulit terlihat pucat. Lipoma yang paling

sering terjadi terletak pada bagian leher, punggung , dan bahu , tetapi lipoma juga

dapat terjadi pada perut, paha, dan lengan. Lipoma ini tidak menyakitkan, terkecuali

jika ia tumbuh ke dalam saraf di bawah kulit (Anonim, 2005).


Pengobatan

lipoma yang membentuk di bawah kulit , biasanya dapat dihilangkan dengan

operasi kecil yang sederhana . Beberapa anestesi lokal disuntikkan ke dalam kulit di

atas lipoma itu. Setelah kulit di atasnya mati rasa oleh anestesi lokal , pemotongan

(sayatan) dibuat lebih dari lipoma tersebut. Lipoma ini kemudian dihapus dan

dipotong dari jaringan di bawahnya. Luka akibat pengambilan lipoma kemudian

dijahit (Orfanou, 2011).

11. Leptospirosis

Leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh suatu

mikrorganisme Leptopsiro interogans. Penyakit ini memiliki manifestasi klinik dari

bentuk yang ringan dengan gejala sakit kepala dan mialigia seperti influenza hingga

bentuk berat dengan gejala ikterus, disfungsi ginjal dan diathesis hemorrhagic .

(Sandra, 2008).

Etiologi

Leptospira disebabkan oleh genus leptospira, family leptospiraceae yang

merupakan suatu mikroorganisme spirachaeta. Ciri khas mikroroganisme ini adalah

bergelung, tipis, motilitas tinggi yang panjangnya 5-15 um, dengan spiral halus

lebarnya 0,1-0,2 um, salah satu ujungnya membengkak membentuk suatu kait,

memiliki dua buah periplasmic flagella yang dapat membuat terowongan menginfeksi

jaringan. Spiroceta ini begitu halus sehingga dalam mikroskop lapangan gelap hanya

26
27

dapat dilihat sebagai rantai kokus kecil-kecil. Dengan pemeriksaan lapang redup pada

mikroskop biasa morfologi leptospira secara umum dapat dilihat. Untuk mengamati

lebih jelas gerakan leptospira digunakan mikroskop lapang gelap. Leptospira

membutuhkan media dan kondisi yang khusus untuk tumbuh. (Kayser,2005).

Symptom

gejala klinis akan muncul setelah masa inkubasi yang berlangsung selama 5-

15 hari(rata-rata 1 minggu). Hewan yang menderita peraku dan akut akan

menunjukkan gejala berupa anoreksia, lesu, hiperestesi otot-otot perifer, pernafasan

yang dangkal, muntah, demam, mucosa pucat, dan detak jantung cepat. Kerusakan

sel-sel trombosit akan mengakibatkan koagulasi perisvakuler yang luas sehingga

terjadi ptechie dan ecchymosis dikulit, epitaksis(mimisan), dan melena(kotoran

kehitaman). Gejala klinis lainnya yang cukup khas adalah jaundice (kuning) pada

membrane mukosa (Human, 2003).

Pengobatan

Pengobatan suportif dengan observasi ketat untuk mendeteksi dan mengatasi

keadaan dehidrasi, hipotensi, perdarahan dan gagal ginjal sangat penting pada

leptospirosis. Pemberian antobiotik harus dimulai secepat mungkin, bias any

pemberian dalam 4 hari setelah onset cukup efektif.


Berikut golongan antibiotic yang dapat diberika pada pasien leptospirosis

Indikasi Regimen Dosis

Leptospirosis ringan

Doksisiklin 2 x 100 mg

Ampisilin 4 x 500-750 mg

Amoksisilin 4 x 500 mg

Leptospirosis sedang/berat

Penisilin 1,5 unit/ 6 jam

Ampisilin 1 gram/ 6 jam

Amoksisilin 1 gram/ 6 jam

Kemoprofilaksis

Doksisiklin 200 mg/ minggu

12. Vaksinasi

Vaksinasi adalah imunisasi aktif secara buatan, yaitu sengaja memberikan

antigen yang diperoleh dari agen menular pada ternak sehingga tanggap kebal

dapat ditingkatkan dan tercapai resistensi terhadap agen menular tersebut.

Etiologi

Vaksin diklasifikasikan menjadi dua klas, yaitu vaksin hidup dan vaksin mati.

Vaksin hidup berisi mikroorganisme yang telah dilemahkan virulensi

28
29

(keganasannya). pengurangan virulensi dikenal dengan istilah atenuasi (perlemahan).

Cara atenuasi yang sederhana terhadap bakteri untuk keperluan vaksinasi adalah

dengan pemanasan bakteri sampai tepat di bawah titik kematian atau memaparkan

bakteri pada bahan kimia penginaktif sampai batas konsentrasi subletal.

Kelebihan vaksin hidup antara lain adalah kekebalan yang dihasilkan sama

dengan kekebalan yang diperoleh karena infeksi alami. Merangsang pembentukan

antibodi yang lebih tahan lama dan juga memberi perlindungan pada pintu-pintu

masuk antigen dan tidak perlu adjuvan. Kekurangan vaksin hidup, antara lain adalah

adanya bahaya pembalikan menjadi lebih virulen selama multiplikasi antigen dalam

tubuh ternak yang divaksin. Penyimpanan dan masa berlaku vaksin yang terbatas,

dperlukan stabilisator dalam penyimpanan. Tingginya resiko tercemar dengan

organisme yang tidak diinginkan.

Kelebihan vaksin mati dibandingkan vaksin hidup antara lain adalah tidak

menyebabkan penyakit akibat pembalikan virulensi dan mudah dalam penyimpanan.

Kekurangan vaksin mati, antara lain adalah perlu perhatian yang luar biasa pada saat

pembuatan guna memastikan bahwa tidak tersisa virus virulen aktif di dalam vaksin.

Kekebalan berlangsung singkat, sehingga harus ditingkatkan kembali dengan

pengulangan vaksinasi yang mungkin menimbulkan reaksi-reaklsi hipersensitifitas.

Cara Vaksinasi

Secara khusus dosis dan cara/route pemberian vaksin tertentu sudah

ditetapkan oleh produsen pembuat vaksin. Apabila hal tersebut dilakukan tidak sesuai
aturan maka terjadilah kegagalan vaksin. Jarum suntik dan dropper yang tidak steril

dan tidak stabil akan mengurangi potensi vaksin. Salah dosis kekurangan dosis vaksin

akan menimbulkan imunitas yang kurang. Kelebihan dosis akan menimbulkan

immunotolerant dan harga vaksin menjadi mahal. Bahan pengencer yang tidak steril

menjadikan vaksin tidak murni lagi.

Kadang-kadang peternak menggunakan bahan pengencer berupa air ledeng

yang mengandung chlorin, sehingga vaksin kurang menghasilkan potensi

antigenisitasnya dan menyebabkan timbulnya antibodi yang kurang. Routepemberian

vaksin yang sering digunakan antara lain : intra muskuler (injeksi serabut otot), tetes

hidung (intra nasal), tetes mata (intra oculer), subkutan (dibawah kulit). Route

vaksin harus dilakukan sesuai petunjuk produsen vaksin. Kesalahan route pemberian

vaksin menyebabkan potensi imunitas yang dihasilkan kurang memuaskan. Jadwal

pemberian vaksin seringkali tidak diperhatikan peternak. Beberapa vaksin harus

diulang pemberiannya dan dikenal dengan istilah booster. Apabila rangkaian

pemberian vaksin yang mungkin terdiri dari booster I dan booster II dan seterusnya

tidak lengkap dilakukan, maka imunitas yang diharapkan tidak akan tercapai.

Kegagalan Vaksinasi

Perlu diingat bahwa vaksinasi adalah salah satu program pengendalian

penyakit pada ternak yang bertanggung jawab terhadap kerugian ekonomis yang

cukup tinggi apabila dalam pelaksanaanya ternyata menemui kegagalan. Adanya

kegagalan vaksinasi menyebabkan angka pesakitan (morbiditas) ternak yang tinggi,

30
31

penurunan produksi dan tingginya biaya yang harus dikeluarkan. Beberapa factor

yang menyebabkan kegagalan vaksinasi adalah menyangkut life span vaksin, cara

vaksinasi, antibodi maternal, kemampuan membentuk antibodi pada ternak,

mikotoksin dan kontaminan lain, seperti limbah industri, pupuk kimia, rodentisida.
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Selama melakukan kegiatan Koasistensi magang profesi di Klinik House of

pet kasus yang di dapatkan adalah Vaksinasi, ovariohysterectomy, limpoma,

leptospirosis, pyometra, scabies, prolapsus, dan distokia. Untuk mendiagnosa suatu

penyakit tidak hanya berdasarkan gejala klinis, bila diperlukan dilakukan

pemeriksaan laboratorium biar diagnose lebih pasti. Penyakit yang disebabkan oleh

bakteri biasanya bersifat fausta apabila penanganannya yang tepat seperti pemberian

dengan menggunakan Antibioti berspektrum luas / sempit.

Penyakit yang disebabkan oleh virus lakukan terapi yang bersifat suportif

seperti pemberian B1, B6 dan B12 sampai kondisi fisioligis tubuh hewan normal

kembali. Karena infeksi yang disebabkan oleh virus masih belum ada obatnya.

SARAN

Diagnosa dan terapi yang tepat sangat diharapkan didalam sebuah penanganan

kasus, baik itu kasus yang bersifat kronis maupun akut.

32

Anda mungkin juga menyukai