Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tungau

Tungau adalah sekelompok hewan kecil bertungkai delapan yang, bersama-sama


dengan caplak, menjadi anggota superordo Acarina. Tungau bukanlah kutu dalam
pengertian ilmu hewan walaupun sama-sama berukuran kecil (sehingga beberapa
orang menganggap keduanya sama). Apabila kutu sejati merupakan
anggota Insecta (serangga), tungau lebih berdekatan dengan laba-laba dilihat dari
kekerabatannya.
Hewan ini merupakan salah satu avertebrata yang paling beraneka ragam dan
sukses beradaptasi dengan berbagai keadaan lingkungan. Ukurannya kebanyakan
sangat kecil sehingga kurang menarik perhatian hewan pemangsa besar dan
mengakibatkan ia mudah menyebar.
Banyak di antara anggotanya yang hidup bebas di air atau daratan, tetapi ada
anggotanya yang menjadi parasit pada hewan lain (mamalia maupun serangga)
atau tumbuhan, bahkan ada yang memakan kapang. Beberapa tungau diketahui
menjadi penyebar penyakit (vektor) dan pemicu alergi.
Laba-laba adalah sejenis hewan berbuku-buku (arthropoda) dengan dua segmen
tubuh, empat pasang kaki, tak bersayap, dan tak memiliki mulut pengunyah. Semua
jenis laba-laba digolongkan ke dalam ordo Araneae; dan bersama
dengan kalajengking, ketonggeng, tungau —semuanya berkaki delapan—
dimasukkan ke dalam kelas Arachnida. Bidang studi mengenai laba-laba
disebut arachnologi.
Araneae adalah ordo terbesar dalam arachnida dan peringkat ketujuh dalam total
keragaman spesies di antara seluruh ordo organismse. Laba-laba dapat ditemukan di
seluruh dunia di setiap benua kecuali di Antartika, dan telah bertahan lama di hampir
semua habitat dengan perkecualian kolonisasi udara dan laut. Hingga Februari 2016,
sedikitnya 45.800 spesies dan 114 suku laba-laba telah dicatat oleh para taksonomis.

2.2 Jenis Tungau dan Labalaba

A.Tungau Debu Dermatophagoides


Tungau debu rumah adalah penyebab utama serangan mengi dan asma. Hewan
tersebut berasal dari keluarga laba-laba, kurang dari setengah milimeter dan memiliki
warna putih. Tungau berkembang biak di tempat lembab dan gelap dan bersuhu 25
derajat Celcius.
Sel kulit mati manusia adalah makanan favorit hewan ini. Tak mengherankan
populasi tungau banyak ditemukan di kasur dan mainan berbahan lembut seperti
boneka. Kotoran mengandung protein dan kompilasi dihirup atau disentuh seseorang
yang membantu mendorong produksi antibodi. Hal ini menyebabkan pelepasan bahan
kimia yang disebut histamin dalam jumlah yang sangat banyak. Terjadi
pembengkakan dan iritasi pada saluran pernapasan.
Penderita yang peka terhadap kotoran tungau debu yang disetujui termasuk
yang memakai dinding dan lantai dengan kain yang basah, menggunakan plastik
untuk tirai dan membekukan bantal dan mainan yang biasa digunakan sekali lagi.
Penderita asma juga membawa kontrasepsi untuk anggota keluarga yang lain,
karena bunyi ngik-ngik yang frekuensi rancap setiap kali penderita menarik napas,
atau menarik napas yang tersengal-sengal. Hal ini membuat orang lain kuatir selain
menjadi terganggu.

B.Tungau Sarcoptes scabiei

Tungau ini memperbaiki lubang pada kulit dan menyebabkan rasa gatal pada
area tersebut. Rasa gatal akan menguat. Kudis menular dan menyebar dengan cepat
melalui kontak fisik. Sementara obat yang diberikan untuk hewan kecil tersebut,
tetapi rasa gatal akan tetap dipertahankan untuk beberapa minggu.
Skabies merupakan penyakit epidemik pada banyak masyarakat. Ada dugaan
bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi kudis epidemik. Penyakit ini banyak dijumpai
pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat juga pada semua umur. Insidensi
sama pada pria dan wanita. Insidensi skabies di negara berkembang menunjukkan
siklus fluktasi yang sampai saat ini belum dapat dilakukan. Interval antara akhir dari
suatu epidemi dan permulaan epidemik berikutnya kurang lebih 10-15
tahun. Beberapa faktor yang dapat membantu menyebarkannya adalah kemiskinan,
kebersihan yang buruk, seksi promiskuitas, diagnosis yang salah, demografi, ekologi
dan derajat sensitasi individu. Insidensinya di Indonesia masih cukup tinggi, terendah
di Sulawesi Utara dan tertinggi di Jawa Barat.
Kudis mudah menyebar baik langsung melalui sentuhan langsung dengan
penderita maupun tak langsung melalui baju, seprai, handuk, bantal, udara, atau sisir
yang pernah digunakan penderita dan belum dilengkapi dan masih mengandung
tungau Sarcoptesnya.

C.Labalaba Rumah

(Parasteatoda tepidariorum)

Ciricirinya:

1.Laba-laba rumah dewasa memiliki panjang tubuh (tidak termasuk kaki) sekitar 6
mm - 9.5 mm.

2.Tubuh berwarna kuning kecoklatan dengan tanda yang samar. Perut berwarna coklat
kelabu pucat dengan rambut pendek.

Kebiasaanya:

1.Ditemukan di bangunan, gudang dan dinding.

2.Laba-laba jenis ini menghasilkan lembaran sarang laba-laba


D.Labalaba Penuai

(Phalangium opilio)

Ciricirinya:
1.Laba-laba rumah dewasa memiliki panjang tubuh (tidak termasuk kaki) sekitar 6 mm -
9.5 mm.

2.Tubuh berwarna kuning kecoklatan dengan tanda yang samar. Perut berwarna coklat
kelabu pucat dengan rambut pendek.
Kebiasaanya:

1.Ditemukan di bangunan, gudang dan dinding.

2.Laba-laba jenis ini menghasilkan lembaran sarang laba-laba.

2.3 Penyakit Yang Dikarenakan Tungau Dan Labalaba


1.Tungau
Kudis adalah kondisi yang ditandai dengan munculnya rasa sangat gatal di kulit,
terutama pada malam hari, disertai dengan timbulnya ruam bintik-bintik menyerupai
jerawat atau lepuhan kecil bersisik. Kondisi ini merupakan dampak dari adanya
tungau yang hidup dan bersarang di kulit.
Jumlah tungau yang terdapat di kulit penderita kudis berkisar 10-15 ekor, dan dapat
berkembang biak hingga berjumlah jutaan, dan menyebar ke bagian tubuh lain, jika
tidak mendapatkan penanganan tepat, tungau.

 Penyebab Kudis
Kudis disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei. Tungau tersebut membuat lubang
menyerupai terowongan pada kulit untuk dijadikan sarang. Mereka bertahan hidup
dengan menjadi benalu di kulit manusia, dan akan mati dalam beberapa hari tanpa
manusia.
Penularan tungau Sarcoptes scabiei terjadi melalui 2 cara, yaitu:

 Kontak langsung, seperti melalui pelukan atau berhubungan seksual. Berjabat


tangan hanya memiliki potensi kecil menularkan tungau.
 Tidak langsung, misalnya berbagi peggunaan pakaian atau tempat tidur
dengan orang yang menderita kudis.

 Gejala Kudis
Kudis ditandai dengan munculnya rasa gatal hebat, terutama saat malam hari, disertai
timbulnya ruam bintik-bintik menyerupai jerawat. Ruam yang muncul juga dapat
berupa lepuhan kecil dan bersisik. Pada anak-anak dan orag dewasa, gejala tersebut
dapat muncul pada area:

 Ketiak
 Sekitar payudara
 Puting
 Siku
 Pergelangan tangan
 Sela-sela jari dan telapak tangan
 Pinggang
 Sekitar kelamin
 Bokong
 Lutut
 Telapak kaki
Sedangkan pada bayi, balita, dan lansia, gejala dapat muncul di area:

 Kepala
 Wajah
 Leher
 Tangan
 Telapak kaki

 Pengobatan Kudis
Penanganan kudis bertujuan untuk membasmi tungau penyebabnya. Dokter akan
meresepkan obat oles permethrin untuk membunuh tungau beserta telurnya.
Penggunaan obat dilakukan saat malam hari, dengan dioleskan ke bagian tubuh yang
mengalami kudis.
Penting untuk diketahui bahwa gejala dapat terasa memburuk di awal pengobatan. Hal
itu tergolong wajar. Gejala akan mulai berkurang setelah satu minggu pengobatan,
dan sembuh sepenuhnya setelah 4 minggu pengobatan.
Pasien dapat melakukan perawatan sederhana di rumah guna mengurangi rasa gatal
yang timbul akibat kudis. Di antaranya:

 Berendam di air dingin, atau menempelkan kain basah pada area kulit yang
bermasalah.
 Menggunakan losion kalamin. Namun, konsultasikan terlebih dahulu
mengenai penggunaannya dengan dokter.

2.Labalaba
 Gejala
Dalam beberapa kasus, gigitan atau sengatan bisa menyakitkan. Misalnya, gigitan dari
semut api dan sengatan dari lebah, lebah atau tawon kemungkinan akan mendapat
perhatian korban. Tapi beberapa gigitan dan sengatannya lebih halus, seperti yang
berasal dari nyamuk, tungau, kutu atau kutu, yang biasanya tidak terasa sakit.

Dalam kasus kutu, gejala bisa lebih parah jika menggigit mengakibatkan infeksi atau
penularan suatu penyakit, seperti penyakit Lyme atau Rocky Mountain yang terlihat
demam. Menurut NIH, gejala gigitan kutu seperti itu meliputi:

Apnea dan / atau sulit bernafas


Lepuh
Ruam
Nyeri parah di tempat gigitan
Bengkak di tempat gigitan
Kelemahan
Gerakan tidak terkoordinasi

 Jenis serangga dan laba-laba yang menggigit


Banyak serangga umum menggigit tanpa provokasi – atau karena mereka lapar –
termasuk nyamuk, kutu, tungau, lalat, kutu busuk, semut api atau kutu. Yang lainnya,
seperti tawon, lebah dan lebah, tersengat saat merasa terancam.

Kebanyakan laba-laba tidak agresif dan hanya akan menggigit manusia jika mereka
terkejut atau terancam. Gigitan semacam itu biasanya berakibat tidak lebih dari titik
merah dan beberapa rasa gatal atau bengkak, menurut Rick Vetter, seorang rekan
penelitian pensiunan entomologi di University of California, Riverside.

 Mencegah gigitan serangga


Mereka yang alergi terhadap racun serangga tertentu, seperti lebah, harus
mempraktikkan apa yang disebut Schuval “tindakan penghindaran lebah.” Ini
termasuk menghindari sarang serangga, tidak memakai parfum di luar rumah dan
meninggalkan kaos kuning Anda di lemari pakaian Anda, katanya.

Karena nyamuk dan kutu di banyak belahan dunia dapat membawa penyakit atau
menyebabkan infeksi, disarankan agar orang menghabiskan banyak waktu di luar
rumah untuk melindungi diri dari serangga ini. Untuk membatasi paparan nyamuk dan
gigitan nyamuk Anda, kenakan pakaian yang menutupi lengan dan kaki Anda.
KESIMPULAN

Berdasarkan makalah tentang Tungau yang mengulas beberapa materi singkat


berikut ini
1. Banyak diantara anggotanya yang hidup bebas di daratan, namun ada
anggotanya yang menjadi parasit pada hewan lain (mamalia juga
serangga). Tungau menyukai tempat - tempat yang lembab dan tempat yang tidak
disukai sinar matahari.
2. Beberapa tungau dikenal sebagai penyebar penyakit ( vektor ) dan
pemicu alergi . Namun demikian, ada pula tungau yang hidup menumpang pada
hewan lain namun saling menguntungkan
3. Kudis Adalah Kondisi kulit Yang Gatal dikarenakan Hewan Kecil (tungau)
Yang disebut Sarcoptes scabiei fotosintesis Sangat dipengaruhi Oleh beberapa
faktor Penting diantaranya cahaya, enzim, substrat Dan Suhu.
4. Tungau debu rumah adalah penyebab utama serangan mengi dan asma Produk
yang dihasilkan dari proses ini adalah hasil dan O2.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.rentokil.co.id/laba-laba/jenis-laba-laba/
https://id.wikipedia.org/wiki/Tungau
https://id.wikipedia.org/wiki/Laba-laba
http://100makalah.blogspot.com/2016/06/makalah-parasitologi-
tungau.html?m=1
https://tekno.tempo.co/read/1062265/tungau-debu-rumah-ternyata-lebih-
tua-dari-manusia
http://www.rsi-sitihajar-sidoarjo.com/2015/10/scabies-atau-dikenal-
dalam-bahasa-awam.html
https://www.alodokter.com/kudis
http://news.gunadarma.ac.id/2017/06/gigitan-laba-laba-dan-sengatan-
lebah-gejala-dan-pengobatan/

Anda mungkin juga menyukai