Anda di halaman 1dari 13

Nama : Bau Rasmiyanti

Nim : 60300121047
Kelas : Biologi C

Fisiologi Hewan
 Kelainan pada Hewan Mamalia contohnya Sapi
1. ANTRAKS / RADANG LIMPA

 Penyakit antraks (Anthrax) atau radang limpa merupakan salah satu penyakit yang bersifat
zoonosis, endemi di beberapa wilayah di Indonesia, bersifat sporadis dan perlu diwaspadai
cukup. Penyebaran penyakit ini cukup luas di dunia sedangkan di Indonesia tercatat 15 propinsi
yang pernah terdapat kejadian penyakit antraks termasuk salah satunya NTB. Catatan kejadian
antraks pertama kali di Indonesia adalah tahun 1885. Antraks yang sering disebut dengan radang
limpa menyerang hewan khususnya ruminansia (sapi, kerbau, domba, kambing, babi), burung
unta dan hewan menyusui lainnya. Antraks relatif membahayakan manusia dan berdampak pada
kerugian ekonomi. Antraks juga banyak mendapat perhatian karena di masa lalu sering
digunakan dalam perang biologi, dengan cara menyebarkan spora melalui udara dan
menyebabkan penyakit. Penyebab penyakit ini adalah Bacillus anthracis. Kuman Anthrax dapat
membentuk spora yang tahan hidup berpuluh-puluh tahun di tanah, tahan terhadap kondisi
lingkungan yang panas, dan bahan kimia atau desinfektan. Oleh sebab itu, hewan yang mati
karena menderita Anthrax dilarang melakukan pembedahan pada bangkainya agar tidak
membuka peluang bagi organisme untuk membentuk spora. Penyakit ini tersebar di seluruh
dunia terutama daerah tropis. Penularan Penyakit Infeksi pada hewan dapat berasal dari tanah
yang tercemar organisme/ kuman Anthrax. Kuman masuk tubuh hewan melalui luka, terhirup
bersama udara atau tertelan. Pada manusia infeksi biasanya terjadi dengan perantaraan luka,
dapat pula melalui pernafasan para pekerja penyeleksi bulu domba atau melalui saluran
pencernaan bagi orang yang memakan daging hewan penderita Anthrax yang dimasak tidak
sempurna.

2. SEPTICHAEMIA EPIZOOTICA ( SE )/ NGOROK

Penyakit SE merupakan penyakit menular terutama menyerang sapi dan kerbau. Penyakit
biasanya berjalan akut. Angka kematian tinggi terutama pada penderita yang telah
memperlihatkan penyakit dengan jelas. Penyebab Penyakit Penyakit SE disebabkan oleh
kuman Pasteurella multocida. Pasteurella multocida  adalah kuman bersifat Gram-negative, non
motile coccobacillus yang sensitive terhadap penicillin. Dengan pewarnaan Giemsa atau
methylene blue kelihatan bahwa kuman tersebut berbentuk kokoid bipolar. Penyakit bersifat
zoonosis pada manusia. Pasteurella multocidapertama diketemukan pada 1878 bersamaan
dengan infeksi fowl cholera pada unggas. Orang yang pertama kali mengisolasi kuman tersebut
yaitu Louis Pasteurmendapat kehormatan untuk diabadikan sebagai nama
genus Pasteurella Penularan Infeksi berlangsung melalui saluran pencernaan dan pernapasan.
Cekaman pada ternak merupakan predisposisi untuk terjangkitnya penyakit. Sapi atau kerbau
yang terlalu bayak dipekerjakan, pemberian pakan yang berkualitas rendah, kandang yang penuh
dan berdesakan, kondisi pengangkutan yang melelahkan, kedinginan dan keadaan anemia dapat
memicu terjadinya infeksi.

3. PENYAKIT INGUSAN (MALIGNANT CATRRAHAL FEVER = MCF )/ PENYAKIT


MAKAN TANAH
Penyakit ingusan merupakan penyakit menular yang bersifat akut dan fatal pada sapi dan
kerbau. Gejala yang sangat menyolok adalah keluarnya ingus yang hebat dari hidung disertai
demam yang tinggi, radang mukopurelen pada selaput epitel pernapasan maupun selaput mata
dan encephalitis. Penyakit ini tersebar luas diberbagai negara di dunia.Di Indonesia, kejadian
yang terbanyak adalah pada sapi Bali dan kerbau. Penyakit ingusan ini dapat menyerang ternak
segala umur, namun kebanyakan yang terserang berumur 4 – 6 tahun. Jenis kelamin dan musim
tidak mempengaruhi kejadian penyakit. Angka kematian akibat penyakit ingusan sangat tinggi
( 95 % )
Penyebab Penyakit Agen penyebab penyakit ini digolongkan menjadi dua macam, yaitu; ACV-1
adalah herpes virus, merupakan anggota dari sub family Gamma herpesviridae,
famili herpesviridae. Dan SAA adalah agen yang belum diketahui secara jelas klasifikasinya dan
diperkirakan ditularkan oleh domba.  Penularan Penyakit Domba diduga sebagai carier atau
pembawa penyakit, walaupun ternak -ternak tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda sakit.
Kejadian penyakit ini lebih tinggi pada daerah peternakan campuran antara sapi/ kerbau dengan
domba, atau pada daerah padang penggembalaan dimana sapi, kerbau dan domba digembalakan
secara bersamaan. Cara penularan virus masih belum diketahui dengan jelas, namun pada sapi
telah direkam beberapa kasus infeksi transplasental ( melalui plasenta ).

4. BOVINE EPHERAL FEVER (BEF)/ DEMAM TIGA HARI

BEF hanya menyerang sapi dan kerbau dan tidak dapat menulari dan menimbulkan penyakit
pada hewan lain. Sapi/ kerbau yang terserang penyakit ini akan sembuh kembali beberapa hari
kemudian (2 – 3 hari). Angka kematian sangat kecil sekali tidak sampai 1 % tetapi angka
kesakitan tinggi. Dari segi produksi dan tenaga kerja cukup berarti karena hewan yang sedang
berlaktasi turun produksi sususnya dan hewan pekerja tidak mampu bekerja selama 3 –5 hari.
Penyebab Penyakit Penyebab penyakit ini adalah virus dari genus yang tidak ada namanya, tetapi
termasuk dalam keluarga Rhabdoviridae dari virus RNA. Penularan Penyakit Demam Tiga Hari
disebarkan oleh Cullicoides sp. (serangga pengisap darah) dan nyamuk. Cullicoides yang
terinfeksi dapat menyebarkan penyakit mencapai jarak 2.000 Km. Ada dugaan penyebaran dapat
pula terjadi melalui angin
5. TRYPANOSOMIASIS/ SURRA

Penyakit ini merupakan penyakit parasiter yang bersifat akut ataupun kronis. Kerugian yang
ditimbulkan oleh penyakit ini adalah berupa penurunan berat badan, gangguan pertumbuhan,
penurunan produksi susu, penurunan tenaga kerja dan berkahir dengan kematian. Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh protozoa Trypanosoma evansi. Parasit ini hidup dalam darah induk
semang dan memperoleh glukosa, sehingga dapat menurunan kadar glukosa darah induk
semangnya. Penularan Penularan terjadi secara mekanis dengan perantaraan lalat pengisap darah
genus Tabanidae. Lalat jenis lain seperti Stomoxys, Lyperosia, Chrysops dan Hematobia  serta
jenis Arthropoda lain seperti kutu, pinjal dan lain lain dapat bertindak sebagai vektor. Penyakit
ini biasanya terjadi secara sporadis di daerah endemi, namun dapat juga mewabah yang
menimbulkan banyak korban kematian dan kerugian karena pengobatan dan perawatan. Apabila
kondisi tubuh menurun atau tedapat cekaman misalnya stres, kurang pakan, kelelahan,
kedinginan dan sebagainya merupakan pemicu terjadinya penyakit.

 Pada kelompok Reptil Yaitu contohnya Ular


1. Bisul bernanah / Abscesses.
Pada umumnya bisul bernanah disebabkan oleh luka yang terinfeksi oleh kuman sewaktu
proses penyembuhan. Bisul ini berbentuk seperti gumpalan yang menonjol dari bawah kulit yang
bisa juga memanjang sampai ke organ dalam ular. Biasanya agak sukar dibedakan bisul bernanah
ini dengan tumor, atau telur atau sembelit pada ular dan hanya dokter hewan yang
berpengalaman yang boleh menangani kasus bisul bernanah ini karena mereka bisa memberikan
diagnosa yang tepat apalagi bila melibatkan organ bagian dalam dari ular. Perawatan yang
diperlukan untuk bisul bernanah ini termasuk dalam kegiatan membedah bisul dan kemudian
mengeluarkan nanah seluruhnya dilanjutkan dengan pembersihan dan penutupan
bekas luka sambil memberikan perawatan antibiotik.
2. Melepuh / Blister.

Biasanya hanya diderita oleh ular peliharaan. Ini adalah penyakit yang bisa dihindari melalui
perawatan lingkungan yang tepat. Apabila ular dipelihara dengan alas yang kotor, berjamur atau
terlalu basah/ lembab, maka luka melepuh yang berisi air bisa terjadi di bagian bawah badan
ular. Luka lepuh ini berbeda dengan luka melepuh akibat panas dan harus diperhatikan secara
seksama dulu sebelum perawatan. Awalnya hanya akan muncul satu atau dua luka lepuh tapi
apabila diabaikan bisa bertambah dan bisa juga mengancam keselamatan ular itu apabila
menyebar ke mulut, hidung dan lubang anus ular. Perawatan yang paling tepat adalah
pencegahan. Jagalah agar alas selalu bersih dan kering, segera bersihkan apabila terlihat ada
kotoran atau air kencing dan gantilah alas secara teratur. Luka lepuh yang jumlahnya masih
sedikit, bisa diobati sendiri di rumah. Sterilkan sebatang jarum yang tajam dan secara perlahan
pecahkan luka lepuh itu lalu gunakan kapas atau perban yang bersih untuk menyerap sebanyak
mungkin cairan yang ada di dalam luka lepuhan itu. Dilanjutkan pengobatan untuk lukanya, dua
kali sehari dioleskan betadine atau hydrogen peroxide dan bubuhkan juga antibiotik. Apabila
kiranya luka lepuh ini cukup banyak atau berlanjut ke bagian bagian tertentu dari ular, lebih baik
segera dibawa ke dokter hewan yang berpengalaman.
3. Luka bakar / burns.
Luka bakar pada reptil biasanya muncul sewaktu reptil mencari tempat yang hangat ,
sayangnya tempat itu terlalu panas atau si ular berdiam disana terlalu lama. Didalam kandang,
sewajarnya tidak ada sumber panas , karena yang digunakan adalah panasnya bukan sumber
panasnya. Hot rocks biasanya dijual kepada pemelihara reptil pemula sebagai penghangat untuk
reptil, tapi hot rocks memiliki reputasi yang buruk karena bisa mengakibatkan luka bakar. Ular
yang lepas seringkali mencari tempat yang hangat untuk bersembunyi, misalnya di dekat mesin
heater, yang kemudian bisa mengakibatkan luka bakar. Ciri2 luka bakar pada ular adalah sisik
yang berwarna coklat, hitam atau abu abu dan di luka bakar yang lebih serius, akan melepuh.
Luka bakar ringan harus dibersihkan setiap hari dengan hydrogen peroxide atau Betadine yang
sudah dicairkan lalu diolesin krim untuk luka bakar yang mengandung antibiotik, sedangkan luka
bakar yang serius, harus ditangani oleh dokter hewan yang berpengalaman yang bisa
memutuskan apa yang harus dilakukan pada kerusakan jaringan kulit dan dehidrasi pada ular
4. Sembelit / Constipation

Pencernaan ular tergantung pada ukuran dan metabolismenya, bisa lebih lama, bisa juga
lebih cepat, tapi apabila jadwal yang seharusnya sudah terlewati dan ular terlihat bengkak, lesu
dan kurang nafsu makan itu mungkin disebabkan oleh sembelit. Pengobatan sederhana
memerlukan perendaman di air hangat selama 15 menit /hari yang biasanya
bisasangat membantu mempercepat pengeluaran apalagi bila dibantu dengan pijatan ringan ke
arah bawah selama perendaman. Apabila tindakan ini tidak membantu dan bagian perut ular
semakin membengkak, lebih baik segera menemui dokter hewan yang berpengalaman , karena
terkadang, kotoran bisa berbentuk sangat keras dan tidak bisa dikeluarkan atau ular memakan
sesuatu yang tidak bisa dikeluarkan secara normal sehingga diperlukan tindakan operasi untuk
mencegah kematian.
5. Luka gores & gesekan / Cuts and abrasions
Apapun bentuk lukanya, harus ditangani seperti kita menangani luka pada manusia dimana
luka harus dalam keadaan selalu bersih, di obati dengan antibiotik setiap hari sampai sembuh.
Membalut luka dengan perban pada ular adalah hal yang hampir tidak mungkin, jadi sebagai
penggantinya bisa dipakai band aid yang tahan air. Tapi apabila luka terjadi pada bagian kepala,
lebih baik ular diamankan di ruangan perawatan.Luka gesekan biasanya terjadi sewaktu ular
terus menerus menggesekkan mukanya ke bagian kandang berusaha untuk keluar, jadi cara
pencegahan adalah menutup bagian kandang atau merubah struktur kandang. Luka gigitan dari
binatang lain atau ular lain bisa dicegah dengan memisahkan binatang , mangsa mamalia
seharusnya dibuat setengah sadar atau mati sewaktu diberikan kepada ular untuk
mencegah tindakan bela diri dari si mangsa yang bisa mengakibatkan luka pada pemangsanya.

 Kelainan pada Aves contohnya Burung:


1. Flu burung

Beberapa tahun lalu, kasus flu burung menjadi berita di seluruh dunia dan penyakit ini
dapat terus dialami burung. Pemilik burung peliharaan harus tahu bahwa flu burung dapat
menyerang burung dari spesies apa pun. Artinya,  burung beo dan burung peliharaan lainnya
berisiko tertular jika terpapar. Meski risiko terpapar hewan peliharaan di penangkaran dianggap
minimal, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk lebih melindungi hewan terbang ini dari
patogen mematikan tersebut. Parasit dapat menyerang hewan apa pun, termasuk burung dan
manusia. Penting untuk memantau burung peliharaan untuk mengetahui tanda-tanda infestasi
parasit internal atau eksternal karena anak-anak, hewan peliharaan lain, dan anggota keluarga
lainnya juga dapat tertular jika terpapar. Parasit tertentu dapat mematikan burung peliharaan jika
tidak segera diobati. Jadi, pelajari sebanyak mungkin tentang tanda, gejala, dan risiko
paparannya sangat penting untuk melindungi burung peliharaaan dan keluarga Anda. 
2. Penyakit paruh dan bulu psittacine

Salah satu masalah kesehatan yang menakutkan bagi pemilik burung adalah penyakit paruh
dan bulu Psittacine, yang juga dikenal sebagai "PBFD". Ini adalah virus mematikan yang
menyebabkan pertumbuhan paruh dan bulu yang tidak normal, lesi, dan berbagai masalah
lainnya. 
PBFD dapat mempengaruhi semua spesies burung beo dan saat ini tidak ada pengobatan atau
penyembuhan yang diketahui. Lebih buruk lagi, PBFD sangat menular dan dapat dengan cepat
menyebar ke seluruh kawanan burung yang dipelihara dalam jarak dekat. Penting untuk
mengetahui tanda-tanda PBFD guna mencegah penyebaran penyakit mematikan ini ke burung
lainnya. 

3. Pengikatan telur

Mereka yang memelihara burung jantan dapat bernapas lega karena penyakit pengikatan
telur hanya dapat mempengaruhi burung betina dalam usia kawin. Pengikatan telur merupakan
masalah yang sangat serius dan dapat menyebabkan kematian pada unggas atau burung yang
terjangkit jika tidak segera ditangani dokter hewan berpengalaman sehingga penting bagi pemilik
burung betina untuk mengetahui tanda dan gejala dari masalah kesehatan ini guna burung
peliharaan. 

 Kelainan pada Amfibi contohnya Katak:


1.  Chlamydiosis

Chlamydiosis atau klamidiosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh


bakteri Chlamydia ssp. Chlamydia biasanya berasosiasi dengan bakteri lain dalam menyebabkan
infeksi menjadikan infeksi berjalan cepat dan fatal. Gejala klinis yang muncul dan teramati
misalnya berupa kelamahan umum, kehilangan keseimbangan, kebengkakan pada anggota tubuh,
warna tubuh memudar, muncul bintik merah pada permukaan kulit dan kematian mendadak.
Diagnosa didasarkan pada hasil pemeriksaan fisik berupa gejala klinis yang muncul dan
penemuan pada pemeriksaan bedah bangkai/otopsi berupa pembesaran hati/liver dan adanya
keradangan pada organ hati, limpa dan ginjal. Treatmen dapat dilakukan dengan terapi
manajemen berupa perbaikan kualitas air dan lingkungan disertai terapi kausatif dengan
pemberian antibiitika spektrum luas seperti eritromisin, amoksisilin, klindamisin, dll.,
dikombinasikan dengan antiinflamasi (difenhidramin, deksametason) dan vitamin penguat.

2.  Mycobacteriosis
Mycobacteriosis atau mikobakteriosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium ssp. Penyakit ini biasanya menyerang amfibi yang kondisinya sudah
lemah atau terluka. Gejala klinis ditandai dengan tumbuhnya benjolan kecil berwarna kelabu
pada kulit, hati, limpa, ginjal dan paru-paru. Jari kaki, selaput renang dan mulut biasanya juga
terlibat dan muncul ulser/tukak pada permukaan kulit. Nafsu makan biasanya tetap bagus namun
terjadi penurunan berat badan secara signifikan. Diagnosa dapat diteguhkan dengan kultur atau
isolasi bakteri dari swab kulit, feses/tinja dan lendir tubuh/mukus. Treatmen tidak
direkomendasikan namun perlu dilakukan isolasi pada individu yang sakit supaya tidak menjadi
sumber penular bagi yang lain. Diperlukan kehatihatian dalam menangani penyakit ini karena
dapat menular ke manusia (zoonosis). Pencegahan dapat dilakukan dengan pembersihan tank
seminggu sekali.

3.  Red Leg Syndrome

Red Leg Syndrome atau sindroma kaki merah merupakan penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Aeromonas sp yang biasanya berasosiasi dengan infeksi fungi dan virus. Penyakit
ini sering menyerang amfibi yang kurang pakan, malnutrisi atau koleksi baru yang dipelihara
dalam tank dengan kualitas air jelek. Fase berudu dan anakan lebih peka terhadap infeksi red leg
syndrome dibanding amfibi dewasa. Gejala klinis ditandai dengan kelemahan umum, ekstrim
kurus, luka lepuh pada kulit dan jari, dan spesifik dengan kemerahan pada kulit kaki dan
abdomen/perut. Diagnosa didasarkan pada sejarah penyakit, anamnesa, hasil pemeriksaan fisik
dan peneguhan diagnosa dengan uji kultur bakteri. Terapi dapat dilakukan dengan pemberian
antibiotika spektrum luas dan terapi suportif diikuti dengan perbaikan kualitas air dan
lingkungan. Pencegahan dapat dilakukan dengan tindakan karantina pada koleksi amfibi baru
selama minimal 14 hari dan perbaikan kualitas air dan lingkungan.

 Kelainan pada Pisces yaitu contohnya Ikan


1. White Spot (Bintik Putih)
Cupang dapat terkena penyakit white spot (bintik putih) yang menyerang sisik ikan dan
gampang sekali menular. Air yang kotor dan pakan yang tidak bersih biasanya akan
menimbulkan gejala bintik-bintik putih pada sisik ikan. Jika sudah terkena penyakit ini, nafsu
makan cupang akan berkurang, warnanya terlihat pucat, serta sirip dan ekornya menguncup.
Dalam beberapa kasus, cupang menabrakkan dirinya ke dinding akuarium karena rasa gatal di
tubuhnya. Jika cupang peliharaanmu mulai mengalami gejala ini, segera lakukan karantina.
Bersihkan akuarium dan segera gant airnya. Kemudian tambahkan obat biru dan garam pada air
yang baru. Agar penyembuhan semakin cepat, biasakan ikan terkena sinar matahari pagi.

2. Infeksi Jamur Kulit

Infeksi jamur kulit ini ditandai dengan munculnya bercak putih pada sirip ikan. Bentuknya
seperti gumpalan kapas. Jika sudah terkena penyakit ini, biasanya nafsu makan cupang akan
menurun, gerakannya semakin pasif, dan dalam beberapa kasus warnanya semakin memudar.
Penyebabnya lagi-lagi air akuarium yang kotor karena jarang dibersihkan. Untuk mengobati
cupang kesayanganmu, segera ganti air secara menyeluruh dan lakukan karantina pada cupang.
Kemudian tambahkan obat biru pada air yang baru. Selain obat biru, air rendaman ketapang juga
bisa menjadi pilihan. Selama karantina upayakan untuk mengganti air sekali tiga hari.

3. Velvet (Bintik Emas/ Karatan)

Penyekit ini ditandai dengan munculnya bintik-bintik berwarna emas cenderung gelap
seperti karat pada tubuh cupang. Cupang juga akan semakin pasif dan malas bergerak, warnanya
menjadi pucat, siripnya menguncup, serta nafsu makan berkurang. Penyebab penyakit ini kurang
lebih sama dengan penyakit sebelumnya, yaitu air yang tidak bersih dan kualitas pakan yang
tidak terjaga. Jika menemui ciri-ciri seperti ini, segera obati cupangmu dengan melakukan
karantina. Bersihkan akurium, ganti air menyeluruh, beri garam ikan, dan tambahkan obat biru
atau air rendaman Ketapang. Lakukan pengobatan setiap tiga hari sekali sampai velvet
menghilang.

4. Fin Rot (Busuk Sirip) 

Jika muncul warna kemerahan pada sirip cupang, sirip sobek dan rontok, warna cupang
menjadi lebih pucat, bahkan jika dibiarkan badan ikan ikut membusuk, kamu perlu waspada.
Cupang peliharaanmu diserang penyakit fin rot. Penyakit ini disebabkan bakteri yang muncul
akibat kualitas dan kebersihan air yang buruk. Pengobatannya dapat dilakukan dengan
mengarantina ikan, membersihkan akuarium, dan mengganti air baru. Kemudian tambahkan
antibiotic dan garam khusus ikan. Jika berhasil, sirip ikanmu akan tumbuh kembali.

5. Pop Eye (Mata Bengkak) 

Cupang kesayanganmu juga bisa terkena penyakit pop eye atau mata bengkak. Cupang yang
terkena penyakit ini biasanya akan kehilangan nafsu makan, gerakan semakin pasif, sirip
menguncup, hingga warna perlahan memudar. Pada kondisi parah, maka ikan membengkak
hingga nyaris seperti akan keluar layaknya ikan mas koki. Jika keadaan sudah seperti ini,
biasanya pengobatan akan sulit dilakukan.Bahanyanya, bakteri penyebab pop eye ini bisa
menular pada ikan lainnya. Jika ikanmju menunjukkan gejala ini segera lakukan pengobatan
dengan melakukan karantina dan memberikan antibiotic khusus ikan dan garam ikan. Jangan
lupa ganti air setiap tiga hari sekali dengan melajukan pengobatan yang sama hingga ikan
kembali sembuh.

6. Berak Putih  

Berak putih ini dikenal juga dengan 'penyakit mencret' pada ikan cupang. Ikan cupang yang
terkena penyakit ini akan mengeluarkan kotoran putih memanjang atau menggumpal. Ikan juga
menjadi tidak aktif, kehilangan nafsu makan, dan terlihat pucat. Penyakit ini disebabkan oleh
parasit seperti cacing nematoda yaitu Ascaris Lumbricoides.Jika menunjukkan gejala demikian,
segera bersihkan akuarium secara keseluruhan, ganti air lalu tambahkan garam ikan. Akan lebih
bagus jika ditambahkan obat cacing khusus ikan seperti Acryflavine, Verminox, atau Worm X.

7. Inflamed Gilss (Insang Merah) 

Penyakit satu ini diakibatkan keracunan nitrat. Warna insang cupang yang terkena penyakit
ini akan terlihat merah dan tidak tertutup rapat. Insang ikan akan membengkak sehingga
membuat kesulitan bernapas. Oleh karena itu, ikan kerap terlihat di permukaan air. Meski tidak
menular, segera ganti air yang sudah tercemar kemudian tambahkan obat biru dan garam ikan.
Lakukan perawatan setiap tiga hari sekali sampai ikan sembuh.

Anda mungkin juga menyukai