Anda di halaman 1dari 17

Ektoparasit Pada Kucing

Parasit pada hewan sebenarnya terbagi dua golongan yaitu ektoparasit dan endoparasit. Golongan parasit
yang hidup di dalam tubuh seperti cacing, disebut endoparasit, Sedangkan yang hidup di tubuh bagian luar
seperti di kulit dan bulu disebut ektoparasit.
Berikut ini beberapa macam ektoparasit pada kucing :

Pinjal (Flea)
Pinjal inilah yang sering terdapat pada kucing dan paling sering disebut kutu kucing. Pinjal berukuran kecil 1-
2 mm, berwarna coklat tua atau hitam, tubuh pipih, suka meloncat-loncat, sering terlihat di sela rambut kucing
dan yang pasti gigitannya minta ampun gatalnya.

Pinjal Kucing, dilihat dengan mikroskop pembesaran 6 X

Cara Membasmi Kutu/Pinjal Kucing

Tungau (Mite & Lice)


Tungau yang sering menyerang kucing ada beberapa macam dengan gejala yang mirip. Beberapa tungau
yang menginfeksi telinga disebut ear mite, ada yang menyebabkan kulit terkelupas seperti ketombe, dan ada
juga yang hidup di bawah kulit seperti demodex dan scabies. Tungau berwarna putih atau krem, karena
ukurannya yang kecil agak sulit dilihat dengan mata biasa.
Tungau (mite) dilihat dengan mikroskop

Cara membasmi ear mite(segera online)


Cara membasmi demodex (segera online)
Cara membasmi scabies (segera online)

Caplak (Tick)
Kutu jenis ini sering sekali terlihat di anjing, dan jarang terlihat pada kucing. Ukuran caplak relatif besar,
sekitar 0.3 - 1 cm. berbentuk gepeng dengan proporsi badan lebih besar daripada kepala, berwarna coklat
tua atau hitam. Bila telah kenyang menyedot darah, badan caplak akan bengkak dan membulat.

Caplak ukuran 0.5 cm

Scabies :Tungau penyebab penyakit kulit

Scabiesis adalah penyakit kulit yang disebabkan tungau (sejenis kutu)scabies/sarcoptes. Penyakit ini sering
menyerang anjing, kucing, kelinci dan dapat juga menular ke manusia. Sebagian besar scabiesis pada anjing
dan kelinci disebabkan oleh tungau sarcoptes scabiei, sedangkan notoedres cati lebih sering menyebabkan
scabiesis pada kucing. Selain notoedres cati, Sarcoptes scabiei juga dapat menyerang kucing.

Tungau Notoedres cati, siklus hidup & cara penularan


Scabiesis pada kucing lebih sering disebabkan notoedres cati, seperti halnya sarcoptes scabiei yang lebih
sering menyerang anjing. Tungau ini berukuran sangat kecil (0.2-0.4 mm), hanya bisa dilihat dengan
mikroskop atau kaca pembesar.

Tungau scabies

Seluruh siklus hidup tungau ini berada di tubuh induk semangnya. Tungau betina menggali dan melubangi
kulit kemudian bertelur beberapa kali sambil terus menggali saluran-saluran dalam kulit induk semangnya.
Lubang-lubang dalam kulit yang digali seekor tungau betina dapat mencapai panjang beberapa centimeter.

Setelah bertelur beberapa kali, tungau betina mati. Dalam waktu 3-8 hari telur menetas menjadi larva berkaki
enam. Larva yang telah dewasa berubah menjadi nimfa yang mempunyai delapan kaki. Nimfa dewasa
berganti kulit menjadi tungau dewasa. Dalam saluranyang telah digali tungau betina tersebut, tungau dewasa
melakukan perkawinan dan proses daur hidup berulang kembali. Satu siklus hidup memerlukan waktu 2-3
minggu.

Scabiesis dapat menyerang kucing pada semua umur, baik jantan maupun betina. Penularan penyakit kulit ini
terjadi melalui kontak fisik antar kucing atau kontak dengan alat-alat yang tercemar tungau seperti sisir,
kandang, dll.
Tanda & gejala terserang Scabies

Tanda-tanda awal terkena penyakit ini biasanya berupa rontok dan gatal disekitar telinga. Dipinggiran daun
telinga terlihat ada kerak berwarna putih. Penyakit dapat menyebar dengan cepat ke daerah sekitar wajah,
leher, hidung dan kelopak mata. Kadang-kadang tungau juga dapat menyebar hingga ke daerah perut dan
telapak kaki.

Rasa gatal yang timbul menyebabkan kucing sering menggaruk-garuk. Infeksi kronis/lama dapat
menyebabkan penebalan dan keriput pada kulit ditutupi oleh kerak-kerak berwarna abu-abu kekuningan.
Infeksi yang parah mengakibatkan luka dan berkembang menjadi infeksi sekunder.
Diagnosa

Penyakit ini sering tertukar dengan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur (ringworm). Diagnosa penyakit
biasanya dilakukan dengan cara memeriksa kerokan kulit dibawah mikroskop. Biasanya dalam kerokan kulit
tersebut ditemukan banyak tungau.

Pengobatan
Obat klasik yang sering digunakan untuk mengatasi penyakit ini adalah sulfur/belerang. Sulfur juga
merupakan obat klasik penyakit kulit yang disebabkan oleh ringworm/jamur. Mandikan kucing dengan
shampoo/sabun yang mengandung sulfur, kemudian dicelup (dip) dengan cairan sulfur 2-3 %. Mandi dan dip
sulfur dilakukan setiap tujuh hari sampai sembuh. Setidaknya diperlukan 6-8 kali mandi hingga penyakit
sembuh.

Cara lain yang sering digunakan adalah injeksi obat golongan avermectin seperti ivermectin, doramectin atau
selamectin. Suntikan inilah yang sering salah kaprah disebut sebagai suntik jamur, seperti juga kesalahan
diagnosa scabies yang sering salah kaprah disebut sebagai jamur.

Lihat juga : suntikan anti jamur tidak membunuh jamur

Setidaknya diperlukan dua kali suntikan ivermectin dengan selang waktu 2 minggu, agar penyakit dapat
sembuh total.

Bila dalam satu rumah terdapat beberapa ekor kucing, Pengobatan yang sama juga harus diakukan terhadap
kucing lain. Karena bila tidak diobati, ada kemungkinan terjadi infeksi ulang dari kucing lain yang tidak diobati,
akibatnya penyakit ini tidak pernah sembuh secara tuntas.

Pencegahan

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Pencegahan bisa dilakukan dengan cara menghindari kontak
dengan kucing liar atau kucing yang telah terkena penyakit ini. Kucing yang tinggal di dalam rumah biasanya
jarang sekali terkena penyakit ini.

Cuci dan desinfeksi alat-alat grooming seperti sisir, sikat, dll setelah digunakan pada kucing yang terkena
penyakit ini.
Hindari penitipan hewan atau tempat grooming yang tidak mempunyai sanitasi/kebersihan yang baik.
Perhatikan juga apakah alat-alat grooming di desinfeksi sebelum digunakan terhadap kucing lain.

Bila salah satu kucing menunjukan gejala penyakit ini, segera isolasi dan cegah kontak dengan kucing lain
yang masih sehat. Mandikan dengan shampoo khusus atau bawa ke dokter hewan untuk pengobatan.

Bisakah menular ke manusia ?

Seperti juga tungau lain yang termasuk dalam keluarga sarcoptes, notoedres cati dapat menyerang manusia.
Sepertihalnya pada kucing, scabies juga menyebabkan kemerahan dan gatal-gatal pada kulit manusia.

Pada bagian yang terasa gatal biasanya terbentuk semacam benjolan kecil seperti jerawat, di dalamnya
terdapat cairan. Bila pecah karena terus digaruk, tungau yang terdapat di dalamnya bisa menyebar ke daerah
di sekitarnya. Rasa gatal yang ditimbulkan oleh tungau scabies cukup mengganggu.

Pada manusia biasanya penyakit ini bersifat sementara dan sembuh dengan sendirinya. Beberapa orang
mungkin mempunyai kekebalan tubuh yang kurang baik dan cenderung lebih sensitif terhadap serangan
scabies ini.

Pengobatan dan pencegahan bisa dilakukan dengan mencuci tangan atau bagian yang gatal dengan sabun
yang mengandung sulfur seperti JF Sulfur. Obat lain yang bisa digunakan adalah salep scabicid.

scabies parah
sebelum suntik ivermectin

2 minggu setelah suntik ivermectin

Ras Kucing

Ras Kucing & Variasinya (update 16-04-2007)


Persia
Siamese
Norwegian Forest Cat
Ragdoll
Abyssinian
Angora
Sphynx
Birman
Turkish Van
Maine Coon
Somali
Tonkinese
Burmese
Manx
Balinese
British Shorthair
Bengal
Burmilla
Exotic Shorthair
Egyptian Mau
Tiffany
Tiffanie
Cymric
American Shorthair (ASH)
Toyger
American Wirehair
Munchkin
Javanese
American Bobtail
Japanese Bobtail

Selain bakteri, parasit juga mudah hinggap pada hewan peliharaan kita. Ektoparasit
merupakan parasit yang biasa menyerang tubuh bagian luar hewan peliharaan, sehingga
menimbulkan scabies (kudis) pada kucing atau demodex pada anjing. Dengan bersentuhan
langsung dengan kucing atau anjing yang terkena parasit ini, parasit ini dengan mudah juga
hinggap ke kulit anak.

Scabies pada kucing mudah diamati, yakni melalui ujung telinganya, karena bagian ini paling
mudah diserang. "Scabies ini bisa disembuhkan dengan suntikan ivermectin dengan dosis
tertentu atau dengan salep scabicid atau scabimite," terang dokter hewan yang enerjik ini.
"Ulangi lagi pengobatan ini setelah 2 minggu dari pengobatan pertama sampai kucing
sembuh."

Sedangkan demodex biasanya menyerang anjing. Parasit yang satu ini hidup di akar rambut,
sehingga bila anjing kita terus menggaruk-garuk badannya, bisa dipastikan ia terserang
parasit itu. "Penanganannya, mandikan anjing dengan shower yang bertekanan tinggi
(hydrobath). Akan lebih efektif lagi bila dipadu dengan obat-obatan yang biasa kita sebut
Amitras," ungkapnya. "Lakukan lagi pengobatan ini setelah 1 minggu dari pengobatan
pertama, sampai minimal 8 kali. Kalau demodex-nya terbilang parah, dokter akan
memberikan antibiotik Lincosin."

Masih ada lagi jenis endoparasit, yakni parasit yang menyerang hewan dari dalam tubuh,
misalnya cacing. Anjing maupun kucing yang telah terserang penyakit ini biasanya lesu dan
nafsu makannya berkurang. "Untuk mengurangi dan menghilangkan parasit ini, gunakan
obat cacing khusus untuk hewan," terang dokter hewan yang telah bertugas di RS Hewan
Jakarta sejak tahun 1993 ini. "Sebaiknya setiap 2 bulan sekali obat cacing diberikan, selama
6 bulan

Leishmania
Pelodera strongyloides
Morphology of Pelodera strongyloides from SEM. A) Two Pelodera strongyloides
larvae within a hair follicle with clearly discernible lateral alae and a striated cuticle can be
observed intermingling with keratin. Scale bar = 20 m. B) The posterior end of a female
Pelodera strongyloides. The tail possesses a clearspine-like extension. Scale bar = 10 m.
C) The anterior end of an adult Pelodera strongyloides. Oral opening is surrounded by six
well-defined lips. Distinct papillae are present on the lips. Scale bar = 2 m. D) The
posterior end of a male Pelodera strongyloides. The scanning electron micrograph shows a
copulatory bursa with its papillae: precloacal papillae (a) the anterior group of postcloacal
papillae (b) and the posterior group (c) of three postcloacal papillae. Spicules (s) are
protruding from the cloaca. Scale bar = 20 m.

Saari et al. Acta Veterinaria Scandinavica 2006 48:18 doi:10.1186/1751-0147-48-18


Download authors' original image
Sarcoptes

Sarcoptes scabiei
Image obtained with permission from Jens G. Mattssen, MSc., Ph.D.,
Department of Parasitology,
National Veterinary Institute, Uppsala, Sweden.

Scabies - mite infestation (sarcoptes scabiei, excellent image


from Jens G. Mattsson, MSc. Ph.D.)

Causes itching (especially at night), mite burrows into skin.


Dx
o Grossly or microscopically demonstrate mite, its eggs, larvae, or feces.
o India Ink placed on skin can be used to detect where the organisms
burrow in the skin.
o Demonstrate lesion pruritic, erythematous, papular eruptions.
o Typical clinical presentation.
Treatment
o Permethrin cream (5%) applied to all areas of the body from the neck
down and washed off after 8-14 hours.
o Lindane (1%) 1 oz. of lotion or 30 g of cream applied thinly to all
areas of the body from the neck down and thoroughly washed off after
8 hours.
o Sulfur (6%) precipitated in ointment applied thinly to all areas nightly
for 3 nights. Previous applications should be washed off before new
applications are applied. Thoroughly wash off 24 hours after the last
application.

Pediculosis (crabs)
Caused by lice (pediculosis pubis, image 2)
Dx
o Finding lice or nits attached to genital hairs (definitive Dx)
o Patient with a history of pubic lice presents with pruritic erythematous
papules (presumptive Dx).
Treatment
o Permethrin 1% creme rinse applied to affected areas and washed off
after 10 minutes. OR
o Lindane 1% shampoo applied for 4 minutes to the affected area, and
then thoroughly washed off. This regimen is not recommended for
pregnant or lactating women or for children aged less than 2 years. OR
o Pyrethrins with piperonyl butoxide applied to the affected area and
washed off after 10 minutes.

Listeriosis
A. Etiology:

The disease is caused by the organism Listeria monocytogenes

They are small Gram- to Gram variable rods; they are motile by means of
peritrichous flagella and are said to exhibit a characteristic end-over-end
tumbling motion at 22C.
Physiology
o They grow well and exhibit Beta-hemolysis; they are frequently best
isolated on blood agar following cold enrichment techniques (4C for
48 hours before plating). they exhibit a tumbling motility at room
temperature.

B. Epidemiology
This organism can be isolated from soil, water, vegetation, and a variety of
mammals, birds, insects, fish, and other animals.
Listeriosis is transmitted via the placenta to the fetus and is ingested in
contaminated foods (e.g. contaminated milk, soft cheese, undercooked meat,
unwashed raw vegetables, and cabbage).
Most healthy adults have no symptoms of infections. 1 to 5% of adults are
healthy asymptomatic human carriers.
Peak attack rates occur at ages less than 1 year and between the ages of 55-
64. When disease is manifested it is in the very young, elderly, pregnant
women, and people with defective cell-mediated immunity.
There are 12.4 cases of invasive human disease per 100,000 live births and 7.4
cases per million population.
The incidence of listeriosis in AIDS patients is 100 times greater.
4th most common cause of community-acquired meningitis
The mortality rate (20-30%) of symptomatic listerosis is higher that almost all
other foodborne diseases.

C. Manifestations
Early onset disease or granulomatosis infantiseptica: prenatal listeria
septicemia
o Results from a low grade uterine infection of the mother; the infection
spreads to the fetus and causes severe disease.
Results in abortion, premature delivery, stillbirth or death
within a few days.
severe cardiovascular distress
vomiting
diarrhea
maculopapular skin lesions on legs and trunk
severe meningitis resulting in coma and death
generally the mother is totally asymptomatic during
pregnancy.
high mortality rate unless treated.
Post natal infection in both age groups results in a severe meningitis or
meningoencephalitis with septicemia that has a 70% mortality rate associated
with it.
Adults:
o asymptomatic or mild flu-like symptoms
o meningitis
o bacteremia

D. Pathology and pathogenesis


Although L. monocytogenes is ubiquitous, and is transmitted via the placenta
to the fetus and is ingested in contaminated foods (e.g. contaminated milk,
soft cheese, undercooked meat, unwashed raw vegetables, and cabbage).
Meningeal localization is the most common clinical form of listeriosis; it is
pathologically similar to other forms of pyogenic meningitis.
All virulent strains produce a toxin called listeriolysin O.
It exists in humans as a intracellular pathogen that can grow in macrophages
and epithelial cells.

E. Diagnosis
Diagnosis depends upon isolation of the organism L. monocytogenes.
Alert the laboratory if you suspect it because the isolation may be a slow,
drawn out affair.
Serodiagnosis is complicated because of low levels of natural agglutinins.

F. Prognosis
It has a 90% fatality rate if untreated.
Infected neonates die with or without treatment, particularly if infected for
some time in utero.

G. Recommended therapy and prevention:

A combination of penicillin G and gentamicin.

High risk people should avoid eating raw or partially cooked foods of animal origin, soft cheese, and
unwashed raw vegetables.

Vibrionic abortion (vibriosis) is an infectious disease


caused by the organism Vibrio fetus.
A. Epidemiology

Vibriosis is primarily a venereal disease of cattle, sheep and goats.


Man usually acquires the disease from direct contact with infected livestock,
although the portal of entry is poorly defined (probably orally).
In cases involving abortion, it is thought that an asymptomatic male transmits
the disease to a pregnant sex partner and the organism transcends the placenta
to infect the fetus.

B. Manifestations
Fever is the most common manifestation in adults, although it may be
complicated by endocarditis, thrombophlebitis, septic arthritis or
osteomyelitis.
In infants it usually presents as a fulminating, lethal meningoencephalitis.

C. Diagnosis is difficult because it is a rare, usually unsuspected disease.


Vibriosis should be suspected in cases involving obscure febrile conditions
associated with thrombophlebitis or abortion and/or premature delivery in
pregnant women.
The diagnosis is confirmed by microscopic demonstration of the comma-
shaped bacteria in Gram strains of clinical isolates, followed by agglutination
tests with specific anti-vibrio antibodies.

Puerperal fever is an infectious disease associated with childbirth and


results from infection of the mother and/or fetus with various strains of
streptococci.
A. Etiology

Both Group A and Group B streps are responsible.

B. Pathogenesis

In the mother the streptococci invade the endometrium and lymphatics to result in bacteremia.

C. Manifestations include:

High irregular fever, chills


Tachycardia
Leukocytosis
Foul smelling vaginal discharge

Infants generally present within 48 hours of birth with systemic sepsis manifested
primarily by signs of respiratory distress.

It may take up to 60 days to become manifest in the infant and then it is usually as a meningitis.

It is a disease of great historical significance but it is much less common due to greater sterility precautions
during the birth process.

D. Treat with ampicillin.


On the left is Cheyletus
down and kills pest mite
bedroom floors, and eve
some people.

Below is Acarus siro, th


flour or seeds. The fema
at a rate of 20 - 30 per d
some on a flat surface in
When you return if the fl
become uneven due to t
On the left is Hum
soil-enriching mite

Below is Tyropha
and spiols food. It
dogs.

Anda mungkin juga menyukai