OLEH
KELAS 2017A
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan inayah-Nya
kepada saya melalui ilmu-Nya Yang Maha Luas dan Tak Terkira sehingga saya bisa sedikit
menuliskan setetes dari lautan ilmu-Nya kedalam sebuah makalah sederhana ini. Shalawat serta
salam saya tujukan kepada suri teladan kita, Nabi Muhammad SAW beserta seluruh pengikutnya
hingga akhir zaman.
Saya bersyukur bahwa akhirnya kontribusi dapat diwujudkan dengan diiringi kesadaran
bahwa segala keterbatasan masih mengiringi makalah yang masih perlu untuk terus dikoreksi ini
agar dapat mencapai kesempurnaan. Dan saya ucapkan terima kasih kepada Dosen yang
membimbing matakuliah penyakit interna Veteriner. Makalah ini dibuat tidak dengan proses
yang instan namun memerlukan proses yang cukup panjang untuk menciptakan sebuah makalah
yang dapat membuat pembaca semakin mengenal, mengerti dan memahami mengenai “Diamond
skin disease”
Akhirnya, kami berharap makalah ini menjadi kontributif yang positif yang tidak ada
hentinya. Tak henti untuk terus dikoreksi, tak henti untuk melahirkan berbagai motivasi dan
inovasi serta tak henti untuk memberikan inspirasi kepada orang lain untuk juga memberikan
kontribusi yang jauh lebih baik dari kami. Amin.
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….I
DAFTAR ISI………………………..……………………………………………II
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang………………………………………………………….1
1.2..Rumusan Masalah…………………………………..…………….……2
1.3.Tujuan…………………………………………………………….….…2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian penyakit Diamond skin disease…………………………… …..…3
2.2 Etiologi dan transmisi diamond skin disease..………………………………....5
2.3 Gejala klinis penyakit Diamond skin disease………………………..….….….8
2.4 Diagnosis penyakit Diamond skin disease………...……………….................10
2.5. Terapi dan Pencegahan penyakit Diamond skin disease….…………….…….12
PENDAHULUAN
Diamond skin disease adalah penyakit Erysipelas yang merupakan penyakit hewan
menular yang disebabkan oleh bakterial dan terutama menyerang babi. Bakteri Erysipelothrix
rusiopathiae penyebab penyakit tersebut berkesan seperti berlian atau Erysipelathrix insidiosa.
Erysipelas adalah penyakit hewan menular yang disebabkan oleh bakterial dan terutama
menyerang babi dan ternak besar lain nya . Bakteri Erysipelothrix rusiopathiae penyebab
penyakit tersebut berkesan seperti berlian atau Erysipelathrix insidiosa. Erysipelas pada babi
biasanya menimbulkan bercak-bercak merah pada kulit sehingga sering disebut “diamond skin
disease”. Disamping itu, erysipelas dapat menimbulkan polyarthiritis pada babi. Penyakit
tersebut pernah dilaporkan di Amerika, Eropa, Rusia, Australia, Papua New Guinea,Asia,
termasuk Indonesia. Kerugian ekonomi penyakit erysipelas cukup serius yang antara lain
meliputi hewan tidak produktif, penurunan produksi daging, angka kematian yang tinggi pada
anak babi. Selain pada babi erysipelas juga menyerang domba, unggas, dan secara spontan
menyerang berbagai jenis hewan lainnya termasuk manusia. Pada manusia infeksi bersifat lokal
dan menimbulkan bintik-bintik merah pada kulit disebut erysipoloid (Subronto, 2008)
Penyakit ini bersifat zoonosis (dapat menular ditunjukan kepada manusia) dan telah
menyebar beroperasi. Penyakit hewan yang bersifat menular ditunjukan kepada manusia harus
diwaspadai oleh semua pihak, baik pemerintah maupun 'masyarakat. Penyakit hewan yang
bersifat menular terkadang dapat menyebar beroperasi cepat dan dapat berakibat fatal yang, baik
bagi hewan yang terjangkit maupun bagi orang yang tertular. Oleh karena itu, penanganan
penyakit yang bersifat zoonosis harus diwaspadai dan diantisipasi agar tidak menular ditunjukan
kepada hewan yang lain ataupun ditunjukan kepada manusia menular. Agen penyebabnya
Adalah Erysipelothrix rhusiopathiae (E. insidiosa), sebuah bakteri gram positif (dengan
pewarnaan yang tidak rata), anaerob dan fakultatif aerob, bacillus yang tidak motil dengan
panjang 0,6 - 2,5 mikron dan tidak memproduksi spora (Subronto, 2008)
1.3.tujuan
Berdasarkan rumusan masalah dapat diketahui tujuan penulisan makalah sebagai berikut;
1. Mengetahui apa itu penyakit Diamond skin disease
2. Mengetahui Diamond skin pada hewan ternak besar
3. Mengetahui etiologi dan transmisi Diamond skin disease
4. Mengetahui gejala klinis penyakit Diamond skin disease
5. Mengetahui diagnosis penyakit Diamond skin disease
6. Mengetahui Terapi dan Pencegahan penyakit Diamond skin disease
BAB II
PEMBAHASAN
Diamond skin disease adalah penyakit Erysipelas yang merupakan penyakit hewan
menular yang disebabkan oleh bakterial dan terutama menyerang babi. Bakteri Erysipelothrix
rusiopathiae penyebab penyakit tersebut berkesan seperti berlian atau Erysipelathrix insidiosa.
Erysipelas pada babi biasanya menimbulkan bercak-bercak merah pada kulit sehingga sering
disebut “diamond skin disease”. Disamping itu, erysipelas dapat menimbulkan bercak-bercak
merah pada kulit sehingga sering disebut “diamond skin disease”. Selain pada babi erysipelas
juga menyerang domba, unggas, dan secara spontan menyerang berbagai jenis hewan lainnya
termasuk manusia. Pada manusia infeksi bersifat lokal dan menimbulkan bintik-bintik merah
pada kulit disebut erysipoloid (Subronto, 2008).
Spesies rentan adalah babi, domba, kalkun, dan unggas lain, karnivora, serta kuda
sedangkan pada sapi kurang peka. Pada hewan percobaan, mencit dan burung dara paling peka,
kelinci kurang peka, marmot bersifat resisten. Pada ikan bakteri ini bersifat saprofit, terdapat
pada lendir menyelimuti tubuhnya kadang-kadang pada ikan dapat menyebabkan septisemia dan
peradangan pada kulit. Selain pada hewan peliharaan infeksi bakteri Erysipelothrix didapatkan
pada babi liar, burung liar, rodentia, tikus rumah serta tikus. Infeksi E.insidiosa pada manusia
berhubungan erat dengan sifat pekerjaannya, misalnya manusia yang banyak terserang ialah
pemeliharaan, pengolah daging babi, pekerja di rumah potong hewan, penjual ikan, nelayan,
dokter hewan dan mahasiswa kedokteran hewan, serta petani yang bekerja disekitar peternakan
babi maupun ternak yang terinfeksi (Keswan, 2002)
E.insidiosa berbentuk batang langsing, kecil, lurus, membentuk kurva atau membentuk
filamen, membentuk koloni halus (S), koloni kasar (R) dan koloni antara halus dan kasar (RS)
tergantung type dari erysipelas. Bakteri yang berasal dari koloni halus berbentuk batang halus,
panjang 0,5-2,5 micrometer sedangkan yang berasal koloni kasar membentuk filamen, bercabang
atau membentuk lingkaran, dengan ukuran panjang antara 4,15 micrometer. Bakteri ini tidak
membentuk spora, tidak bergerak dan bersifat Gram positif, biasa terdapat pada tonsil dan
selaput lendir pada babi sehat dan hewan lain. Selain itu, dalam lendir tubuh ikan air tawar dan
asin, cysta bakteri-bakteri biasanya hidup dan berkembang biak selama musim panas pada tanah
yang alkalis. (Quinn, 2002)
Erysipelas terjadi oleh penyebaran infeksi yang diawali dengan berbagai kondisi yang
berpotensi timbulnya kolonisasi bekteri, misalnya: luka, koreng, infeksi penyakit kulit lain,luka
operasi dan sejenisnya, serta kurang hygiene. Selain itu, Erisipelas dapat terjadi pada seseorang
yang mengalami penurunan daya tahan tubuh, misalnya: diabetes millitus,malnutrisi (kurang
gizi), dan lain-lain (Quinn, 2002)
Yang dapat bertindak sebagai reservoir penyakit adalah. semua hewan yang terinfeksi, tanah
bekas peternakan babi yang pernah terserang erysipelas, yang merupakan sumber infeksi selama
bertahun-tahun. . tempat pembuatan kotoran hewan dan kotoran dari RPH, empang dan pasar
ikan. tikus liar, tikus rumah dan rodensia lainnya yang hidup ditempat-tempat tersebut diatas.
daging asal babi sakit (pemotongan gelap), sebelum maupun sesudah mengalami proses
penggaraman, pengasaman atau pengasapan. ikan dan tepung ikan. Penularan pada hewan dapat
terjadi lewat saluran pencernaan atau secara oral, lewat kulit yang tidak utuh atau secara kutan
dan intrauterin. Ektoparasit seperti kutu anjing, caplak dan lalat dapat bertindak sebagaivektor
mekanik. Pada manusia cara penularan dapat terjadi melalui kulit atau secara kutan (Quinn,
2002)
B. Pada Domba
Tanda-tanda penyakit adalah kebengkakan persendian pada salah satu kaki atau lebih, terjadi
penebalan pada kapsul persendian berisi cairan yang tidak bernanah tetapi bergranulasi. Kadang-
kadang disertai proses pernanahan, yang disebabkan adanya infeksi sekunder oleh bakteri-bakteri
pyogenes. Hewan susah berjalan/kaku, sering berbaring, bila sudah berbaring susah untuk
bangun, sedang nafsu makan ada kalanya tetap baik. Umumnya tidak didapatkan kelainan pada
organorgan tubuh maupun bagian tubuh lainnya. Domba umur 2-3 bulan rentan terhadap
penyakit ini meskipun hewan tua juga dapat terserang. Selain melalui luka, infeksi juga dapat
terjadi lewat tali pusar (Moenek, 2016).
C. Pada Sapi
Pada umumnya terjadi arthiritis pada sendi tibio-tarsal atau di daerah sendi karpal. Dari
persendian yang terinfeksi bakteri erysipelas dapat diisolasi. Pernah dilaporkan suatu kasus
encephalomielitis yang disebabkan oleh E.rhusiopathiae (Moenek, 2016).
Pengobatan Serum kebal, digunakan untuk tujuan profi laksis dan pengobatan. Profi laksis
Diberikan 5 ml serum untuk hewan yang beratnya sama dengan atau kurang dari 50 kg. Untuk
tiap kenaikan berat badan 10 kg di atas 50 kg diberikan tambahan 1 ml serum. Imunitas yang
ditimbulkan tidak lebih dari 15 hari (Plumb, 1999)
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diamond skin disease adalah penyakit Erysipelas yang merupakan penyakit hewan menular yang
disebabkan oleh bakterial dan terutama menyerang babi. Bakteri Erysipelothrix rusiopathiae
penyebab penyakit tersebut berkesan seperti berlian atau Erysipelathrix insidiosa. Erysipelas
adalah penyakit hewan menular yang disebabkan oleh bakterial dan terutama menyerang babi
dan ternak besar lain nya . Reservoir penyakit adalah. semua hewan yang terinfeksi, tanah bekas
peternakan babi yang pernah terserang erysipelas, yang merupakan sumber infeksi selama
bertahun-tahun. tanda-tanda klinis erysipelas babi dapat dibagi menjadi akut, subakut dan bentuk
kronis. Infeksi subklinis juga bisa terjadi di mana tidak ada penyakit jelas, tetapi dapat
menyebabkan penyakit kronis. Babi dengan bentuk septikemia akut dapat mati mendadak tanpa
menunjukkan tanda-tanda klinis. Pencegahan, Pengendalian dan Pemberantasan bisa dilakukan
dengan vaksin Attenuated.
3.2 Saran
Pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, semoga kedepannya penulis bisa lebih
baik lagi dalam penulisan makalah. Krirtik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan untuk
kebaikan penulisan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Book of Australian pork limited. 2011. Care of the Compromised Pig A producer’s guide
to the care and management of compromised, sick or injured pigs .first edition. Australia
Moenek , Devi Y.J.A. 2016. Erysipelas pada hewan dan erysipeloid pada manusia
(sebuah zoonosis). Program Studi Kesehatan Hewan Politeknik Pertanian Negeri Kupang
Plumb DC 1999. Veterinary Drug Handbook. 3rd Edition. Iowa State University
Press Ames.
Quinn PJ, Markey BK, Carter ME, Donnelly WJC, Leonard FC and Maghire D 2002.
Veterinary Microbiology and Microbial Disease. Blackwell Science Ltd. Blackwell Publishing
Company Australia.
Subronto 2008. Ilmu Penyakit Ternak I-b (Mamalia) Penyakit Kulit (Integumentum)
Penyakit-penyakit Bakterial, Viral, Klamidial, dan Prion. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta Indonesia.