Anda di halaman 1dari 11

BAB 5

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas dari variabel yang akan diteliti yaitu teman sebaya

ibu, pengetahuan ibu, dan perilaku ibu dalam pencegahan diare pada bayi usia 6-12

bulan di wilayah kerja puskesmas Tongguh Arosbaya dapat diperoleh berdasarkan

pengumpulan data dan di lakukan uji statistik spearman rank, maka dapat di lakukan

suatu analisa hubungan dari 3 variable yang diteliti.

5.1 Gambaran Teman sebaya ibu di wilayah kerja puskesmas Tongguh

Arosbaya di desa karang Duwek

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 35 responden

kurang dari 50% responden memiliki teman sebaya cukup yaitu 23 (65,7%). Hal

ini di tunjukkan sebanyak 9 (25,7%) teman atau tetangga selalu memberikan

informasi tentang pencegahan diare, 7 (20%) teman atau tetangga ibu kadang-

kadang memebrikan saran untuk mencuci botol susu dengan cara direbus, 14

(40%) teman atau tetangga sering mengingatkan bahwa makanan harus ditutup

agar terhindar dari kuman, dan 8 (22,8%) teman dan tetangga tidak pernah

meniru kegiatan dalam pencegahan diare.

Teman sebaya menurut Tirtarahardja (dalam Pratiwi:2008) adalah suatu

kelompok yang terdiri dari orang-orang bersamaan usianya, antara lain

kelompok bermain pada masa kanak-kanak, merupakan kelompok monoseksual

yang beranggotakan anak-anak sejenis kelamin atau geng yaitu kelompok

bermain anak-anak nakal.

55
56

Teman sebaya dalam bermain pada masa anak-anak, mereka lebih

cenderung bermain dengan siapa saja tidak berdasarkan jenis kelamin.

Sedangkan pada saat mereka beranjak remaja, mereka cenderung berkumpul

dengan teman sebaya yang memiliki jenis kelamin sama. Ada juga yang identik

dengan kumpulan anak-anak nakal yang disebut gang. Padahal tidak semua

gang adalah kumpulan anak-naak nakal. Namun, ada juga yang memanfaatkan

nama gang melakukan kejahatan (Achmad Rosi, 2016).

Menurut Satrock (2011;277) teman sebaya dalam proses perkembangan

sosial seseorang antara lain sebagai sahabat, stimulus, sumber dukungan fisik,

sumber dukungan ego, fungsi perbandingan sosial, dan fungsi kasih sayang.

Teman sebaya juga dikemukakan oleh Yusuf (2010:60) yaitu memberikan

tempat berinteraksi denga orang lain, mengontrol perilaku sosial,

mengembangkan keterampilan dan minat sesuai dengan usianya, dan saling

bertukar pikiran dan masalah.

Salah satu faktor yang mempengaruhi teman sebaya pada ibu di

wilayah kerja Puskesmas Tongguh Arosbaya Adalah faktor usia ibu. Hasil

penelitian didapatkan sebagian besar usia teman ibu berusia 20-30 tahun yaitu

sebanyak 19 (54,2%). Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar

responden memiliki umur dengan tingkat kemampuan psikologis yang baik,

dan usia 20-35 tahun termasuk golongan dalam usia yang produktif dan

tingkat interaksi antar kelompok lebih matang serta kekuatan dalam berfikir

lebih dewasa, sehingga dalam bersosialisasi antar teman dan kerabat mampu
57

dalam merawat bayinya juga dianggap baik, karna adanya kasih sayang dan

keakraban dari teman seusianya.

Hal ini sesuai dengan teori (Hurlock, 2002) dalam (Hanifah, 2010)

mengatakan bahwa bertambahnya umur maka semakin memperoleh

kesempatan lebih luas untuk mengadakan hubungan dengan teman sebaya.

Kelompok sebaya menginginkan teman yang mempunyai minat dan perilaku

yang sama, yang dapat mengerti dan membuatnya merasa aman, sehingga

dapat ditiru perilakunya yang baik.

Menurut Santrock dalam Rosi (2016) mengatakan bahwa teman sebaya

adalah kelompok anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat

kematangan yang kurang lebih sama. Dari beberapa pengertian diatas ,maka

dapat disimpulkan bahwa teman sebaya adalah hubungan individu pada anak-

anak atau remaja dengan tingkat usia yang sama serta melibatkan keakraban

yang relatif besar dalam kelompoknya.

5.2 Gambaran pengetahuan ibu di wilayah kerja puskesmas Tongguh Arosbaya

di desa karang Duwek

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 35 responden

kurang dari 50% responden memiliki pengetahuan ibu cukup yaitu 26 ibu bayi

(74,2%). Hal ini ditunjukkan sebanyak 21 (60%) ibu benar memasak air yang

baik dikonsumsi adalah air yang dimasak sampai mendidih, 14 (40%) ibu

menjawab salah menutup botol susu bayi setelah digunakan dapat mencegah

bayi tidak terkena diare, dan 23 (65,7) ibu benar mencuci botol susu yang tidak

disterilkan yang dipakai anak di usia 6-12 bulan menyebabakan diare.


58

Berdasarkan pengetahuan ibu di wilayah kerja puskesmas Tongguh

Arosbaya di desa karang Duwek, menunjukkan pengetahuan yang cukup, dengan

pengetahuan yang cukup menunjukkan kemampuan ibu mampu merawat dan

menjaga bayinya dengan baik sehingga mengurangi kejadian diare pada bayi.

Pengetahuan sangatlah penting karena dari pengalaman dan pendidikan ternyata

sikap dan perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada

yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan kesehatan tentang diare pada

ibu bayi menunjukkan kemampuan ibu bayi untuk mengetahui segala sesuatu

yang berkaitan dengan diare yang meliputi pengertian, gejala, dan tanda-tanda

diare, cara penularan diare, penyebab diare pengobatan diare dan pencegahan

penyakit diare.

Pengetahuan adalah hasil dari rasa keingintahuan seseorang melalui

perantaran yaitu hasil pengindraan yang dimilikinya (mata, telingan, mulut , dan

sebagainya) terhadap suatu objek. Namun. Pengetahuan sering kali diperoleh

melalui indra pengelihatan dan pendengaran. Adapun pengetahuan seseorang

terhadap objek memiliki tingkatan yang berbeda beda yaitu, tahu, memahami,

aplikasi, analisis dan evaluasi (Notoatmojo, 2010).

Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu di wilayah kerja

Puskesmas Tongguh Arosbaya yaitu pendidikan ibu. Hasil penelitian didapatkan

pendidikan ibu SMA membuktikan sebanyak 14 (40%) ibu berpendidikan SMA.

Tingkat pendidikan SMA sudah memenuhi wajib belajar yang diterapkan oleh

pemerintahan yaitu pendidikan dasar 9 tahun (Depdinkes, 2007). Pada tingkat

pendidikan SMA, seseorang telah mempunyai wawasan dan tingkat pengetahuan


59

yang cukup baik sehingga terbuka terhadap hal-hal baru, menerima informasi

pengetahuan dalam hal kesehatan termasuk tentang masalah diare pada bayi.

Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmojo (2010), pengetahuan

seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan formal yang ditempuh. Semakin

tinggi pendidikan formal yang ditempuh maka semakin baik pula

pengetahuannya. Ibu bayi yang berpendidikan tinggi mempunyai akses informasi

yang lebih luas dibandingkan ibu bayi yang berpendidikan lebih rendah. Selain

itu ibu yang berpendidikan tinggi akan lebih mudah menyerap informasi

kesehatan.

Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Wawan dan Dewi

(2010) yang menyatakan orang yang memiliki pendidikan yang baik memiliki

kemampuan untuk menyerap dan memahami pengetahuan yang diterimanya,

sehingga semakin baik pendidikan seseorang, maka semakin mudah ia untuk

memahami dan menerapkan pengetahuan yang diterima. Pendidikan diperlukan

untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.

Saragih, dkk (2018), semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan

mudah menerima hal-hal yang baru dan akan mudah menyesuaikan dengan hal

baru tersebut, sehingga dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka tingkat

pengetahuan akan tinggi juga. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan

pendidikan, dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi,


60

pengetahuannya akan semakin luas sehingga mampu melakukan tindakan awal

ketika anak diare.

5.3 Gambaran perilaku ibu di wilayah kerja puskesmas Tongguh Arosbaya di

desa karang Duwek

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 35 responden kurang

dari 50% responden memiliki perilaku cukup yaitu 19 ibu bayi (82,6%). Hal ini

ditunjukkan sebanyak 6 (17,1%) ibu selalu mengambil dan menyimpan air dalam

tempat yang bersih dan tertutup, 9 (25,7%) ibu sering memberi minum air yang

direbus, 12 (34,2%) ibu kadang-kadang mulai memberikan makanan pendamping

ASI berupa makanan lumat 2x sehari (bubur, sayur dan buah yang dicincang

halus), dan 8 (22,8%) ibu tidak pernah membuang feses di jamban.

Berdasarkan perilaku ibu di wilayah kerja puskesmas Tongguh Arosbaya di

desa karang Duwek perilaku pencegahan diare merupakan tindakan yang

dilakukan oleh ibu bayi untuk mencegah terjadinya diare pada bayi. Perilaku ibu

yang cukup dalam pencegahan diare ditandai dengan pemberian makanan yang

higienis, menyedikan air minum yang bersih, menjaga kebersihan lingkungan,

membiasakan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, buang air besar pada

tempatnya.

Perilaku dari aspek biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

atau makhluk hidup yang bersangkutan. Oleh karena itu dari segi biologis, semua

makhluk hidup mulai dari binatang sampai dengan manusia, mempunyai aktivitas

masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada

hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
61

mempunyai bentangan yang sangat luas. Skinner (1938) dalam (Notoadmojo,

2012).

Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku ibu wilayah kerja

Puskesmas Tongguh Arosbaya yaitu pekerjaan ibu. Hasil penelitian didapatkan

sebagian besar responden pekerjaan ibu adalah (IRT) ibu rumah tangga sebanyak

19 (54,2%). Responden sebagai ibu rumah tangga memilih mengasuh anak karena

mengasuh anak secara langsung dapat berpengaruh pada perkembangan bayi,

dibandingkan jika bayi di asuh oleh asisten rumah tangga atau nenek. Adanya

waktu yang lebih panjang dalam mengasuh anak dibandingkan yang bekerja di

luar rumah. Hal ini dapat mempengaruhi perilaku ibu dalam penanganan diare

pada bayi karena ibu dengan waktu yang luang dapat memperoleh banyak

informasi dari berbagai media seperti TV, radio, Hp, dan ibu dengan waktu yang

luang dapat belajar dari perilaku merawat bayinya yang sakit.

Hal ini sesuai teori Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh

Notoatmodjo (2007), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi

seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini

terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian

organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau

Stimulus – Organisme – Respon. Perilaku juga berpengaruh kuat terhadap tingkah

laku seseorang, dengan mengetahui perilaku seseorang kita akan lebih mudah

meramalkan dan memahami tingkah laku orang tersebut.

Hal ini juga didukung oleh Notoadmojo (2010) perilaku hidup yang bersih

dan sehat merupakan faktor kedua terbesar setelah faktor lingkungan yang
62

mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat. Perilaku ini

menyangkut pengetahuan akan pentingnya hygiene perorangan, sikap dan

menanggapi penyakit serta tindakan yang dilakukan dalam menghadapi suatu

penyakit atau permasalahan kesehatan lainnya.

5.1 Hubungan teman sebaya ibu dengan perilaku pencegahan diare pada bayi

usia 6-12 bulan di wilayah kerja puskesmas Tongguh Arosbaya di desa

karang Duwek

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan teman

sebaya ibu dan perilaku ibu dalam pencegahan diare pada bayi kurang sebanyak

4 orang ibu dengan presentase (66,7%), hubungan teman sebaya ibu dan

perilaku ibu dalam pencegahan diare pada bayi cukup sebanyak 19 orang

dengan presentase (82,6%), dan hubungan teman sebaya ibu dan perilaku ibu

dalam pencegahan diare pada bayi yang baik sebanyak 4 dengan presentase

(66,7%).

Berdasarkan uji statistik spearman rank dengan tingkat kemaknaan 0,05

di dapatkan p value = 0,025 nilai r = 0,378. Karena p value<α maka H0 di tolak

dan H1 di terima. Maka dengan demikian dapat di simpulkan bahwa ada

hubungan antara teman sebaya ibu dengan perilaku ibu dalam pencegahan diare

pada bayi usia 6-12 bulan.

Teman sebaya memiliki peran yang cukup besar bagi pembentukan

perilaku ibu dalam kegiatan sehari-hari dimana teman atau kelompok dapat
63

bersedia meluangkan waktunya serta dapat berinterkasi mengenai masalahnya

yang terjadi dirumah atau di sekitarnya. Sehingga perilaku yang kurang dalam

sehari hari bisa saling memberi arahan dan suport untuk meningkatkan perilaku

yang lebih baik.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adznan (2013) di

dapatkan hasil terdapat hubungan bermakna antara teman sebaya dengn PHBS

anak di SD Negeri Semarang dengan signifikan 0,000. Teman sebaya (peers)

merupakan panutan atau idola bagi teman lainya, artinya bila salah satu anak

mempraktikan pesan-pesan PHBS lalu ia mengajak atau mengingatkan teman-

temannya, contoh cuci tangan pakai sabun bila setelah buang air besar maupun

kecil, maka teman-temannya akan mengikuti hal yang sama.

Seseorang ibu selalu berinteraksi dengan teman sebayanya atau demgan

kerabatnya di lingkungan sekitarnya khususnya ketika sedang beristirahat atau

berkumpul, seseorang secara psikologis cenderung meniru apa yang dilihat dalam

kesehariannya termasuk juga perilaku kesehatan yang dilakukan dan dipraktikkan

temannya atau orang disekitarnya, sehingga faktor tersebut juga dapat

berpengaruh terhadap penanaman praktik perilaku sehari-hari dalam pencegahan

diare di lingkungan sekitarnya. Presepsi terhadap kelompok teman sebaya

merupakan pemberian arti atas kelompok teman sebaya yang terdiri dari

sekumpulan individu dengan tingkat usia yang relative sama, yang memiliki

aturan yang berbeda dengan individu dengan masyarakat, dan proses tersebut

dipengaruhi dari dalam dan luar individu, sehingga kerabat atau tetangga

menyadari apa yang dirasakan atas teman sebayanya tersebut.


64

5.2 Hubungan pengetahuan ibu dengan perilaku pencegahan diare pada bayi

usia 6-12 bulan di wilayah kerja puskesmas Tongguh Arosbaya di desa

karang Duwek

Berdasarkan hasil tabel hubungan pengetahuan ibu dan perilaku ibu

dalam pencegahan diare pada bayi yang kurang yaitu sebanyak 6 ibu dengan

presentasi (23,1%), hubungan pengetahuan ibu dan perilaku ibu dalam

pencegahan diare pada bayi yang cukup yaitu sebanyak 20 ibu dengan presentase

(76,9%) dan hubungan pengetahuan dan perilaku ibu dalam pencegahan diare

pada bayi yang baik yaitu sebanyak 3 ibu dengan presentasi (33,3%).

Berdasarkan uji statistik spearman rank dengan tingkat kemaknaan 0,05

di dapatkan p value = 0,034 nilai r = 0,360. Karena p value<α maka H0 di tolak

dan H1 di terima. Maka dengan demikian dapat di simpulkan bahwa ada

hubungan antara pengetahuan ibu dengan perilaku ibu dalam pencegahan diare.

Jadi pengetahuan ibu dan perilaku ibu sangat penting dalam pencegahan diare

pada bayi usia 6-12 bulan untuk mengurangi kejadian diare pada bayi. makan

Pengetahuan sebagai parameter keadaan sosial dapat sangat menentukan

kesehatan masyarakat. Masyarakat dapat terhindar dari penyakit asalkan

pengetahuan tentang kesehatan dapat ditingkatkan, sehingga sikap, dan perilaku

menjadi sehat. Pada bayi yang belum dapat menjaga kebersihan dan menyiapkan

makanan sendiri, kualitas makanan dan minumm tergantung pada ibu sebagai

pengasuh pertama. Perilaku ibu dalam menjaga kebersihan sangant dipengaruhi

oleh pengetahuan ibu tentang cara pengolahan dan penyiapan makanan yang sehat
65

dan bersih. Sehingga dengan pengetahuan ibu yang baik diharapkan dapat

mengurangi angka kejadian diare pada bayinya.

Selain pencegahan terjadinya diare, ibu bayi juga perlu mempunyai

kemampuan untuk mempunyai kemampuan untuk melakukan penanganan awal

diare pada bayi. hasil penelitian Rahma, N (2014) menunjukan bahwa ada

hubungan antara pengetahuan ibu dengan perilaku pencegahan diare. Untuk

meningktakan pengetahuan diare perilaku pencegahan diare diperlukan peran ibu

serta tenaga kesehatan yang mampu meningkatkan dan mengubah perilaku ibu

balita dalam pencegahn diare dan penanggulan diare.

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan dan

perilaku ibu dalam pencegahan diare pada bayi. Oleh karena itu peningkatan

pengetahuan tentang diare juga harus disertai dengan perilaku pencegahan dan

penanganan yang dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan dan pelatihan yang

nantinya dapat meningkatkan pengetahuan dan perilaku ibu dalam merawat dan

menjaga bayinya dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai