Anda di halaman 1dari 3

Oct

23

Peran Ibu terhadap Remaja Putri Usia 1012 Tahun dalam Menghadapi Menarche di
Desa
KTI SKRIPSI
PERAN IBU TERHADAP REMAJA PUTRI USIA 10-12 TAHUN DALAM
MENGHADAPI MENARCHE DI DESA
ABSTRAK
Seorang ibu memiliki peranan penting terhadap remaja putrinya. Apalagi hal ini menyangkut
menarche dimana pada proses menstruasi ini akan menjadikan sesuatu yang membuat remaja
putri was was dan risau manakala kedua orang tua (terutama ibu) tidak memberikan
penjelasan secara profesional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran ibu
terhadap remaja putri usia 10 12 tahun dalam menghadapi menarche.Penelitian ini
dilakukan di Desa Kecamatan Kabupaten. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah deskriptif. Jumlah sampel ditetapkan 18 orang ibu dari hasil pendataan yang telah
dilakukan dan pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling.
Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner, dimana kuesioner ini berisi pertanyaan
tentang peran ibu terhadap remaja putrinya dalam menghadapi menarche, dan responden
menjawab pertanyaan peneliti, selanjutnya dilakukan analisa data. Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa peran ibu terhadap remaja putri usia 10 12 tahun dalam menghadapi
menarche adalah cukup (61,11%), sedangkan peran ibu terhadap remaja putri dalam
memberikan informasi mengenai haid pertama bagi putrinya dan cara menjaga kebersihan
diri saat haid adalah cukup (5 0%). Peran ibu dalam mengamati perubahan fisik yang terjadi
pada putrinya adalah cukup (5 0%). Peran ibu dalam memberikan keterangan mengenai
frekuensi, lama dan jumlah darah yang keluar saat haid adalah cukup (50%).
Kata Kunci : Peran Ibu, remaja putri usia 10 12 tahun, menarche
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan-perubahan
fisik (meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi tubuh ) dan fungsi
fisiologis
(kematangan
organ-organ
seksual).
(Sofia
Retnowati.2006)
Masa remaja merupakan periode Badai dan Tekanan, masa yang stressfull karena ada
perubahan fisik dan biologis serta perubahan tuntutan dari lingkungan sehingga
diperlukan suatu proses penyesuaian diri dari remaja. (Victoria Imelda Indri P. 2000)
Fase ini akan menjadi lebih mudah dihadapi dengan adanya bekal pendidikan atau dasardasar pendidikan seks yang cukup di masa sebelumnya. Secara sadar mereka akan bisa
mengatur diri sendiri dalam menghadapi atau menyikapi kehidupan serta kebutuhan
seksualnya. Dan yang paling penting adalah adanya harmonisasi hubungan antara orang

tua dan anak, khususnya antara ibu dan anak sehingga terjalin komunikasi yang baik
kedua belah pihak. (http://mtmcairo.multiply.com/favicom.ico)
Remaja membutuhkan dukungan yang berbeda dari masa sebelumnya, karena pada saat
ini remaja sedang mencari dalam mengeksplorasi diri sehingga dengan sendirinya
keterikatan dengan orang tua berkurang. Pengertian dan dukungan orang tua, sangat
bermanfaat bagi perkembangan remaja. (Soetjiningsih, 2004).
Orangtua, utamanya ibu, sebaiknya sudah membekali anak dengan pengetahuan tentang
masalah dan bagaimana untuk menghadapi fase remaja ini. Cara menyampaikannya tentu
harus dengan penjelasan yang sederhana dan sesuai dengan pemahaman anak-anak. Hal
yang penting supaya anak tidak merasa kaget, malu, gelisah, cemas dan tertekan.
Sehingga anak memahami apa yang sedang terjadi pada dirinya.(Yusi Elsiana R. 2007 )
Ibu merupakan sumber informasi yang paling penting tentang masalah haid. Ibu dapat
memberikan keterangan spesifik yang sederhana, misalnya seberapa sering haid terjadi,
berapa lama berlangsungnya atau seberapa banyak darah yang keluar dan bagaimana cara
menggunakan pembalut. (Deddy Syarief. 2003 )
Menurut Dadang Hawari, seorang ibu memegang peran dan posisi yang penting dan
sentral bagi tumbuh kembang anak-anaknya. Baik buruknya seorang anak pada masa
perkembangannya, terutama pada masa perubahan dari masa anak-anak ke masa remaja
terlebih di era saat ini, adalah karena peran ibu.
Seorang ibu memiliki peranan penting terhadap remaja putrinya, apalagi hal ini
menyangkut menarche dimana pada proses menstruasi ini akan menjadikan sesuatu yang
membuat remaja putri was-was dan risau manakala kedua orang tua (terutama ibu) tidak
memberikan penjelasan secara proporsional. (Victoria Imelda Indri P. 2000 )
Seorang ibu harus dapat memberikan pengawasan, memberikan bimbingan, memberikan
kesempatan anak untuk bercerita mengenai pengalaman seksualnya. Karena banyak sekali
hal-hal yang dialami remaja putri( misalnya menarche) yang tidak ia mengerti dan
membutuhkan seorang perempuan yang lebih dewasa untuk memberikan pengarahan
padanya. (Paul Gunadi. 2002)
Menurut penelitian hasil dari partisipan dari 23 negara, sepertiga responden mengatakan
mereka tidak diberitahu tentang haid sebelumnya, sehingga tidak siap dan tidak tahu apa
yang harus di lakukannya. Dari survei tersebut, mereka yang tidak pernah tahu masalah
haid, para wanita itu mengatakan hal ini merupakan pengalaman yang sangat buruk dan
haid pertama membuat panik, traumatis, malu dan takut. (Deddy Syarief. 2003)
Berdasarkan survei di Semarang terhadap SD Al Azhar 14 yang mengalami menarche
pada usia 9-11 tahun, secara emosional kesiapan dalam menghadapi menstruasi
menunjukkan bahwa hampir semua perasaan subyek mengalami cemas, bingung, tegang,
takut, kaget, deg-degan. Subjek yang tidak siap dengan menarche disebabkan oleh:
kurang informasi, tidak mempunyai rujukan, sikap negatif, persepsi negatif tentang
dirinya, lingkungan yang kurang mendukung. Subjek yang siap menghadapi menarche
disebabkan oleh informasi yang cukup, reaksi positif dan dukungan orang tua serta
saudara yang tidak menstruasi. (Siti Nurngaini. 2003).
Hasil survei pada siswi sekolah dasar negeri di Kecamatan Kertosono yang telah
mengalami menarche sebanyak 42 orang mengatakan mengerti tentang menarche dan
mengerti apa pentingnya menjaga kebersihan pada saat menstruasi. Pendidikan kesehatan
reproduksi dari orang tua sangat berperan dalam hal ini. (Yupita Widyaningsih. 2007)
Dari studi pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 26 April yang dilakukan di
Desa Kecamatan terhadap 10 orang ibu yang memiliki putri yang berusia 10-12 tahun,
terdapat 4 orang ibu (40%) yang memberikan informasi mengenai menarche, sedangkan 6
orang (60 %) mengatakan tidak memberikan informasi apapun sebelumnya

Dari studi pendahuluan yang telah dilakukan, peneliti ingin mengetahui bagaimana
bentuk peran ibu terhadap remaja putri usia 10-12 tahun dalam menghadapi menarche.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas peneliti dapat merumuskan masalah
mengenai Bagaimana peran ibu terhadap remaja putri usia 10-12 tahun dalam
menghadapi
menarche?.
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui peran ibu terhadap remaja putri usia 10-12 tahun dalam menghadapi
menarche.
1.3.2 Tujuan Khusus .
1.3.2.1.1 Mengidentifikasi peran ibu dalam memberikan informasi mengenai proses
terjadinya haid dan cara menjaga kebersihan saat haid
1.3.2.1.2 Mengidentifikasi peran ibu dalam mengamati perubahan yang terjadi pada
pubertas.
1.3.2.1.3 Mengidentifikasi peran ibu dalam memberikan keterangan mengenai frekuensi,
lama dan jumlah darah yang keluar saat haid.
1.4 MANFAAT
1.4.1 Bagi Peneliti
Memperluas wawasan peneliti dalam hal ini yang terkait dengan peran ibu terhadap
remaja putri dalam menghadapi menarche.
1.4.2 Bagi Pembaca
Sebagai bahan/informasi dan masukan untuk pengembangan penelitian selanjutnya
tentang peran ibu terhadap remaja putri dalam menghadapi menarche.
1.4.3 Bagi Institusi
Sebagai tambahan pengetahuan dan informasi dari hasil penelitian untuk dikembangkan
pada penelitian tentang peran ibu terhadap remaja putri dalam menghadapi menarche.
1.4.4 Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan Desa Kecamatan mengenai pentingnya peran
ibu terhadap remaja putrinya dalam menghadapi menarche.
silahkan download KTI SKRIPSI
PERAN IBU TERHADAP REMAJA PUTRI USIA 10-12 TAHUN DALAM MENGHADAPI
MENARCHE DI DESA
KLIK DIBAWAH

Anda mungkin juga menyukai