Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pubertas merupakan periode dalam rentang perkembangan ketika anak – anak

berubah dari makhluk aseksual menjadi makhluk seksual (Elizabeth B.

Hurlock,1997). Selama periode ini anak mengalami perubahan fisik, emosi,

penampilan, dan perubahan sikap terhadap seks dan lawan jenis (Depkes RI,

2000). Perubahan tersebut dapat menimbulkan keraguan dan rasa tidak nyaman,

sehingga sangat mempengaruhi keadaan fisik dan psikologis. Diantara persoalan

yang banyak dihadapi oleh para remaja salah satunya adalah persoalan kesehatan

reproduksi. Kesehatan reproduksi sendiri dapat diartikan sebagai suatu kondisi

sehat yang bukan saja berarti bebas dari penyakit atau kecacatan namun lebih dari

pada itu sehat termasuk secara mental dan social berkaitan dengan sistem, fungsi

dan reproduksi. Kesehatan reproduksi dikalangan remaja (KRR) memperoleh

perhatian tidak saja di Indonesia tetapi juga secara internasional karena hasil dari

berbagai penelitian terlihat bahwa para remaja makin melakukan hal – hal yang

tidak mendukung konsep sehat tersebut diatas. Fenomena yang ada di SMP

Negeri 1 Tlanakan Pamekasan adalah banyaknya siswa ataupun siswi yang

mempunyai kepercayaan diri yang kurang terutama saat disinggung tentang

perubahan fisik.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh yayasan mitra inti pada siswa-siswi

SMP se Jakarta tahun 2012, mengatakan bahwa sebanyak 45% siswa SMP tidak

1
2

tahu tentang tanda-tanda pubertas (http:situs.kesepro.info/krr/2012utama07.htm).

sebuah penelitian lain mengatakan anak perempuan yang lebih cepat dewasa

mengalami lebih banyak depresi dan kecemasan serta memiliki rasa percaya diri

yang kurang bahkan lebih rendah dibandingkan teman sebayanya. (R.L Arkinson

2007). Pada anak laki-laki, pada saat seharusnya berkembang mereka akan sangat

gelisah jika penisnya tetap kecil dan khawatir apakah organ tersebut mampu

berfungsi secara seksual (Elizabeth B.Hurlock,1997). Berdasarkan studi

pendahuluan yang telah dilakukan di SMPN 1 Tlanakan pamekasan melalui

wawancara dengan sejumlah siswa-siswi berusia 13-15 tahun yang terdiri dari 10

orang siswa putra dan 10 orang siswi putri, pada tanggal 2 oktober 2015,

sebanyak 6 siswi perempuan mengatakan malu ketika payudaranya mulai

membesar dan sebanyak 4 orang mengatakan malu ketika mulai tumbuh rambut di

ketiak, sedangkan sebanyak 5 orang siswa putranya merasa minder ketika mulai

tumbuh kumis dan sebanyak 5 orang malu ketika suara mereka mulai membesar.

Kasus – kasus diatas nampaknya hanyalah gunung es (iceberg), dimana

jumlah kasus sesungguhnya jauh lebih banyak dari kasus yang tampak. Jika di

sutu sisi kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang membahayakan

kesehatan mereka sendiri semakin meningkat, namun disisi lain ternyata

pengetahuan para remaja itu sendiri tentang perilaku – perilaku di masa pubertas

yang harus mereka miliki sangatlah rendah. Berbagai informasi yang mereka

peroleh kebanyakan bukan berasal dari mereka yang memang ahli dibidangnya

namun justru dari sumber informasi yang kadang – kadang malah menyesatkan.

Masalah kultur, pola komunikasi serta kurangnya pengetahuan menyebabkan para

remaja sulit berkomunikasi dengan orang disekitarnya bahkan dengan orang


3

tuanya sendiri; yang seharusnya dapat membantu para remaja tersebut. Kondisi

kurangnya pengetahuan yang dimiliki remaja maupun orang disekitar yang

berpengaruh pada kehidupan mereka tidak seimbang dengan gencarnya

pemberitaan atau pesan yang bersifat menonjolkan seks atau dalam bahasa inggris

disebut “sexually explicit massage (SEM)”. Yang dapat mengilhami para remaja

untuk mencoba meniru isi pesan yang mereka terima. Dalam kondisi masyarakat

yang demikian, pihak yang sering menjadi korban adalah para remaja putri karena

sering tidak berdaya untuk menerima rayuan dan paksaan untuk melakukan

hubungan seks diluar nikah. Dampak yang lebih jauh lagi adalah para remaja

kemudian tidak tahu tindakan apa yang harus mereka lakukan jika kemudian

mereka mengalami kehamilan yang tentu saja tidak mereka inginkan

Kesemuanya ini tentu saja membuka wawasan bahwa diperlukan suatu

mekanisme untuk membantu remaja agar mereka mengetahui berbagai aspek yang

berkaitan dengan perilaku – perilaku di masa pubertas. Dengan pengetahuan

tersebut tentu saja tidak dimaksudkan agar para remaja mencoba melakukan

hubungan hal –hal negative seperti melakukan hubungan seks namun justru agar

mereka memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab. Peran perawat

adalah memberikan Healt Education, Melalui pendidikan tersebut diharapkan para

remaja mempunyai pengetahuan mengenai hal – hal yang seharusnya dilakukan

pada masa pubertas agar remaja dapat memanfaatkan waktu remajanya yang

terbatas untuk melakukan kegiatan yang produktif dan sehat untuk

mempersiapkan masa depannya.

1.1 Rumusan masalah


4

Bagaimanakah Perilaku Pada Anak usia 13 - 15 tahun (Remaja Awal) Dalam

Menghadapi Masalah Pubertas Di SMP Negeri 1 Tlanakan Pamekasan?

1.2 Tujuan penelitian

Untuk mengetahui Perilaku Pada Anak usia 13 – 15 tahun (Remaja Awal)

Dalam Menghadapi Masalah Pubertas Di SMP Negeri 1 Tlanakan Pamekasan

1.3 Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti, anak usia

13 – 15 tahun, institusi, pendidikan dan profesi.

1.4.1 Bagi peneliti

Diharapkan penelitian dapat memperluas wawasan pribadi sehingga

kondisi ini dapat dijadikan bekal untuk mengembangkan potensi diri sebagai

perawat khususnya dan menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya.

1.4.2 Bagi anak usia 13 – 15 tahun

Memberikan gambaran bahwa masa pubertas adalah masa yang perlu

diperhatikan, remaja membutuhkan bimbingan dan pendidikan seks agar dapat

membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik bagi diri sendiri agar

tidak minder dengan adanya perubahan pada dirinya atau tubuhnya.

1.4.3 Bagi institusi

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi institusi pendidikan untuk

meningkatkan mutu atau kualitas pendidikannya.


5

1.4.4 Bagi profesi

Dari hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan ilmu pengetahuan

tentang perilaku anak pada masa pubertas.

Anda mungkin juga menyukai