Anda di halaman 1dari 3

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA PADA COPING REMAJA DALAM

MENGHINDARI PERILAKU KENALAKAN REMAJA

Oleh

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
PRODI PSIKOLOGI
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa remaja Menurut Papalia dan Olds (2001) dimulai pada usia 12 atau 13 tahun. Masa
remaha adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang
pada umumnya dimulai. Pada masa ini seseorang akan memiliki perubahan tuntutan karena
perubahan status dan peran.
Selain perubahan tuntutan dari lingkungan, perubahan psikis dan fisik yang berjalan tidak
seimbang sering kali menyebabkan seorang remaja mengalami kebingungan dalam menentukan
perilaku dalam bertindak. Tiap remaja memiliki perilaku yang berbeda dalam melakukan coping
atau usaha seseorang dalam mengurangi tekanan yang diberikan sebagai akibat dari status dan
peran yang sedang ia sandang saat ini.
Pada usia remaja seseorang akan mengalami perkembangan kognitif dan emosi yang
tidak seimbang. Hal ini akan menyebabkan munculnya kebingungan remaja seperti krisis idenitas
dan kurangnya kemampuan remaja dalam mengontrol diri berpengaruh dalam menentukan
konsep diri seperti munculnya pandangan imaginary audience, body image, dan personal fabel.
Perkembangan teknologi yang semakin maju mempermudah setiap orang dalam
memperoleh informasi. Tak terkecuali remaja yang kini sudah pandai dalam menggunakan
perangkat elektronik, mengingat kini orang tua lebih memilih membiarkan anaknya bermain
dengan game pada perangkat elektronik agar tidak rewel. Kemudahan dalam mengakses
informasi yang tidak diimbangi dengan kemampuan seorang remaja dalam menyaring informasi
tersebut, maka informasi tersebut justru dapat memberi dampak negatif karena tak semua
informasi yang ada memiliki konten yang sesuai dengan tahap perkembangan remaja.
Lingkungan menjadi salah satu faktor ekstrinsik utama bagi remaja. Seperti menirukan
gaya hidup artis idola yang dijadikan model bagi remaja dalam menjalani kehidupan sehari-hari,
perceraian dalam keluarga, komunikasi yang kurang baik dalam keluarga, perselisihan dalam
keluarga, dan pendidikan yang salah dalam keluarga seperti terlalu memanjakan anak dalam
kehidupan sehari-hari dapat menyebabkan remaja mengalami kesulitan dalam mengatasi
masalah.
Meskipun seorang remaja lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah (diluar
lingkungan keluarga) dan banyak menemui orang-orang selain anggota keluarga yang dapat
memberi pengaruh terhadap perkembangan remaja tersebut, namun
Kematangan emosi dan kematangan kognitif yang belum sempurna pada masa remaja
juga menyebabkan remaja menjadi kesulitan dalam melihat suatu kejadian, sehingga sering kali
tempramen seorang remaja begitu tinggi ketika menghadapi permasalahan tertentu.
Sering kali seorang remaja melakukan hal negatif yang biasa disebut sebagai kenakalan
remaja yang melanggar atau menyimpang norma, aturan, atau hukum dalam
masyarakat seperti penyalahgunaan narkoba, seks bebas, tawuran antar pelajar.
Disisi lain, remaja juga banyak melakukan hal positif seperti menjadi juara
pada olimpiade baik tingkat nasional maupun internasional, melakukan inovasi
pada teknologi yang dapat membantu orang-orang di sekitarnya, menjadi pelopor
gerakan tertentu, bahkan mengembangkan atau berinovasi pada dunia usaha yang
sering digeluti oleh orang dewasa.
Cara remaja dalam menghadapi permasalahan sehari-hari tentu saja tidak hanya
dipengaruhi faktor ekstrinsik yang ada saat ini tapi juga dipengaruhi faktor yang terjadi pada
masa sebelumnya ketika ia masih berada pada masa kanak-kanak. Layaknya bayi yang baru
belajar berjalan, kebutuhan seorang remaja untuk dituntun merupakan suatu kewajiban bari
orang tua untuk memenuhinya.
Setiap orang tua tentu menginginkan seorang anak yang dapat dibanggakan karena
prestasinya. Dan tentu saja orang tua tidak ingin anak mereka menjadi remaja yang terlibat
bahkan terbiasa menjadi remaja yang melakukan kenakalan remaja.
Perkembangan sosio-emosional remaja tentu tidak dapat dipisahkan dengan
perkembangan yang terjadi pada masa sebelumnya yaitu masa anak-anak. Pada masa anak-anak,
seseorang tentu berada dibawah pengasuhan orang tua. Pemberian perangkat komunikasi pada
seorang anak tentu seperti pada paparan yang telah dijelaskan diatas tentu memberi dampak
tertentu pada perkembangan kemampuan coping seseorang pada masa remaja.
Perbedaan pola asuh akan memberikan dampak yang berbeda pula pada perkembangan
seseorang, mulai dari pola pengasuhan otokratif yang dapat disebut sebagai pola pengasuhan
demokratis, pola pengasuhan permisif yang cenderung tidak terlalu memperdulikan apa yang
sedang menjadi permasalahan seorang anak, dan pola pengasuhan otoriter yang sering dilakukan
orang tua dengan mendikte anaknya dalam tiap pengambilan keputusan.
Oleh karena itu, penggunaan pola pengasuhan yang tepat pada anak perlu dilakukan
sebagai langkah pencegahan terhadap perilaku kenakalan remaja sehingga hal tersebut dapat
diminimalisir atau bahkan dihindari ketika anak tersebut tumbuh menjadi remaja.

Anda mungkin juga menyukai