RANCANGAN PROPOSAL
Diajukan guna untuk memenuhi nilai UTS pada mata kuliah Teknik Penulisan
Skripsi
DISUSUN OLEH :
NIM :30701201105
FAKULTAS PSIKOLOGI
2017
1
BAB 1 PENDAHULUAN
2
yang ditentukan oleh sang ibu ia merasa selalu tidak puas,merasa harus
selalu bersaing dan menjadi yang terbaik diantara teman-temannya,merasa
takut terhadap fisiknya yang tidak sesuai dengan kriteria yang sang ibu
inginkan maka akan membentuk kepribadian yang menutup diri,tidak
percaya pada diri.
Orang tua yang tidak menuntut dan memberikan pilihan kepada
sang anak,memberikan hukuman dan menjelaskan tentang perbuatannya
yang salah,akan membentuk kepribadian anak menjadi demokratis,percaya
diri,bertanggung jawab. Menurut Kohn mengutip Chabib Toha,pola asuh
merupakan salah satu cara antara orang tua berhubungan dengan anak.
Seiring berkembangnya zaman,anak tak lagi mendapatkan informasi hanya
dengan membaca koran,majalah,buku bahkan menonton televisi, mereka
dipermudah dalam mengakses informasi melalui internet dan bisa
mendapatkannya dari berbagai penjuru dunia mengenai hal apapun yang
mereka inginkan. Panutan mereka tak lagi sekedar orang
tua,keluarga,teman,artis-aktor yang terdapat pada televisi,melainkan juga
melalu media sosial. Terdapat puluhan bahkan ratusan manusia yang
dijadikan panutan remaja masa kini,contoh: pada media sosial Instagram
yaitu Awkarin,pada media sosial Youtube Reza Arap. Masa remaja
merupakan masa pengalihan dari masa anak-anak ke masa dewasa,pada
masa ini tahapan pubertas terjadi dimana mulai terlihat perubahan
mengenai kematangan mental,emosional,sosial,fisik (Hurlock,1992).
Anak remaja mulai mengerti akan jatuh cinta kepada lawan
jenis,mempercantik atau mempertampan diri,mengupayakan interaksi
sosial sebaik mungkin sehingga adanya eksistensi diri dalam sebuah
perkumpulan,mulai mengambil keputusan sendiri terhadap pilihan yang
ada dihidupnya. Anak yang sudah menginjak usia remaja sudah merasa
bisa menentukan dirinya atau menjaga dirinya,tak khayal mereka memiliki
rasa berkeinginan seperti panutan yang mereka lihat pada media sosial
meliputi tentang apa mereka lihat mengenai gaya hidup yang bebas
berekspresi,dirinya yang eksis dikenal oleh siapa saja,hingga perubahan
3
penampilan dari sebelum menjadi terkenal hingga sesudah terkenal baik
fisik maupun nama. Menurut Walgito(2010) perilaku manusia dipengaruhi
lingkungan dan pengaruh dalam diri sendiri.
Dikutip dari Trisula Magazine,tak jarang di usia remaja banyak
mengeluhkan tentang diri mereka seperti kok aku gendut banget sih,mana
banyak bekas jerawat gini atau kenapa hidungku gede banget kaya
jambu,kurang mancung atau yang lainnya seperti gigiku kurang rata
kayaknya harus dibehel nih,dekil banget sih aku kurang perawatan
kayaknya,kalimat-kalimat tersebut acap kali sering kita dengar dari mulut
para remaja,selalu merasa tidak puas dan kurang dengan bentuk
tubuh,wajah,atau anggota tubuh yang lainnya.
Dikutip dari tautan Female Daily Semenjak kasus Awkarin yang
sempat heboh kemarin, banyak orang yang melihat foto-foto di IG-nya dan
langsung nyeletuk, Hah, serius umurnya baru 18 tahun? Kok di foto
kayak 25 tahun?!,dengan begini menjadikan semakin banyak kita jumpai
anak pada usia remaja pengguna media sosial tak lagi sama dengan realita
yang ada karena terlalu banyak menggunakan fitur percantik diri atau
menggunakan riasan wajah yang berelebihan.
Dikutip dari tautan lifestyle kompas,Agar Lebih Berwibawa,
Banyak Pria Lakukan Sulam Alis. Fenomena seperti ini mulai banyak
dijumpai dan dengan semakin dimudahkannya dalam mempercantik atau
mempertampan diri baik secara langsung pada fisik mereka,seperti
penggunaan riasan wajah,sulam alis,sulam bibir, maupun tidak langsung
yaitu dalam kontek visual,seperti pengambilan gambar atau foto dengan
menggunakan gawai yang terdapat aplikasi serta memiliki efek fitur
percantik antara lain C360,B-612,Instagram dan lain sebagainya.
Dikutip dari tautan kompasiana Alasan mendasar mengapa
semakin banyak orang yang meminta prosedur rekonstruksi wajah adalah
karena ingin terlihat sempurna saat melakukan selfie. Menanggapi hal
tersebut, Afif Kurniawan, pakar psikologi UNAIR menilai ketika
seseorang berkeinginan merubah sesuatu pada dirinya maka ia
4
mengalami body dysmorphic disorder(BDD). Seperti diketahui BDD
adalah sebuah gangguan obsesif kompulsif yang membuat seseorang
seseorang ketakutan terhadap bentuk wajah atau penampilan sendiri.
Penderita BDD tidak akan puas dengan bentuk fisiknya sendiri. Ia selalu
merasa ada bagian tubuhnya yang kurang sempurna.
Tak bisa lagi dipungkiri bahwa anak pada usia remaja sekarang
lebih jago dalam hal berdandan ketimbang anak pada usia remaja kurun
waktu lima tahun yang lalu. Berdasarkan data statistik International OCD
foundation sebanyak 30.000 jumlah penduduk Amerika diketahui bahwa
1,7% pria dan 2,4% wanita peduli terhadap penampilan dan
mengupayakan perbaikan untuk menunjang penampilan,baik secara fesyen
maupun perubahan fisik,dari data tersebut diketahui bahwa banyak sekali
manusia yang tidak puas terhadap citra diri mereka yang apa adanya.
SMA N-14 Semarang yang beralamatkan pada jalan kokrosono
Semarang merupakan salah satu sekolah menengah atas yang terdapat di
kota Semarang dengan jumlah siswa-siswi 500 dengan perbandingan siswa
laki-laki 45% siswi perempuan 55% dan memiliki berbagai macam aturan
ketat terhadap siswanya dari segi penampilan sebagai pelajar disekolah
serta memiliki siswa-siswi dari berbagai macam kalangan yang berbeda-
beda.
Dari uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian di SMA N-
14 Semarang untuk mengetahui sejauh mana pola asuh berhubungan
dengan Body Dysmorphic Disorder pada siswa-siswi pada sekolahan
tersebut. Oleh karena itu penulis memberi judul penelitian ini Pengaruh
Pola Asuh Otoriter Terhadap Body Dysmorphic Disorder pada siswa SMA
N-14 Semarang.
5
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mengidentifikasi masalah
bahwa dapat dilihat terdapat orang tua yang masih mengutamakan
keinginan dan tidak memberikan pilihan kepada anak,dan banyak anak-
anak pada usia remaja yang mengalami ketidak puasan terhadap fisik
maupun kehidupannya. Maka masalah tersebut dapat diidentifikasi dalam
bentuk pernyataan sebagai berikut:
1. Orang tua yang memiliki sikap pola asuh yang otoriter berperan tinggi
dalam pengambilan keputusan terhadap anak.
2. Anak berkembang sesuai apa yang orang tuanya mau.
3. Anak tidak dapat mengikuti hal-hal yang dikehendaki.
4. Orang tua yang mengalami Body Dysmorphic Disorder juga dapat
menyebabkan sang anak mengalaminya.
5. Tingginya anak pada usia remaja yang mengalami Body Dysmorphic
Disorder.
6
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah:
Memaparkan tentang pola asuh otoriter terhadap tumbuh kembang anak
yang berhubungan dengan Body Dysmorphic Disorder pada siswa SMA
N-14 Semarang.