Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH POLA ASUH OTORITER TERHADAP BODY DYSMORPHIC

DISORDER PADA SISWA SMA N-14 SEMARANG

RANCANGAN PROPOSAL

Diajukan guna untuk memenuhi nilai UTS pada mata kuliah Teknik Penulisan
Skripsi

DISUSUN OLEH :

CIPTOMUKTI HARDIANI PUSPITA

NIM :30701201105

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2017

1
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak merupakan titipan Tuhan yang diberikan kepada setiap orang
tua,maka dari itu kita wajib menjaganya,pada anak digantungkannya
harapan mengenai tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Sikap dan cara
orang tua mendidik anak juga turut andil dalam tumbuh kembang
mengenai karakteristik pada masa perkembangan baik anak-
anak,remaja,maupun dewasa, dengan kata lain apa yang orang tua tanam
itulah yang akan mereka tuai kelak. Sikap ini dapat dilihat dari berbagai
segi,antara lain dari cara orang tua memberikan perhatian dan tanggapan
terhadap keinginan anak,cara orang tua menunjukan otoritas mengenai
peraturan,hadiah dan hukuman terhadap anak. Dikutip dari tautan lifestyle
kompas Hasil studi terhadap ribuan orang di Inggris yang diikuti mulai
saat mereka remaja sampai usia 60-an menunjukkan, anak yang sejak kecil
selalu dikontrol kehidupannya ternyata tidak bahagia dan memiliki
kesehatan mental yang rendah.
Jutaan manusia yang menjadi orang tua maupun anak memiliki
keinginan/obsesi akan hal-hal tertentu,semisal orang tua yang memiliki
gaya hidup perfeksionis menuntut anak menjadi seorang perfeksionis
maka akan membentuk kepribadian sang anak menjadi perfeksionis
juga,orang tua yang tidak pernah menuntut dan selalu memberikan
kebebasan tanpa adanya aturan,hukuman dan hadiah juga akan membentuk
kepribadian anak menjadi peragu,kurangnya penyesuaian terhadap
lingkungan. Dikutip dari acara televisi Todler and Tiara,seorang ibu yang
terobsesi dan memiliki panutan untuk menjadi pemenang pada kontes
kecantikan seperti Puteri Indonesia akan menuntut anak perempuannya
menjaga berat badan secara ekstrim,menggunakan pemutih gigi pada anak
tanpa persetejuan sang anak dan mengutamakan penampilan agar selalu
terlihat cantik dihadapan publik,apabila sang anak gagal mengikuti apa

2
yang ditentukan oleh sang ibu ia merasa selalu tidak puas,merasa harus
selalu bersaing dan menjadi yang terbaik diantara teman-temannya,merasa
takut terhadap fisiknya yang tidak sesuai dengan kriteria yang sang ibu
inginkan maka akan membentuk kepribadian yang menutup diri,tidak
percaya pada diri.
Orang tua yang tidak menuntut dan memberikan pilihan kepada
sang anak,memberikan hukuman dan menjelaskan tentang perbuatannya
yang salah,akan membentuk kepribadian anak menjadi demokratis,percaya
diri,bertanggung jawab. Menurut Kohn mengutip Chabib Toha,pola asuh
merupakan salah satu cara antara orang tua berhubungan dengan anak.
Seiring berkembangnya zaman,anak tak lagi mendapatkan informasi hanya
dengan membaca koran,majalah,buku bahkan menonton televisi, mereka
dipermudah dalam mengakses informasi melalui internet dan bisa
mendapatkannya dari berbagai penjuru dunia mengenai hal apapun yang
mereka inginkan. Panutan mereka tak lagi sekedar orang
tua,keluarga,teman,artis-aktor yang terdapat pada televisi,melainkan juga
melalu media sosial. Terdapat puluhan bahkan ratusan manusia yang
dijadikan panutan remaja masa kini,contoh: pada media sosial Instagram
yaitu Awkarin,pada media sosial Youtube Reza Arap. Masa remaja
merupakan masa pengalihan dari masa anak-anak ke masa dewasa,pada
masa ini tahapan pubertas terjadi dimana mulai terlihat perubahan
mengenai kematangan mental,emosional,sosial,fisik (Hurlock,1992).
Anak remaja mulai mengerti akan jatuh cinta kepada lawan
jenis,mempercantik atau mempertampan diri,mengupayakan interaksi
sosial sebaik mungkin sehingga adanya eksistensi diri dalam sebuah
perkumpulan,mulai mengambil keputusan sendiri terhadap pilihan yang
ada dihidupnya. Anak yang sudah menginjak usia remaja sudah merasa
bisa menentukan dirinya atau menjaga dirinya,tak khayal mereka memiliki
rasa berkeinginan seperti panutan yang mereka lihat pada media sosial
meliputi tentang apa mereka lihat mengenai gaya hidup yang bebas
berekspresi,dirinya yang eksis dikenal oleh siapa saja,hingga perubahan

3
penampilan dari sebelum menjadi terkenal hingga sesudah terkenal baik
fisik maupun nama. Menurut Walgito(2010) perilaku manusia dipengaruhi
lingkungan dan pengaruh dalam diri sendiri.
Dikutip dari Trisula Magazine,tak jarang di usia remaja banyak
mengeluhkan tentang diri mereka seperti kok aku gendut banget sih,mana
banyak bekas jerawat gini atau kenapa hidungku gede banget kaya
jambu,kurang mancung atau yang lainnya seperti gigiku kurang rata
kayaknya harus dibehel nih,dekil banget sih aku kurang perawatan
kayaknya,kalimat-kalimat tersebut acap kali sering kita dengar dari mulut
para remaja,selalu merasa tidak puas dan kurang dengan bentuk
tubuh,wajah,atau anggota tubuh yang lainnya.
Dikutip dari tautan Female Daily Semenjak kasus Awkarin yang
sempat heboh kemarin, banyak orang yang melihat foto-foto di IG-nya dan
langsung nyeletuk, Hah, serius umurnya baru 18 tahun? Kok di foto
kayak 25 tahun?!,dengan begini menjadikan semakin banyak kita jumpai
anak pada usia remaja pengguna media sosial tak lagi sama dengan realita
yang ada karena terlalu banyak menggunakan fitur percantik diri atau
menggunakan riasan wajah yang berelebihan.
Dikutip dari tautan lifestyle kompas,Agar Lebih Berwibawa,
Banyak Pria Lakukan Sulam Alis. Fenomena seperti ini mulai banyak
dijumpai dan dengan semakin dimudahkannya dalam mempercantik atau
mempertampan diri baik secara langsung pada fisik mereka,seperti
penggunaan riasan wajah,sulam alis,sulam bibir, maupun tidak langsung
yaitu dalam kontek visual,seperti pengambilan gambar atau foto dengan
menggunakan gawai yang terdapat aplikasi serta memiliki efek fitur
percantik antara lain C360,B-612,Instagram dan lain sebagainya.
Dikutip dari tautan kompasiana Alasan mendasar mengapa
semakin banyak orang yang meminta prosedur rekonstruksi wajah adalah
karena ingin terlihat sempurna saat melakukan selfie. Menanggapi hal
tersebut, Afif Kurniawan, pakar psikologi UNAIR menilai ketika
seseorang berkeinginan merubah sesuatu pada dirinya maka ia

4
mengalami body dysmorphic disorder(BDD). Seperti diketahui BDD
adalah sebuah gangguan obsesif kompulsif yang membuat seseorang
seseorang ketakutan terhadap bentuk wajah atau penampilan sendiri.
Penderita BDD tidak akan puas dengan bentuk fisiknya sendiri. Ia selalu
merasa ada bagian tubuhnya yang kurang sempurna.
Tak bisa lagi dipungkiri bahwa anak pada usia remaja sekarang
lebih jago dalam hal berdandan ketimbang anak pada usia remaja kurun
waktu lima tahun yang lalu. Berdasarkan data statistik International OCD
foundation sebanyak 30.000 jumlah penduduk Amerika diketahui bahwa
1,7% pria dan 2,4% wanita peduli terhadap penampilan dan
mengupayakan perbaikan untuk menunjang penampilan,baik secara fesyen
maupun perubahan fisik,dari data tersebut diketahui bahwa banyak sekali
manusia yang tidak puas terhadap citra diri mereka yang apa adanya.
SMA N-14 Semarang yang beralamatkan pada jalan kokrosono
Semarang merupakan salah satu sekolah menengah atas yang terdapat di
kota Semarang dengan jumlah siswa-siswi 500 dengan perbandingan siswa
laki-laki 45% siswi perempuan 55% dan memiliki berbagai macam aturan
ketat terhadap siswanya dari segi penampilan sebagai pelajar disekolah
serta memiliki siswa-siswi dari berbagai macam kalangan yang berbeda-
beda.
Dari uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian di SMA N-
14 Semarang untuk mengetahui sejauh mana pola asuh berhubungan
dengan Body Dysmorphic Disorder pada siswa-siswi pada sekolahan
tersebut. Oleh karena itu penulis memberi judul penelitian ini Pengaruh
Pola Asuh Otoriter Terhadap Body Dysmorphic Disorder pada siswa SMA
N-14 Semarang.

5
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mengidentifikasi masalah
bahwa dapat dilihat terdapat orang tua yang masih mengutamakan
keinginan dan tidak memberikan pilihan kepada anak,dan banyak anak-
anak pada usia remaja yang mengalami ketidak puasan terhadap fisik
maupun kehidupannya. Maka masalah tersebut dapat diidentifikasi dalam
bentuk pernyataan sebagai berikut:
1. Orang tua yang memiliki sikap pola asuh yang otoriter berperan tinggi
dalam pengambilan keputusan terhadap anak.
2. Anak berkembang sesuai apa yang orang tuanya mau.
3. Anak tidak dapat mengikuti hal-hal yang dikehendaki.
4. Orang tua yang mengalami Body Dysmorphic Disorder juga dapat
menyebabkan sang anak mengalaminya.
5. Tingginya anak pada usia remaja yang mengalami Body Dysmorphic
Disorder.

1.3 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas,maka penulis merumuskan masalah
penelitian ini sebagai berikut:
1. apakah jenis pola asuh yang baik untuk diterapkan pada anak?
2. Dampak apa yang terjadi apabila orang tua menerapkan pola asuh
otoriter?
3. Bagaimana Body Dysmorphic Disorder dapat terjadi?
4. Kenapa anak pada usia remaja rentan mengalami Body Dysmorphic
Disorder ?
5. Apakah pola asuh otoriter berhubungan dengan terjadinya Body
Dysmorphic Disorder?

6
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah:
Memaparkan tentang pola asuh otoriter terhadap tumbuh kembang anak
yang berhubungan dengan Body Dysmorphic Disorder pada siswa SMA
N-14 Semarang.

1.5 Manfaat Penelitian


Dengan melakukan penelitian ini,penulis mengharapkan agar hasil
penelitian dapat berguna bagi penulis,pihak sekolah,serta siswa-siswi dan
pihak lain.
a. Penulis diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan
dalam penerapan ilmu psikologi.
b. Bagi sekolahan,penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
bahan masukan dalam pendidikan terhadap siswa-siswi maupun orang
tua mereka terhadap pola asuh otoriter dan Body Dysmorphic
Disorder.
c. Bagi pihak lain yang berkepentingan dan menaruh minat pada
penelitan yang sama diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
masukan yang bermanfaat untuk penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai