Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia merupakan individu yang unik, yang dimaksudkan dengan

unik adalah kuaitas perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu

dengan individu yang lainya. Keunikan tersebut didukung oleh keadaan struktur

psiko-fisiknya, misalnya seperti kondisi fisik, hormon, kognitif dan afektifnya yang

saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga bisa menentukan kualitas tindakan

atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkunganya.

Masa remaja merupakan transisi waktu yang meliputi pertumbuhan dan

perkembangan dimana remaja akan dihadapkan pada tantangan, gejolak emosi, dan

perubahan yang menyangkut perubahan jasmani, psikologis dan sosial. Dalam masa

remaja khususnya bagi siswa SMP diharapkan mereka akan mampu memenuhi tugas

perkembangannya. Seperti yang diungkapkan oleh Kay (Destriana 2017:9) terdapat

tujuh poin sebagai tugas perkembangan remaja, yang salah satunya yaitu bahwa pada

masa ini, remaja harus mampu menerima kondisi fisiknya sendiri termasuk

keragaman kualitasnya. Tidak hanya itu, salah satu aspek pribadi remaja yang harus

dicapai yaitu bahwa remaja dapat menerima keadaan bentuk fisiknya serta dapat

memanfaatkannya sebaik mungkin dengan cara yang positif.

Apabila hal ini tidak terpenuhi maka akan sangat memungkinkan menjadi

suatu problema/masalah dikemudian hari, seperti ketidakbahagiaan bagi idividu itu

sendiri, adanya penolakan dari lingkungan dan terhambatnya pemenuhan tugas

1
2

perkembangan yang harus dia lalui. Masalah-masalah itu tentu akan menjadikan

individu tidak bisa berkembang secara optimal.

Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2016 menunjukan lebih dari 1.9

milyar orang dewasa berusia 18 tahun keatas mengalami kelebihan berat badan.

jumlah pengidap obesitas di dunia mencapai 650 juta, sementara anak dan remaja

berusia 5 – 19 tahun yang mengalami kegemukan sebanyak 340 juta. Data Riset

Kesehatan Nasional tahun 2016 juga menunjukkan bahwa sebanyak 20,7 persen

penduduk dewasa Indonesia mengalami kegemukan. Angka ini meningkat

dibandingkan tahun 2013 yang hanya berjumlah 15,4 persen. Kondisi ini

menempatkan Indonesia ke dalam 10 besar negara dengan jumlah pengidap obesitas

terbanyak di dunia, seperti yang disebutkan dalam jurnal Lancet tahun 2014.

Istilah Obesitas dan overweight sering kali diartikan sama terkait dengan

kegemukan, pada kenyataannya orang gemuk tidak selalu dapat dikatakan mengalami

obesitas. Seseorang yang mengalami obesitas karena memiliki Penumpukan lemak

berlebih pada tubuh diatas 30 menurut hitungan Indeks Massa Tubuh (IMT).

Sedangkan, kelebihan berat badan lebih tepat jika diartikan sebagai kondisi

kegemukan (overweight) dengan Indeks Massa Tubuh berkisar 25 - 30.

Overweight pada masa remaja, 30% akan berlanjut sampai dewasa menjadi

overweight persisten. overweight pada remaja tidak hanya menjadi masalah kesehatan

dikemudian hari, tetapi juga membawa masalah bagi kehidupan sosial dan emosi

yang cukup berarti pada remaja (Dieny, 2014).


3

Remaja dengan kelebihan berat badan (overweight) maupun obesitas yang

timbul pada masa anak dan remaja bila berlanjut pada usia dewasa, akan sulit diatasi

secara konvensional (diet dan olah raga). Obesitas pada remaja tidak hanya akan

menimbulkan masalah kesehatan dikemudian hari, akan tetapi juga membawa

masalah terhadap kehidupan sosial dan emosi yang cukup berarti bagi remaja. Orang

bertubuh besar sering diperlakukan tidak baik, atau dikenal fenomena fatphobia,

sizeism, atau diskriminasi terhadap ukuran. Hal ini tidak boleh dibiarkan karena

termasuk body shaming dan berdampak negatif pada kualitas hidup seseorang,

termasuk menurunkan rasa percaya diri dan menyebabkan masalah mental (seperti

depresi, kecemasan, dan gangguan stres pascatrauma).

Remaja yang mengalami overweight biasa pasif dan depresif karena sering

tidak dilibatkan pada kegiatan yang dilakukan oleh teman sebayanya, merasa bentuk

tubuhnya jelek, merasa rendah diri, dan overweight pada remaja akan berakibat pada

masa selanjutnya. Ketidakmatangan pola pikir serta keinginan kuat untuk

mengimitasi lingkungan menimbulkan masalah tersendiri bagi remaja. Keterbatasan

fungsi fisik, mental, emosional dan sosial akan berdampak pada kualitas hidupnya

(Khodijah, Lukman, & Munigar, 2010).

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kelebihan berat badan remaja

dapat dicegah dengan menerapkan pola makan sehat, modifikasi perilaku makan,

melakukan aktivitas fisik, dan pantau pertumbuhannya. Pola makan yang merupakan

pencetus terjadinya kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas adalah


4

mengkonsumsi makanan porsi besar melebihi dari kebutuhan, makanan tinggi energy,

tinggi lemak, tinggi karbohidrat sederhana dan rendah serat (Kemenkes RI,2013).

Orang yang kegemukan lebih responsif dibanding dengan orang berberat

badan normal terhadap isyarat lapar eksternal, seperti rasa dan bau makanan, atau

saatnya waktu makan. Orang yang gemuk cenderung makan bila ia merasa ingin

makan, bukan makan pada saat ia lapar. Pola makan berlebih inilah yang

menyebabkan mereka sulit untuk keluar dari kegemukan jika sang individu tidak

memiliki control diri dan motivasi yang kuat untuk mengurangi berat badan.

Penerapan Emotional Freedom Technique merupakan bentuk upaya terhadap

remaja overweight atau obesitas untuk diharapkan dapat merubah pola dan kebiasaan

makan berlebihan yang tinggi energi, tinggi lemak jenuh dan rendah konsumsi serat,

serta meningkatkan aktifitas fisik.

Peneliti sudah pernah melakukan teknik EFT saat pelaksanaan mata kuliah

Penelitian Tindakan Layanan, pelaksanaan EFT tersebut dilakukan di satuan Sekolah

Menengah Pertama Negeri 11 Kota Jambi dimana sekolah tersebut sekaligus menjadi

tempat praktek PL-KPS semester genap tahun 2017/2018 . Berdasarkan pengamatan

peneliti saat pelaksanaan PL-KPS di SMP Negeri 11 Kota Jambi, Peneliti melihat

ada 8-10 siswa kelas VIII disekolah tersebut suka menyendiri, kurang aktif dalam

kelas, tidak terlalu bergaul dengan teman-temannya.


5

Berdasarkan wawancara dengan siswa berinisial ZD ia menyatakan bahwa

bentuk tubuh yang dimilikinya saat ini sangatlah tidak ideal dibandingkan remaja

putri lainnya. Ia merasa malu dan tidak percaya diri jika bergaul dengan teman

kelasnya. begitupula dengan siswa berinisial MR ia menyatakan bahwa ia memiliki

tinggi badan dibawah rata-rata dari kebanyakan teman-temannya sehingga ia sering

sekali merasa terkucilkan dalam pergaulan.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap Guru Bimbingan Konseling di SMP

Negeri 11 Kota Jambi pada tanggal 19 November 2018 ditemukan ada ±8 siswa kelas

VIII mengalami permasalahan rendah diri terkait aspek fisik dengan beberapa

indikasi yang nampak yaitu suka menyendiri karena kurang berani untuk berinteraksi

dengan teman-temanya, kurang aktif didalam kelas baik saat berdiskusi,

menyampaikan pendapat, maupun bertanya kepada guru. Tidak tuntas dalam

mengerjakan tugas, sering murung, memiliki konsep rendah pada diri sendiri, merasa

bahwa dirinya tidaklah pintar, atau tidak dapat melakukan apa-apa. Inilah beberapa

perilaku yang menyebakan siswa rendah diri.

Salah satu alternatife bantuan yang diberikan peneliti saat pelaksanaan PL-

KPS ialah melakukan penerapan teknik EFT (Emotional Freedom Technique) untuk

mengurangi rasa rendah diri siswa tersebut akan kondisi fisiknya. Setelah didapat

klien yang mengalami permasalahan tersebut dengan menginput berbagai data baik

dengan bantuan Guru BK disekolah maupun observasi langsung oleh peneliti, maka

diadakanlah proses bantuan dengan teknik eft dalam layanan konseling kelompok
6

Peneliti melaksanakan kegiatan dengan tiga siklus , dari hasil yang didapat

masih adanya berbagai kekurangan dan kesalahan baik dalam pelaksanaan kegiatan

maupun faktor-faktror yang terikat didalamnya. Seperti alokasi waktu yang tidak

dimanfaatkan peneliti secara maksimal, kondisi lingkungan tempat diadakannya EFT

kurang mendukung kegiatan sehingga peneliti sulit untuk mengontrol fokus klien,

Maupun pada proses ketukan (tapping) terlalu pelan sehingga tidak menimbulkan

reaksi pada titik meridian yang memungkinkan energy negative masih bertahan serta

pada pemberian kalimat afirmasi masih kurang spesifik atas permasalahan klien.

Menurut Sutja (2018:191), cara mudah untuk menemukan belief yang salah

adalah mendengarkan kritikan orang terhadap kita. Ketika kita mendapat kritikan

orang lain, biasanya kita akan menyampaikan alasan sebagai pembelaan. Pembelaan

diri yang kita gunakan untuk menjawab kritikan itu adalah ego depend mechanism

diri yang pada umumnya disadari oleh belief system yang tidak rasional. Setelah

menemukan kepercayaan yang salah itu, untuk tidak terulang lagi pada masa

mendatang dapat dihapus dengan menerapkan self therapy Emotional Freedom

Technique.

Bedasarkan pengalaman peneliti saat menerapkan teknik EFT kepada 8 siswa

di Sekolah Menengah Pertama Negeri 11 Kota Jambi pada praktekya sendiri peneliti

belum mencapai keberhasilan maksimal maupun efektivitas pelaksanaannya belum

menampakan hasil yang memuaskan maka peneliti berusaha menemukan perbaikan

menuju kearah yang lebih efektif. Atas dasar pengalaman peneliti dalam

menggunakan teknik EFT maka peneliti berkeinginan untuk kembali menerapkan


7

teknik tersebut dengan mengangkat permasalahan terkait overweight atau kegemukan

yang dialami remaja.

Berdasarkan uraian permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk

mengangkat fokus penelitian dengan judul “Penerapan Teknik EFT Untuk

Mengurangi Nafsu Makan Berlebihan Pada Remaja Kelebihan Berat Badan Dalam

Layanan Konseling Individual“

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, pembatasan masalah perlu penulis batasi

agar tujuan penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan semula yaitu :

1. Peneliti hanya membahas tentang upaya Mengurangi Nafsu Makan Berlebihan

Pada Remaja Kelebihan Berat Badan Dengan Teknik EFT (Emotional

Freedom Technique) Dalam Layanan Konseling Individual .

2. Adapun siswa yang menjadi subjek dalam penelitian adalah Siswa dengan

Kelebihan Berat Badan (Overweight) dengan IMT (Indeks Masa Tubuh) > 25.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang sudah diuraikan diatas

maka dapat peneliti kemukakan rumusan masalah yaitu: Bagaimanakah Penerapan

Teknik EFT (Emotional Freedom Technique) yang dapat Mengurangi Nafsu Makan

Berlebihan Pada Remaja Kelebihan Berat Badan Dalam Layanan Konseling

Individual?
8

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian adalah untuk

mengungkapkan sejauh mana Efektivitas Teknik EFT (Emotional Freedom

Technique) dalam Mengurangi Nafsu Makan Berlebihan Pada Remaja Kelebihan

Berat Badan Dalam Layanan Konseling Individual.

E. Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat yang akan didapat didalam penelitian ini adalah sebagai

berikut

1. Manfaat Teoritik

Mendukung konsep upaya untuk mengurangi nafsu makan berlebihan pada

Remaja Kelebihan Berat Badan (overweight) menggunakan teknik EFT

(Emotional Freedom Technique) dalam Layanan Konseling Individual

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pihak Sekolah diharapkan dengan adanya penelitian ini pihak sekolah

dapat mengetahui permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi oleh

siswanya, sehingga pihak sekolah dapat mengambil langkah yang tepat untuk

mengatasi permasalahan tersebut. Dan juga hasil penelitian ini diharapkan dapat

menambah pengetahuan serta wawasan agar dimanfaatkan dalam program

bidang bimbingan dan konseling di sekolah khususnya terkait permasalahan

terkait kelebihan berat badan (overweight)


9

b. Bagi Siswa Penelitian ini diharapkan menginspirasi siswa yang mengalami

permasalahan terkait kelebihan berat badan (overweight) agar ia dapat

mengembangkan potensi dirinya dengan lebih baik lagi , lebih optimal dan

dengan rasa percaya diri bisa menerima keadaan fisik yang telah dianugerahkan

tuhan kepadanya. Selain itu hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah

satu solusi untuk menekan pola makan berlebihan yang menjadi problema

dikalangan remaja kelebihan berat badan.

c. Bagi Peneliti Guna Mengaplikasikan teori yang sudah diperoleh baik dari proses

perkuliahan maupun pengalaman yang didapat secara formal maupun non-

formal untuk direalisasikan pada lingkungan kerja nyata sehingga dapat menjadi

suatu pilihan dalam membantu menyelesaikan permasalahan yang sedang

dialami individu atau peserta didik.

F. Pengertian Istilah

1. EFT (Emotional Freedom Technique)

Emotional Freedom Technique atau Teknik Pembebasan Emosi untuk

selanjutnya disingkat EFT saja adalah model terapi energi psikologis yang

dikembangkan oleh Gary Craig pada tahun 1990 dengan menggabungkan Ilmu

Akupuntur dan Mind Body Meicine (www.emofree.com). Cara kerja EFT adalah

dengan mengetok titik tertentu pada bagian tubuh guna melepaskan penyumbatan

dalam sistem energi yang menjadi sumber intensitas emosional dan fisik sehingga

berkembangnya rasa ketidakmampuan individu untuk hidup harmonis.

(Sutja, 2018:1)
10

2. Kelebihan Berat Badan (overweight)

Menurut (astawan & leomitro, 2009) Overweight digunakan untuk

menyatakan berat badan berlebih. Berat badan berlebih (overweight) adalah

keadaan dimana berat badan seseorang melebihi normal tapi belum sampai

kategori obesitas. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO)seseorang dapat

dikatakan overweight apabila orang tersebut memiiki Indeks Massa Tubuh (IMT)

antara 25-29,99.

3. Layanan Konseling Individual

Konseling Individual merupakan layanan konseling yang diselenggarakan

oleh seorang konselor terhadap seorang klien dalam rangka pengentasan masalah

pribadi klien (Prayitno, 2004:1)

Anda mungkin juga menyukai