Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Konsep Dasar K3,
Hazard dan Pengendaliannya”.

Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan dan keterbatasan dalam makalah


ini,maka dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati penulis mengharap kritik dan saran yang
membangun sehingga dapat melengkapi kesempurnaan makalah ini.

Banyak pihak yang telah turut memberikan motivasi dan bantuan serta bimbingan yang
penulis terima selama proses penulisan makalah ini..

Semoga Tuhan yang Maha Esa memberikan kekuatan dan melimpahkan segala rahmat
dan hidayah-Nya atas segala yang telah kita lakukan.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis
khususnya maupun pembaca pada umumnya,amin.

Bandar lampng, 26 juli 2020

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1

1.2 Tujuan...............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................... 5

2.1 Konsep Dasar K3................................................................................................................2

2.1.1 Pengertian K3 …………………………...........................................................................2

2.1.2 Tujuan dan Komponen K3................................................................................................3

2.2 Hazard dan Pengendaliannya........................................................................................ ..5

2.2.1 Pengertian Hazard……................................................................................................. ..6

2.2.2 Komponen Hazard………….……................................................................................. 6

2.2.3Jenis-jenis hazard............................................................................................................ 18

2.2.4 Pengendalian Bahaya.................................................................................................... 20

2.2.5 Prinsip Management Risiko.......................................................................................... 21

BAB III PENUTUP............................................................................................................... 29

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................3.2
Saran....................................................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah

Keselamatan dan kesehatan kerja dewasa ini merupakan istilah yang yang sangat
populer. Bahkan di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan
K3 yang artinya keselamatan, dan kesehatan kerja. Menurut Milyandra (2009) Istilah
‘keselamatan dan kesehatan kerja’, dapat dipandang mempunyai dua sisi pengertian.
Pengertian yang pertama mengandung arti sebagai suatu pendekatan pendekatan ilmiah
(scientific approach) dan disisi lain mempunyai pengertian sebagai suatu terapan atau
suatu program yang mempunyai tujuan tertentu. Karena itu keselamatan dan kesehatan
kerja dapat digolongkan sebagai suatu ilmu terapan (applied science). Keselamatan dan
Kesehatan Kerja sebagai suatu program didasari pendekatan ilmiah dalam upaya
mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya
penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainya yang mungkin terjadi. Jadi
dapat dikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu pendekatan ilmiah
dan praktis dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko kesehatan dan keselamatan yang
mungkin terjadi.( Rijanto, 2010 ).

1.2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui tentang Konsep Dasar K3, Hazard dan
Pengendaliannya
b. Tujuan khusus
Dengan penyusunan makalah ini, mahasiswa diharapkan:
- Mampu memahami dan mngetahui tentang konsep dasar K3
- Mampu memahami dan mngetahui tentang Hazard dan Pengendaliannya
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar K3


2.1.1 Pengertian K3
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah ilmu terapan yang bersifat multi
disiplin, bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan,
dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek.
Menurut America Society of safety and Engineering (ASSE) K3 diartikan sebagai
bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada
kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja.

Pengertian K3 menurut undang-undang No.1 tahun 1970 (1) adalah upaya dan
pemikiran dalam menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani dan rohani manusia
pada umumnya dan pekerja pada khususnya serta hasil karya budaya 12 dalam
rangka menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila

Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, BAB I pasal 2,


Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat
pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani,
maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun
penyakit umum. Selain pendapat diatas, ada beberapa ahli yang mendefinisikan
tentang kesehatan yaitu Parkins (1938) mendefinisikan bahwa kesehatan adalah
suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai
faktor yang berusaha mempengaruhinya. Hal yang sama diutarakan oleh sedangkan
Pepkin’s (1978)menguraikan bahwa sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang
dinamis antara bentuk tubuh dan fungsi yang dapat mengadakan penyesuaian,
sehingga dapat mengatasi gangguan dari luar. Secara umum keselamatan kerja dapat
dikatakan sebagai ilmu dan penerapannya yang berkaitan dengan mesin, pesawat,
alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan
kerja serta cara melakukan pekerjaan guna menjamin keselamatan tenaga kerja dan
aset perusahaan agar terhindar dari kecelakaan dan kerugian lainnya. Keselamatan
kerja juga meliputi penyediaan APD, perawatan mesin dan pengaturan jam kerja
yang manusiawi.

Dalam K3 juga dikenal istilah Kesehatan Kerja, yaitu : suatu ilmu yang
penerapannya untuk meningkatkan kulitas hidup tenaga kerja melalui peningkatan
kesehatan, pencegahan Penyakit Akibat Kerja meliputi pemeriksaan kesehatan,
pengobatan dan pemberian makan dan minum bergizi.

Istilah lainnya adalah Ergonomy yang merupakan keilmuan dan aplikasinya


dalam hal sistem dan desain kerja, keserasian manusia dan pekerjaannya, pencegahan
kelelahan guna tercapainya pelakasanaan pekerjaan secara baik.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah sarana utama untuk mencegah


kecelakaan kerja, baik kecelakaan yang mengakibatkan kerugian yang bersifat
langsung ataupun tidak langsung. Adapun kecelakaan yang bersifat langsung dapat
berupa luka ringan (memar, lecet, pendarahan ringan dan lain-lain) ataupun luka
berat (luka tebuka, putus jari, pendarahan berat dan lain-lain) dan kematian
sedangkan kerugian yang bersifat tidak langsung dapat berupa kerusakan mesin,
proses produksi terhenti, kerusakan pada lingkungan dan biaya yang cukup besar
yang harus dikeluarkan perusahaan akibat dari kecelakaan kerja..

2.1.2 Tujuan dan Komponen K3

Tujuan K3 adalah untuk mengamankan sistem kerja dan menjaga well being
pekerja agar kegiatan pekerjaan dapat berlangsung dengan baik, memelihara
kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja. K3 juga melindungi rekan kerja,
keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi
lingkungan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan kenerja, menjamin kesehatan dan
keselamatan orang lain dalam lingkungan kerja, mengamankan sumber polutan,
menyehatkan lingkungan kerja dan mengefisienkan kegiatan
Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan
finansial. Semua organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja
dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu.
Komponen K3 yang perlu diperhatikan, yaitu: Karakteristik
pekerjaan/kegiatan (jenis, ruang lingkup, lamanya kegiatan, tingkat kegiatan),
pengorganisasian dan manajemen pekerjaan, bahan dan alat yang digunakan
melaksanakan kegiatan, karakteristik manusia yang melaksanakan kegiatan.

Dalam K3 ada tiga norma yang selalu harus dipahami, yaitu :


1. Aturan berkaitan dengan keselamatan dan kesehtan kerja
2. Di terapkan untuk melindungi tenaga kerja
3. Resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Sasaran dari K3 adalah :


1. Menjamin keselamatan operator dan orang lain
2. Menjamin penggunaan peralatan aman dioperasikan
3. menjamin proses produksi aman dan lancar.

Tapi dalam pelaksaannya banyak ditemui habatan dalam penerapan K3 dalam dunia pekerja,
hal ini terjadi karena beberapa faktor yaitu :

Dari sisi masyarakat pekerja

 Tuntutan pekerja masih pada kebutuhan dasar (upah dan tunjangan


kesehatan/kesejahtraan)
 K3 belum menjadi tuntutan pekerja

Dari sisi pengusaha

 Pengusaha lebih menekankan penghematan biaya produksi dan meningkatkan efisiensi


untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. dan K3 dipandang sebagai beban dalam
hal biaya operasional tambahan
Metode yang ada dalam keilmuan K3 ada 4:

1. Identifikasi bahaya
2. Analisis
3. Evaluasi
4. Pengendalian

2.2 Hazard dan Pengendaliannnya

2.2.1 Pengertian Hazard ( Bahaya)

Bahaya atau hazard merupakan segala hal atau sesuatu yang menpunyai
kemungkinan mengakibatkan kerugian baik pada harta benda, lingkungan, maupun
manusia (Budiono, 2003).

Menurut Suardi (2005), bahaya adalah sesuatu yang berpotensi menjadi penyebab
kerusakan. Ini dapat mencakup substansi, proses kerja dan atau aspek lainnya dari
lingkungan kerja.

Bahaya (hazard) adalah suatu keadaan yang dapat mengakibatkan cidera (injury)
atau kerusakan (damage) baik manusia, properti dan Setiap kegiatan yang dilakukan
tidak ada satupun yang bebas dari resiko yang ditimbulkan dari bahaya, demikian
pula kegiatan yang dilakukan di industri yang dalam proses produksinya
menggunakan proses kimia. Proses kimia pada industri memberikan potensi bahaya
yang besar, potensi bahaya yang ditimbulkan disebabkan antara lain: penggunaan
bahan baku, tingkat reaktivitas dan toksitas tinggi, reaksi kimia, temperatur tinggi,
tekanan tinggi, dan jumlah dari bahan yang digunakan. Potensi bahaya yang
ditimbulkan diperlukan upaya untuk meminimalkan terhadap risiko yang diterima
apabila terjadi kecelakaan (Baktiyar, 2009). Mengingat potensi bahaya yang besar
pada industri yang menggunakan proses kimia, maka diperlukan upaya pengendalian,
sehingga resiko yang ditimbulkan pada batas-batas yang dapat diterima melalui Risk
Assessment. lingkungan (Baktiyar, 2009)
2.2.2 Komponen Bahaya

- Karakteristik material
- Bentuk material
- Hubungan pemajanan dan efek
- Jalannnya pemajanan dari proses individu
- Kondisi dan frekuensi penggunaan
- Tingkah laku pekerja

2.2.3 Jenis-Jenis Hazard

Berdasarkan karakteristik dampak yang diakibatkan oleh suatu jeni bahaya


maka jenis bahaya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu bahaya kesehatan kerja dan
bahaya keselamatan kerja. Bahaya Kesehatan kerja dapat berupa bahaya fisisk, kimia,
biologi dan bahaya berkaitan dengan ergonomi, berdampak kepada kesehatan dan
kenyamanan kerja, misalnya penyakit akibat kerja, pemajanan terjadi pada waktu lama
dan pada konsentrasi rendah, Bahaya keselamatan (safety hazard) fokus pada
keselamatan manusia yang terlibat dalam proses, peralatan, dan teknologi. Dampak
safety hazard bersifat akut, konsekuensi tinggi, dan probabilitas untuk terjadi rendah.
Bahaya keselamatan

(Safety hazard) dapat menimbulkan dampak cidera, kebakaran, dan segala kondisi
yang dapat menyebabkan kecelakaan di tempat kerja.

Jenis-jenis safety hazard, antara lain :

a. Mechanical Hazard, bahaya yang terdapat pada benda atau proses yang bergerak
yang dapat menimbulkan dampak, seperti tertusuk, terpotong, terjepit, tergores,
terbentur, dan lain-lain.

b. Electrical Hazard, merupakan bahaya yang berasal dari arus listrik.

c. Chemical Hazard, bahaya bahan kimia baik dalam bentuk gas, cair, dan padat yang
mempunyai sifat mudah terbakar, mudah meledak, dan korosif.
Bahaya kesehatan (health hazard) fokus pada kesehatan manusia.Bahaya Keselamatan
kerja dapat berupa bahaya fisik, kimia, bahaya berkaitan dengan ergonomi,
psikososial, elektrik, berdampak pada keselamatan kerja, misalnya cedera, kebakaran,
ledekan, pemajanan terjadi pada waktu singkat.

-Hazard fisik, misalnya yang berkaitan dengan peralatan seperti bahaya listrik,


temperatur ekstrim, kelembaban, kebisingan, kebisingan, radiasi, pencahayaan,
getaran, dan lain-lain.

-Hazard Kimia ialah kecederaan akibat sentuhan dan terhidu bahan kimia.Contohnya
bahan-bahan kimia seperti asid, alkali, gas, pelarut, simen, getah sintetik, gentian kaca,
pelekat antiseptik, aerosol, insektisida, dan lain-lain.. Bahan-bahan kimia tersebut
merbahaya dan perlu diambil langkah - langkah keselamatan apabila mengendalinya.

-Hazard biologi, misalnya yang berkaitan dengan mahluk hidup yang berada
di lingkungan kerja seperti virus, bakteri, tanaman, burung, binatang  yang dapat
menginfeksi atau memberikan reaksi negative kepada manusia.

-Hazard psikososial, misalnya yang berkaitan aspek sosial psikologis


maupun organisasi pada pekerjaan dan lingkungan kerja yang dapat memberi dampak
pada aspek fisik dan mental pekrja. Seperti misalnya pola kerja yang tak beraturan,
waktu kerja yang diluar waktu normal, beban kerja yang melebihi kapasitas mental,
tugas yang tidak berfariasi, suasana lingkungan kerja yang terpisah atau terlalu ramai
dll sebagainya

-Hazard ergonomi yang termasuk didalam kategori ini antara lain desain
tempat kerja yang tidak sesuai, postur tubuh yang salah saat melakukan
aktifitas, desain pekerjaan yang dilakukan, pergerakan yang berulang-ulang

-Hazard Mekanis, semua jenis bahaya yang berasal dari benda-benda bergerak atau
bersifat mekanis. Contoh : mesin-mesin pemotong, bahaya getaran.

2.2.4 Pengendalian Bahaya


- Eliminasi/penghilangan

- Substansi/mengganti material yang lebih aman

- Minimalisasi/pengurangan jumlah material yang digunakan

-Enginering/disain/baik pada sumber, pemajanan, pemisahan jarak waktu, pemisahan


lokasi pekerja dengan pekerjaan

- Administrasi : perubahan proses, rotasi kerja

-Pelatihan

-Pemberian alat pelindung diri/ APD

2.2.5 Prinsip Management Risiko

Manajemen risiko mulai diperkenalkan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja


pada era tahun 1980-an setelah berkembangnya teori accident model dari ILCI dan
juga semakin maraknya isu lingkungan dan kesehatan. Manajemen risiko bertujuan
untuk minimisasi kerugian dan meningkatkan kesempatan ataupun peluang. Bila
dilihat terjadinya kerugian dengan teori accident model dari ILCI, maka manajemen
risiko dapat memotong mata rantai kejadian kerugian tersebut, sehingga efek
dominonya tidak akan terjadi. Pada dasarnya manajemen risiko bersifat pencegahan
terhadap terjadinya kerugian maupun ‘accident’.

Ruang lingkup proses manajemen risiko terdiri dari: penentuan konteks kegiatan yang
akan dikelola risikonya, identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko,
pengendalian risiko, pemantauan dan telaah ulang, koordinasi dan komunikasi.

Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari pelaksanaan


sistem manajemen perusahaan/ organisasi. Proses manajemen risiko Ini merupakan
salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk terciptanya perbaikan berkelanjutan
(continuous improvement). Proses manajemen risiko juga sering dikaitkan dengan
proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.

Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara logis dan sistematis dari
suatu rangkaian kegiatan: penetapan konteks, identifikasi, analisa, evaluasi,
pengendalian serta komunikasi risiko. Proses ini dapat diterapkan di semua tingkatan
kegiatan, jabatan, proyek, produk ataupun asset. Manajemen risiko dapat memberikan
manfaat optimal jika diterapkan sejak awal kegiatan. Walaupun demikian manajemen
risiko seringkali dilakukan pada tahap pelaksanaan ataupun operasional kegiatan.

Terdapat empat prasyarat utama manajemen resiko, yaitu

. Kebijakan Manajemen Risik

Eksekutif organisasi harus dapat mendefinisikan dan membuktikan kebenaran


dari kebijakan manajemen risikonya, termasuk tujuannya untuk apa, dan
komitmennya. Kebijakan manjemen risiko harus relevan dengan konteks strategi
dan tujuan organisasi, objektif dan sesuai dengan sifat dasar bisnis (organisasi)
tersebut. Manejemen akan memastikan bahwa kebijakan tersebut dapat
dimengerti, dapat diimplementasikan di setiap tingkatan organisasi

2. Perencanaan Dan Pengelolaan Hasil

a. Komitmen Manajemen; Organisasi harus dapat memastikan bahwa: sistem


manejemen risiko telah dapat dilaksanakan, dan telah sesuai dengan standar dan
hasil/ performa dari sistem manajemen risiko dilaporkan ke manajemen
organisasi, agar dapat digunakan dalam meninjau (review) dan sebagai dasar
(acuan) dalam pengambilan keputusan.

b.Tanggung jawab dan kewenangan; Tanggung jawab, kekuasaan dan hubungan


antar anggota yang dapat menunjukkan dan membedakan fungsi kerja didalam
manajemen risiko harus terdokumentasikan khususnya untuk hal-hal sebagai
berikut: tindakan pencegahan atau pengurangan efek dari risiko. pengendalian
yang akan dilakukan agar faktor risiko tetap pada batas yang masih dapat
diterima, pencatatan faktor-faktor yang berhubungan dengan kegiatan manajemen
risiko, rekomendasi solusi sesuai cara yang telah ditentukan, memeriksa validitas
implementasi solusi yang ada dan komunikasi dan konsultasi secara internal dan
eksternal.

c.Sumber Daya Manusia; Organisasi harus dapat mengidentifikasikan persyaratan


kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang diperlukan. Oleh karena itu untuk
meningkatkan kualifikasi SDM perlu untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang
relevan dengan pekerjaannya seperti pelatihan manajerial, dan lain sebagainya.

3. Implementasi Program

Sejumlah langkah perlu dilakukan agar implementasi sistem manajemen risiko


dapat berjalan secara efektif pada sebuah organisasi. Langkah-langkah yang akan
dilakukan tergantung pada filosofi, budaya dan struktur dari organisasi tersebut.

4. Tinjauan Manajemen

Tinjauan sistem manajemen risiko pada tahap yang spesifik, harus dapat 
memastikan kesesuaian kegiatan manajemen risiko yang sedang dilakukan dengan
standar yang digunakan dan dengan tahap-tahap berikutnya.

Manajemen risiko adalah bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen proses.
Manajemen risiko adalah bagian dari proses kegiatan didalam organisasi dan
pelaksananya terdiri dari mutlidisiplin keilmuan dan latar belakang, manajemen
risiko adalah proses yang berjalan terus menerus.

Elemen utama dari proses manajemen risiko:

-Penetapan tujuan; Menetapkan strategi, kebijakan organisasi dan ruang lingkup


manajemen risiko yang akan dilakukan.
-Identifkasi risiko; Mengidentifikasi apa, mengapa dan bagaimana faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya risiko untuk analisis lebih lanjut.

-Analisis risiko; Dilakukan dengan menentukan tingkatan probabilitas dan


konsekuensi yang akan terjadi. Kemudian ditentukan tingkatan risiko yang ada
dengan mengalikan kedua variabel tersebut (probabilitas X konsekuensi).

-Evaluasi risiko; Membandingkan tingkat risiko yang ada dengan kriteria standar.
Setelah itu tingkatan risiko yang ada untuk beberapa hazards dibuat tingkatan
prioritas manajemennya. Jika tingkat risiko ditetapkan rendah, maka risiko tersebut
masuk ke dalam kategori yang dapat diterima dan mungkin hanya memerlukan
pemantauan saja tanpa harus melakukan pengendalian.

-Pengendalian risiko; Melakukan penurunan derajat probabilitas dan konsekuensi


yang ada dengan menggunakan berbagai alternatif metode, bisa dengan transfer
risiko, dan lain-lain.

-Monitor dan Review; Monitor dan review terhadap hasil sistem manajemen risiko
yang dilakukan serta mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perlu dilakukan.
-Komunikasi dan konsultasi; Komunikasi dan konsultasi dengan pengambil
keputusan internal dan eksternal untuk tindak lanjut dari hasil manajemen risiko yang

dilakukan.

Manajemen risiko dapat diterapkan di setiap level di organisasi. Manajemen risiko


dapat diterapkan di level strategis dan level operasional. Manajemen risiko juga
dapat diterapkan pada proyek yang spesifik, untuk membantu  proses pengambilan
keputusan ataupun untuk pengelolaan daerah dengan risiko yang spesifik.

Beberapa Istilah Penting Dalam Manajemen Risiko

. Konsekuensi

Akibat dari suatu kejadian yang dinyatakan secara kualitatif atau kuantitatif,
berupa kerugian, sakit, cedera, keadaan merugikan atau menguntungkan. Bisa
juga berupa rentangan akibat-akibat yang mungkin terjadi dan berhubungan
dengan suatu kejadian.

. Biaya
Dari suatu kegiatan, baik langsung dan tidak langsung, meliputi berbagai dampak
negatif, termasuk uang, waktu, tenaga kerja, gangguan, nama  baik, politik dan
kerugian-kerugian lain yang tidak dinyatakan secara jelas.

. Kejadian

Suatu peristiwa (insiden) atau situasi, yang terjadi pada tempat tertentu selama
interval waktu tertentu.

. Analisis Urutan Kejadian

Suatu teknik yang menggambarkan rentangan kemungkinan dan rangkaian akibat


yang bisa timbul dari proses suatu kejadian.

. Analisis Urutan Kesalahan

Suatu metode sistem teknik untuk menunjukkan kombinasi-kombinasi yang


logis dari berbagai keadaan sistem dan penyebab-penyebab yang mungkin bisa
berkontribusi terhadap kejadian tertentu (disebut kejadian puncak).

. Frekuensi

Ukuran angka dari peristiwa suatu kejadian yang dinyatakan sebagai jumlah
peristiwa suatu kejadian dalam waktu tertentu. Terlihat juga seperti kemungkinan
dan peluang

. Bahaya (hazard)

Faktor intrinsik yang melekat pada sesuatu dan mempunyai potensi untuk
menimbulkan kerugian.

. Monitoring/ Pemantauan
Pengecekan, Pengawasan, Pengamatan secara kritis, atau Pencatatan kemajuan
dari suatu kegiatan, tindakan, atau sistem untuk mengidentifikasi perubahan-
perubahan yang mungkin terjadi.

. Probabilitas

Digunakan sebagai gambaran kualitatif dari peluang atau frekuensi.


Kemungkinan dari kejadian atau hasil yang spesifik, diukur dengan rasio dari
kejadian atau hasil yang spesifik terhadap jumlah kemungkinan kejadian atau
hasil. Probabilitas dilambangkan dengan angka dari 0 dan 1, dengan 0
menandakan kejadian atau hasil yang tidak mungkin dan 1 menandakan kejadian
atau hasil yang pasti.

. Risiko Ikutan

Tingkat risiko yang masih ada setelah manajemen risiko dilakukan.

. Risiko

Peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak terhadap sasaran. Ini
diukur dengan hukum sebab akibat. Variabel yang diukur biasanya probabilitas,
konsekuensi dan juga pemajanan.

. Penerimaan Risiko (acceptable risk)

Keputusan untuk menerima konsekuensi dan kemungkinan risiko tertentu.

. Analisis risiko

Sebuah sistematika yang menggunakan informasi yang didapat untuk menentukan


seberapa sering kejadian tertentu dapat terjadi dan besarnya konsekuensi tersebut.

. Penilaian risiko

Proses analisis risiko dan evalusi risiko secara keseluruhan.


. Penghindaran risiko

Keputusan yang diberitahukan tidak menjadi terlibat dalam situasi risiko.

. Pengendalian risiko

Bagian dari manajemen risiko yang melibatkan penerapan kebijakan, standar,


prosedur perubahan fisik untuk menghilangkan atau mengurangi risiko yang
kurang baik.

. Evaluasi risiko

Proses yang biasa digunakan untuk menentukan manajemen risiko dengan


membandingkan tingkat risiko terhadap standar yang telah ditentukan, target
tingkat risiko dan kriteria lainnya.

. Identifikasi Risiko

Proses menentukan apa yang dapat terjadi, mengapa dan bagaimana.

. Pengurangan Risiko

Penggunaan/ penerapan prinsip-prinsip manajemen dan teknik-teknik yang tepat


secara selektif, dalam rangka mengurangi kemungkinan terjadinya suatu kejadian
atau konsekuensinya, atau keduanya.

. Pemindahan Risiko (risk transfer)

Mendelegasikan atau memindahkan suatu beban kerugian ke suatu kelompok/


bagian lain melalui jalur hukum, perjanjian/ kontrak, asuransi, dan lain-lain.
Pemindahan risiko mengacu pada pemindahan risiko fisik dan bagiannya ke
tempat lain.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dengan melaksanakan K3 akan terwujud perlindungan terhadap tenaga kerja dari


risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu
melakukan pekerjaan di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya perlindungan K3,
diharapkan akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja yang
produktif, sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan.
K3 sangat besar peranannya dalam upaya meningkatkan produktivitas perusahaan,
terutama dapat mencegah korban manusia.
Dengan demikian untuk mewujudkan K3 perlu dilaksanakan dengan perencanaan
dan pertimbangan yang tepat, dan salah satu kunci keberhasilannya terletak pada peran
serta pekerja sendiri baik sebagai subyek maupun obyek perlindungan dimaksud dengan
memperhatikan banyaknya risiko yang diperoleh.

3.2 SARAN

Jagalah keselamatan anda dalam kondisi yang aman dan patuhilah pada peraturan
rambu lalu lintas agar tidak terjadi kecelakaan dan mengurangi risiko kecelakaan.

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang No. 1 Tahun 2007 Tntang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Harrington, J.M.2003. Buku Saku Kesehatan Kerja-Ed. 3. Jakarta: EGC

sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com

http://ilmuk3.blogspot.com/2010/09/sejarah-perkembangan-k3_07.html

http://www.updatenya.com/2012/12/sejarah-perkembangan-k3-di-dunia.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_risiko

http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124267-S-5668-Studi%20terhadap-Literatur.pdf
healthsafetyprotection.com/…dasar-keselamatan-kerja

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-12483-Chapter1.pdf

http://s2informatics.files.wordpress.com/2007/11/introduction.pdf

http://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan_dan_keselamatan_kerja

Anda mungkin juga menyukai