Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Sikap manusia merupakan prediktor yang ·utama bagi perilaku (tindakan) sehari-
hari, meskipun masih ada faktor-faktor lain, Ylikni lingkungan dan keyakinan seseorang.
Hal ini berarti bahwa kadangkadang sikap dapat menentukan tindakan seseorang, tetapi
kadangkadang sikap tidak mewujud menjadi tindakan. Pertimbangan akan segala dampak
positif dan negatif suatu tindakan turut menentukan apakah sikap seseorang menjadi
tindakan yang nyata ataukah tidakDengan kata lain di samping sikap, faktor utama lain
yang mempenga . ruhi tindakari seseorang adalah norma sosial. Menurut Theory
ofReasoned Action (Fishbein dan Ajzen, 1973 lewat Siregar, 1993: 17), di antara variabel
sikap dan perilaku (tindakan) ada variabel yang mengantarainya yaitu maksud (disposisi).
Seseorang yang akan melakukan suatu tindakan didasari oleh maksud tertentu. Teori ini
menempatkan sikap di tempat yang sentral dalam kaitannya I dengan tindakan manusia,
sikap mereka katakan sebagai fungsi keyakinan. Seseorang yang yakin biihwa tindakan
yang akan dilakukan menimbulkan dampak positif pada dirinya, ia akan bersikap
cenderung melakukan tindakan tersebut. Demikian pula sebaliknya jika ia yakin tindakan
yang akan dilakukan berdampak negatif pada dirinya, ia bersikap menolak melakukan
tindakan tersebut. Hal ini disebut behavior belief Di samping keyakinan pribadi (behavior
belief), keyakinan kelompok (group belief) juga turut menentukan tindakan seseorang.
Apabila orang tersebut yakin bahwa tindakannya itu akan disetujui oleh kelompoknya
atau Iingkungan sosialnya, maka dia akan melakukannya. Sebaliknya jika ia yakin bahwa
lingkungan sosialnya tidak akan mendukungnya maka ia tidak bermaksud melakukan
tindakan tersebut. Menyadari akan kekompleksan sikap seperti yang dikemukakan di
atas, perlu dipikirkan secara sungguh-sungguh bagaimana seharusnya sikap diajarkan.
Bagaimana sikap
BAB II

PEMBAHASAN

Sikap
2.1 Pengertian

Sikap mulai menjadi fokus pembahasan dalam ilmu sosial semenjak awal
abad 20. Secara bahasa, Oxford Advanced Learner Dictionary (Hornby, 1974)
mencantumkan bahwa sikap (attitude), berasal dari bahasa Italia attitudine yaitu
yaitu “Manner of placing or holding the body, dan Way of feeling, thinking or
behaving”. Sikap adalah cara menempatkan atau membawa diri, atau cara
merasakan, jalan pikiran, dan perilaku.Konsep sikap sebenarnya pertama kali
diangkat ke dalam bahasan ilmu sosial pertama kali oleh Thomas (1918), sosiolog
yang banyak menelaah kehidupan dan perubahan sosial, yang menulis buku Polish
Peasant in Europe and America: Monograph of an Immigrant Group yang
merupakan hasil riset yang dilakukannya bersama Znaniecki. Dalam buku tersebut,
Thomas dan Znaniecki membahas informasi sosiologi dari kedua sudut
individualistik dan subjektivistik. Menurut pandangan mereka dua hal yang harus
diperhitungkan pada saat membahas kehidupan dan perubahan sosial adalah sikap
individu dan budaya objektif (objective cultural). Thomas (1918) dan juga Thomas
and Znaniecki (1974) mengemukakan mengenai sikap ini sebagai berikut:

“ By attitude we understand a process of individual consciousness which


determines real or possible activity of the individual in the social world (hal. 22) “

Melalui sikap, kita memahami proses kesadaran yang menentukan tindakan nyata
dan yang tindakan yang mungkin dilakukan individu dalam kehidupan sosialnya.
Thomas & Znaniecki (1920) menegaskan bahwa sikap adalah predisposisi untuk
melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga sikap bukan
hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu (purely psychic inner
state), tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual.
Artinya proses ini terjadi secara subjektif dan unik pada diri setiap individu.
Menurut Sarnoff (dalam sarwono,2000) mengidentifikasikan sikap sebagai
kesediaan untuk bereaksi (dispotion to react ) secara positif (favorably) atau secara
negative (unfavorably) terhadap obyek-obyek tertentu. D. Krech dan R.S
Crutchfield (dalam Sears,1999) berpendapat bahwa sikap sebagai organisasi yang
bersifat menetap dari proses motivasional, emosional preseptua, dan kognitif
mengenai aspek dunia individu.

Sedangkan La Pierre (dalam Azwar, 2003) memberikan definisi sikap


sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk
menyesuaikan diri dalam situasi social, atau secara sederhana, sikap adalah respon
terhadap stimuli social yang telah terkondisikan. Lebih lanjut Soertano(1994)
memberikan definisi sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai
kecendrungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan
kepada suatu artinya tidak ada sikap tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada benda-
benda, orang, peristiwa, pandangan, lembaga, norma dan lain-lain.

Meskipun ada beberapa perbedaan pengertian sikap, tetapi berdasarkan pendapat-


pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri
dalam manusia yang menggerakka untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan
social dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di
lingkungan sekitarnya. Seain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon
yang sifatnya positif atau negative terhadap obyek situasi.

2.2 Fungsi sikap

Menurut Atkinson, Smith, dan Bem (1996), dalam bukunya Pengantar Psikologi
,mengungkapkan bahwa sikap memiliki lima fungsi, yaitu instrumental, pertahanan,ego,ekspresi
nilai, pengetahuan,dan penyesuaian nilai.

1. Fungsi instrumental Fungsi sikap ini dikaitkan dengan alasan praktis atau manfaat, dan
menggambarkan
keadaan keinginan. Bahwa untuk men!apai suatu tu"uan, diperlukan suatu sarana yangdisebut
sikap. #pabia ob"ek sikap dapat membantu indi$idu men!apai tu"uan, indi$idu akan bersikap
positif terhadap ob"ek tersebut atau sebaiknya.%.
Fungsi &ertahanan 'go Sikap ini diambil indi$idu dalam rangka melindungi diri dari
ke!emasan atau an!amanharga dirinya.

. Fungsi 'kspresi Sikap ini mengekspresikan nilai yang ada dalam diri indi$idu. Sistem
nilai yang
terdapat pada diri indi$idu dapat dilihat dari sikap yang diambilnya bersangkutan terhadap nilaite
rtentu. .

Fungsi &engetahuan Sikap ini membantu indi$idu memahami dunia yang membawa
keteraturan
terhadap berma!am*ma!am informasi yang perlu diasimilasikan dalam kehidupan sehari*hari. Se
tiapindi$idu memiliki motif ingin tahu, ingin mengerti, dan pengetahuan.+.

Fungsi &enyesuainam Sosial Sikap ini membantu indi$idu merasa men"adi bagian dari
masyarakat. alam hal inisikap yang diambi indi$idu tersebut akan sesuai dengan lingkunganny

2.4 Ciri-ciri sikap

Sikap merupakan faktor yang ada dalam diri manusia yang dapat
mendorong atau menimbulkan perilaku yang tertentu. Walaupun demikian sikap
mempunyai segi-segi perbedaan dengan pendorong-pendorong lain yang ada dalam
diri manusia tersebut. Oleh karena itu untuk membedakan sikap dengan pendorong-
pendorong yang lain, ada beberapa ciri atau sifat dari sikap tersebut. Adapun ciri-
ciri sikap sebagai berikut (gerungan, 2009; 163-164):

a. sikap tidak dibawa orang sejak ia dilahirkan, tetapi dibentuk atau


dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungannya
dengan objeknya. Sifat ini membedakannya dengan motif-motif biogenetis,
seperti lapar, haus, dll.
b. sikap dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat dipelajari orang, atau
sebaliknya, sikap-sikap dapat dipelajarinya sehingga sikap-sikap dapat
berubah pada seseorang jika terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat
tertentu yang mempermudah berubahnya sikap pada orang tersebut.
c. sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu mengandung relasi tertentu terhadap
suatu objek. Dengan kata lain, sikap terbentuk, di pelajari, atau berubah
senantiasa berkaitan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan
dengan jelas.
d. objek sikap dapat merupakan satu hal tertentu, tapi dapat pula merupakan
kumpulan dari hal-hal tersebut. Jadi sikap dapat berkaitan dengan satu objek
saja dan juga dapat berkatan dengan sederatan objek yang serupa.
e. sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah
yang membeda-bedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-
pengetahuan yang dimiliki orang.
f. Sikap dapat merupakan suatu pandang tetapi dalam hal ini masih berbeda
dengan pengetahuan yang dimiliki orang. Pengetahuan tentang suatu objek
baru menjadi sikap terhadap objek apabila pengetahuan itu disertai dengan
kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap objek itu.

2.5 Pengukuran Sikap

Untuk menggunakan konsep sikap dalam memahami dan memprediksi


tindakan, kita perlu lalat ukur yang relieve dan valid. Pengukuran sikap harus
dilakukan secara tidak langsung. Sikap hanya dapat diukur berdasarkan inferensi
yang ditarik dari repon-respon individu terhadap obyek, tindakan-tindakannya
nyata dan pernyataan lisannya tentang keyakinannya,perasaannya dan disposisinya
untuk bertindak sekaitan dengan obyek tersebut. Salah satu metode yang dapat
digunakan untuk mengukur sikap adalah skala sikap, yang terdiri dari seperangkat
pernyataan atau item yang terhadapnya individu mengindikasikan kesetujuan atau
ketidaksetujuannya.

Kriteria pemilihan sikap

Hal-hal yang harus dipertimbangkan: perumusan item,jenis item,metode


penyekalaan.reliabilitas dan validitas skala sikap.

Perumusan item
Ada empat kriteria yang dapat digunakan dalam menentukan item:

1. membedakan fungsi. Sebuah item harus dapat benar-benar membedakan orang


berdasarkan warna sikapnya.

2. ketajaman pembedaan. Item-item juga harus mampu membedakan setajam


mungkin.

3.pembedaan secara halus. Item sebaiknya tidak hanya mampu membedakan domba
dengan kambing. Tetapi juga harus dapat membedakan domba mana yang ekstrim
dan kambing yang ekstrim.

4. jumlah item yang minimal dengan tingkat reliabilitas yang tinggi. Semakin
banyak jumlah item dalam satu skala, semakin tinggi pula tingkat reliabilitasnya.
Tetapi jumlah item yang minimal dengan tingkat reliabilitas yang tinggi dan efisien.

Jenis-jenis item. Ada dua jenis skala yang ditetapkan dalam pembuatan skala
sikap:

1. pernyataan evaluative tentang obyek, mengungkap komponen kognisi dan perasaan.


Jenis ini yang paling banyak dipergunakan.
2. deskripsi tentang tindakan spesifik terhadap obyek yang diikapi dalam situasi
tertentu. Subyek ditanya apakah dia akan atau tidak akan melakukan tindakan
tersebut.

Metode-metode penyekalaan. Terdapat lima metode-metode dalam penyekalaan


yaitu: metode equal-appearing intervals, metode summated ratings, social distance
scale, cumulative scaling-method, dan scale-discrimination technique.
2.6 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukkan Sikap

Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi


sosial,individu membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek psikologis
yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
adalah:

a. Pengalaman pribadi. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,


pengalaman pribadi harus meningalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap
akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan
faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan
pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.

b. Kebudayaan. B.F. Skinner (dalam, Anwar 2005) menekankan pengaruh


lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang.
Kepribadian tidak lain daripada pola prilaku yang konsisten yang
menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang dimiliki.
Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan
untuk sikap dan perilaku yang lain.

c. Orang lain yang dianggap penting. pada umumnya, individu bersikap


konformis atau searah dengan sikap orang-orang yang dianggapnya penting.
Kecendrungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan
keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting
tersebut.

d. Media Massa. Sebagai sarana komunikasi berbagai media massa seperti


televise, radio, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan
kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan
landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan –
pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan
memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan menilai sesuatu hal
sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

e. Institusi pendidikan dan agama. Sebagai suatu system, institusi pendidikan


dan gama mempunyai pengaru kuat dalam pembentukan sikap dikarenakan
keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh
dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat
keagamaan serta ajaran-ajarannya.

f. Faktor emosi dalam diri. tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi
lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang – kadang, suatu
bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi
sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu begitu
frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih
persisten danlebih tahan lama. Contohnya bentuk sikap yang didasari oleh
faktor emosional adalah prasangka.

2.7 Sikap sebagai attention and performance

Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk


bertindak sesuai dengan objek yang dihadapi, ia merupakan keadaan mental dan saraf
dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik
atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan
dengannya.

Jadi sikap adalah kecenderungan bertindak terhadap obyek dilingkungan


tertentu sebagai suatu penghayatan yang ditentukan pengalamannya terhadap obyek
tersebut.

2.8. Sikap Perawat Dalam Merawat


Hasil penelitian ini menujukkan bahwa ada beberapa alasan mahasiswa
keperawatan untuk menjadi seorang perawat. Sebagaian besar mahasiswa (69,47%)
mengatakan alasan menjadi seorang perawat adalah menjadi orang yang bermanfaat
bagi masyarakat, ingin mengenal ilmu kesehatan dengan baik (28,42%), masa depan
yang baik (8,42%) professional (7,36%), membahagiakan orang tua dan menciptakan
generasi yag sehat (6,31%). Hasil penelitian ini masih bersifat normatif, artinya
alasan subyek masih bersifat umum. “ Menjadi Bermanfaat bagi Masyarakat”
tampaknya salah satu aspek dominan yang mendorong subyek menjadi perawat.
Subyek melihat bahwa profesi perawat erat kaitannya dengan hubungan dengan oran
lain (pasien). Dalam artian aspek humanitas dalam profesi perawat sangat tinggi.
Sementara itu, alasan yang kedua dan ketiga lebih kepada pemahaman akan keilmuan
dan profesionalitas dalam profesi perawat. Hasil penelitan menunjukkan bahwa
karakteristik perawat ideal menurut subyek terdiri dari bebrapa komponen.

1. Kognitif ( Pengetahuan)
Perawat ideal (Profesional) harus berlandaskan ilmu pengetahuan dan
kebutuhan masyarakat. Artinya seorang perawat dikatakan ideal apabila dia
mampu melakukan pekerjaanya dengan baik dan benar dan memiliki ilmu
pengetahuan tentang praktik keperawatan. Menurut hasil penelitian Lui, dkk
(2008) perawat professional harus mementingkan keselamatan dan pelayanan
terhadap pasien. Namun, hasil penelitian menujukkan bahwa pengetahuan
bukan merupakan komponen utama dalam menjabrkan perawat ideal tetapi
harus disertai dengan pengalaman dalam menjalankan profesi sebagai perawat.
2. Emosi ( Psikologis)
Dalam hal ini perawat lebih menggunakan aspek emosi (psikologis) dalam
menggambarkan perawat ideal.
3. Psikomotor (Skill)
Psikomotor (skill) merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan dalam
pelayanan keperawatan. Skill tidak hanya berkaitan dengan standard
kompetensi perawat (hard skill), tetapi juga kemampuan dalam memahami
kondisi psikologis perawat (soft skill).
4. Fisik
Menurut hasil penilitian, perawat harus memiliki kebersihan dan kerapihan diri.
hal ini penting karena perawat berinteraksi langsung dengan pasien dalam
pelayanan kesehatan. Jika perawat berpenampilan buruk, kotor, kurang rapih
dan lain-lain akan menimbulkan ketidakpercayaan pasien terhadap perawat hal
tersebut akan berdampak pada kualitas pelayanan khususnya kenyamanan
pasien.
5. Spritualitas
Spritualitas adalah seagala bentuk prilaku dan tuntunan yang mengarahkan
manusia kepada tuhan. Salah satu sumber spritualitas adalah agama. Dalam
konteks Indonesia, peran agama sangat penting khususnya untuk berinteraksi
dengan orang lain. Demikian pula dalam pelayanan pada pasien. Perawat harus
memiliki pemahaman agama yang memadai guna membantu dalam tugas
seorang perawat.
6. Dapat berkomunikasi secara efektif
7. Disiplin
Disiplin merupakan salah satu karakteristik perawat ideal yang sangat berguna
dalam pelayanan keperawatan. Seorang perawat dituntut untuk disiplin dalam
menjalankan tugasnya. Disiplin berangkat dari keinginan untuk menjalankan
tugas dengan baik dan benar. Dengan disiplin pelayanan akan maksimal dan
target pekerjaan akan tercapai selain itu perawat juga harus rendah hati.
Perawat harus mampu menerima kritik atau saran dari lingkungan kerja
sehingga kemampuan dapat ditingkatkan.
8. Ramah
Ramah yaitu suatu kondisi psikologis yang positif ditunjukkan dengan
berprilaku manis, ekspresi muka murah senyum, suka menyapa, dan perhatian.
Perawat yang ramah tentunya akan disukai pasien. Dan secara tidak langsung
dapat membantu kesembuhan pasien.
9. Sabar
Sabar berarti menahan dan menerima segala kondisi dengan ikhlas dan ridho.
Sifat sabar merupakan salah satu yang terpuji dan sangat berguna bagi perawat
dalam melayani pasien. Profesi perawat rentan dengan stress yang diakibatkan
dari lingkungan atau pasien dan keluarganya. Oleh karena itu sifat sabar
membantu perawat dalam mengatasi beban psikologis dalam bekerja. Dengan
sabar, perawat akan tetap konsisten dalam menjalankan tugasnya, tanpa
dipengaruhi kondisi kerja. Sabar membuat perawat lebih tegar dan kuat.
10. Baik

Baik merupakan salah satu sifat postif yang bermanfaat bagi orang lain, seperti
senang membantu, perhatian, dan berkata baik. Sifat baik dalam diri perawat
dapat terwujud dengan baik apabila perawat memahami tugas dan fungsi
seorang perawat. Seorang perawat dituntut untuk mempunyai sifat baik
terhadap pasien selain itu perawat harus mampu memberikan pertolongan baik
fisik maupun psikologis kepada pasiennya

Anda mungkin juga menyukai