Anda di halaman 1dari 8

MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

“PENYAKIT DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DFH)”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV
1. JUMRIANA
2. SRI FIFI SAFITRI
3. LILIS WULANDARI
4. AYU ARISTIA HARUN
5. MASLANG

PRODI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020 / 2021
Dengue Haemorrhagic Fever (DFH)

Demam berdarah atau demam dengue (disingkat DBD) adalah infeksi


yang disebabkan oleh virus dengue. Beberapa jenis nyamuk menularkan (atau
menyebarkan) virus dengue. Demam dengue juga disebut sebagai "breakbone
fever" atau "bonebreak fever" (demam sendi) karena dapat menyebabkan
penderitanya mengalami nyeri hebat seakan-akan tulang mereka patah.
Sejumlah gejala dari demam dengue adalah demam; sakit kepala; kulit
kemerahan yang tampak seperti campak; serta nyeri otot dan persendian. Pada
sejumlah pasien, demam dengue dapat berubah menjadi satu dari dua bentuk
yang mengancam jiwa. Bentuk pertama adalah demam berdarah, yang
menyebabkan pendarahan, kebocoran pembuluh darah (saluran yang
mengalirkan darah), dan rendahnya tingkat trombosit darah (yang
menyebabkan darah membeku). Bentuk kedua adalah sindrom renjat dengue,
yang menyebabkan tekanan darah rendah yang berbahaya.
Terdapat empat jenis virus dengue. Apabila seseorang telah terinfeksi
satu jenis virus, biasanya dia menjadi kebal terhadap jenis tersebut seumur
hidupnya. Namun, dia hanya akan terlindung dari tiga jenis virus lainnya
dalam waktu singkat. Jika kemudian dia terkena satu dari tiga jenis virus
tersebut, dia mungkin akan mengalami masalah yang serius.
Belum ada vaksin yang dapat mencegah seseorang terkena virus dengue
tersebut. Terdapat beberapa tindakan pencegahan demam dengue. Orang-orang
dapat melindungi diri mereka dari nyamuk dan meminimalkan jumlah gigitan
nyamuk. Para ilmuwan juga menganjurkan untuk memperkecil habitat nyamuk
dan mengurangi jumlah nyamuk yang ada. Apabila seseorang terkena demam
dengue, biasanya dia dapat pulih hanya dengan meminum cukup cairan, selama
penyakitnya tersebut masih ringan atau tidak parah. Jika seseorang mengalami
kasus yang lebih parah, dia mungkin memerlukan cairan infus (cairan yang
dimasukkan melalui vena, menggunakan jarum dan pipa infus), atau transfusi
darah (diberikan darah dari orang lain).
Sejak 1960-an, semakin banyak orang yang terkena demam dengue.
Penyakit tersebut mulai menimbulkan masalah di seluruh dunia sejak Perang
Dunia Kedua. Penyakit ini umum terjadi di lebih dari 110 negara. Setiap tahun,
sekitar 50–100 juta orang terkena demam dengue. Para ahli sedang
mengembangkan obat-obatan untuk menangani virus secara langsung.
Masyarakat pun melakukan banyak usaha untuk membasmi nyamuk.
Deskripsi pertama dari demam dengue ditulis pada 1779. Pada awal
abad ke-20, para ilmuwan mengetahui bahwa penyakit tersebut disebabkan
oleh virus dengue, dan bahwa virus tersebut ditularkan (atau disebarkan) oleh
nyamuk.

a. Defenisi Dengue Haemorrhagic Fever (DFH)


DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus
yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk
Aedes Aegypti betina. Penyakit ini lebih dikenal dengan sebutan Demam
Berdarah Dengue (DBD). DHF adalah infeksi arbovirus( arthropoda-borne
virus) akut, ditularkan oleh nyamuk spesies Aedes.

b. Etiologi

Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah virus Dengue. Di


Indonesia, virus tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus
Dengue yang termasuk dalam grup B arthropediborne viruses (arboviruses),
yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk
Aedes. Di Indonesia dikenal dua jenis nyamuk Aedes yaitu:
a. Aedes Aegypti
1) Paling sering ditemukan
2) Adalah nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan
berkembang biak di dalam rumah, yaitu di tempat penampungan air
jernih atau tempat penampungan air di sekitar rumah.
3) Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik bintik putih.
4) Biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari.
5) Jarak terbang 100 meter.
b. Aedes Albopictus
1) Tempat habitatnya di tempat air bersih. Biasanya di sekitar rumah atau
pohon-pohon, seperti pohon pisang, pandan kaleng bekas.
2) Menggigit pada waktu siang hari
3) Jarak terbang 50 meter.
c. Patofisiologi

Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan
dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal
seluruh badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin
muncul pada system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah
bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah
dibawah kulit.

Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan


membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena
pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain
yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya
volume plama, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan
renjatan.

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan dengan


ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan
perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila
tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian.
Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya
dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi
trombosit.

Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis


terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system
koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang
tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada
DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan hebat.

d. Klasifikasi
WHO mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4
golongan, yaitu:
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari,
Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan
seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
3. Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan
cepat ( >120x/mnt ) tekanan nadi sempit ( £ 120 mmHg ), tekanan darah menurun,
( 120/80 , 120/100 , 120/110 , 90/70 , 80/70 , 80/0 , 0/0 )
4. Derajat IV
Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur ( denyut jantung ³
140x/mnt ) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
e. Tanda dan Gejala
  Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat penyakitnya,
tanda dangejala lain adalah :
1) Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan reaksi perabaan.
2) Asites
3) Cairan dalam rongga pleura ( kanan )
4) Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor koma.

f. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis yang muncul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa
inkubasi antara 13 – 15 hari. Penderita biasanya mengalami demam akut sering
disertai tubuh menggigil. Gejala klinis lain yang timbul dan sangat menonjol adalah
terjadinya perdarahan, perdarahan yang terjadi dapat berupa perdarahan pada kulit,
perdarahan lain seperti melena. Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri
khas DHF gambaran klinis lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita
DHF sebagai berikut :
a. eluhan pada pernafasan seperti batuk, pilek dan sakit waktu menelan.
b. Keluhan pada saluran pencernaan seperti mual, muntah, tidak nafsu makan, diare
dan konstipasi.
c. Keluhan sistem tubuh yang lain diantaranya sakit kepala, nyeri pada otot dan sendi,
nyeri ulu hati, pegal – pegal di seluruh tubuh.
d. Tanda-tanda renjatan (sianosis, capilarry refill lebih dari 2 detik, nadi cepat dan
lemah).
Demam dengue pada bayi dan anak berupa demam ringan disertai timbulnya ruam
makulopapular. Pada anak besar dan dewasa dikenal sindrom trias dengue berupa
demam tinggi mendadak, nyeri pada anggota 'badan (kepala, bola mata, punggung,
dan sendi), dan timbul ruam makulopapular
g. Konsep Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting dilakukan oleh perawat. Hasil
pengkajian yang dilakukan perawat berguna untuk menentukan masalah keperawatan
yang muncul pada pasien. Konsep keperawatan anak pada klien DHF menurut
( Ngastiyah,2005) yaitu :
a. Pengkajian fokus
1) Identitas pasien
2) Keluhan utama
3) Riwayat penyakit sekarang
1) Tujuan : orang tua menjelaskan pemahaman tentang kondisi, dan
proses pengobata
2) Kriteria :
a) Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam perawatan
pada anak
3) Intervensi dan rasional :
a) Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga
tentang penyakitnya
b) Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyakitnya dan kondisinya
sekarang
Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan
keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas
c) Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanannya
Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan
d) Anjurkan keluarga untuk memperhatikan perawatan diri dan lingkungan bagi
anggota keluarga yang sakit.
Rasional : perawatan diri (mandi, toileting,berpakaian/berdandan) dan kebersihan
lingkungan penting untuk menciptakan perasaan nyaman/rileks klien sakit.
b. Resiko tinggi kekurangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan peningkatan
permeabelitas kapiler, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
1) Tujuan : kebutuhan cairan tubuh anak terpenuhi
2) Kriteria :
a) Wajah anak segar
b) Turgor kulit baik
c) Produksi urine normal (600-1500 ml/24 jam).
3) Intervensi dan rasional :
a) Kaji keadaan umum pasien anak (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-tanda vital
Rasional : Menetapkan data dasar pasien anak untuk mengetahui penyimpangan dari
keadaan normalnya
b) Observasi tanda-tanda syok
Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok
c) Anjurkan dan berikan minum anak 1000-1500 ml /hari (sesuai toleransi)
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh peroral.
d) Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya syok
hipovolemik.
c. Resiko perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan.
1) Tujuan : Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan perifer
2) Kriteria :
a) TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat, capilarry refill tidak
lebih dari 2 detik, trombosit meningkat.
3) Intervensi :
a) Monitor tanda-tanda vital dan penurunan trombosit pada anak yang disertai tanda
klinis.
Rasional : tanda-tanda vital yang buruk merupakan tanda perubahan perfusi, dan
enurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada
tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptekie.
b) Mengkaji dan mencatat sirkulasi pada ekstremitas (suhu, kelembaban, dan warna).
Rasional : Tanda-tanda perubahan perfusi jaringan perifer diawali dari ekstremitas.
c) Anjurkan pasien anak untuk banyak istirahat (bedrest)
Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan.
d) Kolaborasi, monitor trombosit setiap hari
Rasional : Dengan memantau trombosit setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran
pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien.
Diagnosa keperawatan : Potensial terjadi syok hipovolemik dengan perdarahan hebat.
Tujuan : tidak terjadi syock hipovolemik dan TTV dalam batas normal
Rencana tindakan :
1) Monitor keadaan umum pasien
Rasional : untuk memantau kondisi pasien selama masa perawatan
2) Observasi tanda-tanda vital tiap 2-3 jam
Rasional : tanda-tanda vital dalam batas normal menandakan keadaan umum pasien
baik
3) Monitor tanda-tanda perdarahan
Rasional : perdarahan yang cepat diketahui dapat segera diatasi, sehingga pasien tidak
sampai ke tahap syok hipovolemik
4) Pasang infus, beri terapi cairan intravena
Rasional : pemberian cairan intravena sangat diperlukan untuk mengatasi kehilangan
cairan.

Anda mungkin juga menyukai