ABSTRAK
Merokok merupakan suatu kebiasaan yang lazim ditemukan pada manusia saat ini dan
merupakan ancaman terbesar bagi masa depan kesehatan dunia. Nikotin adalah kompon en toksik
yang paling banyak ditemukan pada rokok. Paparan nikotin yang berkepanjangan pada kelenjar
ludah menjadi faktor penyebab proses patologis atau kelainan morfologi dan fungsional kelenjar
ludah, terutama sel-sel asinar dan sel-sel mioepitel.
Tujuan penelitian ini untuk melihat gambaran laju aliran saliva pada perokok serta
mengetahui pengaruh lama merokok dan jumlah rokok yang dihisap terhadap laju aliran saliva. Jenis
penelitian ini adalah survei analitik dengan rancangan cross sectional. Jumlah sampel penelitian 90
orang yang diambil secara proporsional dan dibagi menjadi 9 kriteria. Pengumpulan unstimulated
saliva menggunakan metode Spitting. Analisis data menggunakan uji Krusskal-Wallis dengan Pos
Hoc Mann-Whitney.
Rata-rata laju aliran saliva pada perokok adalah 0,36 SD±0,207 ml/menit. Uji Krusskal-
Wallis untuk melihat pengaruh merokok terhadap laju aliran saliva menunjukkan nilai p< 0,05
(p=0,012). Terdapat pengaruh yang signifikan antara lama merokok dan jumlah rokok yang dihisap
dengan laju aluran saliva.
Kata kunci : lama merokok, jumlah rokok, laju aliran saliva.
ABSTRACT
Smoking is a habbit which is commonly found and it is the biggest threat for future world’s
health. Nicotine is toxic components that is the most widely contained in cigarette. Prolonged
exposure to nicotine on salivary gland is a causative factor of pathological processes or
morphological and functional abnormalities of salivary gland, especially acinar cells and
myoepithelial cells.
The purpose of research to know the representation salivary flow rate smokers and the
influence of smoking duration and number of cigarettes which are smoked to the salivary flow rate.
This study was an analytical survey with cross sectional design. Total samples 90 persons were taken
proportionally and divide into 9 criteria. Collecting unstimulated salivary used spitting method. Data
analysis used the krusskal-wallis test and pos hoc mann-whitney.
The mean (SD±) salivary flow rate were 0,36 (±0,207) ml/min in smokers and krusskal-wallis
test to looked the influences of salivary flow rate showed a value of p< 0,05 (p=0,012). The study
showed that there were significant influence between smoking duration and number of cigarettes
which are smoked with the salivary flow rate.
1,2,3)
Fakulras Kedokteran Gigi Universitas Andaalas Padang Sumatera Barat Indonesia
: yendrilisma17@gmail.com
38
Jurnal Kesehatan Gigi Vol.05 No.2, Desember 2018 p-ISSN 2407-0866 e-ISSN 2621-3664
39
Jurnal Kesehatan Gigi Vol.05 No.2, Desember 2018 p-ISSN 2407-0866 e-ISSN 2621-3664
perhari. Selanjutnya dilakukan pengukuran laju palatal gigi insisivus atas, saliva dikumpulkan
aliran saliva. Jumlah sampel diambil dengan didasar mulut dan subjek diinstruksikan untuk
menggunakan rumus : numerik berpasangan membuang saliva kedalam wadah penampungan
setiap kali ingin menelan saliva, saliva
n1 = n2 = n3 = n4 = n5 = n6 = dikumpulkan selama 5 menit, laju aliran saliva
( Zα+Zβ) 2
[ 𝑆] ditentukan dengan membagi skala volume saliva
X1−X2 yang terkumpul dengan lama waktu
jadi untuk pengambilan sampel dengan metode pengumpulan saliva dengan satuan (ml/menit).
proporsional sampel, akan disilangkan antara Analisa Univariat dilakukan untuk melihat
lama merokok dan jumlah rokok yang dihisap distribusi frekuensi dari masing-masing variabel
sehingga di dapat 9 kriteria yang masing-masing
independen dan variabel dependen. Data
berjumlah 10 dan jumlah total sampel pada
disajikan dalam bentuk tabel dan
penelitian ini adalah 90. diinterpretasikan. Analisa Bivariat untuk melihat
Kriteria Inklusi perokok minimal 1 pengaruh variable dependen (laju aliran saliva)
batang perhari dan sudah merokok minimal 1 menggunakan uji one way ANOVA. Nilai yang
tahun, usia 20 – 45 tahun, bersedia mengikuti digunakan untuk melihat ada tidaknya pengaruh
penelitian sedangkan kriteria eksklusi memakai dua variabel adalah nilai p, bila p<0,05 berarti
gigi tiruan lepasan, pernah melakukan terdapat kolerasi bermakna. Uji alternatif uji
radioterapi pada kepala dan leher, perokok Krusskal-Wallis.
dengan penyakit sistemik yang mempengaruhi
laju aliran saliva, perokok dengan penyakit HASIL PENELITIAN
kelenjer saliva, mengkonsumsi alcohol, Data hasil penelitian berupa laju aliran
mengkonsumsi tembakau dalam bentuk apapun saliva pada perokok yang diperoleh dari sampel
(tembakau tanpa asap) , mengkonsumsi obat- yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 90
obatan yang mempengaruhi laju aliran saliva, orang. Penelitian dilakukan pada tanggal 2-14
demam dan diare. Alat yang dibutuhkan Maret 2016 di PT. Andalas Berlian Motor
Stopwatch, gelas ukur 10 ml (tabung Bypass Padang, di Satuan Polisi Pamong Praja
penampung), funnel, tisu, masker dan Kota Padang, di Komplek Kuala Nyiur II
handscoon. Bahan yang dibutuhkan informed Tabing. Kegiatan penelitian meliputi penjelasan
consent, kuisioner, air.11,12,13 kepada responden mengenai penelitian yang
akan dilakukan, pengesian informed consent,
Prosedur kerja hari Pertama (Persiapan
melakukan wawancara dengan panduan
Responden Penelitian) responden kuesioner, pemilihan sampel yang memenuhi
diinformasikan kegiatan apa yang akan kriteria inklusi dan menginformasikan ketentuan
dilakukan kepadanya dan diminta untuk mengisi sebelum pengumpulan unstimulated saliva serta
lembaran informed consent sebagai tanda pengumpulan unstimulated saliva. Pengumpulan
persetujuan, peneliti melakukan pemilihan
unstimulated saliva dengan metode spitting
sampel berdasarkan criteria inklusi dan eksklusi
dengan ternik wawancara langsung terstruktur, Analisi bivariat dilakukan untuk melihat
subjek penelitian diminta untuk menggosok gigi pengaruh dari variabel independen (lama
setelah sarapan pagi pada hari pengumpulan merokok dan jumlah rokok) terhadap variabel
unstimulated saliva, subjek penelitian tidak dependen (laju aliran saliva) adalah One Way
makan, minum, menggosok gigi, merokok Annova namun karena data tidak berdistribusi
selama 1 jam sebelum penelitian. Hari Kedua normal digunakan uji Kruskall-Wallis.
(Pengumpulan Unstimulated Saliva) subjek
duduk membungkuk kedepan dengan posisi Tabel 1 Tes Normalitas P engukuran Laju Aliran Saliva dan Kebiasaan
rileks, subjek penelitian diminta untuk menelan Merokok
sebanyakk 1 kali untuk membuang sisa air (Lama Merokok dan Jumlah Rokok).
dalam mulut, lidah diletakkan pada permukaan
40
Jurnal Kesehatan Gigi Vol.05 No.2, Desember 2018 p-ISSN 2407-0866 e-ISSN 2621-3664
Variabel One Sample Kolmogorov-Simirnov Test semakin lama merokok laju aliran saliva
Nilai Z n Nilai p
semakin berkurang namun juga dipengaruhi oleh
jumlah rokok yang dihisap/ hari.
Lama Merokok 2,103 90 0,00
BARU-BERAT 10 50.75
B aru-Sedang Baru-Berat 0.912
SEDANG-RINGAN 10 53.45
Sedang-Ringan 0.853
SEDANG-SEDANG 10 51.30 Sedang-Sedang 1.000
SEDANG-BERAT 10 45.40 Sedang-Berat 0.631
Total 90
41
Jurnal Kesehatan Gigi Vol.05 No.2, Desember 2018 p-ISSN 2407-0866 e-ISSN 2621-3664
B aru-B erat Sedang-Ringan 0.684 berkurang.54 Kriteria umur yang sama juga
Sedang-Sedang 0.912 dilakukan oleh penelitian-penelitian lainnya.
Sedang-Berat 0.631 Penelitian yang dilakukan oleh Maryam R, et al
Lama-Ringan 0.393 (2010) dilakukan pada 100 orang subyek yang
Lama-Sedang 0.023* terdiri atas 96 orang laki-laki dan 4 orang
Lama-Berat 0.015* perempuan dengan umur kurang dari 50 tahun. 12
Hal yang sama pada penelitian Robson N, et al
Sedang-Ringan Sedang-Sedang 0.853 (2010) yang melakukan penelitian pada 12 orang
Sedang-Berat 0.481 subyek, terdiri 9 orang laki-laki dan 3 orang
Lama-Ringan 0.353 perempuan yang berusia antara 22-54 tahun.52
Lama-Sedang 0.043* Hal ini juga ditemukan pada penelitian yang
Lama-Berat 0.029* dilakukan oleh Mala et al (2016) yang dilakukan
Sedang-Sedang Sedang-Berat 0.631
pada 35 orang sampel perokok yang berusia 20 -
Lama-Ringan 0.436
50 tahun.11
Lama-Sedang 0.052
Kriteria lama merokok dan jumlah
Lama-Berat 0.035*
rokok yang dihisap perhari oleh responden
Sedang-B erat Lama-Ringan 0.739 sudah diambil secara seimbang. Proses
Lama-Sedang 0.123 pengambilan responden dengan melakukan
Lama-Berat 0.089 proses penyilangan antara kriteria lama merokok
Lama-Ringan Lama-Sedang 0.247
dan jumlah rokok yang dihisap perhari.
Lama-Berat 0.165
Penelitian ini membagi sampel atas 9 kriteria
dimana masing-masing kriteria terisi oleh 10
Lama-Sedang Lama-Berat 0.739
orang responden yang memenuhi kriteria
Uji Mann-Whitney pada tabel diatas inklusi.
dilakukan untuk melihat perbedaan yang Berdasarkan hasil penelitian yang
bermakna dari kriteria gabungan yang dilakukan didapatkan bahwa dari 90 orang
dibandingkan satu sama lain. Nilai (p<0.05) responden perokok, mayoritas laju aliran saliva
menjelaskan bahwa terdapat perbedaan masuk kategori rendah yaitu sekitar 46 orang.
bermakna laju aliran saliva pada masing-masing Hal ini dipengaruhi oleh lama merokok dan
criteria. Perbedaan terdapat antara kriteria baru- jumlah rokok karena kategori rendah ini banyak
ringan dengan lama-sedang (p=0,011), antara ditemukan pada perokok kriteria Lama-Sedang
kriteria baru-ringan dengan lama-berat dan Lama-Berat sebanyak 17 orang. Hasil ini
(p=0,009), antara kriteria baru-sedang dengan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
lama-berat (p=0,035), antara kriteria baru-berat Mala et al (2016) yang dilakukan pada 35
dengan lama-sedang (p=0,023), antara kriteria sampel perokok yang berusia 20-50 tahun
baru-berat dengan lama-berat (p=0,015), antara menyebutkan bahwa terjadi penurunan laju
kriteria sedang-ringan dengan lama-sedang aliran saliva dan pH saliva sebagai efek dari
(p=0,043), antara kriteria sedang-ringan dengan jangkan panjang merokok.11
lama-berat (p=0,029) dan antara kriteria sedang-
sedang dengan lama-berat (p=0,035). Laju aliran saliva dengan kategori
PEMBAHASAN hipersalivasi ditemukan pada 14 orang
Penelitian ini dilakukan pada sampel responden yang didominasi oleh perokok dengan
perokok yang berjumlah 90 orang dengan umur kriteria Baru-Ringan. Hasil penelitian ini sejalan
20-45 tahun. Pengambilan sampel yang umur dengan beberapa penelitian yang menyebutkan
20-45 karena mempertimbang faktor penuaan pada perokok baru akan terjadi peningkatan laju
yang terjadi mulai umur 30 tahun, dan akan aliran saliva. Hal ini disebabkan karena
berkurang sebanyak 1% setiap tahunnya. 53 pemberian nikotin jangka pendek akan
Proses penuaan akan menyebabkan parenkim meningkatnya Ca 2+ masuk kedalam sel asinar. 11-
atropi dan akan mengakibatkan laju aliran saliva 13,42
Meningkatnya jumlah Ca 2+ masuk kedalam
42
Jurnal Kesehatan Gigi Vol.05 No.2, Desember 2018 p-ISSN 2407-0866 e-ISSN 2621-3664
sel asinar akan meregulasi pengaktifan channel untuk menstabilkan struktur kelenjar serta
K+ dan Cl-. Pelepasan K+ ke interstisium dan Cl- memproduksi berbagi protein yang bertanggung
ke lumen sel asinar, hal ini merupakan prinsip jawab untuk penindasan tumor. 45
utama pembentukan saliva primer. 31-33
Laju aliran saliva kategori hiposalivasi Perokok kronis menyebabkan perubahan
hanya ditemukan pada satu orang perokok morfologi sel-sel mioepitel yang menyebabkan
dengan kriteria Lama-Berat. Laju aliran saliva gangguan fungsi kelenjar saliva. Efek nikotin
hiposalivasi ini bisa dipengaruhi oleh faktor- pada kelenjar ludah tergantung pada lama
faktor yang dapat mempengaruhi laju aliran merokok.45 Beberapa penelitian menunjukkan
saliva seperti derajat hidrasi seseorang karena nikotin jangka pendek akan meningkatkan laju
langsung diambil ketika sampel baru bangun aliran saliva dengan meningkatnya Ca 2+ masuk
tidur. kedalam sel asinar, namun pada perokok kronis
Hasil penelitian ini menunjukkan menurunkan laju aliran saliva. 11-12,42
semakin lama seseorang merokok maka laju
aliran saliva akan berkurang, dan semakin Hasil penelitian ini sesuai dengan
banyak jumlah rokok yang dihisap maka laju penelitian yang dilakukan Sujatha & Shweta
(2014) dilakukan pada 60 orang sampel yang
aliran saliva juga akan berkurang. Hal ini
berkaitan dengan kandungan nikotin yang rata-rata lama merokoknya >10 tahun dan rata-
terdapat dalam rokok. 44 Nikotin pada awalnya rata jumlah rokok yang dihisap perhari 6-9
akan meningkatkan laju aliran saliva, namun batang, menyebutkan bahwa laju aliran saliva
dengan dosis selanjutnya mengurangi laju aliran secara signifikan (p <0,001) lebih rendah pada
saliva.11 Hal ini terjadi karena efek nikotin pada perokok.54 Hasil ini juga sejalan dengan
rokok akan menyebabkan kelainan morfologi penelitian yang dilakukan oleh Mala et al (2016)
dan fungsional dari kelenjar saliva. 28,34 yang dilakukan pada 35 sampel perokok dengan
Zat nikotin diserap kealiran darah jumlah rokok 10-15 batang/hari yang berusia 20-
melalui paru-paru, mukosa mulut, kulit dan usus 50 tahun menyebutkan bahwa terjadi penurunan
kemudian bergerak menuju kardiovaskuler, laju aliran saliva dan pH saliva secara signifikan
endokrin, musculoskeletal dan sistim saraf. (p=0,00) sebagai efek dari jangka panjang
Nikotin yang diserap akan meningkatkan aliran merokok.11
darah, denyut nadi, mual dan xerostomia. Lama merokok dan jumlah rokok sama-
Nikotin yang diserap didistribusikan ke kelenjar, sama mempengaruhi laju aliran saliva. Semakin
seperti kelanjar adrenal dan kelenjar ludah. banyak tumpukan nikotin dalam kelenjer saliva,
Paparan nikotin yang berkepanjangan pada semakin cepat terjadi patologis pada se-sel
kelenjar ludah menjadi faktor penyebab proses kelenjer saliva yang akan menyebabkan kelainan
patologis kelenjar ludah terutama sel-sel asinar morfologi dan fungsional dari kelenjar saliva.
dan sel-sel mioepitel.45 KESIMPULAN
Paparan nikotin pada sel asinar akan Berdasarkan penelitian yang dilakukan
menyebabkan pembengkakan pada sel-sel pada 90 orang responden yang berdomisili di
asinar, selain itu juga mengakibatkan jumlah kota Padang, diperoleh kesimpulan sebagai
granula sekretori intraasinar bertambah. berikut :
Sebagian besar granula ini belum dewasa dan 1. Rata-rata laju aliran saliva pada perokok
hanya berisi glikoprotein berkonsentrasi rendah, adalah 0,36 SD±0,207.
sedangkan granula gelap matang yang 2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara
mengandung glikoprotein konsentrasi tinggi laju aliran saliva dengan lama merokok ( p
berkurang drastis. Paparan nikotin kronis pada = 0,12) pada perokok yang berdomisili di
kelenjar saliva akan menyebabkan kekelahan kota Padang.
pada sel-sel asinar kelenjar saliva sehingga 3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara
produksi saliva berkurang. 55 Sel mioepitel laju aliran saliva dengan jumlah rokok yang
bertanggung jawab untuk sekresi air liur dan
43
Jurnal Kesehatan Gigi Vol.05 No.2, Desember 2018 p-ISSN 2407-0866 e-ISSN 2621-3664
44
Jurnal Kesehatan Gigi Vol.05 No.2, Desember 2018 p-ISSN 2407-0866 e-ISSN 2621-3664
22. ASH. Smoking and Respiratory Disease. 33. Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi
2015 Kedokteran. Ed. 11. Jakarta : EGC, 2007.
23. Fact Sheet. Smoking and Infertility. 34. Almeida, PDV., Gregio, AMT., Machado,
American Society For Reproductive MAN., Lima, AAS., Azedo, LR. Saliva
Medicine. 2014. (From Composition and Function: A
ReproductiveFact.org) Comprehensive Review. The J
Contemporary Dent Pratice. 2008 ; Vol 3,
24. Pre-conception Heath Special Interest No 3.
Group. Effect of Caffeine, Alcohol and
Smoking on Fertility. The Fertility Society 35. American Dental Assiciation Coincil on
of Australia. 2013. Scientific Affair. Managing Xerostomia &
Salivary Hypofunction. 2015.
25. Mostafa, T. Cigarette Smoking and Male
Infertility. J of Advan Res. 2009 ; 5 (2). 36. Navazesh, M., Kumar, SKS. Measuring
Salivary Flow Challenges and
26. Yang, Teng-Yu rt al. Role of Saliva Opportunisties. JADA. 2008; Vol 139.
Proteinase 3 in Dental Caries. Int J of Oral
Sci. 2015; 7: 174-178. 37. Ettnger, RL. Xerostomia : A Symptom which
Acts Like A Diseases. Age&againg.
27. Pausen, F & J.Waschke. Sabotta Attlas 1996;26:408-412.
Anatomi Manusia : Anatomi Umum dam
Muskuloskeletal. Penerjemah : Brahm U. 38. Plemen,JM., et al. Managing Xerostomia
Penerbit. Jakarta: EGC. and Salivary Gland Hypofunction.
JADA.2014;145(8).
28. Kusuma, N. Fisiologi dan Patofisiologi 39. Wong, David T. Salivary Diagnostic. India :
Saliva. Padang: Andalas University Press, Wiley-Blackwell, 2008.
2015.
40. Dyasanoor, S., Saddu, SC. Association of
29. Witt, Robert l. Salivary Gland Diseases Xerostomia and Assement of Salivary Flow
Surgical and Medical Management. New Using Modified Schirmer Test Among
York: Thieme Med Publ. 2005. Smokers and Healthy Individuals : A
Preliminutesary Study. J of Crin and Diag
30. Palomares, CF., Montagud, JVM., Sanchiz, Res. 2014 ; Vol 8 (1) : 211-213.
V., Herreros, B., Hernandez, V., Minguez,
M., Benages, A. Unstimulayted Salivary 41. Sham, A., et al. The Effect of Tobacco Use
Flow Rate, Ph and Buffer Capacity of Saliva on Oral Health. Hongkong Med J. 2003 ; 9 :
Healty Volunteers. Rev Esp Enferm Dig. 217-7.
2004 ; Vol 96. No 11 : 773-783.
42. Aditama, TY. Rokok dan Kesehatan.
31. Pedersen AML. Saliva. Intitute of Jakarta : UI Press, 1997 : 17-25.
Odontology. University of Copenhagen,
2007.
45
Jurnal Kesehatan Gigi Vol.05 No.2, Desember 2018 p-ISSN 2407-0866 e-ISSN 2621-3664
47. V.Z, Fenol-Palomeres. C., et al. 54. DyaSanoor, S., Saddu, SC. Association of
Unstimulated Salivary Flow Rate, ph Xerostomia and Assessment of Salivary
&Buffer Capacity of Saliva in Healthy Flow Using Modified Schirmer Test Among
Volunteer. Rev Esp Enferm DIG. 2004; Vol Smokers and Healthy Individuals: A
6 (11). 773-783. Apreliminutesary Study. J of Clin and Diag
Res. 2014; Vol-8(1). 211-213.
48. Budiarto, Eko. Metodelogi Penelitian
Kedokteran. EGC. 2004 ; Jakarta. 55. H, Maier, I A, Born., G.Mall. Effect of
Chonic Ethanol and Nicotine Consumption
49. Dahlan, M Sopiyudin. Besar Sampel dan on the Function and Morphology of Salivary
Cara Pemilihan Sampel dalam Penelitian Gland. NCBI.1988;66 Suppl 11:140-50.
Kedokteran dan Kesehatan. Salemba
Medika. 2013. Jakarta. 3.
46