Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH MEROKOK

TERHADAP KEJADIAN
KONVERSI SPUTUM PADA
PENDERITATUBERKULOSIS
PARU DI KOTA PAREPARE
OLEH: KELOMPOK 6

METODE EPIDEMIOLOGI
ANGGOTA KELOMPOK

Mona Sari Marito 2002561004

Dewa Ayu Kadek Wahyuni 2002561047

Nadilla Mutiara Pratiwi 2002561123


1 PENDAHULUAN

2 TUJUAN

CONTENTS 3 BAHAN DAN METODE

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 KESIMPULAN DAN SARAN


LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TB paru) merupakan penyakit infeksi bakteri
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, suatu
basil tahan asam yang ditularkan melalui udara.
Tahun 2014, 9,6 juta kasus TB di seluruh dunia dan 480.000
kasus MDR TB (WHO, 2015)
Indonesia menjadi peringkat tertinggi ke-2 di dunia,
prevalensi TB tahun 2014 sebesar 647 per 100.000 penduduk
meningkat dari 272 per 100.000 penduduk pada tahun 2013.
Data dari Profil Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2016
menyatakan 156.723 kasus baru TB paru BTA positif yang
terdiri dari 95.382 (61%) laki-laki dan 61.341 (39%) wanita.
LATAR BELAKANG

Berdasarkan data pada Tahun 2016 di Dinas Kesehatan Kota


Parepare terdapat 189 kasus penderita TB paru. Pada Tahun 2017
terdapat 243 kasus penderita TB Paru dan Tahun 2018 terdapat
293 kasus penderita TB Paru yang tiap tahunnya mengalami
peningkatan.

Faktor langsung determinan sosial yang meliputi pendidikan,


pekerjaan, pendapatan, gender, kelas sosial.
Faktor tidak langsung keamanan pangan, kondisi rumah, akses
ke fasilitas pelayanan kesehatan, dan perilaku yang meliputi
merokok. Merokok dan TB merupakan dua masalah besar
kesehatan di dunia dan memerlukan penanganan.

Back to Agenda
TUJUAN

Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh


merokok terhadap kejadian konversi sputum
pada penderita Tuberkulosis Paru di Kota
Parepare

Back to Agenda
BAHAN DAN METODE
BAHAN METODE INSTRUMEN

Variabel Bebas Penelitian observasional analitik Kuesioner


1. Kebiasaan merokok, dengan desain penelitian Cross Dokumentasi
2. Jenis rokok, Sectional Study
3. Jumlah rokok Sampel diambil dengan
4. Lama riwayat merokok menggunakan metode Purposive
5. Usia mulai merokok Random Sampling dengan 76
responden
Variabel Terikat Analisis yang digunakan adalah
Konversi sputum metode Uji Chi-Square dan Uji
Regresi Linear berganda.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan di beberapa


Puskesmas di Kota Parepare,
Puskesmas Lakessi sebanyak 16
orang,
Puskesmas Lumpue 15 orang,
Puskesmas
Cempae 15 orang, Puskesmas
Madising Namario
13 orang, Puskesmas Lapadde 10
orang dan
Puskesmas Lompoe 7 orang.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis kelamin penderita Tuberkulosis paru yang


paling banyak adalah pria sebanyak 73 orang (96,1%).
Kelompok umur penderita Tuberkulosis paru
terbanyak ada pada usia produktif yaitu 20-50 tahun
sebanyak 54 orang (71,1%).
Pendidikan dari penderita Tuberkulosis paru
terbanyak merupakan lulusan SMP, yaitu sebanyak
28 orang.
Pekerjaan penderita terbanyak merupakan
pekerjaan lainnya, seperti tukang ojek, tukang
becak, tukang parkir sebanyak 46 orang (60,5%)
Pendapatan per bulan terbanyak yaitu sekitar 59,2%
ada pada rentang <Rp2.860.328.
HASIL DAN PEMBAHASAN
KEBIASAAN MEROKOK JENIS ROKOK

Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa penderita Rokok filter menyaring sebagian tar tembakau dan
TB Paru yang merokok lebih banyak yang tidak nikotin sebesar 25-50%. Rokok kretek tidak mempunyai
mengalami konversi sputum. Penderita TB Paru yang penyaring dan memiliki kandungan nikotin lebih banyak.
merokok membutuhkan waktu yang lebih lama untuk Hal itu berpengaruh terhadap masuknya kadar nikotin
terjadinya konversi sputum dibandingkan dengan dan tar ke dalam tubuh pasien sehingga akan
penderita TB Paru yang tidak merokok. mempengaruhi kejadian konversi sputum pada pasien
Jadi, merokok merupakan faktor untuk memperlambat Tuberkulosis paru.
terjadinya konversi sputum.
HASIL DAN PEMBAHASAN
JUMLAH ROKOK YANG DIHISAP PER HARI LAMA RIWAYAT MEROKOK

Hasil penelitian tersebut sejalan dengan beberapa Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian
penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa sebelumnya yang menyatakan bahwa jumlah penderita
sebagian besar penderita Tuberkulosis paru merokok Tuberkulosis paru paling banyak yang merokok selama
sebanyak lebih dari 16 batang per hari. Merokok lebih lebih dari 10 tahun. Semakin lama dan banyak merokok
dari 16 batang per hari merupakan faktor risiko akan menimbulkan akibat yang lebih berbahaya karena
terhadap kejadian konversi sputum setelah menjalani racun rokok akan terakumulasi dalam tubuh.
pengobatan fase intensif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
USIA MULAI MEROKOK

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa mulai
merokok diusia dini akan mempengaruhi lama merokok dimana semakin muda usia seseorang
mulai merokok maka semakin lama seseorang memiliki riwayat merokok. Lamanya seseorang
merokok dapat memperlambat kejadian konversi sputum pada pasien Tuberkulosis paru.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL UJI REGRESI LINEAR BERGANDA

BERPENGARUH TIDAK BERPENGARUH


diperoleh bahwa merokok, jumlah rokok yang jenis rokok dan usia mulai merokok tidak berpengaruh
dihisap per hari, dan lama riwayat merokok secara bermakna terhadap kejadian konversi sputum
berpengaruh secara bermakna terhadap kejadian dengan nilai p value jenis rokok sebesar p=0,398 dan nilai
konversi sputum dengan nilai masing-masing p value usia mulai merokok sebesar p=0,202.
p=0,00 (p<0,05).
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

Kebiasaan merokok, jenis rokok, jumlah rokok yang dihisap per hari, lama
riwayat merokok dan usia mulai merokok memiliki pengaruh terhadap
kejadian konversi sputum berdasarkan hasil uji chi-square

berdasarkan hasil uji regresi linear berganda diperoleh bahwa merokok,


jumlah rokok yang dihisap per hari, lama riwayat merokok berpengaruh secara
signifikan terhadap kejadian konversi sputum (p 0,00), sedangkan jenis rokok
dan usia mulai merokok tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kejadian konversi sputum dimana dengan nilai jenis rokok (p 0,398) dan usia
mulai merokok (p 0,202).
SARAN

Berdasarkan dari hasil penelitian penulis menyarankan untuk pihak:


1. Dinas Kesehatan Kota Parepare dapat lebih memperhatikan Program Strategi
Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) dan penyuluhan mengenai
bahayanya perilaku merokok sebagai faktor risiko kejadian konversi sputum.
2. Puskesmas dapat melakukan pencegahan terhadap penularan penyakit TB
paru melalui penyuluhan
3. Masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesadaran untuk tidak lagi
merokok agar angka kejadian konversi sputum menurun
4. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel lain yang diduga
dapat mempengaruhi kejadian konversi sputum pada penderita TB Paru,
seperti paparan asap kendaraan dan melakukan analisis lebih dalam dengan
analisis multivariat regresi.
REFERENSI
Maqfirah, M., Dangnga, M. S., & Hengky, H. K. (2020). Pengaruh Merokok
Terhadap Kejadian Konversi Sputum pada Penderita Tuberkulosis Paru di
Kota Parepare. Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan, 3(2), 206-217.
TERIMA KASIH
OLEH: KELOMPOK 6

Anda mungkin juga menyukai