Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui dalam

kehidupan sehari-hari. Dimana-mana mudah ditemukan orang merokok, baik laki-

laki maupun perempuan, dewasa, remaja, serta anak kecil kaya ataupun miskin

(Wahyuni, 2011).

Proporsi merokok lebih tinggi pada remaja laki-laki serta mahasiswa.

sehingga harus ada program-program tertentu yang dapat mencegah kalangan

remaja yang dapat mengintervensi tentang risiko kesehatan akibat merokok dan

mampu menangkal persepsi tentang manfaat baik dari merokok (Aryal & Bhatta,

2015).

Distribusi Prevalensi konsumsi rokok di dunia pada tahun 2014 masih

sangat tinggi yaitu berjumlah 5,8 triliun. China menempati urutan pertama dan

Indonesia menempati urutan ketiga di dunia (Eriksen, et al, 2015). Penggunaan

rokok adalah penyebab global utama kematian yang dapat dicegah. hampir 6 juta

kematian remaja per tahun diakibatkan oleh rokok. Angka ini diperkirakan akan

meningkat menjadi lebih dari 8 juta kematian pada tahun 2030. tembakau mulai

dinggunakan orang sebelum usia 18 tahun (WHO, 2015).

Hasil survei di Indonesia terhadap 4.313 siswa kelas 7-9 dengan rentang

usia 13-15 tahun (laki-laki berjumlah 2029 dan perempuan berjumlah 2284) pada

sekolah yang dipilih, ditemukan bahwa terdapat 18,3% perokok aktif. 30,9%

1
2

siswa merupakan mantan perokok (laki-laki dan perempuan). Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa beberapa remaja usia <13 tahun sudah mulai mencoba untuk

merokok. Dampak merokok akan sangat buruk bagi kesehatan, apalagi perilaku

merokok sudah dilakukan sejak anak usia sekolah (WHO, 2015).

Proporsi perokok di Indonesia berdasarkan usia adalah perokok usia 5-9

tahun sebesar 0,7%; usia 10-14 tahun sebesar 9,5%; usia 15-19 tahun sebesar

50,3%; usia 20-24 tahun sebesar 26,7%; usia 25-29 tahun sebesar 7,6%; dan usia

30 tahun sebesar 5,2%. Data tersebut menunjukkan bahwa perokok sudah mulai

dikonsumsi oleh anak usia dini (Kemenkes,2013).

prevalensi perokok di provinsi Lampung berada pada urutan ke–7 dari 33

provinsi yang ada di Indonesia dimana jumlah perokok tiap harinya sebanyak

26,5% dimana posisi ini di atas posisi rata – rata perokok Indonesia yaitu 24,3%.

perokok pada usia 10 – 15 tahun, Lampung terletak pada urutan ke-13 dengan

persentase sebanyak 12,1 % dimana posisi ini hampir mendekati persentasi rata-

rata yaitu sebesar 12,3 % (Riskesdas, 2013).

Asap perokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan 200 diantaranya beracun,

salah satunya adalah Karbon Monoksida (CO) yang dihasilkan oleh asap rokok,

dapat menyebabkan pembuluh darah konstriksi, sehingga tekanan darah naik,

dinding pembuluh darah dapat robek. Gas CO yang meningkat dapat

menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan langsung peredaran oksigen

untuk jaringan seluruh tubuh termasuk otot jantung. Karbon monoksida

menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen,

dan mempercepat aterosklerosis (penebalan dinding pembuluh darah), adanya


3

kandungan CO dalam darah dapat menurunkan kapasitas darah dalam membawa

oksigen dan mengganggu pelepasan oksigen ke jaringan. respirasi tubuh

membutuhkan oksigen untuk melakukan proses metabolisme. Seorang perokok

bukannya menghirup oksigen lebih banyak tapi menghirup karbonmonoksida

lebih banyak untuk proses metabolisme (Wahyuni, 2011).

Merokok dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi hemoglobin (Hb)

yang diyakini diakibatkan oleh paparan karbonmonoksida. Peningkatan Hb pada

perokok lebih tinggi dari pada bukan perokok dan merupakan kompensasi dari

penurunan pengiriman oksigen. dari data hasil penelitiannya didapatkan hasil

kadar Hb untuk perokok 156 ±0.4 g/L dan kadar Hb pada bukan perokok sebesar

152 ±0.5 g/L (P<.001) (Wahyuni 2011).

Kadar hemoglobin pada perokok meninggkat merupakan kompensasi

dari hilangnya Oksigen (O2). adanya peningkatan kadar Hb kemungkinan dapat

mempengaruhi organ-organ yang lain. Seperti pada paru dapat mengakibatkan

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), polisitemia, dan hipoksia (penurunan

suplai oksigen) baik pernafasan maupun jantung. mengatakan bahwa perokok

biasanya mempunyai kadar karboksihemoglobin (COHb) lebih tinggi

dibandingkan yang bukan perokok (5-10%). banyaknya perokok dan betapa

besarnya kerugian dari data diatas dapat diketahui yang ditimbulkan akibat

merokok terhadap kesehatan. Untuk mengetahui bagaimana kondisi kesehatan,

maka peneliti ingin mengetahui kadar hemoglobin dalam darah orang yang

merokok (Wahyuni, 2011).


4

Berdasarkan uraian pada latar belakang ditas, maka peneliti tertarik

melakukan penelitian dengan judul: Perbandingan Kadar Hemoglobin Pada

Siswa SMP Perokok Dan Bukan Perokok Di Kota Bandar Lampung Tahun

2017.

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut: Bagaimana Perbandingan Kadar Hemoglobin Pada Siswa SMP

Perokok Dan Bukan Perokok Di Kota Bandar Lampung Tahun 2017?

1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak rokok pada kadar

hemoglobin, pada siswa SMP di kota Bandar Lampung Tahun 2017.

1.2.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui Perbandingan Kadar Hemoglobin Pada Siswa SMP

Perokok Dan Bukan Perokok Di Kota Bandar Lampung Tahun 2017.

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan

sumbangsih, serta sebagai bahan referensi dan kepustakaan khususnya bagi

mahasiswa kedokteran Universitas Malahayati tentang hubungan kebiasaan

merokok dengan kadar hemoglobin bagi peneliti, universitas, subjek penelitian

program pelayanan kesehatan, masyarakat, dan peneliti lain, terutama kota Bandar

Lampung.
5

1.3.1 Bagi Peneliti

1. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran (S.Ked).

2. Menambah ilmu pengetahuan peneliti terutama tentang Perbandingan

Kadar Hemoglobin Pada Siswa SMP Perokok Dan Bukan Perokok Di Kota

Bandar Lampung Tahun 2017.

1.3.2 Bagi Universitas Malahayati

Sebagai bahan referensi dan kepustakaan khususnya bagi mahasiswa

kedokteran Universitas Malahayati tentang perbandingan kadar hemoglobin pada

siswa SMP perokok dan bukan perokok. yang dapat digunakan sebagai

pengembangan ilmu kedokteran.

1.3.3 Bagi Program Pelayanan Kesehatan

Sebagai informasi dan bukti medis mengenai perbandingan kadar

hemoglobin pada siswa SMP perokok dan bukan perokok di kota bandar

Lampung Tahun 2017.

1.3.4 Bagi Subjek Penelitian dan Masyarakat

Diharapkan agar masyarakat, khususnya Siswa SMP yang merokok di

Bandar Lampung tahun 2017 mengetahui bahaya merokok dan menjauhi perilaku

merokok.

1.3.5 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini di harapkan dapat di jadikan sebagai bahan untuk

menerapkan ilmu kedokteran yang dimiliki dan didapat selama pendidikan di

Fakultas Kedokteran Malahayati, serta melakukan penelitian lanjutan tentang

perbandingan kadar hemoglobin pada siswa SMP perokok dan bukan perokok.
6

1.3.6 Bagi Masyarakat

Sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan tentang hubungan

hubungan kebiasaan merokok dengan kadar hemoglobin, serta dapat di jadikan

sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti membatasi ruang lingkup yang di teliti

sebagai berikut :

1. Judul penelitian

Judul penelitian yang di ambil adalah perbandingan kadar hemoglobin

pada siswa SMP perokok dan bukan perokok di kota bandar Lampung Tahun

2017.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah pada siswa SMP di kota Bandar

Lampung Tahun 2017.

3. Objek Penelitian

Variabel independen adalah perilaku merokok sedangkan variabel

dependen adalah kadar hemoglobin.

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP di kota Bandar Lampung dan waktu

penelitian di laksanakan pada bulan November 2017 sampai dengan Selesai.

Anda mungkin juga menyukai