SKRIPSI
Oleh :
Feri Fathur Rohman
NIM : 14010019
2020
GAMBARAN PERILAKU MEROKOK
SKRIPSI
Oleh :
Feri Fathur Rohman
NIM : 14010019
2020
BAB 1.
PENDAHULUAN
negara dengan konsumsi merokok terbesar di dunia yaitu pada urutan ketiga
(Suryantisa, 2018).
Secara global lebih dari 1,1 miliar orang menggunakan tembakau dan
jumlah laki-laki yang merokok lebih tinggi, secara signifikan yaitu 945 juta orang
dibandingkan dengan perempuan yang berkisar 180 juta orang. Menurut data dari
Benjamin Et Al tahun 2017, ada sekitar 5.700 perokok baru setiap hari di tahun
2014. Hingga saat ini sebanyak 1.222.4 juta perokok dewasa tinggal di sepuluh
negara asean dan setengah dari mereka yaitu sebanyak 65 juta orang tinggal di
chloride) logam toksik ( kromium, arsenik, timbal, dan kadmium) dan gas beracun
senyawa tersebut menyebabkan kerusakan yang segera dan berulang pada sel-sel
1
2
tubuh. Menurut penelitian Agewall tahun 2015, jika kebiasaan merokok tidak
setelah Cina dan India, jumlah perokok terbesar di dunia setelah Cina mencapai
35% dari total populasi atau sekitar 75 juta jiwa belum lagi pertumbuhan
pravelensi perokok pada anak anak dan remaja yang tercatat di dunia sebesar
1945. Merokok juga dapat menjadi awal bagi seseorang lebih mudah untuk
mencoba berbagai zat adiktif yang lain tersebut daripada bukan seseorang perokok
(Khairatunnisa, 2018).
Pada tahun 2007 sebesar 34,2 % tahun 2010 meningkat menjadi 34,7% dan tahun
penggunaan tembakau nasional juga dilakukan oleh Global Adult Suvey (gats)
pada tahun 2011. Survey ini menunjukan proporsi penduduk umur 15 tahun pada
perokok laki laki sebesar 67% daripada perempuan sebesar 2,7% (Septiana,
2016).
Demikian pula pada persentase pertama kali merokok tiap hari di usia
remaja (15-19 tahun) pada penduduk pernah merokok usia >10 tahun menurut
riskesdas 2018, pada beberapa provinsi lebih tinggi persentase merokok pada
tahun 2013 dibandingkan 2018 namun di Gorontalo, Maluku, Jawa Timur, dan
3
dari Rasita Siam Windira yang berjudul Hubungan Persepsi Visual Gambar
Patologi Bahaya Merokok Pada Bungkus Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada
1766 dan ditemukan sebanyak 38% dari 473 siswa adalah perokok aktif (Windira,
2016).
yang merupakan asal muasal dari penyakit jantung koroner. Baik paparan asap
rokok secara langsung maupun perokok pasif menyebabkan aktivasi sel endotel
kadar superoksida dan spesies oksigen reaktif lainnya yang dihasilkan oleh
inaktivasi dan mengurangi ketersediaan nitrat oksida. Semua ini mengarah pada
penurunan respon vaskular dan hilangnya sifat antiadesif dari endotelium (Hadi,
2017).
dapat merugikan diri sendiri dan orang lain yang berada disekitarnya. Kerugian
yang paling nyata akan dirasakan yaitu masalah kesehatan dan ekonomi. Masalah
kesehatan akan timbul akibat pengaruh bahan kimia yang ada dalam rokok seperti
nikotin, karbon monoksida, dan tar. Dampak merokok dalam bidang ekonomi
adalah remaja belum mempunyai penghasilan sendiri untuk membeli rokok. Hal
4
ini berkaitan erat dengan masalah psikologis dimana remaja menjadi sering marah
akibat orang tuanya tidak memberikan uang utnuk membeli rokok (Windira,
2016).
bahaya rokok tersebut sudah diperingatkan pada kemasan rokok seperti merokok
pendapatan, hal ini akan mempengaruhi kondisi ekonomi dari remaja tersebut.
pendapatan, waktu mulai merokok dan jumlah batang rokok yag dihabiskan
perhari. Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti Gambaran Perilaku
Dari latar belakang di atas maka dapat diperoleh masalah yaitu Gambaran
Jember.
Tujuan dari penelitian ini untuk menggambarkan perilaku merokok Desa Ajung
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan mampu menerapkan
merokok.
Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi referensi dalam ilmu keperawatan
Tabel 1.1 Perbedaan dengan penelitian sebelumnya dengan penelitian saat ini
6
BAB 2.
TINJAUAN PUSTAKA
adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang
dapat diamati dan mempuanyai frekuensi spesifik, durasi, dan tujuan baik
a. Bentuk pasif
Respons internal yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak
7
8
2011).
b. Bentuk aktif
untuk imunisasi dan orang pada kasus kedua sudah ikut keluarga
12 cm dengan diamerer kurang lebih 0,7 cm. Rokok berisi beberapa racikan,
salah satunya berbahan dasar tembakau dan dibungkus rapi dengan kertas
(Munawaroh, 2018).
dari proses sejarah itu sendiri. Seperti yang dijelaskan (Sukendro, 2007)
orang Jawa untuk merokok pada waktu itu berasal dari keresidenan Besuki
tembakau ke dalam buah pipa kecil dan cerutu yang dikenal dengan istilah
istilah dari ro’ken muncul menjadi kata rokok sampai sekarang ini
(Munawaroh, 2018).
dengan dua jenis rokok, antara rokok kretek dan rokok putih. Keduanya
hanya berbeda pada cita rasa yang ditawarkan saja. Jika rokok kretek
10
rokok putih tidak ada kandungan dari racikan cengkeh (Munawaroh, 2018).
salah satu ujungnya dan membiarkan membara agar asapnya dapat dihirup
berikut :
a. Tembakau
2018).
b. Cengkeh
2018).
c. Saus Rahasia
untuk menciptakan aroma serta cita rasa tertentu. Saus ini menjadi
2018).
11
Setiap membakar satu batang rokok, melalui asap yang dihirup, akan
tubuh. Secara umum komponen rokok dapat dibagi menjadi dua, yaitu
antara unsur gas dan padat (partikel). Sehingga dapat berpengaruh langsung
1. Nikotin
Zat ini dijumpai secara alami di dalam batang dan daun tembakau yang
mengandung paling tinggi 5% dari berat tembakau itu sendiri. Pada suhu
tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya. Hal ini termasuk sintesis
2015).
2. Tar
12
dapat memicu tumbuhnya sel kanker pada paru-paru. Zat ini memiliki
dalam rokok terdapat filter yang berwarna putih, namun setelah dibakar
perokok aktif akan memiliki warna gigi kuning kehitam-hitaman, hal itu
gas beracun. Kandungan dalam asap rokok sekitar 2-6%, sehingga dapat
berakibat sel darah merah akan kekuragan oksigen, dengan begitu sel
4. Timah Hitam
5. Eugenol
Bahan eugenol hanya terdapat pada rokok kretek saja tidak pada
Rokok merugikan kesehatan tidak hanya bagi perokok tetapi juga bagi
orang yang menghirup asap rokok. Dalam asap rokok terdapat zat-zat
yang tidak merokok. Ini adalah disebabkan panas dari asap rokok
2015).
(Munawaroh, 2018).
15
Perokok berasal dari berbagai jenis kelas yang meliputi : kelompok umur,
sosial dan jenis kelamin. Hal ini menjadi dasar bahwa kebiasaan merokok
sulit untuk dihilangkan. Sebab tidak banyak masyarat yang mengakui bahwa
(Munawaroh, 2018).
Husaini, 2006 merokok berarti membakar tembakau dan daun tar, dan
yang telah menjadi cerutu kemudian disulut api. Tembakau yang berasal
alasan sekedar ingin tahu atau melepaskan diri dari rasa kebosanan.
b. Faktor Lingkungan
1. Keluarga
(Munawaroh, 2018).
2. Teman
c. Media Iklan
Munawaroh, 2018).
a. Perokok Pasif
b. Perokok Aktif
berasal dari isapan perokok atau asap utama pada rokok yang
Jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satu batang, bungkus, pak per
hari. Jenis rokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu (Ma’ruf, 2015).
perhari.
Bila sebatang rokok dihabiskan dalam 10x hisapan asap rokok maka
per hari akan mengalami 70.000 hisapan asap rokok. Beberapa zat
2015).
METODE PENELITIAN
20
21
BAB IV
PEMBAHASAN
(36-45 tahun), Lansia Awal (46-55 tahun), Lansia Akhir (56-65 tahun). Adapun
gambaran dari umur responden sebagai berikut:
Frekuensi
Umur Intervensi Kontrol Jumlah
n (%) n (%)
Remaja akhir (17-25 tahun) 6 (31,58%) 8 (42,11%) 14
Dewasa awal (26-35 tahun) 6 (31,58%) 4 (21,0,5%) 10
Dewasa ahir (36-45 tahun) 7 (36,84%) 5 (26,32%) 12
Lansia awal (46-55 tahun) 0 1 (5,62%) 1
Lansia akhir (56-65 tahun) 0 1 (5,62%) 1
Sumber : Data Primer (2016)
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa rentang usia perokok terbanyak pada
Kelompok Intervensi berada di kategori dewasa akhir (36-46 tahun) yaitu sebesar
36.84%. Sedangkan pada Kelompok Kontrol rentang usia perokok terbanyak
berada di kategori remaja akhir (17-25 tahun) yaitu sebesar 42.11%.
Jurnal 3
Berdasarkan penelitian dari Likha Inayati yang berjudul Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Konsumsi Rokok Tenaga Kerja Di Indonesia tahun 2018.
Responden pada penelitian ini mulai umur 15 tahun sampai 64+.
Umur Konsumsi rokok Rokok
Riingan Sedang berat
15-24 17,17 10,98 6,31 12,99
25-34 27,78 32,79 25,61 29,94
35-44 23,26 27.95 33,62 26,66
45-54 15,50 17,01 20,81 16,82
55-64 9,97 8,09 10,83 9,16
64+ 6,32 3,18 2,82 4,42
Sumber: Data diolah dari IFLS 5
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa persebaran konsumsi rokok tenaga
kerja dalam waktu satu hari pada kategori ringan tertinggi umur 25-34 tahun
sebesar 27,78% dan terendah pada umur 64+ sebesar 6,32%. Kategori sedang
persebaran konsumsi rokok berdasarkan umur tertinggi pada umur 25-34 tahun
sebesar 32,79% dan terendah pada umur 64+ sebesar 3,18%. Persebaran konsumsi
23
rokok pada kategori berat tertinggi pada umur 35-44 tahun sebesar 33,62% dan
terendah pada umur 64+ sebesar 2,82%.
Data tersebut menunjukkan bahwa tenaga kerja pada usia muda yaitu umur
15-24 tahun memiliki konsumsi rokok tertinggi pada kategori ringan, konsumsi
rokok mengalami kenaikan pada umur 25-64 tahun dengan konsumsi rokok
tertinggi pada kategori berat, kemudian mengalami penurunan pada umur 64%
dengan konsumsi rokok tertinggi pada kategori ringan. Artinya, tenaga kerja
dengan konsumsi rokok yang tertinggi terdapat pada usia muda.
Kesimpulan :
Pada jurnal 1 diketahui usia yang paling banyak merokok adalah usia 31-
40 tahun sejumlah 24 responden atau 48%, Pada jurnal 2 diketahui usia paling
banyak merokok adalah usia 17-25 tahun dengan jumlah 14 responden, Pada
jurnal 3 diketahui usia yang paling banyak merokok terdapat pada usia 25-34
tahun sejumlah 29,11. Dapat disimpulkan dari ketiga jurnal tersebut usia yang
banyak merokok adalah usia 17-40 tahun.
semakin tinggi tingkat pendapatan maka konsumsi rokok pada tenaga kerja di
Indonesia juga semakin tinggi.
Kesimpulan :
Jurnal 3
Berdasarkan penelitian dari Likha Inayati yang berjudul Faktor Faktor Yang
Mempengaruhi Konsumsi Rokok Tenaga Kerja Di Indonesia tahun 2018.
Responden yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 9.515 responden yang
terdiri dari 6 jenjang.
Konsumsi Rokok Jumlah
Pendidikan
Ringan Sedang Berat
Tidak sekolah 3,47 2,30 1,51 2,69
PNS 2 4%
Swasta 26 52%
Pensiun 1 2%
Petani 8 16%
Lainya 4 8%
Total 50 100%
Sumber: Hasil Diolah Menggunakan Spss 20
28
Dari hasil tabel 4.6 dapat kita lihat bahwa persentase perokok yang
perkerjaanya sebagai PNS sebesar 4%, swasta sebesar 52%, pensiun 2%, petani
16%, buruh harian sebesar 18%, dan pekerjaan lain sebesar 8%. Maka dapat
disimpulkan bahwa responden yang pekerjaannya sebagai swasta merupakan
responden terbanyak yaitu 26 responden dari 50 responden dengan persentase
52%.
Jurnal 2
Berdasarkan penelitian dari Lilik Sugiharti, Ni Made Sukartini, Tanti
Handriana yang berjudul Keterkaitan antara Perilaku Merokok, Preferensi Waktu
dan Pilihan Terhadap Resiko (Studi Kasus di Kota Surabaya) tahun 2016. berikut
analisis deskripsi responden menurut pekerjaan sebagai berikut:
Status responden
Pekerjaan
Bukan perokok Mengurangi rokok Aktif merokok
Buruh 10 3 9
Petani 4 4 6
Pedagang 5 4 5
PNS 6 23 21
Swasta 15 12 6
Tenaga Kontrak 10 9 13
Sumber : diolah dari data penelitian 2015
Pekerjaan paling banyak yang bukan perokok adalah swasta sebanyak 15
responden, pekerjaan paling banyak yang mengurangi rokok adalah PNS
sebanyak 23 responden dan pekerjaan paling banyak yang aktif merokok adalah
PNS sebanyak 21 responden.
Jurnal 3
Berdasarkan penelitian dari Catharine Fristy Blaise pada jurnal yang
berjudul Efektifitas Terapi Seft (Spiritual Emotional Freedom Technique)
Terhadap Penurunan Intensitas Merokok Di Klinik Berhenti Merokok Uptd
Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota tahun 2016. berikut analisis deskripsi
responden menurut pekerjaan sebagai berikut:
29
Kelompok Jumlah
Pekerjaan
Intervensi n (%) Kontrol n (%)
Mahasiswa /pelajar 4 (21,05%) 4 (21,05%) 8
Buruh 2 (10,53%) 0 2
kesimpulan :
pada jurnal 1 pekerjaan paling banyak merokok adalah swasta dengan jumlah 26
dan presentase 52%, pada jurnal 2 pekerjaan paling banyak merokok adalah PNS
dengan jumlah 21.pada jurnal 3 pekerjaan paling banyak merokok adalah
karyawan swasta jumlah 17.dapat disimpulkan dari ketiga jurnal tersebut yang
paling banyak merokok adalah karyawan swasta 17-swasta 26
Bukan perokok 50 0 0
< 5 tahun 0 0 6
6-10 tahun 0 1 14
11-15 tahun 0 23 45
>15 tahun 0 31 0
Sumber : diolah dari data penelitian, 2015
30
35-39 63 0,89
40-44 59 0,83
45-49 24 0,34
50-54 19 0,27
>=55 9 0,13
merokok di usia 55 tahun atau lebih. Hal ini berarti tenaga kerja cenderung mulai
merokok saat berada di usia produkti.
Kesimpulan ;
Pada jurnal 1 diketahui paling banyak merokok pada usia 11-15 tahun
dengan jumlah 45.Pada jurnal 2 diketahui paling banyak mulai merokok pada usia
15-29 tahun dengan jumlah 3373 dengan presentase 47,51, dapat disimpulkan dari
kedua jurnal tersebut yang banyak mulai merokok adalah usia 11-29 tahun
Jurnal 3
Kesimpulan :
Pada jurnal 1 diketahui jumlah batang yang paling banyak dihabiskan 1-4
batang perhari dengan presentase 27,7, .Pada jurnal 2 diketahui jumlah batang
yang paling banyak dihabiskan 5-14 batang perhari dengan jumlah responden 123
dan presentase 49, dapat disimpulkan dari kedua jurnal tersebut yang banyak
merokok adalah jumlah batang 1-14 batang perhari .Pada jurnal 3 diketahui
jumlah batang yang paling banyak dihabiskan 1-10 batang dengn jumlah 32 dan
presentase 64 , dapat disimpulkan dari ketiga jurnal tersebut yang banyak
merokok adalah jumlah batang 1-14 batang perhari.
BAB 5
KESIMPULAN
Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dan saran uraian tentang gambaran
perilaku.
5.1 KESIMPULAN
1. Sebagian besar responden yang merokok dari jurnal yang telah dikritisi
2. Sebagian besar responden yang merokok dari jurnal yang telah dikritisi
3. Sebagian besar responden yang merokok dari jurnal yang telah dikritisi
berpendidikan SMA.
4. Sebagian besar responden yang merokok dari jurnal yang telah dikritisi
5. Sebagian besar responden yang merokok dari jurnal yang telah dikritisi
6. Sebagian besar responden yang merokok dari jurnal yang telah dikritisi
7.1 SARAN
33
34
3. Bagi masyarakat
Saran saya agar masyarakat faham tentang efek negatif dan positif yang
merokok
5. Bagi peneliti
disini saya juga tau tentang efek negatiif dan positif pada rokok sehingga
dan teman saya agar mereka mejadi faham dan dapat menghindari dari
kebiasaan merokok.
DAFTAR PUSTAKA