Anda di halaman 1dari 8

PERBANDINGAN RIWAYAT LAMA MEROKOK TERHADAP NILAI ARUS PUNCAK

EKSPIRASI PADA SISWA SMP DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2017/2018


Ardha Abdullah1, Hetti Rusmini 2,Yesi Nurmalasari 2,Retno Ariza
Soeprihatini2
1 2
Mahasiswa FK Universitas Malahayati, Dosen FK Universitas Malahayati

Abstrak
Merokok dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti tekanan darah
tinggi, kanker paru, PPOK dan lain-lain, karena pada rokok mengandung
berbagai zat karsinogenik seperti nikotin dan tar. Arus Puncak Ekspirasi
(APE) adalah besarnya aliran udara maksimum yang dicapai saat ekspirasi dengan usaha paksa
secara maksimal dari kapasitas paru total. Merokok merupakan salah satu factor yang
menyebabkan terjadinya penurunan APE. Desain penelitian ini adalah
analitik observasional antara variabel bebas dan terikatnya dengan
pendekatan cross sectional. Sampel merupakan sampel SMP di Kota Bandar
Lampung. Riwayat lama merokok diperoleh dari quisioner da nilai Arus
Puncak Ekspirasi diukur menggunakan Peak Flow Meter. Uji statistik
menggunakan uji mann withney didapatkan nilai Perbandingan tidak merokok dengan
merokok < 2 tahun adalah 0,354, Perbandingan tidak merokok dengan merokok > 2 tahun
adalah 0,192, Perbandingan merokok < 2 tahun dengan > 2 tahun adalah 0,065. Riwayat lama
merokok terbanyak kurang dari 2 tahun yaitu 243 siswa. Persentase nilai APE siswa yang
merokok ≥ 80 % yaitu 167 siswa, lebih banyak dari persentase nilai APE 50-79 %. Tidak ada
perbedaan antara nilai arus puncak ekspirasi pada siswa yang tidak merokok, merokok kurang
dari 2 tahun, dan merokok lebih dari 2 tahun di SMP di Bandar Lampung Tahun 2017.

Kata Kunci : Riwayat Lama Merokok, Puncak Ekspirasi(APE)

Abstrack

Smoking causes a variety of diseases such as high blood pressure, lung


cancer, COPD and others, because smoking contains a variety of
carcinogenic substances such as nicotine and tar. Peak expiratory flow Rate
(APE) is the maximum amount of air flow is achieved, when the maximum
forced expiratory of the total lung capacity. Smoking is one factor that
causes the decline in APE.
The study design is observational analytics between independent variables
and dependent variables with cross sectional approach. The sample is the
students of junior high school in Bandar Lampung City. A long history of
smoking obtained from questionnaires and peak expiratory flow rate values
measured using the Peak Flow Meter. The Statistical test used Mann Whitney
test obtained the comparation values between not smoker with smoker <2-
year is 0.354, the comparation values between not smoker with smoker > 2-
year is 0,192, the comparation values between smoker <2-year smoker > 2-
year is 0,065. The longest smoking history was <2 years is 243 students. The percentage of
APE value of students who smoke ≥ 80% is 167 students, more than the percentage of APE value
50-79%. There is no difference between peak expiratory flow rate in non-smokers, smoking less
than 2 years, and smoking more than 2 years in junior high school in Bandar Lampung 2017.

Keywords : Long History Of Smoking, Peak Expiratory Flow Rate


Pendahuluan
Sekitar 5,4 juta kematian di dunia spesies lainnya atau sintetisnya yang
disebabkan oleh penyakit karena rokok dan asapnya mengandung nikotin dan tar,
angka ini akan meningkat menjadi 8 juta dengan atau tanpa bahan tambahan
pada tahun 2030. Indonesia saat ini menjadi (Permenkes RI, 2013).
negara ketiga setelah Cina dan India dengan Terdapat dua bahan utama zat yang
perokok aktif sebanyak 61,4 juta dan sekitar terkandung dalam setiap batang rokok yakni
60% adalah pria. Besarnya dampak rokok nikotin dan tar. Selain kedua zat tersebut,
bagi kesehatan manusia menjadi dasar bagi masih terdapat zat-zat lain yang terkandung
elemen kesehatan untuk menurunkan insiden dalam rokok dan berakibat buruk terhadap
perokok (WHO dalam Aleksis et al, 2016). sistem tubuh. Zat berbahaya tersebut
Persentase penduduk dunia yang diantaranya karbon monoksida, arsenic,
mengkonsumsi tembakau, di ASEAN nitrogen oksida, ammonium karbonat,
merupakan sebuah kawasan dengan 10% ammoniak, hydrogen cyanide dan lain-lain
dari seluruh perokok dunia dan 20% (Tristanti I, 2016)
penyebab kematian global akibat tembakau, Beberapa penyakit yang ditimbulkan
persentase perokok pada penduduk di negara akibat merokok antara lain : penyakit paru,
ASEAN tersebar di Indonesia (46,16%), penyakit jantung koroner, impotensi, kanker
Filipina (16,62%), Vietnam (14,11%), kulit, mulut, bibir dan kerongkongan,
Myanmar (8,73%), Thailand (7,74%), merusak otak dan indra, dan wanita hamil
Malaysia (2,90%), Kamboja (2,07%), Laos yang merokok meiliki resiko melahirkan
(1,23%), dan Brunei (0,04%) (The Tobacco bayi dengan berat badan yang rendah,
Atlas 3rd Edition, 2009 dalam Riskesdas, kecacatan, keguguran bahkan bayi
2013). meninggal saat dilahirkan (Tristanti, I,
Di Provinsi Lampung presentase 2016).
umur 10 tahun keatas yang merokok tiap Arus Puncak Ekspirasi (APE) adalah
hari adalah 28,8%, persentase tertinggi besarnya aliran udara maksimum yang
ditemukan di Kabupaten Tanggamus 33,6%, dicapai saat ekspirasi dengan usaha paksa
diikuti oleh Lampung Barat 33,3%, secara maksimal dari kapasitias paru total
sedangkan persentase yang terendah berada (Dermawan R, 2016). Pada seseorang yang
di Kota Metro23,2%. Persentase umur memiliki kebiasaan merokok maka akan
pertama kali merokok, laki-laki umur 5-9 terjadi penurunan pada saluran napas, terjadi
tahun 1,0%. Umur 10-14 tahun 10%, umur peningkatan kelainan sel epitel, sel goblet
15-19 tahun sebanyak 36,9% (Riskesdas akan bertambah banyak dan membesar yang
Lampung, 2009). dapat mengakibatkan penyempitan saluran
Rokok adalah salah satu produk napas (Sukreni NPS et al, 2017).
tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, Penelitian yang dilakukan Sukreni
dihisap dan/atau dihirup termasuk rokok NPS (2017) di Denpasar Bali pada
kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk mahasiswa Fakultas Tehnik Universitas
lainnya yang dihasilkan dari tanaman Udayana dengan nilai p = 0,038 bahwa
nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan adanya hubungan signifikan tetapi
kekuatannya lemah dan bersifat negatif atau Hasil dan Pembahasan
tidak searah antara jumlah konsumsi batang Hasil Penelitian
rokok terhadap nilai arus puncak ekspirasi 1. Analisis Univariat
pada laki-laki dewasa muda.
Berdasarkan uraian di atas peneliti Tabel 1 Distribusi Frekuensi Usia Siswa SMP yang
berminat melakukan penelitian dengan judul Merokok dan Tidak Merokok di Kota
hubungan hubungan riwayat lama merokok Bandar Lampung Tahun 2017.
terhadap nilai arus puncak ekspirasi siswa Merokok Tidak Merokok
Usia
SMP di Kota Bandar Lampung tahun N % N %
2017/2018. Manfaat penelitian diharapkan 10-14
206 71,8 160 78,8
dapat memberikan sumbangsih dan Tahun
bermanfaat bagi peneliti, universitas, subjek 15-19
81 28,2 43 21,2
penelitian program pelayanan kesehatan, Tahun
masyarakat dan peneliti lain. Jumlah 287 100 203 100

Berdasarkan usia paling banyak pada


Metode Penelitian rentang usia 10-14 tahun yaitu 205 siswa
Penelitian ini merupakan penelitian dalam dengan persentase 71,8%, kemudian siswa
bentuk kuantitatif yang bersifat yang merokok pada rentang usia 15-19
observasional analitik dengan menggunakan tahun sebanyak 81 siswa dengan persentase
desain penelitian cross sectonal. Sampel 28,2%. Sedangkan, pada siswa yang tidak
yang dipakai 490 siswa merokok merokok berdasarkan usia paling banyak
mengunakan teknik cluster sampling. pada rentang usia 160 siswa dengan
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan persentase 78,8, kemudian siswa yang
Januari 2018 sampai dengan selesai. merokok pada rentang usia 15-19 tahun
Penelitian ini dilaksanakan pada SMP sebanyak 43 siswa dengan persentase
(Negeri/Swasta) di Kota Bandar Lampung. 21,2%.
Pada penelitian ini digunakan sampel
siswa SMP yang merokok dengan teknik
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Siswa Merokok dengan
yang digunakan adalah Cluster Sampling. Riwayat Lama Rokok di SMP Kota Bandar
kemudian diundi agar bisa mewakili Lampung Tahun 2017.
masing-masing kecamatan dengan teknik Lama Merokok Frekuensi Persentase
Random Sampling. Kriteria inklusi sample (%)
yaitu siswa SMP perokok, jenis kelamin Tidak Merokok 203 41,4
laki-laki, kelas 8 (delapan) dan 9
(Sembilan), bersedia menjadi responden. Kurang dari 2 243 49,6
Kriteria Eksklusi Sample yaitu penderita tahun
penyakit infeksi maupun non infeksi yang Lebih dari 2 44 9,0
dapat mengganggu fungsi paru dan saluran Tahun
napas, Menderita cacat bawaan pada bibir Jumlah 490 100
dan gusi. Siswa SMP yang tidak dapat
mengikuti arahan uji arus puncak ekspirasi. Dari 287 siswa perokok yang paling
Uji statistik yang digunakan dalam banyak adalah siswa yang riwayat lama
penelitian ini adalah uji Spearman’s rho merokoknya kurang dari dua tahun yaitu
karena data tidak terdistribusi normal. sebanyak 243 siswa dengan persentase 49,6
%. Kemudian Siswa yang riwayat lama
merokonya lebih dari dua tahun berjumlah Berdasarkan tabel 4 maka diketahui
44 siswa dengan persetase 9,0 %. Tapi mean atau rata-rata nilai APE siswa yang
masih banyak juga dari siswa yang tidak tidak merokok adalah 82,58 %, nilai
merokok berdasarkan data siswa yang tidak
persentase ape minimal adalah 70% dan
merokok berjumlah 203 siswa dengan
persentase 41,4 %. nilai persentase ape maksimal adalah 100 %.
Nilai mean atau rata-rata nilai APE siswa
Tabel 3 Ditribusi Frekuensi Nilai Arus Puncak yang riwayat merokok kurang dari 2 tahun
Ekspirasi (APE) dari riwayat lama
merokok Pada Siswa SMP di Kota Bandar adalah 81,75 %, nilai persentase ape
Lampung Tahun 2017. minimal adalah 67% dan nilai persentase
APE Merokok Tidak ape maksimal adalah 100 %. Nilai mean
Merokok atau rata-rata nilai APE siswa yang riwayat
N % N % merokok lebih dari 2 tahun adalah 84,39 %,
50-79 % 120 41,8 77 37,9
nilai persentase ape minimal adalah 71%
≥ 80 % 167 58,2 126 62,1
Jumlah 287 100 203 100 dan nilai persentase ape maksimal adalah
100 %.
Berdasarkan tabel 3 di atas
bahwa Jumlah siswa yang merokok 2. Analisis Bivariat
dengan kategori persentase nilai
Analisis bivariat digunakan untuk
APE 50-79 % sebanyak 120 siswa
menguji ada tidaknya perbedaan nilai arus
dengan persentase 41,8 % dan
puncak ekspirasi pada siswa yang tidak
kategori persentase nilai APE ≥ 80
merokok, merokok kurang dari 2 tahun, dan
% sebanyak 167 dengan
merokok lebih dari 2 tahun pada siswa SMP
persentase 58,2 %. Jumlah siswa
di Bandar Lampung, dilakukan analisis
yang tidak merokok dengan bivariat dengan uji mann withney U test
kategori persentase nilai APE 50-79 dengan SPSS (Statistical Product and
% sebanyak 77 siswa dengan Service), dengan syarat data tidak
persentase 37,9 %,dan kategori terdistribusi normal, data homogen atau
persentase nilai APE ≥ 80 % tidak homogen.
sebanyak 126 siswa dengan Hasil uji normalitas Kolmogorov
persentase 62,1 %. Smirnov didapatkan bahwa nilai merokok
lebih dari 2 tahun p= 0,2, yang berarti p >
Tabel 4 Nilai Mean, Minimal, dan Maksimal Nilai
APE Terhadap Riwayat Lama Merokok.
0,05 bahwa data terditribusi normal.
Pada Siswa SMP di Kotamadya Bandar Sedangkan nilai yang tidak merokok p=
Lampung Tahun 2017. 0,003, nilai merokok kurang dari 2 tahun p=
0,007, yang berarti p < 0,05 bahwa data
Nilai APE (%) tidak terditribusi normal.
Riwayat Lama Mean Min Maks Berdasarkan hasil uji homogenitas
Merokok Levene’s Test didapatkan p= 0,096, p=0,101,
Tidak merokok 82,58 70 100 yang berarti p> dari 0,05 dan disimpulkan
Kurang dari 2 81,75 67 100 bahwa data yang diambil homogen.
tahun Kemudian p=0,039 yang berarti p< 0,05 dan
Lebih dari 2 tahun 84,39 71 100 disimpulkan bahwa data yang diambil tidak
homogen.
Gambar 1 Perbandingan Riwayat Lama Merokok tidak terdapat perbedaan antara riwayat lama
terhadap Nilai Arus Puncak Ekspirasi Pada merokok terhadap nilai arus puncak
Siswa SMP di Kotamadya Bandar Lampung
Tahun 2017.
ekspirasi.
85 P=0,065 Pembagian kelompok umur sesuai
84.5 P=0,192 dengan pembagian kelompok umur pada
84 84.39 penelitian pneumobile. Kelompok umur 19-
83.5 21 tahun memiliki interval lebih pendek
P=0,354 daripada kelompok lain karena secara
83
82.5
4 biologis faal paru mencapai puncaknya pada
82.58 umur tersebut kemudian menurun.
82
Penelitian yang dilakukan oleh Medabala
81.5 81.75
(2013), pada masyarakat di Andhra Pradesh
81
(India) dengan usia 20-40 tahun, bahwa
80.5
“penurunan PEFR yang lebih besar seiring
80
tidak merokok merokok < 2 merokok > 2 dengan bertambahnya usia dan jumlah
tahun tahun penggunaan rokok”. Sedangkan pada
penelitian ini usia seluruh sampel yang
masih di bawah 20 tahun dan pada
Berdasarkan Gambar 1 hasil penelitian ini kategori umur 10-14 tahun
analisis uji mann withney dengan menurut Global Youth Tobacco Survey,
tingkat kesalahan 5 % Indonesia Report (2014) berjumlah 206 dari
menggunakan SPSS 23 didapatkan 287 siswa, Maka dari itu menyebabkan nilai
nilai Perbandingan tidak merokok arus puncak ekspirasinya menurun tidak
terlalu rendah karena belum terjadi
dengan merokok < 2 tahun adalah
penurunan fungsi paru yang berat pada
0,354, Perbandingan tidak merokok responden penelitian atau bahkan baru
dengan merokok > 2 tahun adalah dimulai terjadi penyempitan disaluran
0,192, Perbandingan merokok < 2 pernapasan tetapi belum parah, yang dapat
tahun dengan > 2 tahun adalah menyebabkan perubahan pada fisiologi paru
0,065. Nilai sig >0,05 yang yang membuat penurunan yang signifikan
pada nilai APE. Pada penelitian ini riwayat
menunjukan bahwa Ho diterima.
lama merokok pada siswa paling banyak
Artinya, tidak terdapat perbedaan yaitu kurang dari dua tahun yaitu sebanyak
antara riwayat lama merokok 243 siswa dari 287 siswa SMP yang diteliti.
terhadap nilai arus puncak Hal ini sejalan dengan Hal hasil penelitian
ekspirasi. Global Youth Tobacco Survey, Indonesia
Pembahasan Report (2014) yang menyatakan, bahwa
“rerata siswa yang mulai merokok berada
Hasil analisis uji mann withney
pada usia 12-13 tahun”. Kemudian lama
dengan tingkat kesalahan 5 % menggunakan
merokok yang tidak dikontrol, maka akan
SPSS 23 didapatkan nilai Perbandingan
mempengaruhi hasil penelitian yang dapat
tidak merokok dengan merokok < 2 tahun
menyebabkan bias.
adalah 0,354, Perbandingan tidak merokok
Begitu pula yang terjadi pada
dengan merokok > 2 tahun adalah 0,192,
perokok pasif atau yang dikenal dengan
Perbandingan merokok < 2 tahun dengan >
nama Involuntary Smoking adalah istilah
2 tahun adalah 0,065. Nilai sig >0,05 yang
bagi mereka yang tidak merokok, namun
menunjukan bahwa Ho diterima. Artinya,
mereka seolah dipaksa untuk menghirup keadaan kerja dengan intensitas maksimal
asap rokok dari perokok aktif yang berada pada atlet yang terlatih dengan baik (Hall
disekitar mereka. Asap rokok yang J.E, 2014).
mengandung campuran kompleks antar 4700 Simpulan
bahan kimia, termasuk radikal bebas dan Simpulan
oksidan dalam konsentrasi tinggi. Beban Tidak ada perbedaan antara nilai arus
oksidan bertambah dalam paru akibat puncak ekspirasi pada siswa yang tidak
pelepasan Reactive Oxygen Species dari merokok, merokok kurang dari 2 tahun, dan
makrofag dan neutrofil. Asap rokok tersebut merokok lebih dari 2 tahun di SMP di
mengurangi kapasitas antioksidan diplasma Bandar Lampung Tahun 2017. Bagi Peneliti
berkaitan dengan penurunan protein Selanjutnya untuk melakukan penelitian
sulfhydryl di plasma atau glutathione. dengan jumlah sampel yang lebih banyak
Penurunan ini menyebabkan peningkatan dan faktor-faktor atau efek lain merokok
lipid peroksidase dan transkripsi sitoin yang terhadap kesehatan agar lebih baik dan
berperan pada obstruksi paru (Deveruex, berkembang.
2006). Dan ini menyebabkan menurunnya
nilai arus puncak ekspirasi pada perokok
Daftar Pustaka
pasif.
Gas SO2, NO2, dan debu diketahui
dapat mempengaruhi nilai FVC dan Abdulrahman, W.F. 2011. Efect of
FEV1. Konsentrasi gas SO2 dan NO2 yang smoking on peak expiratory
kecil sekalipun namun apabila terinhalasi flow rate in Tikrit University.
setiap hari dapat menimbulkan gangguan Tikrit Medical Journal.
fungsi paru. Polutan udara yang dapat 17(1):11-18.
mengakibatkan gangguan pada saluran Aleksis., Kharisyaf, O., Herman, D., et al.
pernafasan adalah gas NO2, SO2, 2016. Perbandingan Usia Paru Prajurit
formaldehid, ozon, dan partikel debu. TNI Jajaran Korem 032 Wirabraja
Polutan tersebut bersifat mengiritasi saluran Padang yang Perokok dan Tidak
pernafasan yang dapat mengakibatkan Perokok. Jurnal Departemen
gangguan fungsi paru. Gas SO2 dapat Pulmonologi dan Kedokteran
menimbulkan efek iritasi pada saluran Respirasi Fakultas Kedokteran
pernafasan bagian atas karena mudah larut Universitas Andalas. 36(4):217.
dalam air yang mengakibatkan produksi Dermawan, R. 2013. Uji Diagnostik Rasio
lendir meningkat sehingga terjadi Tetap Terhadap Batas Bawah Normal
penyempitan pada saluran pernafasan. VEP/KVP1 untuk Menilai Obstruksi
Nitrogen dioksida bersifat iritan dan radikal. Saluran Napas. Jurnal Respirologi
Gas (Sandra C, 2013). Indonesia. 33(4):217.
Untuk terjadinya obstruksi Devereux, G. 2006. ABC of chronic
(hambatan) pada jalan nafas yang obstructive pulmonary disease.
disebabkan oleh asap rokok terdapat Definition, epidemiology, and risk
beberapa faktor seperti lama merokok, factors. BMJ 332:1142–4.
jumlah batang rokok yang dikonsumsi GYTS. 2014. Global Youth Tobacco Survey
perhari, dan olahraga (life style) (Patrianto (GYTS :Indonesia Report. New Delhi
dan Yunus, 2005). Baik konsumsi oksigen : WHO-SEARO. ISBN : 978-92-
maupun ventilasi paru total meningkat 9022-487-7, 3-5
sekitar 20 kali antara keadaan istirahat dan
Infodatin. 2013. Perilaku Merokok Sandra, C. 2013. Pengaruh Penurunan
Masyarakat Indonesia. Jakarta: Pusat Kualitas Udara Terhadap Fungsi Paru
Data dan Informasi Kementrian dan Keluhan Pernapasan Pada Polisi
Kesehtan RI. Lalu Lintas POLWILTABES
Medabala, T., Rao, B.N., Glad, M.M.I., et Surabaya. Jurnal IKESMA. 9(1):1-8.
al. 2013. Effect of Cigarette and Cigar Sukreni, N.P.S., Wibawa, A., Dinata, I.M.K.
Smoking on Peak Expiratory Flow 2017. Hubungan Jumlah Konsumsi
Rate. Journal of clinical and Batang Rokok terhadap Nilai Arus
diagnostic reseacrh. 7(9):1886. Puncak Ekspirasi pada Laki-Laki
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Dewasa Muda. Jurnal Universitas
Penelitian Kesehatan. Jakarta. Udayana. 5(3):50-51.
Rineka Cipta. Tristanti, I. 2016. Remaja Dan Perilaku
Patrianto, A., Yunus, F. (2005) . Kuliti Merokok. Jurnal Kebidanan, STIKES
Hidup Penderita PPOK. Jurnal Muhammadiyah Kudus.
Respirologi Indonesia. 25(2).
Permenkes RI. (2013). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia no 28
tahun 2013 Tentang Pencantuman
Peringatan Kesehatan Dan Informasi
Kesehatan Pada Kemasan Produk
Tembakau. Diakses dari :
http://bprs.-
kemkes.go.id/v1/uploads/pdffiles/per
aturan/26%20PMK%20No.
%2028%20ttg%20Pencatuman
%20Peringatan%20Kesehatan
%20dan%20Informasi%20Kesehatan
%20Pada%20Kemasan%20Produk
%20Tembakau.pdf. diakses pada 10
oktober 2017.
Riskesdas. 2013. Badan Penelitian dan
PengembanganKesehatanKementeria
n Kesehatan RI Tahun 2013.Diakses
dari
:
www.depkes.go.id/resources/downlod/
general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf. Di akses pada 9 oktober
2017.
Riskesdas Lampung. 2009. Laporan Hasil
Riset Kesehatan Dasar Provinsi
Lampung 2007. Diakses dari :
terbitan.litbang.depkes.go.id/penerbit
an/index.php/lpb/catalog/download/6
3/.../232-1. Diakses pada 14
november 2017.

Anda mungkin juga menyukai