TAHUN 2020
Skripsi
Oleh :
NPM. 17310154
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Gizi merupakan bagian yang terpenting dalam proses kehidupan dan proses
tumbuh kembang pada anak. Sehingga pemenuhan kebutuhan gizi yang adekuat
turut menentukan tumbuh kembang pada anak sebagai sumber daya manusia
dimasa yang akan datang (Zaenal, 2007). Pentingnya gizi dalam pembangunan
kualitas hidup didasarkan pada beberapa hal yaitu: pertama keadaan gizi erat
mencerdaskan bangsa; ketiga lebih baiknya status gizi dan kesehatan akan
Masalah gizi di Indonesia pada umumnya masih di dominasi oleh Kurang Energi
(GAKY), Kurang Vitamin A (KVA) dan masalah obesitas. Salah satu contoh
kejadian kekurangan gizi di Indonesia yang merupakan masalah serius dan sedang
dihadapi yaitu balita pendek atau biasa disebut dengan stunting. Data Prevalensi
Bila masalah ini bersifat kronis, maka akan memengaruhi fungsi kognitif yakni
tingkat kecerdasan yang rendah dan berdampak pada kualitas sumber daya
manusia.
Masalah gizi pun sebenarnya tidak lepas juga dari konsep dasar timbulnya
penyakit, yaitu karena tidak seimbangnya berbagai faktor, baik dari sumber
penyakit (agent), pejamu (host) dan lingkungan (environment). Salah satu nya
di dunia. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) lebih dari satu
miliar orang terinfeksi Ascaris lumbricoides, 795 juta orang terinfeksi cacing
Trichiuris trichiura atau 740 juta orang terinfeksi cacing Hooworm. Infeksi
tersebar luas di daerah tropis dan subtropics, dengan jumlah tersebar luas di sub-
Sahara, Afrika, Amerika, Cina, dan Asia Timur. Pada beberapa daerah Indonesia
prevalensi infeksi kecacingan umumnya masih tinggi antara 60- 90%, terutama
terdapat pada anak-anak sekolah dasar dan golongan penduduk yang kurang
mampu dengan akses sanitasi yang terbatas. Tingginya prevalensi ini disebabkan
oleh kondisi iklim Indonesia yang tropis dengan kelembaban udara tinggi serta
Way Kandis adalah salah satu kelurahan yang berada di kecamatan Tanjung
cacingan pada anak usia sekolah dan balita yang diberikan oleh pemerintah
Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara kecacingan dengan status gizi di kelurahan Way Kandis Kota
daerah tersebut.
dengan status gizi pada anak sekolah dasar di kelurahan Way Kandis, Tanjung
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi
Bandar Lampung.
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Definisi Kecacingan
memberikan analisa keliru ke arah penyakit lain dan tidak jarang yang dapat
Definisi infeksi kecacingan menurut WHO (2011) adalah sebagai infestasi satu
atau lebih cacing parasit usus yang terdiri dari golongan nematoda usus. Diantara
nematoda usus ada sejumlah spesies yang penularannya melalui tanah atau biasa
disebut dengan cacing jenis STH yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus,
umumnya ditemukan di daerah tropis dan subtropis dan beriklim basah dimana
hygiene dan sanitasinya buruk. Penyakit ini merupakan penyakit infeksi paling
saluran cerna yang berfungsi penuh, biasanya berbentuk silindris serta panjangnya
bervariasi dari beberapa milimeter hingga lebih dari satu meter. Nematoda usus
biasanya matang dalam usus halus, dimana sebagian besar cacing dewasa melekat
dengan kait oral atau lempeng pemotong. Cacing ini menyebabkan penyakit
karena dapat menyebabkan kehilangan darah, iritasi dan alergi (Margono, 2008).
2.2 Dampak Infeksi Kecacingan
akhirnya dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia. Infeksi cacing pada
Infeksi cacing gelang yang berat akan menyebabkan malnutrisi dan gangguan
Pada infeksi Trichuris trichiura berat sering dijumpai diare darah, turunnya berat
badan dan anemia. Diare pada umumnya berat sedangkan eritrosit di bawah 2,5
juta dan hemoglobin 30% di bawah normal. Infeksi cacing tambang umumnya
berlangsung secara menahun, cacing tambang ini sudah dikenal sebagai penghisap
darah. Seekor cacing tambang mampu menghisap darah 0,2 ml per hari. Apabila
terjadi infeksi berat, maka penderita akan kehilangan darah secara perlahan dan
yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia melalui kontak dengan telur
ataupun larva parasit itu sendiri yang berkembang di tanah yang lembab yang
terdapat di negara yang beriklim tropis maupun subtropis (Bethony et al., 2006).
1. Tanah
Sifat tanah mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan telur dan daya
tahan hidup dari larva cacing. Tanah liat yang lembab dan teduh merupakan tanah
trichiura. Tanah berpasir yang gembur dan bercampur humus sangat sesuai untuk
2. Iklim/Suhu
Iklim tropis merupakan keadaan yang sangat sesuai untuk perkembangan telur dan
larva STH menjadi bentuk infektif bagi manusia. Suhu optimum untuk
duodenale akan tumbuh optimum pada suhu berkisar 23-25°C, sedangkan untuk
3. Kelembaban
Kelembaban yang tinggi akan menunjang pertumbuhan telur dan larva dari STH.
4. Angin
Angin dapat mempercepat pengeringan sehingga dapat mematikan telur dan larva.
Selain itu angin juga dapat menyebarkan telur STH dalam debu sehingga
1. Ascaris lumbricoides
2. Trichuris trichiura
3. Necator americanus
4. Ancylostoma duodenale
Ancylostomatitidae
Famili Ascaridea Trichuridae Ancylostomatitidae dan
Necator
Genus Ascaris Trichuris Ancylostoma dan
Necator
N. Americanus
(Sumber : Zaman, 1997)
1) Morfologi
dengan diameter 3-6 mm. Pada stadium dewasa hidup di rongga usus
terdiri dari telur yang dibuahi dan telur yang tidak dibuahi. Dalam
memiliki 4 macam telur yang dapat dijumpai dalam feses yaitu telur fertil
(telur yang dibuahi), infertil (telur yang tidak dibuahi), decorticated (telur
Gambar 2.1. Telur cacing Ascaris lumbricoides. (13) telur yang dibuahi,
bersama feses.
2) Patogenesis
(Soedarmo, 2010)
3) Manifestasi Klinik
Gejala klinik yang dapat muncul akibat infeksi dari cacing Ascaris
lumbricoides antara lain rasa tidak enak pada perut, diare, nausea,
4) Epidemiologi
5) Diagnosis
6) Pencegahan
dengan tanah yaitu dengan cara cuci bersih tangan sebelum makan
1) Morfologi
Manusia adalah hospes utama cacing Trichuris trichiura. Cacing dewasa
berbentuk cambuk dengan 2/5 bagian posterior tubuhnya tebal dan 3/5 bagian
anterior lebih kecil. Cacing jantan memiliki ukuran lebih pendek (3-4cm)
berukuran 30-54 x 23 mikron dengan bentukan yang khas lonjong seperti tong
(barrel shape) dengan dua mucoid plug pada kedua ujung yang berwarna
Gambar 2.3.
Telur cacing
Trichuris
trichiura
Cara infeksi adalah telur yang berisi embrio tertelan manusia, larva aktif
akan keluar di usus halus masuk ke usus besar dan menjadi dewasa dan
menetap. Telur yang infektif akan menjadi larva di usus halus pada
trichiura, yaitu:
Gambar 2.4. Siklus hidup Trichuris trichiura
2) Manifestasi Klinik
Kelainan patologis yang disebabkan oleh cacing dewasa terutama terjadi karena
kerusakan mekanik di bagian mukosa usus dan respons alergi. Keadaan ini erat
hubungannya dengan jumlah cacing, lama infeksi, umur dan status kesehatan
umum dari hospes (penderita). Gejala yang ditimbulkan oleh cacing cambuk
biasanya tanpa gejala pada infeksi ringan. Pada infeksi menahun dapat
menimbulkan anemia, diare, sakit perut, mual dan berat badan turun
(Onggowaluyo, 2002).
3) Epidemiologi
telur. Telur berkembang baik pada tanah liat, lembab dan teduh (Onggowaluyo,
2002).
4) Patogenesis
Cacing dewasa lebih banyak ditemukan di caecum tetapi dapat juga berkoloni di
dalam usus besar. Cacing ini dapat menyebabkan inflamasi, infiltrasi dan
kehilangan darah (anemia). Pada infeksi yang parah dapat menyebabkan rectal
5) Pencegahan
mencegah kontaminasi tangan dan juga makanan dengan tanah yaitu dengan
cara cuci bersih tangan sebelum makan dan sesudah makan, mencuci sayur-
1) Morfologi
Cacing dewasa hidup di dalam usus halus manusia, cacing melekat pada
dalam tinja disebut sebagai telur hookworm atau telur cacing tambang.
dinding tipis dan rata, warna putih. Di dalam telur terdapat 4-8 sel.
Infeksi pada manusia dapat terjadi melalui penetrasi kulit oleh larva
cacing jantan kira-kira 0,8 cm, cacing dewasa berbentuk seperti hurup
setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva
filariform yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7-8
bronchus lalu ke trachea dan larynk. Dari larynk, larva ikut tertelan
dan masuk ke dalam usus halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi
terjadi bila larva filariform menembus kulit atau ikut tertelan bersama
Keterangan :
pertumbuhan dalam 3 tahap. Pada tahap ahir, larva-larva ini akan naik
atas, larva ini akan masuk menembus kulit dan ikut ke dalam aliran
darah sampai ke organ hati. Melalui pembuluh darah larva ini akan
(Gracia, 2006).
2) Manifestasi Klinis
makanan atau karena infeksi cacing lainnya. Secara praktis telur cacing
3) Patogenesis
(Soedarmo, 2010).
4) Epidemiologi
Hookworm menyebabkan infeksi pada lebih dari 900 juta orang dan
di daerah tropis dan subtropis. Kondisi yang optimal untuk daya tahan
5) Pencegahan
(Dia, K.2000).
1. Pengetahuan
2002).
seimbang.
2. Tingkat pendidikan
3. Tingkat ekonomi
4. Budaya
makanan untuk anak, ada yang dianggap baik dan ada yang
Ada 2 jenis baku acuan: lokal dan internasional dan terdapat beberapa
dan BB/TB yang dipublikasikan WHO meliputi data anak umur 0-18
tahun.
Data Reference (Baku Acuan) di Indonesia, sejak dekade 80-an Indonesia
dan Z-skor. Data Reference (Baku Acuan) Waterlow, dkk 1977 (dalam
Indeks
Status Gizi
BB/U TB/U BB/TB
Gizi Baik > 80% > 90% > 90%
Gizi Sedang 71%-80% 81-90% 81-90%
Gizi Kurang 61%-70% 71-80% 71-80%
Gizi Buruk = 60% = 70% = 70%
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
pada suatu waktu dengan tujuan untuk mencari hubungan antara variabel
Pengambilan data berupa tinggi badan, berat badan, kuesioner dan sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan subjek yang diteliti
Seneng Bandar Lampung, pada bulan Juli 2020 yang memenuhi kriteria
inklusi.
penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel yang akan
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah status gizi pada siswa Sekolah
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah infeksi kecacingan pada anak
Lampung.
Variabel Dependen
2. Infeksi Infestasi Mikroskop Melihat telur Nominal Positif
Cacing parasit Object cacing di =
manusia dan glass mikroskop ditemukan
hewan yang Cover dengan metode telur cacing
sifatnya glass apung. pada feses
merugikan Tabung anak
dimana NaCl jenuh
manusia Negatif =
merupakan tidak
hospes ditemukan
beberapa telur cacing
nematoda usus pada feses
yang diantara anak
sejumlah
spesiesnya
ditularkan
melalui tanah.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan pada saat penelitian. Data
primer meliputi data kuesioner, sampel feses dan pengukuran pada
b. Data Sekunder
Dalam penelitian ini yang menjadi data sekunder adalah data jumlah
a. Alat tulis
valid dan jika nilai r hitung < r tabel, maka pertanyaan tidak valid.
b. Tahap penelitian
Lampung
c. Tahap Perhitungan
Tahap ini dilakukan setelah diperoleh data tinggi badan, berat badan,
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mikroskop,
kaca objek, penutup kaca objek, botol bermulut lebar 10 mL, aplikator
yang terbuat dari kayu, kasa, cawan petri, etanol 95%, eter, larutan
dan lilin.
2. Prosedur
a. Pengambilan Spesimen
Ambil kira-kira 100 g feses dalam wadah yang bersih dan kering
sampai terpapar udara dalam wadah tanpa penutup dan tidak boleh
pengambilan.
dan kista parasit sampai jangka waktu yang tak terbatas bila wadah
tabung.
kasa
d. Konsentrasi parasit
batas 2,5 mL
botol.
3. Hasil:
a. Feses : Positif (+) ditemukan telur cacing
1) Ascaris lumbricoides : bulat/oval, lapisan luar terdapat
albuminoid bergerigi dan warnanya coklat, lapisan tengah
berupa kitin serta lapisan dalam berupa membran vitellin.
1. Berat Badan
2. Tinggi Badan
dengan memilih lantai yang rata dan tegak lurus dengan dinding 90
derajat kemudian pita ditarik sampai tepat angka nol (0) lalu diujung
b. Coding
data.
c. Entry data
d. Tabulating
item-item yang perlu diberi skor dan memberi kode terhadap item-
e. Cleaning data
bebas (personal hygiene dan status gizi) dan variabel terikat (infeksi
statistik Chi Square dan uji alternatifnya adalah uji Fisher. Teknik analisa
derajat kepercayaan 95% dengan α 5%, sehingga jika nilai p-value < 0,05
ada hubungan antara variabel dependen dan independen, dan apabila nilai
p value > 0,05 maka hasil perhitungan statistik tidak bermakna atau tidak
Seminar
Proposal
Pengolahan data
Analisis data
Interprestasi hasil
penelitian
3.11 Penyajian Data
Hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk narasi dan tabel.
3. Gizi kurang untuk under weight, mencakup mild dan moderate PCM .
Indeks
Status Gizi
BB/U TB/U BB/TB
Gizi Baik > 80% > 90% > 90%
Gizi Sedang 71%-80% 81-90% 81-90%
Gizi 61%-70% 71-80% 71-80%
Kurang
Gizi Buruk = 60% = 70% = 70%