Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksud untuk dibakar

dan dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih,

cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum,

Nicotina Rustica, dan spesies lainnya atau sintetiknya yang asapnya

mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan yang bersifat adiktif

dan dapat mengakibatkan ketergantungan (Peraturan Pemerintah, 2012). Rata-

rata batang rokok yang dihisap perhari oleh penduduk Indonesia yang berumur

≥ 10 tahun adalah 13 batang atau setara dengan satu bungkus (Penelitian, &

Pengembangan, 2013). Nikotin dimetabolisme di hati dan sekitar 70-80%

nikotin dikonversikan menjadi kotinin. Perubahan tersebut memiliki dua

langkah. Langkah pertama diperantai oleh CYP2A6 menghasilkan Nicotine-

1’(5’)-Iminium ion di mana setimbang dengan 5’-hydroxynicotine. Langkah

selanjutnya dikatalis oleh cytoplasmic aldehyde oxidase (Benowitz, et al,

2009).

Nikotin dalam rokok telah terbukti mengakibatkan resistensi reseptor

insulin dan dapat menurunkan sekresi insulin pada pankreas sel β (Bajaj, et al,

2012 and Liu, et al, 2011). Resistensi reseptor insulin terjadi melalui proses

nikotin yang merangsang mTOR, mTOR bertanggung jawab terhadap

pertumbuhan sel, dimana jika aktivitas dari mTOR berlebihan akan terjadi

1
2

pertumbuhan sel yang abnormal dan poliferasi dari reseptor insulin sehingga

reseptor tidak mengenali insulin lagi (Laplante & Sabatini, 2012). Nikotin

menempel pada nicotinic acetylcholine receptor dan meningkatkan aktivitas

mTOR/p70S6 pada sel kultur L6 myotube sehingga merangsang peningkatan

fosforilasi IRS- Ser 636 sehingga reseptor tidak mengenali insulin lagi dan

menurunkan insulin glucose uptoke dimana hal ini dapat mengakibatkan

resistensi reseptor insulin jika terjadi resistens reseptor insulin dan penyerapan

glukosa di jaringan terganggu maka glukosa dalam darah akan meningkat dan

menyebabkan kadar glukosa dalam darah ikut meningkat (Bajaj, et al, 2012).

Selain dampak nikotin yang menyebabkan dampak resistensi insulin, nikotin

juga dapat menghambat sekresi insulin. Mekanisme yang terjadi yaitu nikotin

menempel di nicotinic acetylcholine receptor pada sel β pankreas, kemudian

nikotin meningkatkan apoptosis dari pulau sel β pankreas sehingga

menghambat sekresi insulin (Morimoto, et al, 2013). Resistensi reseptor

insulin dan penghambatan sekresi insulin ini dapat meningkatkan resiko dari

Diabetes Mellitus.

Mengutip data dari hasil pengamatan dan wawancara peneliti kepada

kepala sekolah SMK An-Nur Ampel Boyolali bahwa hampir 60% siswa laki-

laki laki adalah perokok dan menurut wawancara peneliti terhadap siswa yang

tidak merokok mereka pernah mengkonsumsi atau mencoba rokok dan tidak

suka dengan efek yang dihasilkan oleh perilaku merokok yaitu batuk,

tenggorokan kering mulut terasa pahit dan pusing.


3

Salah satu perilaku yang sangat merusak generasi muda saat ini adalah

perilaku merokok, karena perilaku merokok dapat mempengaruhi beberapa

aspek kesehatan khususnya untuk kadar gula darah, karena banyaknya

penderita diabetes mellitus adalah perokok dan atau mantan perokok. Di

sebuah SMK Swasta khususnya SMK An-Nur dengan jumah siswa 497 siswa

walaupun kebanyakan adalah siswa putri tetapi sebagian besar siswa putra

adalah perokok, dari jumlah siswa putra keseluruhan adalah 101 siswa putra.

Menurut wawancara peneliti terhadap beberapa siswa mendapatkan data siswa

merokok 61 siswa, dan siswa yang tidak merokok 40 siswa.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 melakukan wawancara

untuk medapatkan proporsi diabetes mellitus pada usia 15 tahun ke atas, yaitu

proporsi penduduk yang pernah didiagnosis menderita kencing manis oleh

dokter dan penduduk yang belum pernah didiagnosis menderita kencing manis

oleh dokter tetapi dalam satu bulan terakhir mengalami gejala sering lapar,

sering haus, sering buang air kecil, dengan jumlah banyak dan berat badan

turun. Proporsi penduduk yang mengalami gejala diabetes namun belum

dipastikan atau diperiksa apakah memang menerita diabetes atau tidak. Jumlah

penduduk jawa tengah 24.089.433 yang pernah didiagnosis menderita kencing

manis oleh dokter sebanyak 385.431 orang sementara yang belum pernah di

diagnosis menderita kencing manis oleh dokter tetapi dalam satu bualan

terakhir mengalami gejala sering mengalami gejala sering lapar, sering haus,

sering buang air kecil, dengan jumlah banyak dan berat badan turun sebanyak

72.268 orang (Riskesdas, 2013). Menurut wawancara terhadap siswa laki-laki


4

SMK An-Nur yang merokok sejumlah 8 siswa, 5 diantaranya mengalami

gejala sering lapar, sering haus, sering buang air kecil, dengan jumlah banyak.

Dari sample tersebut 5 siswa mempunyai resiko Diabetes Melitus atau

peningkatan kadar gula darah.

Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui pengaruh perilaku merokok

terhadap remaja siswa SMK An-Nur. Hal ini karena pelajar SMK An-Nur

laki-laki yang merupakan konsumen rokok paling utama dan beresiko besar

terhadap peningkatan kadar gula darah. Dengan demikian akan dapat

diketahui apakah ada pengaruh merokok terhadap kadar gula darah pada

remaja siswa SMK An-Nur.

B. Rumusan Masalah

Menurut latar belakang di atas maka disusunlah rumusan masalah

sebagai berikut: apakah merokok dapat mempengaruhi kadar gula pada siswa

SMK An-Nur Ampel Boyolali?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui dampak merokok terhadap kadar gula darah pada

remaja siswa SMK An-Nur Ampel Boyolali.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi kadar gula darah pada remaja siswa SMK

An-Nur Ampel Boyolali yang merokok.


5

b. Untuk mengidentifikasi kadar gula darah pada remaja siswa SMK

An-Nur Ampel Boyolali yang tidak merokok.

c. Untuk mengetahui perbedaan kadar gula darah remaja siswa SMK

An-Nur Ampel Boyolali pada siswa yang perokok dan siswa bukan

perokok.

d. Untuk mengetahui pengaruh merokok terhadap kadar gula darah.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Pengetahuan

Menambah pengetahuan ilmu kesehatan tentang pengaruh merokok

terhadap kadar gula pada remaja.

2. Institusi Keperawatan

Menambah referensi tentang pengaruh rokok terhadap peningkatan kadar

gula darah pada remaja.

3. Siswa

Untuk menambah pengetahuan bagi siswa tentang pengaruh merokok

terhadap peningkatan kadar gula pada remaja.

4. Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan

dalam mengkaji permasalahan tentang pengaruh merokok terhadap

peningkatan kadar gula pada remaja.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai referensi bagi peneliti mahasiswa atau mahasiswi yang

mengambil judul yang sama.


6

E. Keaslian Penelitian

1. Dionissa Shabira, Yanti Harjono, Nufrfitri Bustamam. Program Studi

Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta,

Departemen Kesehatan Masyarakat. 2014. Hubungan antara derajat

merokok dan kadar gula darah terhadap resikonya kaki diabetik pada

pasien diabetes mellitus pria di RSUD Ciawi Bogor. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui hubungan merokok dan kadar glukosa darah

terhadap resiko diabetes mellitus pada pasien pria penderita diabetes

mellitus di RSUD Ciawi Bogor. Ini adalah penelitian retrospektif analtik

menggunakan desain kontrol kasus. Ukuran rata-rata setiap kelompok

adalah 33 orang yang dipengaruhi oleh tehnik pengambilan sampel secara

berturut-turut. Kriteria subjek adalah pasien dengan diabetes lebih dari 10

tahun, dengan dan tanpa kaki diabetik, pria, perokok, dan berusia 50-65

tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 81,9% pasien dengan

diabetes memiliki kadar glukosa darah yang tidak terkontol dan 75,8%

pasien yang memiliki kaki diabetik memiliki riwayat rokok berat. Hasil

dari uji chi-square menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat

merokok dan diabetic (p=0,251), tetapi ada hubungan antara tingkat

glukosa darah dan kaki diabetic (p=0,12; oR=3,75). Dan berdasarkan hasil

penelitian ini, kontrol teratur Glukosa darah dapat diperlukan untuk pasien

diabetes mellitus untuk mengurangi jumlah kasus pada diabetes.


7

2. Yohana Alpionalita. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. 2017. Pengaruh Perilaku Merokok Terhadap Kadar Glukosa

Darah: Tinjauan Merokok Pada Perokok Pria Ras Kulit Hitam di Papua.

Penelitian ini dirancang untuk melihat hubungan antara pengaruh kadar

glukosa darah terhadap lama merokok pada perokok pria ras kulit hitam di

papua Indonesia usia 20-29 tahun. Sebanyak 29 sampel yang digunakan

perokok aktif selama lebih dari 5 tahun dan telah berpuasa selama 8-10

jam sebelum pengambilan darah. Pengukuran glukosa pada peneliti ini

digunakan metode GOD-PAP kemudian hasil data dianalisis dengan uji

Spearmans. Berdasarkan penelitian memperoleh hasil kadar gula darah

puasa yaitu 41,901-102,62 mg/100mL. Pengaruh antara kadar gula darah

terhadap lamanya merokok terhadap hubungan yang lemah namun secara

statistic memiliki nilai yang signifikan (r=0,461; sig=0,012). Semakin

lama tubuh seseorang terdampak oleh nikotin maka kadar glukosa di

dalam tubuh semakin meningkat.

3. Niniek Nizmah Fajriyah, Aisyah Dzil Kamalah, Nurul Fatikhah, Annas

Jaya Amrullah STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan. 2013.

Kejadian ulkus diabetik pada pasien diabetes mellitus perokok. Angka

prenvalensi diabetes mellitus di dunia telah mencapai wabah atau

epidemik. WHO memperkirakan pada Negara berkembang tahun 2025

akan muncul 80% kasus baru. Penderita diabetes dianjurkan untuk tidak

merokok, karena merokok dapat memperlambat kerja aliran darah, serta

menjadikan efektivitas kerja insulin dalam darah itu sendiri menjadi


8

berkurang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kejadian ulkus diabetik

pada pasien diabetes mellitus yang merokok di Wilayah Kerja Puskesmas

Kedungwuni II Kabupaten Pekalongan. Desain Penelitian ini

menggunakan deskreptif dengan pendekatan cross-sectional yang

mengumpulkan datanya dilakukan pada satu titik waktu. Tehnik

pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik purposive

sampling dengan jumlah 40 responden. Alat ukur yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan kuesioner sebagi instrumen pengumpulan

data. Hasil analisis pasien diabetes mellitus dalam kategori merokok

adalah 27 pasien (67,5%) dan pasien yang tidak merokok sebesar 13

pasien (23,5%). Penanggulangan dan pencegahan ulkus diabetik harus

ditingkatkan dengan pemberian penyuluhan kepada pasien dan keluarga

tentang penyakit diabetes mellitus, pelaksanaan secara umum, obat-obatan,

perencanaan, pola hidup sehat termasuk berhenti merokok.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Remaja

a. Pengertian

Istilah remaja sering disamakan dengan istilah adolesence, yaitu

suatu keadaan yang menggambarkan suatu periode perubahan

psikososial yang menyertai pubertas (Soetjiningsih, 2007). Adolesence

merupakan istilah dalam bahasa Latin yang menggambarkan remaja,

yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”.

Adolescence sebenarnya merupakan istilah yang memiliki arti yang

luas yang mencakup kematangan mental, sosial, emosional, dan fisik

(Hurlock, 2010).

WHO (2017) mendefinisikan remaja sebagai masa tumbuh

kembang manusia setelah masa anak-anak dan sebelum masa dewasa

dalam rentang usia 10-19 tahun. Berbeda dengan pendapat Efendi dan

Makhfudli (2009) yang menyatakan bahwa remaja tidak diukur

berdasarkan usia, namun berdasarkan status pernikahan dan tingkat

ketergantungannya terhadap orang tua. Jika seseorang menikah pada

usia remaja, maka ia sudah termasuk dewasa, tidak lagi dikatakan

sebagai remaja. Sebaliknya jika seseorang tersebut belum menikah

masih bergantung pada orang tua (tidak mandiri), namun usianya

9
10

sudah bukan lagi remaja maka tetap masuk dalam kategori remaja

Secara umum, definisi remaja berdasarkan penjelasan tersebut yaitu

seseorang dengan usia antara 10 – 19 tahun yang sedang dalam proses

pematangan baik itu kematangan mental, emosional, sosial, maupun

kematangan secara fisik.

b. Tahap perkembangan remaja

Menurut Soetjiningsih (2008), didasarkan pada kematangan

psikososial dan seksual dalam tumbuh kembangnya menuju

kedewasaan, setiap remaja akan melalui tahapan berikut.

1) Masa remaja dini/awal (early adolescent) 11-13 tahun.

2) Masa remaja menengah (middle adolescent) 14-16 tahun.

3) Masa remaja tingkat lanjut/akhir (late adolescent) 17-21 tahun

Gunarsa (2008) mengkategorikan masa remaja berdasarkan

tahapan perkembangannya, yaitu:

1) Pra-Pubertas (12-15 tahun)

Masa pra-pubertas ini merupakan masa peralihan dari masa

anak-anak ke masa pubertas. Seorang anak, pada masa ini telah

tumbuh atau mengalami puber (menjadi besar) dan melai memilki

keinginan untuk berlaku seperti orang dewasa, kematangan seksual

pun sudah terjadi, sejalan dengan perkembangan fungsi

psikologisnya.
11

2) Pubertas (15-18 tahun)

Masa pubertas merupakan masa dimana perkembangan

psikososial lebih dominan. Seorang anak tidak lagi reaktif namun

juga sudah mulai aktif dalam melakukan aktivitas dalam rangka

menemukan jati diri serta pedoman hidupnya. Mereka mulai

idealis, dan mulai memikirkan masa depan.

3) Adolesen (18-21 tahun)

Anak atau remaja pada masa adolesen secara psikologis mulai

stabil dibandingkan sebelumnya. Mereka mulai mengenal dirinya,

mulai berpikir secara visioner, sudah mulai membuat rencana

kehidupannya, serta mulai memikirkan, memilih hingga

menentukan jalan hidup yang akan mereka tempuh.

c. Alasan remaja merokok

Menurut Sadikin (2008) alasan remaja merokok ialah sebagai

berikut:

1) Khawatir tidak diterima di lingkungannya jika tidak merokok

2) Ingin tahu, alasan ini banyak dikemukakan oleh kalangan muda,

terutama peda siswa sekolah

3) Untuk kesenangan, alasan ini lebih banyak diutarakan oleh

perokok pria

4) Mengatasi ketegangan, merupakan alasan yang paling sering

dikemukakan, baik pria maupun wanita


12

5) Pergaulan, karena ingin menyenangkan teman atau membuat

suasana menyenangkan misalnya dalam pertemuan bisnis

6) Tradisi, alasan ini hanya berlaku untuk etnis tertentu.

2. Perokok

a. Definisi perokok

Perokok adalah seseorang yang suka merokok, di sebut perokok aktif

bila orang tersebut yang merokok aktif, dan di sebut pasif bila orang

tersebut hanya menerima asap rokok saja, bukan melakukan aktivitas

merokok sendiri

b. Klarifikasi perokok

Klarifikasi perokok di bagi menjadi tiga kategori menurut jumlah

rokok dihisap perhari, yaitu ringan sedang berat.

Tabel 2.1
Klarifikasi Perokok

No Jenis perokok Jumlah rokok yang di disap perhari


1 Perokok ringan 1-10 batang perhari
2 Perokok sedang 11-12 batang perhari
3 Perokok berat >20 batang perhari
Sumber: Bastan (2007).

Klarifikasi perokok dapat juga ditentukan oleh Indeks Brinkman (IB)

dengan rumus: jumlah rata-rata konsumsi rokok perhari (batang) x

lama merokok (tahun). Dengan hasil ringan (0-119), sedang (200-599)

dan berat (≥600).


13

c. Tahapan Perilaku Merokok

Menurut Leventhal & Clearly dalam Mustikaningrum (2010) ada

empat tahap seseorang menjadi perokok, yaitu:

1) Tahap persiapan

Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai

merokok dengan cara mendengar, melihat atau dari hasil bacaan.

Hal ini bagi mereka menimbulkan minat untuk merokok

2) Tahap inisiasi

Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan

meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok.

3) Tahap menjadi perokok

Seseorang telah mengonsumsi rokok sebanyak empat batang

perhari maka mempunyai kecanduan merokok

4) Tahap pemeliharaan

Pada tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara

pengaturan diri.

d. Tipe Kondisi Perilaku Merokok

Menurut Syafiie (2009) ada empat tipe kondisi perilaku merokok,

yaitu:

1) Kondisi perokok yang di pengaruhi oleh perasaan positif

Terdapat tiga sub tipe perokok yang menjadikan rokok sebagai

penambah kenikmatan yang sudah didapat, seperti merokok setelah


14

makan atau minum kopi, merokok untuk sekedar menenangkan

perasaan dan suatu kenikmatan saat perokok memegang rokoknya.

2) Kondisi perokok yang disebabkan oleh perasaan negatif

Perokok merokok saat marah, cemas dan gelisah. Rokok dianggap

sebagai penyelamat

3) Kondisi perokok yang adiktif

Mereka yang sudah adiksi, akan menambahkan dosis rokok yang

digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya

berkurang.

4) Kondisi merokok yang sudah menjadi kebiasaan.

Mereka menggunakan rokok bukan untuk mengendalikan

perasaan, tetapi karena benar benar sudah menjadi kebiasaan rutin.

Ia menghidupkan api rokoknya bila rokok sebelumnya benar-benar

telah habis.

e. Dampak Perilaku Merokok

Dampak perilaku merokok di bagi menjadi 2 yaitu: dampak

Positif dan dampak Negatif.

1) Dampak positif

Merokok menimbulkan dampak positif yang sedikit. Graham

(dalam Ogden, 2010) menyatakan bahwa perokok menyebutkan

dengan merokok dapat menghasilkan mood positif dan dapat

membantu individu menghadapi keadaan-keadaan yang sulit. Smet

(2012) keuntungan merokok (terutama bagi perokok) yaitu


15

mengurangi ketegangan, membantu berkonsentrasi, dukungan

sosial dan menyenangkan.

2) Dampak Negatif

a) Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

Dampak utama perilaku merokok adalah PPOK baik perokok

aktif maupun perokok pasif akan beresiko mengalami penyakit

paru obstruktif kronik (PPOK), kelainan struktur jaringan

berkaitan erat dengan respon inflamasi ditimbulkan oleh

timbunan partikel atau gas beracun, tetapi dinyatakan faktor

utama dan paling dominan ialah asap rokok dibanding yang

lain (Russeell, 2009). Beberapa penderita emfisema (PPOK)

ditemukan pada perokok, sungguhpun kadar anti elastase

normal (Tetley, 1997). Elastase suatu enzim proteolitik,

mempunyai kemampuan melisiskan serat elastin (Amin, 1996)

dan makrofag alveolar menjadi sumber utama elastase Matrix

Metalloproteinase (MMP)-9 yang memiliki kemampuan

melisiskan serat elastin. (Russell, 2002). Dinyatakan, aktivitas

elastase makrofag meningkat secara signifikan setelah paparan

asap rokok (Sansores, 1997), peningkatan pelepasan tersebut

diakibatkan oleh paparan nikotin rokok (Murphy, 1998), udara

terpolusi, lingkungan berdebu (March, 1998, Russell, 2002).

Respon imun inflamasi berupa mobilisasi serta aktivitas

Makrofag alveolar dan Netrofil, keduanya merupakan sel


16

fagosit dan menjadi sumber utama elastase khususnya MMP-9.

Penelitian pada Emfisema paru (PPOK) terjadi peningkatan

Makrofag alveoli dan Netrofil di dalam cairan bilasan bronco

alveolar (BAL) (Betsuyaku, 2000) dan inhalasi kronis asap

rokok mengakibatkan peningkatan elastase yang menimbulkan

Emfisema paru (Hautamaki, 1997).

b) Pengaruh rokok terhadap gigi

Merokok tidak hanya menimbulkan efek sistematik, tetapi juga

dapat menyebabkan timbulnya kondisi patalogis di rongga

mulut. Gigi dan jaringan lunak rongga mulut, merupakan

bagian yang dapat mengalami kerusakan akibat rokok.

Penyakit periodontal, karies, kehilangan gigi, resesi gigiva, resi

prekanker, kanker mulut, serta kegagalan implan, adalah

kasus-kasus yang dapat timbul akibat kebiasaan merokok

(Andina, 2012)

c) Pengaruh rokok terhadap mata

Rokok merupakan penyebab penyakit katarak nuclear, yang

terjadi di tengah lensa. Meskipun mekanisme penyebab tidak

diketahui, banyak logam dan bahan kimia lainnya yang

terdapat dalam asap rokok dapat merusak protein lensa

(Muhibah, 2011).
17

d) Pengaruh terhadap sistem reproduksi

Merokok akan mengurangi terjadinya konsepsi, pertilitas pria

maupun wanita. Pada wanita hamil yang merokok, anak yang

dikandung akan mengalami penurunan berat badan, lahir

premature, bahkan kematian janin (Anggraini, 2013). Merokok

dapat berkontribusi pada perkembangan aterosklerosis

(pengesahan pembuluh darah) aterosklerosis terjadi ketika ada

penyempitan dan penyumbatan arteri, sehingga terjadi

pengurangan suplai darah, termasuk suplai darah kepenis.

Selain itu, nikotin dapat menyebabkan vasospasme

(penyempitan semetara arteri penis) dan ini jugta dapat

mempengaruhi aliran darah ke penis (Millet, C., Wen L,M.,

2008).

e) Pengaruh terhadap kadar gula

Terpapar asap rokok adalah merokok atau sering berada di

dekat perokok. Merokok adalah salah satu faktor resiko

terjadinya dm tipe2. Asap rokok dapat meningkatkan kadar

gula darah. Pengaruh rokok (nikotin) merangsang kelenjar

adrenal dan dapat meningkatkan kadar glukosa (Latu, 2008).

Responden yang terdampar dari asap rokok merupakan

perokok aktif dan pasif. Dari responden yang terdampar asap

rokok, sebagian besar adala perokok pasif. Perokok pasif

memungkinkan menghisap racun seperti perokok aktif.


18

Penelitian oleh Huston mendapatkan bahwa perokok aktif

memiliki resiko 76% lebih tinggi untuk terserang DM tipe 2

dibandingkan yang tidak terpajan (Irawan, 2010).

f. Kandungan Dalam Rokok

Menurut Muhibah (2011) racun rokok yang paling utama adalah

sebagai berikut:

1) Nikotin

Nikotin dapat meningkatkan adrenalin yang membuat jantung

berdebar debar lebih cepat dan bekerja lebih keras, frekuensi

jantung meningkat sehingga menimbulkan tekanan darah

meningkat (Tawbariah, et al, 2014)

2) Tar

Tar adalah subtansi hidrokarbo yang bersifat lengket dan

menempel pada paru paru, mengandung bahan bahan karsinogen

(Mardjun, 2012)

3) Karbon monoksida (C0)

Merupakan gas berbahaya yang terkandung dalam asap

pembuangan kendaraan. CO menggantikan 15% oksigen yang

seharusnya dibawa oleh sel sel darah merah. CO juga dapat

merusak lapisan dalam pembuluh darah dan meningkatkan

kandungan glukosa darah, meningkatkan endapan lemak pada

dinding pembuluh darah, menyebabkan pembuluh darah tersumbat.


19

4) Arsenic

Sejenis unsur kimia yang digunakan untuk membunuh

serangga terdiri dari unsur-unsur berikut:

a) Nitrogen oksida, yaitu unsur kimia yang dapat menganggu

saluran pernafasan, bahkan merangsang terjadinya kerusakan

dan perubahan kulit tubuh.

b) Amonium karbonat, yakni zan yang bisa membentuk plak

kuning pada permukaan lidah, serta mengganggu kelenjar

makanan dan perasa yang terdapat pada permukaan lidah.

5) Amonia

Amonia merupakan gas tidak bewarna yang terdiri dari nitrogen

dan hidrogen. Zat ini sangat tajam baunya. Amonia sangat mudah

memasuki sel-sel tubuh. Saking kerasnya racun yang terdapat

dalam zat ini, sehingga jika disuntikkan sedikit saja ke dalam tubuh

bisa menyebabkan seseorang pingsan.

6) Formic Acid

Formid Acid tidaklah bewarna, bisa bergerak bebas dan dapat

mengakibatkan lepuh. Cairan ini sangat tajam dan baunya

menusuk. Zat tersebut dapat menyebabkan seseorang seperti

merasa digigit semut. Bertambahnya zat itu dalam peredaran darah

akan mengakibatkan pernafasan menjadi cepat.


20

7) Acrolein

Acrolein ialah sejenis zat tidak berwarna sebagaimana aldehid. Zat

ini diperoleh dengan cara mengambil cairan dari gliserol

menggunakan metode pengeringan. Zat tersebut sedikit banyak

mengandung kadar alkohol. Cairan ini sangat mengganggu

kesehatan.

8) Hydrogen Cyanide

Hydrogen cyanide merupakan sejenis gas yang tidak bewarna,

tidak berbau, dan tidak memiliki rasa. Zat ini termasuk zat yang

paling ringan, mudah terbakar, dan sangat efisien untuk

menghalangi pernafasan. Cyanide adalah salah satu zat yang

mengandung racun yang sangat berbahaya. Sedikit saja cyanide

dimasukkan ke dalam tubuh, maka dapat mengakibatkan kematian.

9) Nitrous Oksida

Nitrous oksida ialah sejenis gas tidak bewarna. Jika gas ini terhisap

maka akan menimbulkan rasa sakit.

10) Formaldehyde

Zat ini banyak digunakan sebagai bahan pengawet dalam

laboratorium (formalin)

11) Phenol

Phenol merupakan campuran yang terdiri dari Kristal yang

dihasilkan dari destilasi beberapa zat organic, seperti kayu dan

arang. Phenol terikat pada proteindan menghalangi aktifitas enzim.


21

12) Acetol

Hasil pemanasan aldehyde (sejenis zat tidak berwarna yang

bebas bergerak) dan mudah menguap dengan alkohol.

13) Hydrogen Sulfide

Hydrogen Sulfide ialah sejenis gas beracun yang gampang terbakar

dengan bau yang keras. Zat ini manghalangi oksidasi enzim (zat

besi yang berisi pigmen).

14) Pyridine

Ialah cairan tidak bewarna dengan bau yang tajam. Zat ini dapat

digunakan untuk mengubah sifat alcohol sebagai pelarut dan

pembunuh hama.

15) Methyl Chloride

Methyl Chloride adalah campuran dari zat-zat bervalensi satu,

yang unsur-unsur utamanya berupa hydrogen dan karbon. Zat ini

merupakan compound organic yang dapat beracun.

16) Methanol

Methanol ialah sejenis cairan ringan yang gampang menguap dan

terbakar. Meminum atau menghisap methanol dapat

mengakibatkan kebutaan, bahkan kematian

g. Jenis Rokok

Menurut Aula (2010), ada 4 jenis rokok, diantaranya dapat

dijabarkan sebagai berikut:


22

1) Rokok Berdasarkan Bahan Pembungkus.

a) Kawung adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa

daun aren.

b) Sigaret ialah rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas.

c) Cerutu adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa

daun tembakau.

2) Rokok Berdasarkan bahan Baku atau Isi

a) Rokok putih yaitu rokok yang bahan baku atau isinya

daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa

dan aroma tertentu.

b) Rokok kretek yaitu rokok yang bahan baku atau isinya berupa

daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk

mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

c) Rokok kelembak yaitu rokok yang bahan baku atau isinya

berupa daun tembakau, cengkeh dan menyan yang diberi saus

untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

3) Rokok Berdasarkan Proses Pembuatannya

a) Sigaret kretek tangan (SKT) adalah rokok yang proses

pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan

menggunakan tangan atau alat bantu sederhana.

b) Sigaret kretek mesin (SKM) adalah rokok yang proses

pembuatannya menggunakan mesin. Caranya, material rokok

dimasukan ke dalam mesin pembuat rokok. Keluaran yang


23

dihasilkan mesin pembuat rokok berupa rokok batangan. Saat

ini, mesin pembuat rokok telah mampu menghasilkan keluaran

sekitar enam ribu sampai delapan ribu rokok per menit.

Biasanya mesin pembuat rokok dihubungkan dengan

mesin pembungkus rokok sehingga keluaran yang dihasilkan

bukan lagi berupa rokok batangan, namun telah dalam bentuk

pak. Ada pula mesin pembuat rokok yang mampu

menghasilkan keluaran berupa rokok dalam pres dan satu pres

berisi 10 pak. Sayangnya, belum ditemukan mesin yang

mampu menghasilkan SKT karena terdapat perbedaan diameter

pangkal dengan diameter ujung SKT. Pada SKM, lingkar

pangkal rokok dan lingkar ujung rokok sama besar.

4) Rokok Berdasarkan Penggunaan Filter

a) Rokok filter (RF) adalah rokok yang pada bagian

belakangnya terdapat gabus

b) Rokok non filter (RNF) ialah rokok yang pada bagian

belakangnya tidak terdapat gabus.

3. Kadar Gula Darah

a. Pengertian

Kadar gula darah merupakan sejumlah glukosa yang terdapat di

plasma darah (Dorland, 2010), pemantauan kadar gula sangatlah

diperlukan dalam menegakkan diagnosa terutama untuk penyakit


24

Diabetes Mellitus (DM), kadar gula darah dapat diperiksa saat pasien

sedang dalam kondisi puasa atau bisa juga saat pasien datang untuk

periksa. Dengan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu >200

mg/dl, sedangkan hasil kadar gula saat puasa >126 mg/dl (Waspadji,

2012).

b. Faktor yang mempengaruhi kadar gula darah

Glukosa merupakan pecahan dari karbohidrat yang akan diserap

tubuh dari aliran darah, glukosa sebagai bahan bakar utama dalam

tubuh, yang fungsinya menghasilkan energi (Amir, 2015).

Glukosa darah dipengaruhi beberapa faktor, antara lain faktor

pencetus dalam hal ini terjadi pola makan yang salah, obat, umur,

kurangnya aktivitas dan yang lainnya (Syauqy, 2015)

1) Pola makan yang salah

Pola makan diartikan sebagai suatu bentuk kebiasaan konsumsi

makanan pada seseorang dalam kehidupan sehari hari, kebiasaan

makan ini dibagi menjadi dua yaitu kebiasaan makan yang benar

dan kebiasaan makan yang salah, salah satunya yang bisa memicu

terjadinya penyakit Diabetes Mellitus (DM). yaitu pada pola

makan yang salah, sehingga diperlukan adanya perencanaan makan

dengan mengikuti prinsip 3J (tepat jumlah, jenis, dan jadwal) agar

gula darah tetap terkendali (Syauqy, 2015)


25

2) Obat anti diabetik

Obat anti diabetik merupakan salah satu pengelola pada

penderita DM, bila ditemukan kadar gula darah masih tinggi atau

belum memenuhi kadar sasaran metabolic yang diinginkan,

sehingga penderita harus meminum obat OHO (Obat Hipoglikemik

Oral), atau bisa dengan batuan suntikan insulin sesuai indikasi.

Untuk obat antipsikotik antypical biasanya berefek pada sistem

metabolisme, sehingga sering dikaitkan dengan peningkatan berat

badan untuk mengantisipasi diperlukan pemantauan akan asupan

karbohidrat, penggunaan antipsikotik juga dikaitkan dengan

hiperglikemia walau meknismenya bekum juga diketahui (Toharin,

2015)

3) Usia

Adanya resiko untuk penderita Diabetes Mellitus (DM) seiring

dengan bertambahnya umur berkisaran di atas 45 tahun sehingga

harus dilakukan pemeriksaan gula darah (Perkeni, 2011),

berdasarkan hasil penelitian, usia yang rentan terkena penyakit DM

adalah kelompok umur 45-54 tahun lebih tinggi 2,2% bila

dibanding dengan kelompok umur 35-44 tahun, sedangkan

kelompok umur 24-34 tahun 10,9% lebih rendah dibandingkan

dengan kelompok umur 35-44 tahun, belum diketahui secara pasti

pada kelompok umur < 24 tahun karena kasus DM pada umur <24

belum tercakup dalam data (Fatimah, 2015).


26

4) Kurangya aktivitas

Pelaksanaan aktivitas atau latihan jasmani yang dilakukan

penderita DM berkisar antara 5-30 menit dapat menurunkan kadar

glukosa darah, timbunan lemak, dan tekanan darah, karena aktifitas

tubuh tinggi penggunaan glukosa oleh otot meningkat, sehingga

sintesis otot glukosa endogen akan ditingkatkan agar gula darah

tetap seimbang, jadi tubuh akan mengkompensasi kebutuhan

glukosa yang tinggi akibat aktifitas yang berlebih maka kadar

glukosa tubuh menjadi rendah, sebaliknya jika kadar gula darah

melebihi kemampuan tubuh menyimpan maka kadar glukosa

melebihi normal (Wirawanti, 2014).

5) Kebiasaan merokok

Rokok mengandung zak adiktif yang bernama nikotin.

Nikotin ini dapat mengakibatkan ketergantungan dan kehilangan

kontrol (West, 2006). Merokok merupakan salah satu faktor resiko

dari diabetes militus tipe 2, hasil penelitian Will, et, al (2010)

menemukan bahwa pria yang merokok 40 batang bahkan lebih

perhari memiliki resiko 45% lebih timggi terkena diabetes mellitus

tipe 2 dibandingkan yang tidak merokok. Pada perempuan

resikonya sekitar 74%. Merokok dapat mengakibatkan peningkatan

sementara pada gula darah. Selain itu, merokok juga dapat merusak

sensitivitas organ dan jaringan terhadap aksi insulin. Bila

dibandingkan dengan bukan perokok, perokok menjadi kurang


27

sensitif terhadap insulin. Asupan nikotin dapat meningkatkan kadar

hormon seperti kortisol yang dapat mengganggu efek insulin.

6) Infeksi

Masuknya bakteri atau virus kedalam prankeas akan berakibat

rusaknya sel-sel pankreas. Kerusakan ini berakibat pada fungsi

pankreas. Seseorang yang sedang menderita sakit karena

virus/bakteri tertentu, merangsang produki hormone tertentu yang

secara tidak langsung berpengaruh pada kadar gula darah (Tandra,

2008).

c. Cara mengukur kadar gula darah

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk pemeriksaan kadar

glukosa darah, diantaranya:

1) Tes glukosa darah puasa

Tes gula darah puasa yaitu mengukur kadar glukosa darah

setelah tidak makan atau minum manis kecuali air putih selama 8

jam, tes ini biasanya di lakukan pada pagi hari sebelum sarapan

pagi (ADA, 2014)

2) Tes gula darah sewaktu

Kadar gula darah sewaktu bisa disebut juga kadar glukosa

darah acak atau kasual, tes ini dapat dilakukan kapan saja, karena

kadar glukosa sewaktu bisa dikatakan normal jika hasilnya tidak

lebih dari 200 mg/dl (ADA, 2014).


28

Menurut (PERKENI, 2011) kadar glukosa sewaktu dan

glukosa puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis diabetes

mellitus.

Tabel 2.2
Kadar Glukosa Darah Sewaktu Dan Kadar Glukosa

No Pemeriksaan Baik Sedang Buruk


1 Glukosa darah puasa 80-109 110-125 >125
2 Glukosa darah 2 jam setelah makan 110-144 135-179 >180
Sumber: (PERKENI, konsensus pengelolaan dan pencegahan
diabetes militus tipe2 di Indonesia, 2008)

3) Uji toleransi glukosa oral

Tes toleransi glukosa oral merupakan cara mengukur kadar

glukosa darah sebelum dan sesudah dua jam mengonsumsi

makanan atau minuman yang mengandung glukosa sebanyak 75

gram yang dilarutkan dalam 300 ml air (ADA, 2014).

Tabel 2.3
Klasifikasi Hasil Uji Toleransi Glukosa Oral

Hasil Hasil uji toleransi glukosa oral


Normal Kurang dari140 mg/dl
Prodiabetes 140-199 mg/dl
Diabetes Sama atau lebih dari 300 mg/dl
Sumber: ADA (2014)

4) Uji HBA1C

Uji HBA1C juga dikenal dengan glycosylated haemoglobin

test digunakan untuk mengukur kadar glukosa darah rata rata

dalam 2-3 bulan terakhir, uji ini lebih sering dipakai untuk

mengontrol kadar glukosa penderita diabetes mellitus.


29

Tabel 2.4
Klasifikasi Kadar HBAIC

Hasil Hasil uji toleransi glukosa darah


Normal Kurang dari 57%
Prediabetes 5,7-5,4 %
Diabetes Sama atau lebih dari 6,5%
Sumber: ADA (2014).

d. Prosedur Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu

1) Alat dan Bahan

a) Alat

(1) Meja

(2) Kursi

(3) Alat gula Darah set

b) Bahan

a) Lancet

b) Handscoen

c) Strip Gula Darah

d) Kapas alkohol

2) Prosedur kerja

a) Petugas menyapa pasien atau keluarga pasien dengan senyum,

salam dan sapa.

b) Petugas menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan

kepada pasien

c) Petugas mencuci tangan

d) Petugas memakai handscoen

e) Atur posisi pasien senyaman mungkin


30

f) Dekatkan alat di dekat pasien

g) Pastikan alat dapat digunakan

h) Pasang stip GDA pada glukometer

i) Menusuk lanset di jari tangan pasien

j) Menghidupkan alat glukometer yang sudah terpadang strip

Gula Darah

k) Meletakkan Strip GDA di jari tangan pasien

l) Menutup bekas tusukan lanset menggunakan alkohol

m) Alat glukometer akan berbunyi dan hasilnya sudah bisa dibaca

n) Petugas melepas sarung tangan dan masker

o) Petugas cuci tangan

Sumber. (Permenkes Nomor 75 tahun 2014)

4. Hubungan Perilaku Merokok Dengan Peningkatan Kadar Gula

Terpapar asap rokok adalah merokok atau sering berada di dekat

perokok. Merokok adalah salah satu faktor resiko terjadinya dm tipe2.

Asap rokok dapat meningkatkan kadar gula darah. Pengaruh rokok

(nikotin) merangsang kelenjar adrenal dan dapat meningkatkan kadar

glukosa (Latu, 2008)

Nikotin dalam rokok telah terbukti mengakibatkan resistensi reseptor

insulin dan dapat menurunkan sekresi insulin pada pankreas sel β (Bajaj, et

al, 2012 and Liu, et al, 2011). Resistensi reseptor insulin terjadi melalui

proses nikotin yang merangsang mTOR, mTOR bertanggung jawab

terhadap pertumbuhan sel, dimana jika aktivitas dari mTOR berlebihan


31

akan terjadi pertumbuhan sel yang abnormal dan poliferasi dari reseptor

insulin sehingga reseptor tidak mengenali insulin lagi (Laplante &

Sabatini, 2012). Nikotin menempel pada nicotinic acetylcholine receptor

dan meningkatkan aktivitas mTOR/p70S6 pada sel kultur L6 myotube

sehingga merangsang peningkatan fosforilasi IRS- Ser 636 sehingga

reseptor tidak mengenali insulin lagi dan menurunkan insulin glucose

uptoke dimana hal ini dapat mengakibatkan resistensi reseptor insulin jika

terjadi resistens reseptor insulin dan penyerapan glukosa di jaringan

terganggu maka glukosa dalam darah akan meningkat dan menyebabkan

kadar glukosa dalam darah ikut meningkat (Bajaj, et al, 2012). Selain

dampak nikotin yang menyebabkan dampak resistensi insulin, nikotin juga

dapat menghambat sekresi insulin. Mekanisme yang terjadi yaitu nikotin

menempel di nicotinic acetylcholine receptor pada sel β pankreas,

kemudian nikotin meningkatkan apoptosis dari pulau sel β pankreas

sehingga menghambat sekresi insulin (Morimoto, et al, 2013). Resistensi

reseptor insulin dan penghambatan sekresi insulin ini dapat meningkatkan

resiko dari Diabetes Mellitus.


32

B. Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi Remaja Tahap perilaku merokok:


Remaja Merokok: 1. Tahap persiapan
1. Khawatir tidak diterima 2. Tahap inisiasi
di lingkungan 3. Tahap menjadi
2. Ingin tahu perokok
Merokok
3. Untuk kesenangan 4. Tahap pemeliharaan
4. Mengatasi ketegangan
5. Pergaulan
6. Tradisi
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kadar
Faktor yang mempengaruhi merokok gula darah:
terhadap kadar gula darah: 1. Pola makan yang
- Pengaruh rokok (nikotin) merangsang salah
kelenjar adrenal dan dapat meningkatkan 2. Obat anti diabetik
kadar glukosa darah 3. Usia
- Nikotin dapat menyebabkan penurunan 4. Kurangnya aktivitas
sekresi dari insulin dengan mekanisme 5. Kebiasaan merokok
nikotin menempel di Nicotinic 6. Infeksi
Acetylcholine Receptor (NAchR) pada sel β
pankreas. Kategori Kadar
- Nikotin yang menepel pada reseptor akan Gula Darah:
menyebabkan peningkatan stress oksidatif 1. Kadar Gula
(ROS) pada sel dan terjadi perubahan Kadar Gula Darah Baik
fungsi serta struktur mitokondria sel Darah 2. Kadar Gula
- Nikotin yang terdapat dalam rokok Darah Sedang
menyebabkan resistensi reseptor insulin 3. Kadar Gula
dan menghambat sekresi insulin sehingga Darah Buruk
dapat meningkatkan kadar glukosa darah.

Gambar 2.1
Kerangka Teori
Keterangan:
= Diteliti
= Tidak diteliti
Sumber: Sadikin (2008), Mustikaningrum (2010), Amir (2015), Latu (2008),
Willi C (2008), Sakai Y (2009).
33

C. Kerangka Konsep

Perokok berat,
perokok sedang

Kadar Gula
Darah

Bukan perokok

Gambar 2.2
Kerangka Teori

D. Hipotesis

Ada pengaruh merokok terhadap kadar gula darah pada remaja siswa

SMK An-Nur Ampel Boyolali.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode penelitian

Setiap penelitian baik penelitian kuantitatif maupun kualitatif selalu

berangkat dari masalah namun terdapat perbedaan yang mendasar antara

masalah “masalah” dalam penelitian kualitatif maupun kuantitatif Metode

penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono 2015).

Jenis penelitian ini bersifat observasional. dengan desain croos

sectional analistik, yaitu dengan mengambil sampel kelompok perokok dan

kelompok bukan perokok

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMK An-Nur Ampel Boyolali.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 Mei 2019 jam 07:00 - 09:00 WIB.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generasi yang terdiri atas: objek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

34
35

Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-

benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada

objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat

yang dimiliki oleh subjek/objek itu. (Sugiyono, 2017)

Menurut data sekolah Populasi penelitian ini sebanyak 101 siswa

laki-laki, menurut wawancara penulis terhadap siswa terdapat 25 siswa

perok berat, 28 siswa perokok sedang, dan 8 siswa perokok ringan, dan

40 siswa bukan perokok.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin

meneliti semua yang ada pada poulasi, misalnya karena keterbatasan

dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang

diambil dari populasi itu.

Apa yang dipelajari dari sempel itu, kesimpulannya akan dapat

diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari

populasi haru betul-betul representatif (mewakili) (Sugiyono, 2017).

Sampel ini menggunakan 23 siswa perokok berat, 20 perokok

sedang, dan 32 siswa bukan perokok

3. Teknik sampling

Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sempel.

(Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini menggunakan Statified random

sampling. yaitu cara mengambil sample dengan memperhatikan strata


36

(tingkatan) di dalam populasi. Dalam stratified data ini dikelompokan

kedalam tingkat-tingkatan yaitu: perokok berat, perokok sedang, dan

bukan perokok, kemudian sample diambil dari tiap tingkatan tersebut.

Dengan rumus:

populasi sampel unit


n=( ) xjumlah sampel yang di tentukan
populasi unit keseluruhan

dengan hasil:

25
Perokok berat = (93) x 75 = 20 siswa

28
Perokok sedang = (93) x 75 = 23 siswa

40
Bukan perokok = (93) 𝑥 75 = 32 siswa

Keterangan:

a. Populasi sampel unit

1) Perokok Berat = 25

2) Perokok Sedang = 28

3) Bukan perokok = 40

b. Populasi unit keseluruhan = 93

c. Jumlah sampel yang ditentukan

Rumus Slovin

𝑵
𝒏=
𝑵(𝒅)𝟐 + 𝟏

n = sampel

N = populasi

d = nilai presisi 95% atau sig.=0,05


37

jumlah populasi adalah 93, dan tingkat kesalahan yang dikehendaki

adalah 5%, maka jumlah sampel yang di tentukan

N
n=
N(d)2 + 1

93
n=
93(0,05)2 + 1

93
n=
1,2325

n = 75,45

n = 75

jadi jumlah sampel yang di tentukan berjumlah 75 siswa

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria Inklusi

Kriteria subjek yang di ikutsertakan dalam penelitian ini adalah:

a. Laki-laki

b. Siswa SMK An-Nur Ampel Boyolali

c. Perokok sedang, perokok berat dan tidak merokok

d. Tidak memiliki riwayat penyakit Diabetus Melitus

2. Kriteria Eksklusi

Subjek yang tidak di ikutsertakan dalam penelitian ini

a. Bekas perokok

b. Tidak tersedia mengikuti penelitian

c. Memiliki riwayat penyakit Diabetes Melitus


38

E. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

(Sugiyono, 2017). Macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan

menjadi:

1. Variabel Independen

Variabel ini sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas

merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). (Sugiyono, 2017)

Dalam Penelitian ini yang menjadi variabel Independen adalah perokok

atau bukan perokok

2. Variabel Dependen

Variabel ini sering disebut variabel terikat. Variabel terikat

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena

adanya variabel bebas (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini yang

menjadi variabel dependen adalah kadar gula darah.

F. Definisi Operasional

1. Rokok

Definisi dari status merokok adalah sebagai berikut:

a. Perokok adalah orang yang saat survei memiliki kebiasaan merokok

tembakau dalam bentuk apapun setiap hari.

b. Bukan perokok adalah orang yang tidak pernah merokok atau tidak

pernah menjadi perokok harian.


39

c. Bekas perokok adalah orang yang merupakan bekas perokok harian

atau kadang-kadang tetapi sekarang tidak merokok sama sekali.

d. Perokok pasif adalah orang yang terpapar secara pasif dengan asap

dari minimal 100 batang rokok di lingkungannya.

Tabel 3.1
Definisi Operasional Kadar Gula Darah

Variable Definisi operasional Alat ukur Skala ukur Hasil ukur


Rokok Siswa perokok Kuesioner Interval Ringan 1-10
batang
Sedang 11-
20 batang
Berat >20
batang

2. Kadar Gula Darah

Tabel 3.2
Definisi Oprasional Kadar Gula Darah
Definisi
Variabel Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur
Operasional
Kadar gula Kadar gula Glukotest Interval Rendah <70 mg/dl
darah darah Normal 70-110
Tinggi >110 mg/dl

G. Instrumen Penelitian

1. Instrumen rokok

Instrument penelitian ini menggunakan model Rating Scales

Summated Rating atau salah satu alat untuk memperoleh data yang

berupa suatu daftar yang berisi tentang sifat/ciri-ciri tingkah laku yang

diselidiki yang harus dicatat secara bertingkat. Hasil angket tersebut

berbentuk angka, table, analisis statistic dan uraian beserta kesimpulan

dari hasil penelitian, yang dilandaskan hasil angket atau kuesioner melali

progam SPSS 17 for windows


40

Angket atau Kuesioner adalah pernyataan dalam bentuk pilihan

yang di tunjukkan kepada responden sesuai dengan jumlah rokok yang di

hisap perhari, tujuan dari penyebaran kuesioner adalah untuk mencari

data dan informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dan responden

sesuai kebutuhan dari penelitian yang akan di teliti dengan memperoleh

data yang spesifik dan nyata, tidak di peroleh dari data yang sudah ada.

Penyebaran kuesioner ini merupakan teknik pengumpulan data melalui

cara penyusunan daftar pernyataan yang sudah disiapkan sebelumnya dan

dibagikan kepada responden untuk memperoleh sesuai dengan tujuan

peneliti. Penelitian ini mengajukan pertanyaan kepada responden

mengenai jumlah rokok yang dihisap perhari.

2. Instrumen Kadar Gula Darah

1) Alat

a) Meja

b) Kursi

c) Alat gula Darah set

2) Bahan

a) Lancet

b) Handscoen

c) Strip Gula Darah

d) Kapas alcohol

3) Prosedur kerja

a) Pengambilan darah
41

b) Petugas menyapa pasien atau keluarga pasien dengan senyum,

salam dan sapa.

c) Petugas menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan

kepada pasien

d) Petugas mencuci tangan

e) Petugas memakai handscoen

f) Atur posisi pasien senyaman mungkin

g) Dekatkan alat di dekat pasien

h) Pastikan alat dapat digunakan

i) Pasang stip GDA pada glukometer

j) Menusuk lanset di jari tangan pasien

k) Menghidupkan alat glukometer yang sudah terpadang strip Gula

Darah

l) Meletakkan Strip GDA di jari tangan pasien

m) Menutup bekas tusukan lanset menggunakan alkohol

n) Alat glukometer akan berbunyi dan hasilnya sudah bisa dibaca

o) Petugas melepas sarung tangan dan masker

p) Petugas cuci tangan

Sumber: (Permenkes Nomor 75 tahun 2014)

H. Analisa Data

Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan

variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari

seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan


42

perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan

untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2017).

Setelah lembar observasi terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan

data dengan langkah-langkah berikut:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Alimul, 2009) Data

berasal dari hasil survei, yaitu dari kuisioner hasil wawancara dan hasil

pemeriksaan subjek yang diteliti. Pengumpulan data dilakukan setelah

mendapat persetujuan dari subjek. Data yang akan dikumpulkan dalam

hal ini adalah data umum berupa karakteristik demografi subjek (jumlah

rokok yang dihisap perhari, lama merokok, riwayat kesehatan keluarga),

serta data khusus yang terdiri atas kadar glukosa darah.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori (Alimul, 2009). Coding

dilakukan dengan memberikan tanda pada masing-masing jawaban

dengan kode berupa kuisioner untuk variabel perokok berat, perokok

sedang dan bukan perokok

3. Tabulating

Tabulating adalah proses pengolahan data yang bertujuan untuk

membuat tabel-tabel yang dapat memberikan gambaran statistik (Fajar, et

al, 2009). Setelah dikumpulkan, data diverifikasi, diedit, dan dikoding


43

data kemudian dimasukkan dan diolah dengan menggunakan program

SPSS 17.

4. Entry Data

Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau database computer, kemudian

membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat

tabel kontingensi (Alimul, 2009).

5. Processing

Setelah dilakukan Entry data, selanjutnya dilakukan processing data

menggunakan program komputer. Salah satu paket program yang

digunakan adalah SPSS for Windows (Riyanto A, 2010).

6. Cleaning

Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang

sudah dientry apakah terdapat kesalahan atau tidak (Riyanto A, 2010).

Dengan penyajian data dalam bentuk naratif, tabular, dan grafikal

7. Melakukan Teknik Analisa

Penelitian akan menghasilkan hasil penelitian dengan

menggunakan tabel Independent Sample T-Test untuk membandingkan

rata-rata dari dua kelompok (Riwidikdo, 2009).

Rumus:

̅𝟏 + 𝑿
𝑿 ̅𝟐
𝒕=
𝒔 𝟐 𝒔 𝟐 𝒔 𝒔
√ 𝟏 + 𝟐 − 𝟐𝒓 ( 𝟏 ) ( 𝟐 )
𝒏𝟏 𝒏𝟐 √𝒏𝟏 √𝒏𝟐

Keterangan :
44

X1 = Rata-rata sampel 1

X2 = Rata-rata sampel 2

S1 = Simpangan Baku sampel 1

S2 = Simpangan Baku sampel 2

S12= Varians sampel 1

S22= Varians sampel 2

r = Korelasi antara dua sampel

Hasil uji pengaruh diperoleh dengan melihat mean dan nilai thitung,

dimana diperoleh nilai mean positif dan atau negatif.

a. Positif, artinya setelah diberlakukan perlakuan terhadap sampel maka

nilai mean akan menurun.

b. Negatif, artinya setelah diberlakukan perlakuan terhadap sampel

maka nilai mean akan meningkat.

I. Cara Kerja

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Penentuan besar sampel.

2. Pemilihan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi secara

consecutive sampling.

3. Permohonan izin untuk melakukan riset.

4. Memberikan penjelasan dan meminta persetujuan subjek melalui

informed consent.

5. Pengumpulan data dari pengisian kuesioner dan pengukuran kadar


45

glukosa darah puasa menggunakan teknik tindik jari.

6. Mengolah data.

7. Melaporkan hasil penelitian

E. Etika Penelitian

Sebelum melaksanakan penelitian, skripsi ini akan diajukan ke

Fakultas Sains Teknologi Kesehatan Universitas Sahid Surakarta untuk

mendapat persetujuan etik. Hal ini bertujuan agar penelitian ini dapat

dipertanggungjawabkan secara etika dan memperoleh legitimasi secara etik.

Setelah mendapat persetujuan dari komisi etik, maka peneliti akan

memberikan pemberitahuan dan penjelasan kepada subjek yang terpilih

sebagai sampel mengenai gambaran penelitian ini, baik secara lisan maupun

tulisan, yaitu melalui informed consent. Informed consent juga merupakan

lembar persetujuan yang menyatakan bahwa subjek bersedia mengikuti

penelitian ini.

Subjek yang tidak bersedia mengikuti penelitian ini berhak untuk

menolak. Jika subjek bersedia untuk mengikuti penelitian ini, maka subjek

akan diminta untuk menandatangani lembar persetujuan sebagai tanda

persetujuan subjek. Penelitian ini akan dilaksanakan setelah informed consent

disetujui oleh subjek penelitian.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

SMK An-Nur Ampel beralamat di Jl. Raya Ampel – Simo KM 03,

Godeg, RT 02 RW VI, Desa Candi, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali,

Provinsi Jawa Tengah Kode Pos 57352, email: smkannurampel@gmail.com

website http://smkannur-ampel.blogspot.co.id. SMK An-Nur Ampel

merupakan sekolah swasta, dengan status kepemilikan Yayasan bernaung

pada Yayasan Pendidikan Islam An-Nur Ampel Boyolali.

Berdiri pada tanggal 2 Mei 2011 dengan tiga jurusan, yaitu Keperawatan,

Farmasi dan Farmasi Industri, dengan menempati TK dan SDIT An-Nur

Selodoko, Ampel. Pada tahun tanggal 2 April 2012 SMK An-Nur Ampel

menambah Jurusan Teknik Sepeda Motor dan pada 2 Mei 2016

mengembangkan Jurusan Perbankan Syariah.

Bermodal awal tanah seluas 30.000 m2 dan dana sebesar Rp 103 juta,

dibangunlah Gedung A SMK An-Nur Ampel dengan konstruksi lantai 2, dan

dengan bantuan Pemerintah dibangunlah 4 lokal bangunan. Saat ini SMK

An-Nur Ampel dikelola oleh 62 staf pengajar dan siswa berjumlah 497 siswa

putra maupun putri.

Visi SMK An-Nur menjadi SMK yang unggul dalam prestasi, didasari

imtak, dihiasi akhlakul karimah dan dibekali dengan iptek serta mampu

bersaing pada tingkat nasional dan persaingan global. Misi SMK An-Nur

46
47

Ampel memberikan layanan prima terhadap warga sekolah dalam semua

aspek sarana dan prasarana untuk menghasilkan tenaga kerja yang kompeten

dan mandiri meningkatkan kualitas tamatan yang sesuai dengan standar

kompetensi nasional (SKN) dalam menghadapi era globalisasi meningkatkan

mutu sumber daya manusia melalui dukungan iptek dan imtaq melaksanakan

KBM dan kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan minat dan bakat

dalam meraih prestasi menumbuhkembangkan semangat keunggulan dan

kompetitif secara intensif kepada seluruh warga sekolah menyelenggarakan

pendidikan yang aktif, efisien, berkualitas permeabel, dan fleksibel yang

berorientasi pada pencapaian kompetensi berstandar nasional dan

internasional serta menghasilkan tenaga profesional di bidang ahli penjualan

untuk memenuhi tuntutan dunia usaha dan dunia industri serta

mengintensifkan hubungan dengan dunia industri yang memiliki reputasi

nasional dan internasional.

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat

diuraikan hasil penelitian yang meliputi: karakteristik responden, uji univariat,

uji bivariat.

1. Karakteristik Responden

Gambaran karakteristik responden dalam penelitian ini digunakan

untuk mengetahui distribusi frekuensi dari responden yang dinyatakan

dengan jumlah (orang) persentase (%). Karakteristik responden yang


48

diteliti dalam hal ini adalah siswa SMK An-Nur Ampel Boyolali yang

meliputi umur, kelas, status (perokok/bukan perokok), umur mulai

merokok, lama merokok, jenis rokok.

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Tabel 4.1.
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

No Umur Frekuensi Persentase


1 15 Tahun 10 13
2 16 Tahun 17 23
3 17 Tahun 21 28
4 18 Tahun 27 36
TOTAL 75 100
Sumber: Data Penelitian Primer, 2019

Tabel 4.1 di atas menunjukkan berdasarkan umur hasil penelitian

diketahui responden paling banyak berumur 18 tahun yaitu sebanyak

27 siswa (36%) dan paling sedikit berumur 15 tahun sebanyak 10

siswa (13%).

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas

Tabel 4.2.
Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas

No Kelas Frekuensi Persentase


1 X 29 39
2 XI 25 33
3 XII 21 28
TOTAL 75 100
Sumber: Data Penelitian Primer, 2019

Tabel 4.2 di atas menunjukkan berdasarkan kelas hasil penelitian

diketahui responden paling banyak siswa kelas X yaitu sebanyak 29

siswa (39%) dan paling sedikit siswa kelas XII yaitu sebanyak 21

siswa (28%).
49

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Status (Perokok/Bukan Perokok)

Tabel 4.3.
Karakteristik Responden Berdasarkan Status (Perokok/Bukan Perokok)

No Status Merokok Frekuensi Persentase


1 Perokok 43 57
2 Bukan Perokok 32 43
TOTAL 75 100
Sumber: Data Penelitian Primer, 2019

Tabel 4.3 di atas menunjukkan berdasarkan status merokok

(perokok/bukan perokok) hasil penelitian diketahui terdapat 43 siswa

(57%) perokok dan lainnya yaitu sebanyak 32 siswa (43%) bukan

perokok.

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Mulai Merokok

Tabel 4.4.
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Mulai Merokok

No Rentang Umur Frekuensi Persentase


1 < 10 tahun 11 25,58
2 11-13 tahun 27 62,79
3 13-15 tahun 3 6,98
4 > 15 tahun 2 4,65
TOTAL 43 100,00
Sumber: Data Penelitian Primer, 2019

Tabel 4.4 di atas menunjukkan dari 43 siswa perokok yang diteliti

diketahui bahwa sebagian besar siswa sudah mulai merokok pada

umur 11-13 tahun yaitu sebanyak 27 siswa (62,79%) dan hanya

terdapat 2 siswa (4,65%) siswa yang mulai merokok ketika telah

berumur > 15 tahun.


50

e. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Merokok

Tabel 4.4.
Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Merokok

No Rentang Umur Frekuensi Persentase


1 < 3 tahun 5 11,63
2 3-5 tahun 19 44,19
3 6-8 tahun 17 39,53
4 > 8 tahun 2 4,65
TOTAL 43 100,00
Sumber: Data Penelitian Primer, 2019

Tabel 4.4 di atas menunjukkan dari 43 siswa perokok diketahui

bahwa sebagian besar lama merokok pada umur 3-5 tahun yaitu

sebanyak 19 siswa dengan presentase (44,19%) dan hanya terdapat 2

siswa dengan presentase (4,65%) siswa yang lamanya merokok >8

tahun.

f. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Rokok

Tabel 4.6
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Rokok

No Lama Merokok Frekuensi Persentase


1 Filter 40 93,02
2 Kretek 3 6,98
TOTAL 43 100,00
Sumber: Data Penelitian Primer, 2019

Tabel 4.6 di atas menunjukkan berdasarkan jenis rokok hasil

penelitian diketahui bahwa terdapat 40 siswa (93,03%) merokok jenis

rokok filter dan lainnya yaitu sebanyak 3 siswa (6,98%) merokok jenis

kretek.
51

g. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Rokok Perhari

Tabel 4.7
Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Rokok Perhari

No Jumlah Batang Rokok Frekuensi Persentase


1 11-20 batang/hari 20 46,51
2 > 20 batang/hari 23 53,49
TOTAL 43 100,00
Sumber: Data Penelitian Primer, 2019

Tabel 4.7 di atas menunjukkan berdasarkan jumlah rokok hasil

penelitian diketahui terdapat 23 siswa (53,49%) menghisap rokok

sebanyak > 20 batang/hari dan lainnya yaitu 20 siswa (46,51%)

menghisap rokok antara 11-20 batang/hari..

2. Uji Univariat

Uji univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel

dari hasil penelitian. Uji univariat menggambarkan deskripsi data

penelitian yang meliputi nilai kadar gula darah kelompok eksperimen

maupun kelompok kontrol.

Deskripsi data ini meliputi distribusi frekuensi meliputi nilai rata-

rata (mean), nilai penyimpangan baku (standard deviation), nilai tertinggi

(maximum), maupun nilai terendah (minimum) nilai kadar gula darah

kelompok eksperimen.

Tabel 4.8.
Deskripsi Data Kadar Gula Darah

Kelompok N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


Eksperimen 43 94 99 96,35 1,325
Kontrol 32 90 95 92,84 1,362
52

Sumber: Data Penelitian Primer, 2019

Tabel 4.8 di atas menunjukkan pada kelompok eksperimen diperoleh

nilai kadar gula darah terendah 94, tertinggi 99, rata-rata 96,35, simpangan

baku 1,325, pada kelompok kontrol terendah 90, tertinggi 95, rata-rata

92,84, simpangan baku 1,362.

3. Uji Bivariat

Penelitian ini menggunakan uji bivariat yaitu untuk menganalisis

pengaruh merokok terhadap kadar gula darah menggunakan Parametrics

Test dengan Independent Sample T-Test.

Tabel 4.9.
Pengaruh Perilaku Merokok terhadap Kadar Gula Darah

Kadar Gula Darah Mean SD N thitung Sig.


Kelompok Eksperimen 96,35 1,325
75 11,911 0,0001
Kelompok Kontrol 92,84 1,167
Sumber: Data Penelitian Primer, 2019

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan diperoleh nilai signifikansi

0,0001, nilai ini lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan terdapat

pengaruh yang signifikan antara merokok dengan kadar gula darah pada

remaja siswa SMK An-Nur Ampel Boyolali.

C. Pembahasan

Pembahasan dalam penelitian difokuskan pada uji karakteristik

responden, uji univariat dan uji bivariat dan selanjutnya dibahas dengan teori

yang ada, hasil penelitian terdahulu.


53

1. Karakteristik Responden

a. Umur Responden

Hasil penelitian diketahui umur responden antara 15-18 tahun,

dimana mayoritas responden penelitian berumur 17-18 tahun yaitu

sebanyak 64% dan paling sedikit berumur 15-16 tahun sebanyak 36%.

Menurut Depkes (2016) masa remaja dibagi menjadi 2 tahap, yaitu

remaja awal (12 – 16 tahun), remaja akhir (17 – 25 tahun), jadi dapat

disimpulkan berdasarkan umur dalam penelitian ini termasuk remaja

akhir.

Menurut Hurlock (2008) pada usia remaja merupakan pencarian

identitas dimulai pada akhir masa kanak-kanak, penyesuian diri dengan

standar kelompok lebih penting daripada bersikap individualistis.

Penyeseuaian diri dengan kelompok pada remaja awal masih tetap

penting bagi anak laki-laki dan perempuan, namun lambat laun mereka

mulai mendambakan identitas diri dengan kata lain ingin menjadi

pribadi yang lebih dalam berbeda dengan orang lain.

Menurut pengamatan peneliti, berdasarkan umur responden

mayoritas berumur 17-18 tahun, dimana pada masa ini banyak remaja

mencari identitas diri, bagi remaja laki-laki banyak menggunakan

waktunya bersama teman-teman seusianya, perilaku remaja banyak


54

dipengaruhi oleh teman seusianya, sehingga apabila berteman dengan

seorang perokok aktif kemungkinan juga mengikuti teman-temannya.

b. Kelas Responden

Hasil penelitian diketahui paling banyak responden penelitian

kelas X yaitu sebanyak 39%. Menurut Hamalik (2014) kelas adalah

suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang

mendapat pengajaran dari guru.

Menurut Diknas (2016) kelas dalam arti umum menunjukkan

kepada pengertian sekelompok siswa yang ada pada waktu yang sama

menerima pelajaran yang sama dan dari guru yang sama pula. Kelas

dalam arti luas merupakan bagian dari masyarakat kecil yang sebagian

adalah suatu masyarakat sekolah yang sebagian suatu kesatuan di

organisasi menjadi unit kerja secara dinamis menyelenggarakan

kegiatan-kegiatan.

Menurut pengamatan peneliti, kebanyakan siswa kelas I karena

sedang mempersiapkan kegiatan selama menjelang dan pada saat bulan

puasa. Selain itu dikarenakan karena kelas XI banyak yang

melaksanakan PPL sedangkan kelas XII banyak yang tidak masuk

karena sudah melaksanakan ujian akhir sekolah.

c. Status (Perokok/Bukan Perokok)

Hasil penelitian diketahui responden perokok berjumlah 43 siswa

sedangkan sisanya 32 siswa bukan perokok. Menurut Syafiie (2009)


55

perokok adalah seseorang yang suka merokok, di sebut perokok aktif

bila orang tersebut yang merokok aktif, dan di sebut pasif bila orang

tersebut hanya menerima asap rokok saja, bukan melakukan aktivitas

merokok sendiri.

Menurut Smet (2012) keuntungan merokok (terutama bagi

perokok) yaitu mengurangi ketegangan, membantu berkonsentrasi,

dukungan sosial dan menyenangkan.

Menurut pengamatan peneliti, kebanyakan siswa merokok

disebabkan oleh teman-teman dekatnya, kebanyakan siswa perokok

mempunyai teman dekat yang perokok pula, sedangkan siswa bukan

perokok banyak teman-temannya yang tidak merokok pula.

d. Umur Mulai Merokok

Hasil penelitian diketahui responden perokok berjumlah 43 siswa

menyatakan mayoritas siswa perokok mulai merokok mulai menghisap

rokok sejak berumur 11-13 tahun sebanyak 62,78%. Menurut Sadikin

(2008) alasan remaja merokok ialah diantaranya adalah khawatir tidak

diterima di lingkungannya jika tidak merokok

Menurut Sadikin (2008) alasan lain remaja merokok adalah alasan

pergaulan, dimana remaja ingin menyenangkan teman atau membuat

suasana menyenangkan.

Menurut pengamatan peneliti, kebanyakan siswa merokok

disebabkan oleh pergaulan, dimana remaja takut tidak diterima


56

temannya, selain itu karena ingin menyenangkan teman di

lingkungannya.

e. Jenis Rokok

Hasil penelitian diketahui responden perokok berjumlah 43 siswa

menyatakan mayoritas siswa perokok menghirup rokok jenis filter.

Menurut Aula (2010) mengemukakan rokok berdasarkan penggunaan

filter dibagi menjadi dua: Rokok filter (RF) adalah rokok yang

pada bagian belakangnya terdapat gabus, dan Rokok non filter (RNF)

ialah rokok yang pada bagian belakangnya tidak terdapat gabus.

Menurut Aula (2010) menyaatkan rokok berdasarkan bahan baku

dan isi terdapat rokok putih, yatu jenis rokok yang bahan baku atau

isinya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa

dan aroma tertentu.

Menurut pengamatan peneliti, kebanyakan siswa jenis rokok yang

digunakan adalah rokok putih dan filter, dikarenakan mempunyai

aroma khas serta terjangkau harganya, mudah diperoleh di berbagai

toko-toko.

f. Jumlah Konsumsi Rokok Perhati

Hasil penelitian diketahui responden perokok berjumlah 43 siswa

dimana 23 siswa perhari menghirup rokok > 20 batang. Menurut

Bastan (2007) klarifikasi perokok berdasarkan jumlah rokok yang

dihisap perhari, dimana perokok ringan menghisap rokok antara 1-10


57

batang, perokok sedang menghisap rokok antara 11-12 batang, dan

perokok berat > 20 batang perhari.

Klarifikasi perokok dapat juga ditentukan oleh Indeks Brinkman

(IB) dengan rumus: jumlah rata-rata konsumsi rokok perhari (batang) x

lama merokok (tahun). Dengan hasil ringan (0-119), sedang (200-599)

dan berat (≥600).

Menurut pengamatan peneliti, kebanyakan siswa perokok selama

di sekolah pada waktu istirahat menghabiskan 1-2 batang rokok, waktu

pulang sekolah 3-5 batang dan waktu ada mata pelajaran yang kosong

menghisap tergantung lamanya waktu kosong (misalnya 1 jam

pelajaran dapat menghabiskan 2-5 batang rokok).

2. Uji Univariat

Hasil penelitian diketahui pada kelompok eksperimen diperoleh kadar

gula darah nilai rata-rata dan simpangan baku sebesar 96,35±1,325,

sedangkan kadar gula darah kelompok kontrol sebesar 92,84±1,362. Hasil

ini menunjukkan rata-rata perokok memiliki kadar gula darah lebih tinggi

dibandingkan kadar gula darah bukan perokok, Merokok adalah salah satu

faktor resiko terjadinya dm tipe2. Asap rokok dapat meningkatkan kadar

gula darah. Pengaruh rokok (nikotin) merangsang kelenjar adrenal dan

dapat meningkatkan kadar glukosa (Latu, 2008).

Kadar gula darah merupakan sejumlah glukosa yang terdapat di

plasma darah (Dorland, 2010), pemantauan kadar gula sangatlah


58

diperlukan dalam menegakkan diagnosa terutama untuk penyakit Diabetes

Mellitus (DM), kadar gula darah dapat diperiksa saat pasien sedang dalam

kondisi puasa atau bisa juga saat pasien datang untuk periksa. Dengan

hasil pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu >200 mg/dl, sedangkan

hasil kadar gula saat puasa >126 mg/dl (Waspadji, 2012).

Penelitian oleh Huston mendapatkan bahwa perokok aktif memiliki

resiko 76% lebih tinggi untuk terserang DM tipe 2 dibandingkan yang

tidak terpajan (Irawan, 2010).

3. Analisis Bivariat

Menurut Latu (2008) merokok adalah salah satu faktor resiko

terjadinya dm tipe 2. Asap rokok dapat meningkatkan kadar gula darah.

Pengaruh rokok (nikotin) merangsang kelenjar adrenal dan dapat

meningkatkan kadar glukosa. Hasil penelitian Willi C, (2008) perokok

aktif mempunyai resiko 44% lebih tinggi untuk menderita diabetes tipe 2

dibandingkan dengan bukan perokok. Analisis lebih lanjut menunjukkan

adanya hubungan antara dosis merokok. Perokok berat (merokok 20

batang atau lebih dalam sehari) mempunyai resiko 60% lebih tinggi untuk

terkena diabetes. Perokok ringan memiliki resiko 23% lebih tinggi untuk

terkena diabetes. Asosiasinya juga lebih lemah untuk perokok pasif (resiko

terkena diabetes meningkat 23%).

Hasil penelitian diketahui nilai sig. = 0,0001, maka dapat disimpulkan

terdapat pengaruh yang signifikan antara merokok terhadap kadar gula

darah remaja. Besarnya pengaruh dapat diketahui dari nilai perbedaan rata-
59

rata (mean difference) sebesar 3,505, sehingga dapat disimpulkan dengan

merokok telah mengakibatkan peningkatan kadar gula darah remaja

sebesar 3,505 dibandingkan remaja yang tidak merokok. Hal ini

menunjukkan bahwa pada rokok terdapat zat-zat yang menurunkan kadar

gula darah pada remaja dibandingkan dengan tidak merokok, maka untuk

itu hendaknya dicegah perilaku merokok bagi remaja, karena tingginya

kadar gula darah memicu berbagai penyakit seperti diabetes, paru-paru,

jantung dan lain sebagainya.

Rokok mengandung zak adiktif yang bernama nikotin. Nikotin ini

dapat mengakibatkan ketergantungan dan kehilangan kontrol (West,

2006). Merokok merupakan salah satu faktor resiko dari diabetes mellitus

tipe 2, hasil penelitian yang dilakukan Will, et al, (2010) menemukan

bahwa pria yang merokok 40 batang bahkan lebih perhari memiliki resiko

45% lebih tinggi terkena diabetes mellitus tipe 2 dibandingkan yang tidak

merokok. Pada perempuan resikonya sekitar 74%. Merokok dapat

mengakibatkan peningkatan sementara pada gula darah. Selain itu,

merokok juga dapat merusak sensitivitas organ dan jaringan terhadap aksi

insulin. Bila dibandingkan dengan bukan perokok, perokok menjadi

kurang sensitif terhadap insulin. Asupan nikotin dapat meningkatkan kadar

hormon seperti kortisol yang dapat mengganggu efek insulin.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh

Yohana Alpionalita (2017), dalam penelitiannya diperoleh hasil kadar gula

darah puasa yaitu 41,901-102,62 mg/100mL. terdapat pengaruh antara


60

kadar gula darah dengan lamanya merokok, terdapat hubungan yang lemah

namun secara statistik memiliki nilai yang signifikan (r=0,461; sig=0,012).

D. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini mempunyai banyak kelemahan

dan keterbatasan. Kelemahan dan keterbatasan tersebut antara lain:

1. Jumlah batang rokok yang dihisap remaja berbeda-beda, sedangkan dalam

penelitian ini hanya dibatasi pada jumlah batang di atas 10 batang per hari,

sehingga nilai kadar gula remaja tidak sama.

2. Terdapat variabel perancu lain yang mempengaruhi kadar gula darah,

misalnya usia mulai merokok, lama merokok, sehingga mungkin saja kadar

gula darah remaja tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah batang rokok yang

dihisap saja, melainkan faktor perancu yang tidak dihitung dalam

penelitian ini.

3. pola makan setiap responden berbeda-beda, karena pola makan juga dapat

berpengaruh terhadap peningkatan kadar gula, sehingga mungkin saja gula

darah remaja tidak sama di sebabkan oleh pola makan setiap individu yang

berbeda-beda.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan di atas maka

simpulan yang dapat penulis sampaikan antara lain:

1. Rata-rata kadar gula darah remaja pada kelompok eksperimen diperoleh

sebesar 96,35 mg/dL

2. Rata-rata kadar gula darah remaja pada kelompok kontrol diperoleh

sebesar 92,84 mg/dL

3. Terdapat pengaruh merokok terhadap kadar gula darah pada remaja (sig.

0,0001).

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas maka penulis sampaikan beberapa saran

sebagai berikut:

1. Bagi Perawat

Sebagai tambahan wawasan untuk memberikan penyuluhan tentang

pengaruh merokok terhadap kadar gula darah bagi remaja.

2. Bagi Siswa

Tidak mengkonsumsi rokok, karena terbukti merokok dapat meningkatkan

kadar gula darah.

61
62

3. Bagi Peneliti Lain

a. Lebih mengontrol variabel perancu, agar mendapatkan data yang lebih

baik.

b. Menganalisis variabel perancu, misalnya umur mulai merokok,

lamanya merokok dalam memprediksi pengaruh rokok terhadap kadar

gula darah remaja.

Anda mungkin juga menyukai