Anda di halaman 1dari 15

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR

Merokok,
Alkohol, dan
Obesitas
Our Members
DANIA ARIEF
25000119140265

ERLYNA DWI RAHMAWATI


25000119130173

LAYRINE IMANUKE ZALSABILA


25000119140385

LUTHFIANA NUR ALBAREZA


25000119120043
Today's
Presentation
TOPICS TO COVER

· Faktor Risiko
· Signifikansi
· Patofisiologi
· Kecenderungan Waktu
· Kelompok Risiko Tinggi
· Pencegahan dan Pengendalian
· Contoh Intervensi Kesehatan Masyarakat
Dalam Pencegahan dan Pengendalian Faktor Risiko
AKTIVITAS
MEROKOK FISIK KURANG

Faktor Risiko
POLA MAKAN MENGKONSUMS
Penyakit Tidak TIDAK SEHAT I ALKOHOL
Menular
Signifikansi

MEROKOK ALKOHOL OBESITAS


Hasil uji statistik antara riwayat merokok Hasil uji statistik p = 1,000 yang artinya Berdasarkan hasil analisis dengan uji  Chi
terhadap kejadian hipertensi menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan Square  diperoleh nilai p sebesar 0,014
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara konsumsi alkohol dengan dengan α = 0,05. Sehingga dapat diketahui
antara riwayat merokok dengan kejadian kejadian hipertensi dengan nilai nilai p bahwa nilai p < α yang berarti terdapat
hipertensi dengan nilai p (0,211) > α (0,05). > 0,05. hubungan yang bermakna (signifikan)
Hasil penelitian ini sejalan dengan antara obesitas dengan kejadian
penelitian yang dilakukan oleh Retnowati hipertensi. Hubungan antara obesitas
(2010), yang menunjukkan bahwa tidak dengan kejadian hipertensi bersifat lemah,
ada hubungan yang signifikan antara hal ini ditunjukkan oleh hasil uji kuat
kebiasaan merokok dengan kejadian hubungan (Coeffisien Contigency) sebesar
hipertensi. Selain itu, penelitian yang 0,299. Hal ini mengandung arti bahwa
dilakukan oleh Stefhany (2012), juga obesitas merupakan salah satu faktor
menunjukkan hasil yang sama yakni tidak yang menyebabkan hipertensi namun
ada hubungan yang signifikan antara masih membutuhkan faktor lain untuk
riwayat merokok dengan hipertensi (p = meningkatkan terjadinya kejadian
1,000). hipertensi pada seorang pasien.
01 MEROKOK
Merokok dapat mempercepat pembentukan aterom dengan mengganggu fungsi endotel
pembuluh darah, menginduksi inflamasi kronik, dan dislipidemia. Merokok juga dapat
meningkatkan status hiperkoagulasi dalam tubuh sehingga terjadi agregasi platelet,
Patofisiologi
peningkatan level fibrinogen, dan polisitemia. Tingginya trombosit dan kadar reactive oxygen
spesies (ROS) dapat meningkatkan terjadinya penyakit kardiovaskular.

02 ALKOHOL
Alkohol meningkatkan inhibisi pada sinaps GABA dan mengurangi eksitasi pada sinaps
glutamat. Alkohol meningkatkan pelepasan dopamin di neuron dopamin pada ventral
tegmental area (VTA) terjadi pelepasan opioid endogen seperti enkephalin.  Alkohol juga
beraksi pada reseptor glutamat presinaps (mGluRs) dan kanal kalsium presinaps (VSCCs)
untuk menghambat pelepasan glutamat. Hambatan pelepasan glutamat akan menyebabkan
fenomena disinhibisi,  yaitu penurunan inhibisi oleh GABA karena menurunnya excitatory
drive dari glutamat. Akibat penurunan inhibisi ini, maka akan terjadi peningkatan pelepasan
dopamine oleh neuron dopaminergik di VTA.

03 OBESITAS
Obesitas terjadi karena adanya kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan
lemak.  Hipotalamus akan memberikan sinyal rasa lapar kepada tubuh. Jaringan adiposa
berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan
peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin,
sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan.
Kecenderungan Waktu
1. MEROKOK
Berdasarkan data RISKESDAS, prevalensi merokok penduduk usia lebih
dari 10 tahun di Indonesia pada tahun 2018 adalah sebesar 28,8%.
Prevalensi konsumsi tembakau (hisap dan kunyah) pada penduduk usia
lebih dari 15 tahun pada tahun 2018 adalah sebesar 62,9% pada pria dan
4,8% pada wanita, dengan total prevalensi sebesar 33,8% (Kementrian
Kesehatan, 2019).

Hingga saat ini telah dilakukan beberapa penelitian terkait hubungan


antara penyakit kanker dengan perilaku merokok. Diantaranya adalah
penelitan yang dilakukan oleh Danaei, dkk yang memberikan estimasi
bahwa merokok menyebabkan 21% kematian di dunia (Danaei dkk., 2005).
Penelitian di Jepang menunjukkan bahwa pada tahun 2005, kurang lebih
55% penyakit kanker pada pria disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat
dicegah. Merokok adalah faktor utama yang menyebabkan kanker di
Jepang, dengan hasil PAF insiden sebesar 29,7%, dan mortalitas sebesar
34,4% (Inoue dkk., 2012). Wanita yang merokok atau pernah merokok
memiliki resiko 21% lebih tinggi terkena kanker payudara dibandingkan
dengan wanita yang tidak merokok. Berdasarkan estimasi PAF pada 2907
pasien yang baru menderita kanker payudara di Norwegia pada tahun
2012, terdapat 345 kasus kanker payudara yang dapat dihindari apabila
tidak terdapat perokok aktif pada tahun tersebut (Gram dkk., 2016).
2. Alkohol
Dari 35 provinsi yang disurvei, konsumsi
alkohol hanya berkurang di 3 provinsi saja,
yakni Kepulauan Riau (Kepri), Sumatera
Selatan (Sumsel), dan Jambi. Sedangkan di
32 provinsi lainnya, jumlah konsumsi
alkohol bertambah. Bali menjadi provinsi
yang peningkatannya paling tajam,
meskipun tiap tahunnya pemerintah Bali
juga memusnahkan ribuan botol miras
ilegal. Menurut Riskesdas 2018, alkohol
yang paling banyak dikonsumsi di seluruh
Indonesia adalah miras tradisional, diikuti
oleh bir, anggur-arak,  whisky, oplosan, dan
jenis lainnya.
3. Obesitas
Menurut hasil riset kesehatan dasar atau  Riskesdas
2018  yang baru dirilis Jumat (2/11/2018) ini,
tingkat  obesitas  pada orang dewasa di Indonesia
meningkat menjadi 21,8 persen. Prevalensi ini
meningkat dari hasil Riskesdas 2013 yang menyebut
bahwa angka obesitas di Indonesia hanya mencapai
14,8 persen. Obesitas sendiri mengacu pada kondisi
dimana indeks massa tubuh diatas 27. Begitu juga
dengan prevalensi berat badan berlebih dengan indeks
massa tubuh antara 25 hingga 27, juga meningkat dari
11,5 persen di 2013 ke 13,6 persen di 2018.
Menariknya, angka obesitas pada dewasa diatas 18
tahun menurut hasil Riskesdas 2018 paling tinggi di
Sulawesi Utara, yakni sebanyak 30,2 persen. Di posisi
tertinggi selanjutnya berada di DKI Jakarta, Kalimantan
Timur, dan Papua Barat.
MEROKOK
Bayi dan balita masuk kelompok berisiko tinggi jika terpapar asap rokok karena fungsi paru-paru
bayi dan balita masih dalam proses perkembangan. Selain itu, sistem imunitas atau kekebalan
tubuh belum berfungsi maksimal.    Selain bayi dan balita, ibu hamil juga berpotensi mengalami
gangguan dalam pertumbuhan janin jika menghirup asap rokok. Musababnya, zat berbahaya yang
terkandung dalam asap rokok, baik asap rokok sekunder atau yang terhirup oleh perokok pasif
maupun asap rokok tersier atau sisa asap yang menempel pada pakaian misalnya, akan masuk ke
pembuluh darah  dan dapat berisiko mengalami penyempitan, sehingga janin dapat kekurangan
oksigen, sulit berkembang atau berukuran kecil hingga berpotensi keguguran.
ALKOHOL
Berhenti total meminum alkohol sangat disarankan pada pasien dengan kondisi tertentu, seperti
Kelompok pasien dengan kerusakan hati, pasien dengan  penyakit liver, pasien dengan penyakit jantung,
pasien yang sedang hamil atau merencanakan kehamilan, pasien yang sedang mengonsumsi obat
Risiko Tinggi yang bereaksi negatif pada alkohol, seperti obat antipsikotik. 

Studi terbaru menunjukkan lebih dari setengah juta wanita paruh baya di Australia berisiko tinggi
memiliki masalah ketergantungan alkohol.
OBESITAS
Orang dengan orangtua obesitas
Obesitas juga dipengaruhi oleh gen karena menentukan bagaimana tubuh menyimpan dan
mendistribusikan lemak. Selain itu, kebiasaan makan yang terbentuk di keluarga juga akan
mempengaruhi bagaimana seseorang menjadi obesitas. Dengan mengikuti pola makan yang
diterapkan orangtua yang obesitas, seorang anak juga akan lebih mudah menjadi obesitas.
Orang yang melahirkan
Wanita lebih mudah menjadi gemuk setelah melahirkan dan memiliki anak. Penambahan berat
badan saat hamil memang tidak terelakkan, namun upaya untuk menurunkannya kembali setelah
melahirkan cukup sulit dilakukan oleh kebanyakan wanita.
PENCEGAHAN

Merokok Penerapan Kawasan Bebas Asap Rokok


Edukasi tentang bahaya merokok melalui pemberian informasi atau diskusi tentang
bahaya merokok di sekolah  maupun keluarga berhubungan signifikan dengan perilaku
merokok remaja
Diskusi dalam keluaga mengenai efek bahaya merokok juga dihubungkan dengan perilaku
merokok remaja. Remaja yang keluarganya tidak pernah mendiskusikan bahaya merokok
memiliki prevalensi merokok lebih tinggi (Sarmento dan Yehadji, 2015)
Kebiasaan merokok orang tua memiliki hubungan yang kuat dengan perilaku merokok
remaja (Jamison et all., 2010; Xi et all., 2016)
Pengaruh teman sebaya lebih kuat dibanding pengaruh orang tua dalam pembentukan
perilaku remaja di swiss (Scalici dan Schulz (2014)
Pencegahan Larangan merokok di sekolah  pada seluruh jenjang pendidikan dari dasar hingga
perguruan tinggi sebaiknya betul-betul diterapkan dengan tegas.Karena pelajar yang
dan mengamati perilaku merokok guru sebagai panutan bagi siswanya signifikan
meningkatkan resiko mencoba merokok (Huang et all., 2013)
Pengendalian Meningkatkan pajak dan harga produk tembakau

PENGENDALIAN
Melindungi masyarakat dari bahaya asap rokok dengan menetapkan kawasan bebas
rokok di 7 tempat (sekolah, sarana bermain anak, fasilitas pelayan kesehatan, rumah
ibadah, transportasi umum, tempat kerja, ruang publik dan tempat-tempat lainnya.
Memperingatkan masyarakat tentang bahaya rokok bagi kesehatan dengan cara
menyantumkan gambar pada kemasan rokok (Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/2013),
iklan layanan masyarakat, dan EIC lainnya termasuk media sosial.
Membatasi tayangan iklan rokok di televisi pada pukul 5 pagi hingga 9.30 malam.
Melarang penjualan rokok kepada anak-anak berusia di bawah 18 tahun dan wanita hamil
Alkohol

PENCEGAHAN

Hindari lingkungan yang dekat dengan alcohol


Bertekad kuat untuk tidak meminum alcohol
Menahan diri dari ajakan untuk meminum alkohol
Pencegahan
dan
PENGENDALIAN Pengendalian
Meningkatkan pajak dan harga produk alcohol
Regulasi ketersediaan produk alcohol
Kampanye bahaya alcohol oplosan
PENCEGAHAN

Konsumsi makanan sehat dan gizi seimbang, konsumsi buah sayur


minimal 5 porsi per hari.
Konsumsi gula, garam dan lemak dengan pedoman G4 G1
L5  (konsumsi Gula maksimal 4 sendok makan atau 50 gram per
hari, konsumsi Garam maksimal  1 sendok teh atau 2 gram per hari,
konsumsi Lemak maksimal    5 sendok makan atau 67 gram per
Pencegahan hari)
Rajin melakukan aktivitas fisik secara teratur seperti berjalan kaki,
dan membersihkan rumah, dan berolah raga, upayakan dilakukan
secara BBTT (Baik, Benar, Teratur dan Terukur).
Pengendalian Jaga berat badan agar tetap ideal dan tidak berisiko dengan
mempertahankan Indeks Massa Tubuh (IMT) di kisaran 18-23
kg/m2
PENGENDALIAN

Gaya hidup sehat


Obesitas Atur aktivitas fisik
Diet
Melakukan intervensi dengan upaya
promotive preventif
Mengajak masyarakat berperilaku Contoh Intervensi Kesehatan
Masyarakat Dalam
hidup sehat
Pencegahan dan
Mengintervensi masyarakat untuk Pengendalian Faktor Risiko
menerapkan PHBS
Membentuk tim untuk promosi
kesehatan untuk membantu
mengurangi factor resiko
Daftar Pustaka

Argadikoesoema, S. (2019). Pedoman Strategi dan Langkah Aksi Pengendalian Konsumsi Tembakau dan Alkohol. Komite
Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN) Periode 2014 - 2019.
Cahyaningrum, Aladhiana. 2015. LEPTIN SEBAGAI INDIKATOR OBESITAS. Jurnal Kesehatan Prima. Vol 9.No. 1
Gram, I.T., Little, M.A., Lund, E., dan Braaten, T., 2016. The fraction of breast cancer attributable to
smoking: The Norwegian women and cancer study 1991–2012. British Journal of Cancer, 115: 616–623.
Jamal, H., Abdullah, Z,A., Abdullah, M, T. 2020. Determinan Sosial Perilaku Merokok Pelajar di Indonesia: Analisis Data Global
Youth Tobacco Survey Tahun 2014. Jurnal Kesehatan Vokasional, Vol. 5 No. 3 (Agustus 2020) ISSN 2541‑0644 (print), ISSN
2599‑3275 (online) DOI
Lasianjayani, Tifani., dan Santi Martini. 2014. Hubungan Antara Obesitas dan Perilaku Merokok Terhadap Kejadian Hipertensi.
Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2, No. 3 September 2014: 286–296
Price SA, Wilson LM. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Penerjemah : Hartanto H. Edisi 6. Vol. 2. Jakarta;
EGC.
RI, K. (2018). Hasil utama riskesdas 2018. Jakarta: Kemenkes RI.
Sukma, Elsa Panji., Sri Yuliawati, Retno Hestiningsih, Praba Ginandjar. 2019. Hubungan Konsumsi Alkohol, Kebiasaan Merokok,
dan Tingkat Stres Dengan Kejadian Hipertensi Usia Produktif. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) Volume 7, Nomor 3,
Juli 2019 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
Tim Kemenkes. 2017. Rencana Aksi Nasional 2015-2019. Jakarta; Kementerian Kesehatan RI
https://doi.org/10.22146/jkesvo.56718
http://www.p2ptm.kemkes.go.id/profil-p2ptm/latar-belakang/strategi-pencegahan-dan-pengendalian-ptm-di-indonesia
http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/pusat-/cegah-dan-kendalikan-obesitas-dengan-gaya-hidup-sehat

Anda mungkin juga menyukai