Anda di halaman 1dari 8

UPAYA PENGENDALIAN ERGONOMIK DAN HAZARD PSIKOSOSIAL

NOLIN FEBRIANI HUTABARAT / nolinhutabarat51042@gmail.com

LATAR BELAKANG Pada hakekatnya Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu
Kegiatan di Rumah Sakit
usaha untuk menciptakan perlindungan dan
mempunyai risiko berasal dari faktor fisik,
keamanan dari berbagai risiko kecelakaan
kimia, biologi, ergonomi dan psikososial,
dan bahaya, baik fisik, mental maupun
variasi, ukuran, tipe dan kelengkapan
emosional terhadap pekerja, perusahaan,
Rumah Sakit menentukan tingkat risiko K3.
masyarakat dan lingkungan. Disamping itu,
Sumber bahaya yang ada di Rumah Sakit
keselamatan dan kesehatan kerja diharapkan
harus diidentifikasi dan dinilai untuk
dapat menciptakan kenyamanan kerja dan
menentukan tingkat risiko, yang merupakan
keselamatan kerja yang tinggi.
tolak ukur kemungkinan terjadinya
kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat Suardi R. (2005) menyatakan bahwa
kerja. hazards adalah sesuatu yang berpotensi
menjadi penyebab kerusakan. Ini dapat
Kesehatan kerja merupakan suatu
mencakup substansi, proses kerja, dan atau
unsur kesehatan yang berkaitan dengan
aspek lainnya dari lingkungan kerja.
lingkungan kerja dan pekerjaan, yang secara
Menurut A.M. Sugeng Budiono, dalam
langsung maupun tidak langsung dapat
artikelnya “hazards” yang sering disebut
mempengaruhi efisiensi dan produktivitas
potensi bahaya merupakan sumber resiko
kerja. Sedangkan, keselamatan kerja
yang potensial mengakibatkan kerugian baik
merupakan suatu sarana utama untuk
material, lingkungan maupun manusia.
mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang
Safety Engineer Career Engineer Career
dapat menimbulkan kerugian berupa luka
Workshop (2003) mendefinisikan Hazard
atau cidera, cacat atau kematian,
sebagai kondisi fisik yang berpotensi
kerugianharta benda, kerusakan peralatan
menyebabkan kerugian / kecelakaan bagi
atau mesin dan kerusakan lingkungan secara
manusia atau lingkungan. Ketika hazard
luas.
timbul, maka peluang terjadinya efek-efek beberapa cara, yaitu: menekan likelihood,
yang buruk tersebut akan muncul. menekan konsekuensi dan pengalihan risiko.

METODE PEMBAHASAN

Penulisan kajian ini menggunakan Analisis Resiko


literature review berdasarkan jurnal dan e-
Menurut OHSAS 18001, risiko
book yang relevan dan berfokus pada
adalah kombinasi dari kemungkinan
diagnosa keperawatan dalam menentukan
terjadinya kejadian berbahaya atau paparan
asuhan keperawatan. Dengan menganalisis
dengan keparahan dari cidera atau gangguan
dan mengkaji referensi sesuai dengan judul
kesehatan yang disebabkan oleh kejadian
penugasan kajian ini. Adapun jurnal dan e-
atau paparan tersebut. Sedangkan
book yang digunakan pada literature review
manajemen risiko adalah suatu proses untuk
adalah jurnal dan e-book yang didapatkan
mengelola risiko yang ada dalam suatu
dengan menggunakan Google Scholar,
kegiatan (Ramli, 2010).
Google Book, dan Jurnal Keperawatan.
Risiko adalah manifestasi atau
HASIL
perwujudan potensi bahaya (hazard event)
Risiko adalah manifestasi atau yang mengakibatkan kemungkinan kerugian
perwujudan potensi bahaya (hazard event) menjadi lebih besar. Tergantung dari cara
yang mengakibatkan kemungkinan kerugian pengelolaannya, tingkat risiko mungkin
menjadi lebih besar. Tergantung dari cara berbeda dari yang paling ringan atau rendah
pengelolaannya, tingkat risiko mungkin sampai ke tahap yang paling berat atau
berbeda dari yang paling ringan atau rendah tinggi. Melalui analisis dan evaluasi semua
sampai ke tahap yang paling berat atau potensi bahaya dan risiko, diupayakan
tinggi. tindakan minimalisasi atau pengendalian
agar tidak terjadi bencana atau kerugian
Menurut Ramli (2010) menjelaskan
lainnya (Sugandi, 2003).
bahwa pengendalian risiko merupakan
langkah yang menentukan dalam Dalam OHSAS 18001 dijelaskan bahwa
keselurahan manajemen risiko. Berkaitan proses dalam manajemen risiko ada 3, yaitu:
dengan risiko K3, strategi dalam
pengendalian risiko dilakukan dengan
1. Identifikasi Bahaya (Hazard sehat tanpa membahayakan diri
Identification) sendiri dan masyarakat
Bahaya adalah sesuatu yang sekelilingnya, untuk memperoleh
dapat menyebabkan cedera pada produktivitas kerja yang optimal,
manusia atau kerusakan pada alat sejalan dengan program
atau lingkungan ( Rijanto, 2011). perlindungan tenaga kerja. Serta
Macam-macam kategori hazard Permenkes No 66 Tahun 2016
adalah bahaya fisik,bahaya kimia, tentang keselamatan dan kesehatan
bahaya mekanik, bahaya elektrik, kerja Rumah Sakit BAB III standar
bahaya ergonomi, bahaya kebiasaan, keselamatan dan kesehatan kerja
bahaya lingkungan, bahaya biologi, bahwa potensi bahaya ergonomi
dan bahaya psikologi. yaitu postur tubuh yang salah dan
Potensi bahaya ergonomi melakukan pekerjaan yang berulang.
yang teridentifikasi yaitu melakukan Potensi bahaya psikososial
restrain, memandikan pasien, dan yang teridentifikasi yaitu dinas
mengganti pakaian pasien. Dapat malam yang melebihi 8 jam,
terjadi resiko bahaya nyeri mengani pasien halusinasi,
punggung, nyeri sendi, nyeri otot, menangani pasien yang defisit
dan luka memar dari postur tubuh perawatan diri, melakukan terapi
yang salah melakukan pekerjaan bermain/TAK. Dapat terjadi resiko
berulang dan mendapat serangan dari stress, rasa takut berlebih, emosi,
pasien seperti terpukul dan tercakar. terpukul, tercakar, panik, mendapat
Dalam Undang-undang Nomor 23 serangan dan perilaku tidak baik dari
Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal pasien. Dari Undang-undang No. 1
23 mengenai kesehatan kerja Tahun 1970 tentang Keselamatan
disebutkan bahwa upaya kesehatan Kerja BAB III syarat-syarat
kerja wajib diselenggarakan pada keselamatan kerja pasal 3, dan
setiap tempat kerja, khususnya Kepmenkes RI Nomor
tempat kerja yang mempunyai resiko 432/MENKES/SK/IV/2007 tentang
bahaya kesehatan yang besar bagi pedoman manajemen kesehatan dan
pekerja agar dapat bekerja secara keselamatan kerja (K3) di Rumah
Sakit bahwa dalam kegiatan rumah identifikasi dalam huubungan nya
sakit berpotensi menimbulkan dengan tingkat kemungkinan dan
bahaya fisik, kimia, biologi, tingkat keparahan atau pengendalian
ergonomi, dan psikososial, yang dalam penilaian risiko tempat kerja.
dapat membahayakan kesehatan dan
keselamatan baik terhadap pekerja, Untuk potensi bahaya yang tidak
pasien, pengunjung maupun terkait dengan peraturan dan
masyarakat di rumah sakit. perundangan yang berlaku, diadakan
2. Penilaian Risiko penilaian Resiko dengan
Risk assessment adalah proses memperfimbangkan faktor- faktor
penilaian yang digunakan untuk sebagai berikut:
mengidentifikasi potensi bahaya a. Kemungkinan (probality)
yang dapat terjadi. Tujuan dari risk b. Keparahan (severity)
assessment adalah memastikan
kontrol resiko dari proses, operasi Melakukan penilaian Resiko melalui
atau aktivitas yang dilakukan berada suatu pertemuan / rapat /
pada tingkat yang dapat diterima brainstorming untuk menetapkan
(Ramli, 2010). Penilaian dalam risk rating dan score / nilai pada setiap
assessment yaitu Likelihood dan potensi bahaya yang telah dicatat
severity. Likelihood menunjukkan dalam formulir HIRADC, dengan
seberapa mungkin kecelakaan itu menggunakan pendekatan score
terjadi, Severity menunjukkan penilaian sebagai berikut:
seberapa parah dampak dari Risiko =
kecelakaan tersebut. Nilai dari Kemungkinan X
likelihood dan severity akan Keparahan
digunakan untuk menentukan risk Setelah menentukan tingkat risiko
rating. Risk rating adalah nilai yang suatu pekerjaaan tahap selanjutnya
menunjukkan resiko yang ada berada dengan
pada tingkat rendah, menengah, mengklasifikasikan risiko yang ada
tinggi, atau ekstrim.Menilai tingkat mulai dari tingkatan paling rendah
risiko dari kegiatan yang di hingga tingkat yang tinggi dimana
tingkat pengendaliaan pekerjaannya 3. Melakukan perawatan pada
dapat disesuaikan dengan risiko yang penderita penyakit menular
ada. APD: Alat pelindung diri
3. Pengendalian Resiko perawat menggunakan sarung
Menurut Ramli (2010) menjelaskan tangan dan masker ketika
bahwa pengendalian risiko melakukan tindakan terhadap
merupakan langkah yang pasien.
menentukan dalam keselurahan 4. Melakukan restrain
manajemen risiko. Berkaitan dengan Administrasi: Dilakukan
risiko K3, strategi dalam manajemen kerja dengan
pengendalian risiko dilakukan pelatihan perawat untuk
dengan beberapa cara, yaitu: penanganan pada pasien
menekan likelihood, menekan gangguan jiwa. Merestrain pasien
konsekuensi dan pengalihan risiko. ketika mengamuk, dan
mengisolasi pasien pada saat
Berdasarkan identifikasi bahaya
gaduh-gelisah.
upaya pengendalian risiko untuk
5. Memandikan pasien
aktivitas kerja di ruang rawat dengan
Teknik: Pekerjaan yang
lima hirarki pengendalian yaitu:
dilakukan berulang-ulang bisa
1. Melakukan perawatan terhadap menguras tenaga, dengan
pasien pada siang hari tambahan petugas atau gunakan
Substitusi: Gunakan pencahayaan bantuan mesin.
yang baik, agar penglihatan dapat 6. Mengganti pakaian pasien
melihat dengan jelas pada objek Administrasi: Harus melakukan
2. Melakukan pembersihan ruangan tata cara yang baik dalam
Administrasi: Memperhatikan SOP/SPO ergonomi yang baik
tanda-tanda peringatan yang ada dan benar.
di lokasi kerja untuk 7. Dinas malam yang melebihi 8
mengatisipasi adanya bahaya dan jam
melakukan pekerjaan sesuai Administrasi: Melakukan
dengan prosedur. manajemen kerja untuk
menghindari beban tugas yang yang tidak sesuai dengan sikap dan cara
terlalu padat. kerja dapat mengakibatkan lemah fisik dan
8. Menangani pasien halusinasi nyeri sendi pada tubuh. Dan pekerjaan yang
Eliminasi: Menghilangkan rasa dilakukan berulang-ulang bisa menguras
takut pada pekerjaan yang tenaga sehigga lebih dikurangi dengan
membuat psikologi terganggu mendesain ulang pekerjaan seperti
saat bekerja. menambah petugas/perawat untuk
9. Menangani pasien yang defisit melakukan pekerjaan tersebut.
perawatan diri (melatih BAB &
Upaya pengendalian bahaya
BAK)
psikososial adalah menghindari rasa takut
Administrasi: Memahami tata
pada pekerjaan yang membuat psikologi
cara dalam melakukan pekerjaan
terganggu pada saat bekerja sehingga
dan pelatihan keperaawatan jiwa
mengakibatkan penyakit akibat kerja dan
bagi perawat.
kecelakaan kerja. Melakukan manajemen
10. Melakukan terapi bermain/ TAK
kerja dengan melakukan pelatihan untuk
Administrasi: Memahami tata
menangani pasien gangguan jiwa sehingga
cara dalam melakukan pekerjaan
dapat mengetahui cara penanganan yang
alat dengan fisik agar bisa
baik dan benar ketika pasien tiba-tiba akan
meningkatkan kesejahteraan
menyerang atau gaduh gelisah.
fisik, mental, dan beban kerja.
Pelatihan keperawatan jiwa bagi PENUTUP
perawat.
Suardi R. (2005) menyatakan bahwa
Upaya Pengendalian Resiko hazards adalah sesuatu yang berpotensi
menjadi penyebab kerusakan. Ini dapat
Upaya pengendalian bahaya
mencakup substansi, proses kerja, dan atau
ergonomi yaitu aktivitas kerja melakukan
aspek lainnya dari lingkungan kerja.
restrain, memandikan pasien, dan mengganti
Menurut A.M. Sugeng Budiono, dalam
pakaian pasien adalah memahami SOP/SPO
artikelnya “hazards” yang sering disebut
dalam melakukan pekerjaan. Melakukan
potensi bahaya merupakan sumber resiko
cara kerja yang baik dalam SOP ergonimi
yang potensial mengakibatkan kerugian baik
yang baik dan benar, penerapan ergonomi
material, lingkungan maupun manusia.
Safety Engineer Career Engineer Career 2. Hadi Irwan.2017.Manajemen
Workshop (2003) mendefinisikan Hazard Keselamatan Pasien
sebagai kondisi fisik yang berpotensi (Teori&Aplikasi).Sleman
menyebabkan kerugian / kecelakaan bagi Yogyakarta : Deepublish
manusia atau lingkungan. Ketika hazard 3. Hidayat, A.A.(2007). Metode
timbul, maka peluang terjadinya efek-efek Penelitian Keperawatan dan Teknik
yang buruk tersebut akan muncul. Analisis Data.Jakarta : Salemba
Medika
Pengendalian risiko merupakan
4. Ibrahim, H., Damayanti, D. S.,
langkah yang menentukan dalam
Amansyah,M., & Sunandar. (2017).
keselurahan manajemen risiko. Berkaitan
Gambaran Penerapan Standar
dengan risiko K3, strategi dalam
Manajemen Keselamatan dan
pengendalian risiko dilakukan dengan
Kesehatan Kerja Rumah Sakit di
beberapa cara, yaitu: menekan likelihood,
Rumah Sakit Umum Daerah Haji
menekan konsekuensi dan pengalihan risiko.
Makassar. Al-Sihah : Public Health
Melalui analisis dan evaluasi semua potensi
Science Journal, 9(2), 160-173.
bahaya dan risiko, diupayakan tindakan
5. Indragiri S, Yuttya
minimalisasi atau pengendalian agar tidak
T.2018.Manajemen Risiko K3
terjadi bencana atau kerugian lainnya.
Menggunakan Hazard Identification
Risk Assessment And Risk Control
(HIRARC).Jurnal Kesehatan.9(1). e-
ISSN: 2721-9518 p-ISSN: 2088-
0278
6. Ismainar, H. (2019). Keselamatan
DAFTAR PUSTAKA
Pasien di Rumah Sakit. Yogyakarta:
1. Firawati.,Pabuty,A.,Putra,A.S. Deepublish
(2012).Pelaksanaan Program 7. Kirana, R., G. (2018).
Keselamatan Pasien Di RSUD Pentingnya Standarisasi Prosedur
Solok.Jurnal kesehatan masyarakat, Keselamatan Pasien Di
6(2) :73-78. Puskesmas X Kabupaten Kediri.
Fakultas Ilmu KesehatanInstitut Ilmu indicator of quality of nurses’ life in
Kesehatan Bhakti Wijaya Kedir Indonesia: a preliminary study. In
8. Ponda Henri,Fatma F IOP conference series: Earth and
N.2019.Identifikasi Bahaya,Penilaian Environmental science (Vol. 248,
dan Pengendalian Risiko No. 1, p. 012031). IOP Publishing.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) Pada Departemen Foundry
PT.Sicamindo.Jurnal Teknik Industri
Heuristic 16(2) ISNN 1693-8232
9. Porajow, M.C,.dkk. (2016). Analisis
penerapan standar pelayanan
kesehatan dan keselamatankerja
rumah sakit (K3RS) di RSUP
ratatotok buyat ratatotok kabupaten
minahasa tenggara.Jurnal fakultas
kesehatan masyarakat universitas
sam ratulangi, 1(7), 1-10
10. Rahayuningsih, P.W., &Hariyono,
W. (2011). Penerapan Manajemen
Keselamatan dan kesehatanKerja
(MK3) Di InstalasiGawat Darurat
RSU PKUMuhammadiyah
Yogyakarta, Volume 5, Nomor 1
11. Simamora, R. H. (2020). Learning of
Patient Identification in Patient
Safety Programs Through Clinical
Preceptor Models. Medico Legal
Update, 20(3), 553-556.
12. Fathi, A., & Simamora, R. H. (2019,
March). Investigating nurses’ coping
strategies in their workplace as an

Anda mungkin juga menyukai