Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu Kegiatan di Rumah Sakit usaha untuk menciptakan perlindungan dan mempunyai risiko berasal dari faktor fisik, keamanan dari berbagai risiko kecelakaan kimia, biologi, ergonomi dan psikososial, dan bahaya, baik fisik, mental maupun variasi, ukuran, tipe dan kelengkapan emosional terhadap pekerja, perusahaan, Rumah Sakit menentukan tingkat risiko K3. masyarakat dan lingkungan. Disamping itu, Sumber bahaya yang ada di Rumah Sakit keselamatan dan kesehatan kerja diharapkan harus diidentifikasi dan dinilai untuk dapat menciptakan kenyamanan kerja dan menentukan tingkat risiko, yang merupakan keselamatan kerja yang tinggi. tolak ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat Suardi R. (2005) menyatakan bahwa kerja. hazards adalah sesuatu yang berpotensi menjadi penyebab kerusakan. Ini dapat Kesehatan kerja merupakan suatu mencakup substansi, proses kerja, dan atau unsur kesehatan yang berkaitan dengan aspek lainnya dari lingkungan kerja. lingkungan kerja dan pekerjaan, yang secara Menurut A.M. Sugeng Budiono, dalam langsung maupun tidak langsung dapat artikelnya “hazards” yang sering disebut mempengaruhi efisiensi dan produktivitas potensi bahaya merupakan sumber resiko kerja. Sedangkan, keselamatan kerja yang potensial mengakibatkan kerugian baik merupakan suatu sarana utama untuk material, lingkungan maupun manusia. mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang Safety Engineer Career Engineer Career dapat menimbulkan kerugian berupa luka Workshop (2003) mendefinisikan Hazard atau cidera, cacat atau kematian, sebagai kondisi fisik yang berpotensi kerugianharta benda, kerusakan peralatan menyebabkan kerugian / kecelakaan bagi atau mesin dan kerusakan lingkungan secara manusia atau lingkungan. Ketika hazard luas. timbul, maka peluang terjadinya efek-efek beberapa cara, yaitu: menekan likelihood, yang buruk tersebut akan muncul. menekan konsekuensi dan pengalihan risiko.
METODE PEMBAHASAN
Penulisan kajian ini menggunakan Analisis Resiko
literature review berdasarkan jurnal dan e- Menurut OHSAS 18001, risiko book yang relevan dan berfokus pada adalah kombinasi dari kemungkinan diagnosa keperawatan dalam menentukan terjadinya kejadian berbahaya atau paparan asuhan keperawatan. Dengan menganalisis dengan keparahan dari cidera atau gangguan dan mengkaji referensi sesuai dengan judul kesehatan yang disebabkan oleh kejadian penugasan kajian ini. Adapun jurnal dan e- atau paparan tersebut. Sedangkan book yang digunakan pada literature review manajemen risiko adalah suatu proses untuk adalah jurnal dan e-book yang didapatkan mengelola risiko yang ada dalam suatu dengan menggunakan Google Scholar, kegiatan (Ramli, 2010). Google Book, dan Jurnal Keperawatan. Risiko adalah manifestasi atau HASIL perwujudan potensi bahaya (hazard event) Risiko adalah manifestasi atau yang mengakibatkan kemungkinan kerugian perwujudan potensi bahaya (hazard event) menjadi lebih besar. Tergantung dari cara yang mengakibatkan kemungkinan kerugian pengelolaannya, tingkat risiko mungkin menjadi lebih besar. Tergantung dari cara berbeda dari yang paling ringan atau rendah pengelolaannya, tingkat risiko mungkin sampai ke tahap yang paling berat atau berbeda dari yang paling ringan atau rendah tinggi. Melalui analisis dan evaluasi semua sampai ke tahap yang paling berat atau potensi bahaya dan risiko, diupayakan tinggi. tindakan minimalisasi atau pengendalian agar tidak terjadi bencana atau kerugian Menurut Ramli (2010) menjelaskan lainnya (Sugandi, 2003). bahwa pengendalian risiko merupakan langkah yang menentukan dalam Dalam OHSAS 18001 dijelaskan bahwa keselurahan manajemen risiko. Berkaitan proses dalam manajemen risiko ada 3, yaitu: dengan risiko K3, strategi dalam pengendalian risiko dilakukan dengan 1. Identifikasi Bahaya (Hazard sehat tanpa membahayakan diri Identification) sendiri dan masyarakat Bahaya adalah sesuatu yang sekelilingnya, untuk memperoleh dapat menyebabkan cedera pada produktivitas kerja yang optimal, manusia atau kerusakan pada alat sejalan dengan program atau lingkungan ( Rijanto, 2011). perlindungan tenaga kerja. Serta Macam-macam kategori hazard Permenkes No 66 Tahun 2016 adalah bahaya fisik,bahaya kimia, tentang keselamatan dan kesehatan bahaya mekanik, bahaya elektrik, kerja Rumah Sakit BAB III standar bahaya ergonomi, bahaya kebiasaan, keselamatan dan kesehatan kerja bahaya lingkungan, bahaya biologi, bahwa potensi bahaya ergonomi dan bahaya psikologi. yaitu postur tubuh yang salah dan Potensi bahaya ergonomi melakukan pekerjaan yang berulang. yang teridentifikasi yaitu melakukan Potensi bahaya psikososial restrain, memandikan pasien, dan yang teridentifikasi yaitu dinas mengganti pakaian pasien. Dapat malam yang melebihi 8 jam, terjadi resiko bahaya nyeri mengani pasien halusinasi, punggung, nyeri sendi, nyeri otot, menangani pasien yang defisit dan luka memar dari postur tubuh perawatan diri, melakukan terapi yang salah melakukan pekerjaan bermain/TAK. Dapat terjadi resiko berulang dan mendapat serangan dari stress, rasa takut berlebih, emosi, pasien seperti terpukul dan tercakar. terpukul, tercakar, panik, mendapat Dalam Undang-undang Nomor 23 serangan dan perilaku tidak baik dari Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal pasien. Dari Undang-undang No. 1 23 mengenai kesehatan kerja Tahun 1970 tentang Keselamatan disebutkan bahwa upaya kesehatan Kerja BAB III syarat-syarat kerja wajib diselenggarakan pada keselamatan kerja pasal 3, dan setiap tempat kerja, khususnya Kepmenkes RI Nomor tempat kerja yang mempunyai resiko 432/MENKES/SK/IV/2007 tentang bahaya kesehatan yang besar bagi pedoman manajemen kesehatan dan pekerja agar dapat bekerja secara keselamatan kerja (K3) di Rumah Sakit bahwa dalam kegiatan rumah identifikasi dalam huubungan nya sakit berpotensi menimbulkan dengan tingkat kemungkinan dan bahaya fisik, kimia, biologi, tingkat keparahan atau pengendalian ergonomi, dan psikososial, yang dalam penilaian risiko tempat kerja. dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan baik terhadap pekerja, Untuk potensi bahaya yang tidak pasien, pengunjung maupun terkait dengan peraturan dan masyarakat di rumah sakit. perundangan yang berlaku, diadakan 2. Penilaian Risiko penilaian Resiko dengan Risk assessment adalah proses memperfimbangkan faktor- faktor penilaian yang digunakan untuk sebagai berikut: mengidentifikasi potensi bahaya a. Kemungkinan (probality) yang dapat terjadi. Tujuan dari risk b. Keparahan (severity) assessment adalah memastikan kontrol resiko dari proses, operasi Melakukan penilaian Resiko melalui atau aktivitas yang dilakukan berada suatu pertemuan / rapat / pada tingkat yang dapat diterima brainstorming untuk menetapkan (Ramli, 2010). Penilaian dalam risk rating dan score / nilai pada setiap assessment yaitu Likelihood dan potensi bahaya yang telah dicatat severity. Likelihood menunjukkan dalam formulir HIRADC, dengan seberapa mungkin kecelakaan itu menggunakan pendekatan score terjadi, Severity menunjukkan penilaian sebagai berikut: seberapa parah dampak dari Risiko = kecelakaan tersebut. Nilai dari Kemungkinan X likelihood dan severity akan Keparahan digunakan untuk menentukan risk Setelah menentukan tingkat risiko rating. Risk rating adalah nilai yang suatu pekerjaaan tahap selanjutnya menunjukkan resiko yang ada berada dengan pada tingkat rendah, menengah, mengklasifikasikan risiko yang ada tinggi, atau ekstrim.Menilai tingkat mulai dari tingkatan paling rendah risiko dari kegiatan yang di hingga tingkat yang tinggi dimana tingkat pengendaliaan pekerjaannya 3. Melakukan perawatan pada dapat disesuaikan dengan risiko yang penderita penyakit menular ada. APD: Alat pelindung diri 3. Pengendalian Resiko perawat menggunakan sarung Menurut Ramli (2010) menjelaskan tangan dan masker ketika bahwa pengendalian risiko melakukan tindakan terhadap merupakan langkah yang pasien. menentukan dalam keselurahan 4. Melakukan restrain manajemen risiko. Berkaitan dengan Administrasi: Dilakukan risiko K3, strategi dalam manajemen kerja dengan pengendalian risiko dilakukan pelatihan perawat untuk dengan beberapa cara, yaitu: penanganan pada pasien menekan likelihood, menekan gangguan jiwa. Merestrain pasien konsekuensi dan pengalihan risiko. ketika mengamuk, dan mengisolasi pasien pada saat Berdasarkan identifikasi bahaya gaduh-gelisah. upaya pengendalian risiko untuk 5. Memandikan pasien aktivitas kerja di ruang rawat dengan Teknik: Pekerjaan yang lima hirarki pengendalian yaitu: dilakukan berulang-ulang bisa 1. Melakukan perawatan terhadap menguras tenaga, dengan pasien pada siang hari tambahan petugas atau gunakan Substitusi: Gunakan pencahayaan bantuan mesin. yang baik, agar penglihatan dapat 6. Mengganti pakaian pasien melihat dengan jelas pada objek Administrasi: Harus melakukan 2. Melakukan pembersihan ruangan tata cara yang baik dalam Administrasi: Memperhatikan SOP/SPO ergonomi yang baik tanda-tanda peringatan yang ada dan benar. di lokasi kerja untuk 7. Dinas malam yang melebihi 8 mengatisipasi adanya bahaya dan jam melakukan pekerjaan sesuai Administrasi: Melakukan dengan prosedur. manajemen kerja untuk menghindari beban tugas yang yang tidak sesuai dengan sikap dan cara terlalu padat. kerja dapat mengakibatkan lemah fisik dan 8. Menangani pasien halusinasi nyeri sendi pada tubuh. Dan pekerjaan yang Eliminasi: Menghilangkan rasa dilakukan berulang-ulang bisa menguras takut pada pekerjaan yang tenaga sehigga lebih dikurangi dengan membuat psikologi terganggu mendesain ulang pekerjaan seperti saat bekerja. menambah petugas/perawat untuk 9. Menangani pasien yang defisit melakukan pekerjaan tersebut. perawatan diri (melatih BAB & Upaya pengendalian bahaya BAK) psikososial adalah menghindari rasa takut Administrasi: Memahami tata pada pekerjaan yang membuat psikologi cara dalam melakukan pekerjaan terganggu pada saat bekerja sehingga dan pelatihan keperaawatan jiwa mengakibatkan penyakit akibat kerja dan bagi perawat. kecelakaan kerja. Melakukan manajemen 10. Melakukan terapi bermain/ TAK kerja dengan melakukan pelatihan untuk Administrasi: Memahami tata menangani pasien gangguan jiwa sehingga cara dalam melakukan pekerjaan dapat mengetahui cara penanganan yang alat dengan fisik agar bisa baik dan benar ketika pasien tiba-tiba akan meningkatkan kesejahteraan menyerang atau gaduh gelisah. fisik, mental, dan beban kerja. Pelatihan keperawatan jiwa bagi PENUTUP perawat. Suardi R. (2005) menyatakan bahwa Upaya Pengendalian Resiko hazards adalah sesuatu yang berpotensi menjadi penyebab kerusakan. Ini dapat Upaya pengendalian bahaya mencakup substansi, proses kerja, dan atau ergonomi yaitu aktivitas kerja melakukan aspek lainnya dari lingkungan kerja. restrain, memandikan pasien, dan mengganti Menurut A.M. Sugeng Budiono, dalam pakaian pasien adalah memahami SOP/SPO artikelnya “hazards” yang sering disebut dalam melakukan pekerjaan. Melakukan potensi bahaya merupakan sumber resiko cara kerja yang baik dalam SOP ergonimi yang potensial mengakibatkan kerugian baik yang baik dan benar, penerapan ergonomi material, lingkungan maupun manusia. Safety Engineer Career Engineer Career 2. Hadi Irwan.2017.Manajemen Workshop (2003) mendefinisikan Hazard Keselamatan Pasien sebagai kondisi fisik yang berpotensi (Teori&Aplikasi).Sleman menyebabkan kerugian / kecelakaan bagi Yogyakarta : Deepublish manusia atau lingkungan. Ketika hazard 3. Hidayat, A.A.(2007). Metode timbul, maka peluang terjadinya efek-efek Penelitian Keperawatan dan Teknik yang buruk tersebut akan muncul. Analisis Data.Jakarta : Salemba Medika Pengendalian risiko merupakan 4. Ibrahim, H., Damayanti, D. S., langkah yang menentukan dalam Amansyah,M., & Sunandar. (2017). keselurahan manajemen risiko. Berkaitan Gambaran Penerapan Standar dengan risiko K3, strategi dalam Manajemen Keselamatan dan pengendalian risiko dilakukan dengan Kesehatan Kerja Rumah Sakit di beberapa cara, yaitu: menekan likelihood, Rumah Sakit Umum Daerah Haji menekan konsekuensi dan pengalihan risiko. Makassar. Al-Sihah : Public Health Melalui analisis dan evaluasi semua potensi Science Journal, 9(2), 160-173. bahaya dan risiko, diupayakan tindakan 5. Indragiri S, Yuttya minimalisasi atau pengendalian agar tidak T.2018.Manajemen Risiko K3 terjadi bencana atau kerugian lainnya. Menggunakan Hazard Identification Risk Assessment And Risk Control (HIRARC).Jurnal Kesehatan.9(1). e- ISSN: 2721-9518 p-ISSN: 2088- 0278 6. Ismainar, H. (2019). Keselamatan DAFTAR PUSTAKA Pasien di Rumah Sakit. Yogyakarta: 1. Firawati.,Pabuty,A.,Putra,A.S. Deepublish (2012).Pelaksanaan Program 7. Kirana, R., G. (2018). Keselamatan Pasien Di RSUD Pentingnya Standarisasi Prosedur Solok.Jurnal kesehatan masyarakat, Keselamatan Pasien Di 6(2) :73-78. Puskesmas X Kabupaten Kediri. Fakultas Ilmu KesehatanInstitut Ilmu indicator of quality of nurses’ life in Kesehatan Bhakti Wijaya Kedir Indonesia: a preliminary study. In 8. Ponda Henri,Fatma F IOP conference series: Earth and N.2019.Identifikasi Bahaya,Penilaian Environmental science (Vol. 248, dan Pengendalian Risiko No. 1, p. 012031). IOP Publishing. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Departemen Foundry PT.Sicamindo.Jurnal Teknik Industri Heuristic 16(2) ISNN 1693-8232 9. Porajow, M.C,.dkk. (2016). Analisis penerapan standar pelayanan kesehatan dan keselamatankerja rumah sakit (K3RS) di RSUP ratatotok buyat ratatotok kabupaten minahasa tenggara.Jurnal fakultas kesehatan masyarakat universitas sam ratulangi, 1(7), 1-10 10. Rahayuningsih, P.W., &Hariyono, W. (2011). Penerapan Manajemen Keselamatan dan kesehatanKerja (MK3) Di InstalasiGawat Darurat RSU PKUMuhammadiyah Yogyakarta, Volume 5, Nomor 1 11. Simamora, R. H. (2020). Learning of Patient Identification in Patient Safety Programs Through Clinical Preceptor Models. Medico Legal Update, 20(3), 553-556. 12. Fathi, A., & Simamora, R. H. (2019, March). Investigating nurses’ coping strategies in their workplace as an