Anda di halaman 1dari 8

UPAYA DALAM MEMPERTAHANKAN ERGONOMIK DAN

PENCEGAHAN HAZARD PSIKOSOSIAL DALAM BEKERJA DEMI


TERCIPTANYA KENYAMANAN

Inayah Husna Sibarani / inayahhusna08@gmail.com

LATAR BELAKANG terbagi atas tiga bagian yaitu Hazzard


Identification, Risk Assesment and Risk
Setiap tempat kerja selalu
Control (HIRARC). Metode ini merupakan
mempunyai risiko terjadinya kecelakaan.
bagian dari manajemen risiko dan yang
Besar kecilnya risiko yang terjadi
menentukan arah penerapan K3 dalam
tergantung dari jenis industri, teknologi
perusahaan (Ramli, 2010).
serta upaya pengendalian risiko yang
Semua orang akan bekerja lebih
dilakukan. Kecelakaan akibat kerja adalah
baik apabila berada di lingkungan yang
kecelakaan berhubung kerja pada
sesuai dengan pekerjaanya dan juga
perusahaan. Hubungan kerja ini dapat
peralatannya (Mills, 1991). Setiap individu
diartikan kecelakaan terjadi dikarenakan
dalam suatu organisasi pasti akan
pekerjaan atau pada waktu melaksanakan
berinteraksi dengan segala sesuatu yang
pekerjaan. Secara umum kecelakaan
bersifat fisik disekitarnya seperti bangunan,
disebabkan oleh tindakan perbuatan
peralatan, dan barang-barang lainnya untuk
manusia yang tidak memenuhi keselamatan
dimanfaatkan atau didayagunakan (Sule,
(unsafe human action) dan keadaan
2005).
lingkungan yang tidak aman (unsafe
Kondisi kerja yang telah berubah,
condition) (Suma’mur, 2014).
dampak pada faktor risiko psikososial telah
Salah satu sistem manajemen K3
meningkat maka kinerja karyawan akan
yang berlaku seacara global atau
semakin rendah. Psikologis tuntutan
internasional adalah OHSAS 18001; 2007.
pekerjaan adalah salah satu risiko
Menurut OHSAS 18001, manajemen K3
psikososial utama dalam pekerjaan dan
adalah upaya terpadu untuk mengelola
mengacu pada aspek pekerjaan yang akan
risiko yang ada dalam aktivitas perusahaan
membutuhkan usaha mental atau
yang dapat mengakibatkan cidera pada
emosional. Meskipun tidak selalu negatif,
manusia, kerusakan atau gangguan
tuntutan pekerjaan psikologis dapat
terhadap perusahaan. Manajemen risiko
memicu reaksi ketegangan dan stres ketika
mereka membutuhkan terlalu banyak akumulasi stressor pada situasi kerja di
usaha. Jika berkelanjutan, psikologis tempat kerja. Misalnya, tuntutan pekerjaan
tuntutan pekerjaan dapat mengakibatkan dapat memicu timbulnya stres di tempat
sakit (Niedhammer, Chastang, Sultan- kerja. Menurut Randall R. Ross (1994),
Taieb, Vermeylen, & Parent-Thirion, disebutkan bahwa stres kerja terjadi akibat
2012). adanya interaksi antara kondisi kerja
dengan karakteristik pekerja dimana
METODE tuntutan pekerjaan melebihi kemampuan
Kajian ini menggunakan metode para pekerja. Hasil penelitian yang
kualitatif, metode ini bersifat memberikan dilakukan oleh Wayne L. Chappelle (2014)
penjelasan dengan membuat analisis. menyebutkan bahwa stres kerja disebabkan
Proses pengkajian ini lebih menggunakan karena upah rendah, tugas-tugas tambahan,
landasan teori dengan mengumpulkan data, sistem shift kerja, dan jam kerja yang
bereksplorasi bebas yang telah disimpulkan panjang.
dari berbagai sumber-sumber, yaitu buku, Bachkirova (2012) meneliti bahwa
majalah, koran, jurnal print maupun jurnal peran organisasi sangat penting dalam
online bertema perencanaan keperawatan. upaya mengurangi tingkat stres pada kerja.
Saya membaca dari berbagai referensi Organisasi/perusahaan harus mengetahui
berupa buku, jurnal print maupun jurnal faktor-faktor yang memicu stres di tempat
online. Melalui metode ini kita dapat kerja agar dapat dilakukan pengendalian.
memahami upaya dalam mempertahankan Stres akibat kerja telah menjadi isu yang
ergonomic saat keadaan bekerja dan sangat penting. Stres sebagai suatu kondisi
mengetahui upaya dalam pencegahan yang disebabkan oleh transaksi antara
hazard psikososial dalam lingkungan individu dengan lingkungan yang
pekerjaan. Sehingga terciptanya keamanan menimbulkan persepsi jarak antara
dan kenyamanan dalam lingkungan tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi
pekerjaan saat waktu bekerja bagi para dengan sumber-sumber daya sistem
perawat di rumah sakit. biologis, psikologis dan sosial dari
seseorang (Sarafino dalam Bart Smet,
HASIL 1994).
Berdasarkan hasil yang saya dapat Ergonomi menjadi pilar kesehatan
dari membaca berbagai sumber, bahaya dan menjadi salah satu indikator
psikososial dapat menyebabkan stres pada kesejahteraan. Menurut Meily (2013),
pekerja, hal ini dapat disebabkan oleh perbaikan ergonomic perlu dilakukan
sebagai salah satu upaya pencegahan tujuan K3 adalah untuk mencapai Zero
terhadap penyakit CTDs (Cumulative Accident. (Ramli. 2010). Manajemen
Trauma Disorders) akibat faktor risiko Risiko K3 adalah suatu upaya mengelola
kerja postur janggal, beban, frekuensi dan risiko untuk mencegah terjadinya
durasi yang bersumber dari pekerjaan, kecelakaan yang tidak diinginkan secara
seperti nyeri tengkuk, nyeri pinggang komprehensif, terencana dan terstruktur
bawah atau low back pain, rasa baal pada dalam suatu kesisteman yang baik.
jari telunjuk, jari tengah dan jari manis yang Sehingga memungkinkan manajemen
disertai nyeri terbakar pada malam hari, untuk meningkatkan hasil dengan cara
kekakuan, lemah dan nyeri saat tangan mengidentifikasi dan menganalisis risiko
digunakan dan dikenal dengan nama yang ada (Soputan et, al, 2014). Manajemen
Carpal Tunnel Syndrome. risiko K3 berkaitan dengan bahaya dan
Dalam ergonomi, postur tubuh risiko yang ada di tempat kerja yang dapat
adalah faktor yang sangat penting, salah menimbulkan kerugian bagi peusahaan
satunya postur duduk yang setiap orang (Ramli, 2010).
lakukan setiap hari dalam durasi berjam- HIRARC merupakan proses yang
jam. Tujuan utama membuat desain digunakan untuk mengidentifikasi dan
ergonomi untuk kursi atau tempat duduk mengevaluasi potensi bahaya pada tempat
dan meja adalah menciptakan sedemikian kerja dan metode yang digunakan untuk
rupa bentuk kursi dan meja belajar, mengurangi atau menghilangkan bahaya
sehingga dapat mempertahankan postur yang teridentifikasi. Program pengendalian
tulang punggung yang fi siologis, dengan bahaya (Achmad, et,al, 2016).
demikian diharapkan kerja otot tidak perlu Implementasi K3 dimulai dengan
berkontraksi secara berlebihan (Meily, perencanaan yang baik diataranya,
2013). identifikasi bahaya, penilaian dan
pengendalian risiko yang merupakan
PEMBAHASAN bagian dari manajemen risiko. HIRARC
inilah yang menentukan arah penerapan K3
Menurut Suma’mur (2014),
dalam perusahaan. Berikut ini merupakan
keselamatan kerja adalah keselamatan yang
langkah-langkah manajemen resiko dengan
bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja,
menggunakan HIRARC:
bahan dan proses pengolahannya, landasan
1. Hazard Identification
tempat kerja dan lingkungannya serta cara-
2. Risk Assesment
cara melakukan pekerjaan. Salah satu
3. Risk Control
2. Memuaskan secara fisiologi,
MEMPERTAHANKAN ERGONOMIK dengan duduk kita jadi lebih
PADA POSISI DUDUK nyaman,
Dimensi meja dan kursi belajar 3. Sesuai/serasi/cocok dengan
yang sesuai dengan dimensi tulang akan pekerjaan yang dilakukan
membuat jaringan otot bekerja dengan Lebih lanjut Meily (2013), mengemukakan
beban yang ringan. Jika meja dan kursi prinsip duduk normal/santai adalah sebagai
yang dirancang tidak ergonomis artinya berikut:
jaringan otot di sekitarnya dipaksakan 1. Lutut fleksi 90 derajat.
bekerja melebihi batas regangnya (untuk 2. Tubuh fleksi di atas pada 90 derajat.
kegiatan menulis dan membaca). Kegiatan 3. Pelvis rotasi ke belakang 30 derajat
ini dilakukan secara berulang-ulang atau lebih.
(repetitive), sehingga jaringan otot akan 4. Berat badan bertumpu pada ischial
mengalami cedera (injury). Jika cedera ini tuberositas
dibiarkan terusmenerus akan gejala 5. Bagian atas tulang sacrum agak
kelumpuhan jaringan otot, dan kondisi ini horizontal
sungguh sangat tidak menguntungkan Untuk mengurangi tekanan yang
(Santoso, 2012). berlebihan pada tulang belakang
Kursi untuk kerja dengan posisi dibutuhkan bantalan atau sandaran pada
duduk dirancang dengan metode floor-up, saat duduk. Desain sandaran duduk yang
yaitu dengan berawal pada permukaan direkomendasikan adalah yang diberi
lantai, untuk menghindarkan adanya lapisan busa untuk tujuan memberikan
tekanan di bawah paha. Setelah ketinggian kenyamanan pada saat melakukan aktivitas
kursi didapat kemudian barulah sambil duduk untuk jangka waktu relative
menentukan ketinggian meja kerja yang lama (selama kurang lebih 4 jam sebelum
sesuai dan konsisten dengan ruang yang istirahat).
diperlukan untuk paha dan lutut. Menurut
Meily (2013), posisi duduk yang ergonomis
di mana seseorang mempertahankan postur
badan yang stabil dan memenuhi hal-hal
sebagai berikut:
1. Menyenangkan dalam jangka waktu
tertentu,
UPAYA PENCEGAHAN HAZARD nyaman dan juga menggunakan tekologi
PSIKOSOSIAL untuk membantunya bekerja agar lebih
Bahaya Psikososial merupakan efektif, efisien dan produktif (Ndraha,
bahaya pekerjaan yang memengaruhi 2005).
kesejahteraan psikologis pekerja termasuk Lingkungan kerja yang nyaman dan
kemampuan untuk berpartisipasi dalam manusiawi merupakan faktor pendorong
lingkungan kerja diantara orang lain. semangat dan efisiensi kerja karyawan. Bila
Berdasarkan identifikasi bahaya yang lingkungan kerja buruk akan menimbulkan
dilakukan pada rumah sakit ditemukan penyakit akibat kerja Kondisi kerja tertentu
bahwa terdapat beberapa keluhan klien dapat menghasilkan prestasi kerja yang
dengan masalah kualitas pelayanan optimal. Di samping dampaknya terhadap
penanganan pasien yang dapat prestasi kerja, kondisi kerja fisik memiliki
memengaruhi citra Rumah Sakit Hewan dampak terhadap kesehatan mental dan
Prof. Soeparwi. Keluhan yang terjadi keselamatan kerja seorang tenaga kerja
disebabkan ketidakpuasan hasil kerja (Munandar, 1995). Menurut Saydam
petugas, tekanan dari pemilik hewan yang (2000) lingkungan kerja sebagai
meminta ganti rugi saat pasien terlepas dan keseluruhan sarana prasarana kerja yang
kabur sehingga memengaruhi hubungan ada disekitar karyawan yang sedang
antara klien dan pihak rumah sakit, melaksanakan pekerjaan yang dapat
kemudian terdapat komplain klien terhadap mempengaruhi pekerjaan itu sendiri.
hasil unit kerja bagian grooming sehingga Lingkungan kerja didesain sedemikian rupa
memengaruhi kepuasan klien dengan agar dapat tercipta hubungan kerja yang
kinerja petugas sehingga dapat berdampak mengikat pekerja dengan lingkungan
pada stress kerja. Petugas kesehatan (Lewa, 2005).
mengalami kelelahan emosional yang Bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi
berdampak padas stress kerja dan mungkin bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh
berdampak lebih sehingga dapat kondisi aspek-aspek psikologis
mengalami burnout. ketenagakerjaan yang kurang baik atau
Lingkungan dan kondisi kerja yang kurang mendapatkan perhatian seperti :
tidak sehat merupakan beban tambahan  Penempatan tenaga kerja yang tidak
kerja bagi karyawan atau tenaga kerja sesuai dengan bakat, minat,
(Notoatmodjo, 2003). Dalam kepribadian, motivasi, temperamen
melaksanakan pekerjaannya seseorang atau pendidikannya.
akan membangun lingkungan kerja yang
 Sistem seleksi dan klasifikasi 3. Penentuan/Penyesuaian desain
tenaga kerja yang tidak sesuai kerja, desain pekerjaan adalah
rincian tugas dan cara pelaksanaan
 Kurangnya keterampilan tenaga
tugas atau kegiatan yang mencakup
kerja dalam melakukan
siapa yang mengerjakan tugas,
pekerjaannya sebagai akibat
bagaimana tugas itu dilaksanakan,
kurangnya latihan kerja yang
dimana tugas dikerjakan dan hasil
diperoleh
apa yang diharapkan.
 Hubungan antara individu yang
PENUTUP
tidak harmoni dan tidak serasi
dalam organisasi kerja. Dalam melaksanakan pekerjaannya
seseorang akan membangun lingkungan
Upaya yang dilakukan untuk mencegah
kerja yang nyaman dan juga menggunakan
hazard psikososial yakni:
tekologi untuk membantunya bekerja agar
1. Analisis Beban Kerja untuk lebih efektif, efisien dan produktif (Ndraha,
menetapkan jumlah jam kerja orang 2005).
yang digunakan atau dibutuhkan Besar kecil nya suatu kecelakaan
untuk merampungkan suatu akan berdampak besar pada suatu
pekerjaan dalam waktu tertentu, perusahaan dan pada karyawan yang
atau dengan kata lain analisis beban bekerja pada perusahaan itu sendiri.
kerja bertujuan untuk berapa jumlah Dalam ergonomi, postur tubuh
personalia dan tanggung jawab adalah faktor yang sangat penting, salah
yang dilimpahkan kepada seorang satunya postur duduk yang setiap orang
petugas. lakukan setiap hari dalam durasi berjam-
2. Memberikan kesempatan dalam jam. Tujuan utama membuat desain
pengembangan saat kerja, ergonomi untuk kursi atau tempat duduk
pengembangan karir merupakan dan meja adalah menciptakan sedemikian
suatu perencanaan dan penerapan rupa bentuk kursi dan meja belajar,
rencana karir yang dapat digunakan sehingga dapat mempertahankan postur
untuk penempatan perawat pada tulang punggung yang fisiologis, dengan
jenjang yang sesuai dengan demikian diharapkan kerja otot tidak perlu
keahliannya berkontraksi secara berlebihan (Meily,
2013).
DAFTAR PUSTKA
Daniah. Fauzi, Rizki Zulfikri. (2016). HUBUNGAN GEJALA STRES KERJA DENGAN
BAHAYA PSIKOSOSIAL PADA PEKERJA PENGUMPUL TOL CABANG JAGORAWI
DI PT. JASA MARGA (PERSERO) TBK TAHUN 2016. Jurnal Ilmu Kesehatan, 8(2); 25-29.

Fathi, A., & Simamora, R. H. (2019, March). Investigating nurses’ coping strategies in their
workplace as an indicator of quality of nurses’ life in Indonesia: a preliminary study. In IOP
conference series: Earth and Environmental science (Vol. 248, No. 1, p. 012031). IOP
Publishing.

Kemala, Aliva. (2018). FAKTOR PSIKOSOSIAL LINGKUNGAN KERJA (STUDI KASUS)


PADA KARYAWAN PABRIK SSP PT. X. Jurnal Psikologi Volume 11 No.1, 95-106.

Kurniawa, Bambang Kartono. Fajarwati, Ade. Nangnoy, Oktavianus. (2018). PENERAPAN


ERGONOMI DALAM PERANCANGAN FURNITUR MATA KULIAH DF IV DESAIN
INTERIOR DI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA JAKARTA. Jurnal ATRAT V6/N1/01,
42-48.

Mantiri, E. Z. R. A,. Pinontoan, Odi R,. Mandey, Sylvia. (2020). FAKTOR PSIKOLOGI DAN
PERILAKU DENGAN PENERAPAN MANAJEMEN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA RUMAH SAKIT. Indonesian Journal of Public Health and
Community Medicine Vol. 1, No. 3, 19-27.

Nilamsari, Neffrety. Soebinjato. dkk. (2015). PROTOTYPE BANGKU ERGONOMIS


UNTUK MEMPERBAIKI POSISI DUDUK SISWA SMAN DI KABUPATEN GRESIK.
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1: 87–103.

Ramdan, Iwan M. Rahman, Abd. (2017). Analisis Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) pada Perawat. JKP - Volume 5 Nomor 3, 229-241.

Salawati, Liza. (2015). PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN PENCEGAHAN. JURNAL


KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 15 Nomor 2, 91-95.

Simamora, R. H. (2020). Learning of Patient Identification in Patient Safety Programs Through


Clinical Preceptor Models. Medico Legal Update, 20(3), 553-556.

Suartini, Luh Putu. (2015). RISIKO ERGONOMI PENYAKIT AKIBAT KERJA PADA
PERAWAT GIGI. Jurnal Kesehatan Gigi Vol. 3 No. 2, 113-123.
Supriyadi. Ramdan, Fauzi. (2017). IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO
PADA DIVISI BOILER MENGGUNAKAN METODE HAZARD IDENTIFICATION RISK
ASSESSMENT AND RISK CONTROL (HIRARC). Journal of Industrial Hygiene and
Occupational Health Vol. 1, No. 2.

Anda mungkin juga menyukai