Anda di halaman 1dari 12

Tindakan Perawatan Dalam Mempertahankan Ergonomik Dan Menegah

Hazard Psikososial

Oleh : Lupi Bonita Sihaloho

E-mail : lupibonitasihaloho@gmail.com

Latar Belakang mengangkat pasien, memindahkan pasien atau


perawatan luka membutuhkan posisi yang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
ergonomis untuk mencegah resiko akibat
Rumah Sakit (K3RS) yaitu segala kegiatan
kerja.
untuk menjamin dan melindungi keselamatan
dan kesehatan bagi sumber daya manusia Perawat di negara berkembang
rumah sakit, pasien, pendamping pasien, memiliki sedikit pengetahuan prinsip
pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit ergonomi di tempat kerja dan tidak dilatih
melalui upaya pencegahan kecelakan kerja untuk mencegah dan mengendalikan bahaya
dan penyakit akibat kerja di rumah sakit. kerja. Pengetahuan ergonomi membantu
perawat menghindari faktor risiko tertentu
Pekerja rumah sakit memiliki risiko
yang berkontribusi pada kecelakaan pada saat
lebih tinggi mengalami penyakit dan
kerja dan meningkatkan keselamatan dan
kecelakaan akibat kerja dibanding pekerja
kesehatan di tempat kerja. Pengetahuan
industri lain terutama perawat. Salah satu
ergonomi memengaruhi sikap kerja saat
potensi bahaya di rumah sakit adalah faktor
melakukan tindakan keperawatan. Pekerja
ergonomi . Ergonomi adalah studi ilmiah
yang lebih memahami prinsip ergonomi di
yang mempelajari hubungan antara manusia
tempat kerja berisiko lebih rendah mengalami
dan tempat kerja. Ergonomi memungkinkan
cedera. Pelatihan membuat staf perawat
desainer dan insinyur untuk membuat sistem
terbiasa dengan prinsip ergonomi pada
kerja yang tepat sesuai pengukuran dan
pekerjaan mereka dan meningkatkan
evaluasi kemampuan manusia.
produktifitas dan mengurangi cedera fisik.
Posisi ergonomi merupakan posisi kurangnya rasio perawat dengan jumlah
kerja yang seharusnya dilakukan selama penduduk menyebabkan resiko beban kerja
melakukan intervensi keperawatan untuk perawat meningkat. Beban kerja perawat yang
mencegah terjadinya resiko akibat kerja. meningkat ini dapat menyebabkan resiko-
Perawat merupakan tenaga kesehatan dengan resiko terkait pekerjaan, khususnya berkaitan
faktor resiko paparan yang paling besar. dengan resiko fisik. Resiko fisik yang dapat
Melakukan intervensi keperawatan seperti dialami oleh perawat disebabkan oleh dua hal
yaitu faktor lingkungan kerja dan faktor kesadaran dari semua pihak dan perlunya
internal. semua pihak yang berperan mengetahui apa
’Tindakan Perawatan Dalam
Lingkungan kerja merupakan tempat
Mempertahankan Ergonomik Dan Menegah
dimana seseorang melakukan pekerjaan.
Hazard Psikososial’ untuk menghindari
Banyak faktor bahaya di lingkungan kerja
kecelakaan kerja di lokasi pekerjaan baik
yang dapat mengakibatkan gangguan
untuk kepentingan pribadi maupun terhadap
kesehatan dan faktor psikososial karyawan.
orang lain demi keselamatan bersama, adapun
Faktor bahaya tersebut bersumber dari
yang berperan adalah pasien, perawat, dokter,
kegiatan dimana proses produksi berlangsung.
pihak rumah sakit, pemerintahan dan lainnya.
Lingkungan dan kondisi kerja yang tidak
Dimana fokus bacaan ini adalah pada
sehat merupakan beban tambahan kerja bagi
perawat. Karena yang lebih utama adalah
perawat. Bahaya faktor psikososial di tempat
Kesehatan dan Keselamatan bersama.
kerja dapat berhubungan dengan lingkungan
sosial kerja, yang berpotensi menyebabkan Metode
gangguan pada psikologi dan fisik-fisiologis
Metode yang digunakan dalam
Pegawai.
penulisan ini yaitu dengan Teknik
Kondisi kerja yang telah berubah, mengeksplorasi kajian bebas, analisis data,
dampak pada faktor risiko psikososial telah dan pengumpulan data atau disebut literatur
meningkat maka kinerja karyawan akan review yang akurat dan berfokus dengan
semakin rendah. Psikologis tuntutan pembahasan “Tindakan Perawatan Dalam
pekerjaan adalah salah satu risiko psikososial Mempertahankan Ergonomik Dan Menegah
utama dalam pekerjaan dan mengacu pada Hazard Psikososial” pekerjaan perawat sangat
aspek pekerjaan yang akan membutuhkan beresiko untuk mengalami kecelakaan kerja
usaha mental atau emosional. Meskipun tidak maka itu kesehatan perawat dalam masa kerja
selalu negatif, tuntutan pekerjaan psikologis perawat baik dirumah sakit, puskesmas
dapat memicu reaksi ketegangan dan stres maupun diinstansi manapun perawat bekerja
ketika mereka membutuhkan terlalu banyak untuk berbagi informasi tentang pentingnya
usaha. Jika berkelanjutan, psikologis tuntutan keselamatan kerja pada perawat agar tidak
pekerjaan dapat mengakibatkan sakit. berdampak pada diri perawat itu sendiri atau
bahkan pada pasien yang sedang dirawat.
Tujuan
Karena yang utama merupakan keselamatan
Tujuan penulisan ini adalah untuk dan kesehatan selama kerja untuk
berbagi informasi tambahan tentang perlunya menghindari penyebaran penyakit baru
nantinya. Adapun referensi yang digunakan dan serbuk kimia; (2) faktor fisika seperti
yaitu berupa jurnal dan artikel ilmiah dengan gelombang elektromagnetik, radiasi ion,
tahun terbit dimulai tahun 2012 sampai kebisingan, getaran, panas, dan dingin; (3)
dengan sekarang yaitu totalnya ada 10 jurnal faktor biologi, seperti serangga, bakteri
ditambal artikel ilmiah dan refernsi sumber patogen, jamur; (4) faktor lingkungan kerja
dari dosen koordinator penanggung jawab (ergonomi) seperti gerakan monoton,
mata kuliah yaitu 2 referensi. kelelahan, ketegangan otot/boredom; (5)
faktor psikologi yaitu, stress, hubungan yang
Hasil
kurang harmonis antar pekerja atau hubungan
Kesehatan bagi pekerja adalah hak yang kurang harmonis antara staf dengan
pekerja yang harus dipenuhi. Amanat atasan.
Undang-Undang No 13 tahun 2003 tentang
Perawat merupakan tenaga kesehatan
ketenagakerjaan pada Pasal 86 disebutkan
yang ruang lingkupnya tidak terlepas dari
bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak
rumah sakit ataupun pusat – pusat pelayanan
untuk memperoleh perlindungan atas
kesehatan. Berdasarkan data BPPSDMK
keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini
(2017), tercatat sebanyak 309.017 perawat
dipertegas lagi melalui terbitnya Undang-
yang diberdayakan di pusat-pusat layanan
Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
kesehatan di seluruh Indonesia. Lingkungan
yang menyebutkan bahwa pengelola tempat
kerja yang kurang kondusif sangat
kerja wajib melakukan segala bentuk upaya
berpengaruh terhadap risiko fisik yang
kesehatan melalui upaya peningkatan,
dialami oleh perawat, sebagai contoh;
pencegahan, pengobatan dan pemulihan bagi
penerangan yang kurang, tata-letak tempat
tenaga kerja.
tidur pasien dan alat – alat kesehatan yang
Upaya kesehatan tersebut perlu kurang tertata dengan baik, kebisingan, dll.
memperhatikan faktor risiko terkait masalah Selain itu gangguan cedera otot rangka atau
kesehatan yang terjadi. Menurut National musculoskeletal disorders (MSDs) juga
Institute for Occupational Health and Safety merupakan risiko fisik yang sering dialami
(NIOHS, 2006) menyatakan bahwa penyakit oleh perawat. Resiko MSDs merupakan kasus
dan kecelakaan kerja yang dialami oleh yang paling banyak terjadi pada tenaga
pekerja disebabkan oleh lima faktor risiko di kesehatan dan keperawatan. Hal ini berpotensi
tempat kerja. Kelima faktor risiko bahaya mempengaruhi ketersediaan tenaga perawat
terhadap kesehatan tersebut adalah: (1) faktor dikarenakan pekerjaan tersebut beresiko dan
kimia, seperti cairan, gas, partikel, debu, uap banyaknya perawat yang sakit.
Sebagian besar perawat melakukan mencapai kedua level preventif primer dan
tindakan keperawatan tanpa sekunder.
memperhitungkan faktor ergonomi. Seperti
Bentuk pendekatan ergonomik yang
contoh, saat memasang infus, perawat tidak
dapat menampung upaya pencegahan primer
mempertimbangkan tinggi tempat tidur dan
dan sekunder adalah ergonomik partisipatif.
tidak memposisikan dengan baik peralatan
Ergonomik partisipatif merupakan sebuah
yang dibawa. Begitu pula saat melakukan
pendekatan integratif yaitu dengan melibatkan
rawat luka. Kurangnya paparan informasi
pekerja dalam proses intervensi. Hignett,
tentang posisi ergonomis saat bekerja dapat
Wilson dan Morris (2005) menjelaskan bahwa
berpengaruh terhadap perilaku perawat dalam
selama prsoes intervensi ergonomik
memberi asuhan keperawatan. Penyebab dari
partisipatif, pekerja diberi kesempatan dan
banyaknya kasus MSDs pada perawat
kekuatan untuk menggunakan pengetahuan
umumnya dikarenakan berdiri terlalu lama
mereka untuk mengatasi masalah ergonomik
dan menjaga posisi tubuh yang statis, postur
yang berkaitan dengan aktivitas kerja mereka
tubuh yang tidak ergonomis, gerakan yang
sendiri. Program intervensi tersebut
berulang-ulang, termasuk mengangkat beban
menggunakan konsep pemberdayaan.
pasien yang berat, postur
membungkuk ,seringnya melakukan gerakan Salah satu bahaya yang ada ditempat

yang dipaksakan dan memutar, kerja adalah bahaya psikososial. Bahaya


psikososial dapat menyebabkan stres pada
Upaya intervensi ergonomik simpel
pekerja, hal ini dapat disebabkan oleh
difokuskan pada faktor risiko lingkungan
akumulasi stressor pada situasi kerja di tempat
kerja (ergonomik) tanpa melibatkan pekerja
kerja. Misalnya, tuntutan pekerjaan dapat
dalam proses perencanaan. Pendekatan
memicu timbulnya stres di tempat kerja.
lainnya yang lebih kompleks adalah melalui
Menurut Randall R. Ross (1994), disebutkan
multidisiplin (Guzman et al, 2001).
bahwa stres kerja terjadi akibat adanya
Pendekatan multidisiplin sering didasarkan
interaksi antara kondisi kerja dengan
pada model biopsikososial. Intervensi tersebut
karakteristik pekerja dimana tuntutan
terdiri dari latihan fisik (bio), pengubahan
pekerjaan melebihi kemampuan para pekerja.
perilaku (psiko) dan intervensi tempat kerja
(sosial). Hal ini sejalan dengan Cole, Eerd, Beehr and Newman (1978),

Bigelow dan Rivilis, (2006) bahwa intervensi menguraikan tiga kategori gejala seseorang

intervensi ergonomik disarankan untuk dalam kondisi stres kerja, yaitu gejala
psikologis (emosi), fisik, dan perilaku.
Thorsten Lunau (2013), dalam penelitian ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh
yang melibatkan 13 negara maju, agar tidak melelahkan, pengaturan suhu,
menyebutkan bahwa adanya keterkaitan cahaya dan kelembaban sesuai dengan
antara stres kerja dengan peningkatan gejala kebutuhan tubuh manusia . Bahaya ergonomi
psikologis yaitu depresi. Pada fungsi otak, merupakan salah satu potensi bahaya dalam
stres kronis dapat menyebabkan menurunnya K3 yang kurang menjadi perhatian dalam
kemampuan seseorang dalam mengendalikan suatu tempat kerja. Padahal bahaya ergonomi
emosi sehingga mereka sangat rentan terkena dapat menimbulkan kerugian di tempat kerja,
depresi (Armita Golkar, 2014). Gangguan dimana bahaya ergonomi dapat
fisik yang sering dilaporkan yaitu keluhan mengakibatkan produktivitas dan kualitas
sakit kepala, gangguan tidur, dan kaku otot. pekerja menurun serta dapat menimbulkan
Selain itu stres juga dapat menyebabkan penyakit akibat kerja. Tujuan penerapan
penurunan fungsi ginjal dengan faktor risiko intervensi ergonomic yaitu :
hipertensi dan disiplimedia. Menurut data
1. terjadinya peningkatan
statistik yang dikeluarkan oleh Health and
pengetahuan, sikap dan
Safety Statistic (2013), stres merupakan
keterampilan kader dalam
penyakit terbesar kedua bahwa pekerjaan dan
melaksanakan Ergonomik
tempat kerja tidak aman, dapat menimbulkan
Partisipatif Berjenjang.
efek samping berupa gangguan kesehatan
2. didapatkannya peningkatan
fisik dan mental secara signifikan. Stres
kemampuan kader dalam
merupakan salah satu bahaya psikososial yang
melakukan supervisi dan
berpotensi menyerang semua jenis pekerjaan.
umpan balik selama
Pembahasan menjalankan Ergonomik
Partisipatif Berjenjang.
Ergonomi adalah ilmu yang
3. terjadinya peningkatan
mempelajari perilaku manusia dalam
pengetahuan, sikap dan
kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran
keterampilan pekerja dalam
penelitian ergonomi adalah manusia pada saat
mencegah masalah kesehatan
bekerja dalam lingkungan. Secara singkat
gangguan musculoskeletal.
dapat dikatakan bahwa ergonomi adalah
4. terjadinya peningkatan
penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi
kelenturan otot dan
tubuh manusia yang ditujukan untuk
fleksibilitas sendi pekerja
menurunkan stress yang akan dihadapi.
Upayanya antara lain berupa penyesuaian
setelah melakukan peregangan ketidaknyamanan (peralatan kurang atau
mandiri. mengangkat perangkat, lantai licin). Bahaya
5. terjadinya peningkatan fisik: bahaya dalam lingkungan kerja seperti
pengetahuan, sikap dan radiasi, listrik, suhu dan kebisingan dapat
perilaku keluarga dalam menyebabkan trauma. Bahaya psikososial:
pencegahan penyakit akibat masalah antar pekerja, stress.
kerja.
Penyakit akibat kerja adalah penyakit
6. terjadinya peningkatan
yang ditimbulkan oleh atau didapat pada
kemandirian keluarga dalam
waktu melakukan pekerjaan. Penyakit akibat
merawat anggota keluarga
kerja atau yang lebih dikenal sebagai
yang mengalami gangguan
occupational diseases adalah penyakit yang
muskuloskeletal.
disebabkan oleh faktor-faktor pekerjaan atau
Bahaya kerja diklasifikasikan dalam didapat pada waktu melakukan pekerjaan .
lima kategori, antara lain biologis, penyakit Faktor Lingkungan kerja sangat berpengaruh
menular, kimia, lingkungan, dan bahaya dan berperan sebagai penyebab timbulnya
psikososial. Bahaya biologis dan bahaya Penyakit Akibat Kerja. Faktor-fakor penyebab
infeksi: agen infeksi dan biologis, seperti penyakit akibat kerja dapat dibedakan sebagai
virus, jamur dan parasit, yang dapat berikut:
ditularkan melalui kontak dengan pasien
a. Faktor Fisik, yang meliputi:
terinfeksi atau cairan tubuh kontaminasi.
Penyakit menular yang menjadi perhatian  Suara tinggi/bising yang dapat

besar saat ini, HIV, rubeola (campak), rubella menyebabkan ketulian.

(campak jerman), herperviruses (herpes  Temperatur/suhu tinggi yang dapat

simplek), varicella (cacar air/ herpes zoster), menyebabkan Hyperpireksi, Milliaria,

dan cytomegalovirus (CMV), dan heat Cramp, Heat Exhaustion, Heart

Mycobacterium tuberculosis (TBC). Bahaya Stroke.

kimia : berbagai bentuk bahan kimia yang  Radiasi sinar elektromagnetik, pada

beracun atau berpotensi mengganggu system mata infra merah dapat menyebabkan

tubuh,termasuk obat-obatan, solutions dan katarak, ultraviolet menyebabkan

gas. Bahaya lingkungan dan bahaya mesin : konjungtivitis, radioaktif/ alfa/ beta/

faktor-faktor yang dihadapi dalam lingkungan gama/ X menyebabkan gangguan

kerja yang mengakibatkan atau mungkin terhadap sel tubuh manusia.

terjadi kecelakaan,luka, strain, atau


 Tekanan udara tinggi yang dapat e. Faktor Mental/Psikologi
menyebabkan Coison Disease.
Penyebabnya yaitu suasana kerja monoton
 Getaran/vibration yang dapat
dan tidak nyaman, hubungan kerja kurang
menyebabkan Reynaud’s Disease,
baik, upah kerja kurang, terpencil, atau tak
Gangguan proses metabolisme,
sesuai bakat yang mengakibatkan stress.
Polineurutis.
Disiplin ergonomi secara khusus akan
b. Faktor Kimia
mempelajari keterbatasan dari kemampuan
 Berasal dari bahan baku, bahan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi
tambahan, hasil antara, hasil samping, dan produk-produk buatannya. Disiplin ini
hasil (produk), sisa produksi atau berangkat dari kenyataan bahwa manusia
bahan buangan yang dapat berbentuk memiliki batas-batas kemampuan baik jangka
zat padat, cair, gas, uap maupun pendek maupun jangka panjang pada saat
partikel. Materi ini masuk ke tubuh berhadapan dengan keadaan lingkungan
dapat melalui saluran pernafasan, sistem kerjanya yang berupa perangkat keras/
saluran pencernaan, kulit dan mukosa. hardware (mesin, peralatan kerja dll) dan/atau
 Efek terhadap tubuh dapat perangkat lunak/software (metode kerja,
menyebabkan iritasi, alergi, korosif, sistem dan prosedur, dll).
Asphyxia, keracunan sistemik, kanker,
Dalam perkembangan selanjutnya, ergonomi
kerusakan/kelainan janin,
dikelompokkan atas empat bidang
pneumoconiosis, efek bius (narkose)
penyelidikan yaitu:
dan pengaruh genetik.
a. Penyelidikan tentang tampilan (display).
c. Faktor biologi yang dapat berasal dari
Tampilan (display) adalah suatu perangkat
virus, bakteri, parasit, jamur, serangga,
antara (interface) yang menyajikan informasi
binatang buas, dan lain-lain.
tentang keadaan lingkungan,dan
d. Faktor Ergonomi/Fisiologi mengkomunikasikannya pada manusia dalam
bentuk tanda-tanda, angka, lambang
 Penyebabnya adalah cara kerja, posisi
dansebagainya,
kerja, alat kerja, lingkungan kerja
yang salah dan kontruksi salah. b. Penyelidikan tentang kekuatan fisik
 Efek terhadap tubuh yaitu dapat manusia. Dalam hal ini diselidiki tentang
menyebabkan kelelahan fisik, nyeri aktivitas-aktivitas manusia ketika bekerja, dan
otot, deformitas tulang, perubahan kemudian dipelajari cara mengukur aktivitas-
bentuk dan dislokasi. aktivitas tersebut
c. Penyelidikan tentang ukuran tempat kerja. kerja ketika dihadapkan dengan peran
Penyelidikan ini bertujuan untuk pekerjaan secara psikologis dan lingkungan
mendapatkan rancangan tempat kerja yang kerja. Petugas kesehatan mengalami kelelahan
sesuai dengan ukuran(dimensi) tubuh emosional yang berdampak padas stress kerja
manusia, agar diperoleh tempat kerja yang dan mungkin berdampak lebih sehingga dapat
baik, yang sesuai dengan kemampuan dan mengalami burnout. Burnout adalah keadaan
keterbatasan manusia. seseorang di tempat kerja yang ditandai
dengan menurunnya produktivitas karena
d. Penyelidikan tentang lingkungan kerja.
stres ditempat kerja secara terus menerus,
Penyelidikan ini meliputi kondisi lingkungan
yang ditandai dengan gejala depresi.
fisik tempat kerja dan fasilitas kerja seperti
pengaturan cahaya, kebisingan suara, Pekerjaan dapat memberikan kepuasan
temperatur, getaran dll. yang dianggap dapat dan tantangan, sebaliknya dapat pula menjadi
mempengaruhi tingkah laku manusia . gangguan dan ancaman. Faktor yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan akibat
Bahaya Psikososial merupakan bahaya
kerja yaitu kecepatan dan beban kerja. Beban
pekerjaan yang memengaruhi kesejahteraan
kerja yang semakin berat apabila tenaga kerja
psikologis pekerja termasuk kemampuan
juga dituntut untuk bekerja dengan ritme
untuk berpartisipasi dalam lingkungan kerja
pekerjaan yang lebih cepat dan target
diantara orang lain. Berdasarkan identifikasi
produksi yang lebih tinggi. Beban kerja dan
bahaya yang dilakukan pada rumah sakit
jam kerja malam yang menganggu aktivitas
ditemukan bahwa terdapat beberapa keluhan
kerja pada tenaga kerja. Shift kerja yang dapat
klien dengan masalah kualitas pelayanan
menimbulkan gangguan kesehatan yaitu jam
penanganan pasien yang dapat memengaruhi
kerja malam yang dapat menyebabkan
citra Rumah Sakit . Keluhan yang terjadi
gangguan tidur.
disebabkan ketidakpuasan hasil kerja petugas,
tekanan dari klien yang meminta ganti rugi Pengendalian Dampak Potensi Bahaya
saat pasien terlepas dan kabur sehingga Psikologi
memengaruhi hubungan antara klien dan
Lingkungan kerja dibedakan menjadi
pihak rumah sakit, kemudian terdapat
lingkungan fisik dan non fisik. Faktor
komplain klien terhadap hasil unit kerja
lingkungan non fisik adalah bekerja yang
bagian grooming sehingga memengaruhi
berhubungan dengan stress berupa beban
kepuasan klien dengan kinerja petugas
kerja. Bekerja dengan tingkat stresor yang
sehingga dapat berdampak pada stress kerja.
tinggi di tempat kerja menunjukan tingkat
Perawat juga berisiko untuk mengalami stress
stres. Menurut WHO (2001), terdapat kerja dan lingkungan kerja dengan manusia.
hubungan yang kompleks antara tenaga kerja, Penerapan ergonomi juga dilakukan dengan
psikologi tuntutan pekerjaan dan metode kerja memperhatikan kemampuan dan keterbatasan
dengan ergonomi kerja. manusia sehingga tercapai suatu keserasian
antara manusia dan pekerjaan yang akan
Berdasarkan hasil pengamatan
meningkatkan kenyamanan kerja dan
terhadap psikologi tenaga kerja, Rumah sakit
produktivitas kerja. Beberapa posisi penting
dapat melakukan perbaikan lingkungan kerja
untuk penerapan ergonomi di tempat kerja
dan memberikan cuti kerja kepada tenaga
adalah sebagai berikut posisi berdiri dan
kerja. Rasa aman, nyaman, dan sejahtera
posisi duduk. Posisi berdiri berupa tinggi
dalam bekerja yang didapatkan oleh
badan berdiri tinggi bahu, tinggi siku, tinggi
tenagakerja. Hal ini dapat terjadi karena
pinggul, panjang lengan. Posisi duduk berupa
lingkungan kerja berupa cahaya, ventilasi,
tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang
posisi kerja yang tidak menimbulkan stres
lengan bawah dan tangan, jarak lekuk lutut
pada tenaga kerja.
dan garis punggung, serta jarak lekuk lutut
Kondisi lingkungan kerja yang bersih, dan telapak kaki.
rapi, tenang, dan ventilasi udara yang
Penutup
memadai membuat perawat bagian instalasi
nyaman bekerja sehingga mereka dapat Keselamatan dan Kesehatan Kerja di

bekerja dengan baik. Tingkat kepentingan Rumah Sakit (K3RS) yaitu segala kegiatan

pemeliharaan kesehatan para anggota untuk menjamin dan melindungi keselamatan

organisasi karena para tenaga kerja yang sehat dan kesehatan bagi sumber daya manusia

dan bugar, dalam arti fisik maupun dalam arti rumah sakit, pasien, pendamping pasien,

mental psikologi, akan mampu menampilkan pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit

kinerja yang prima, produktivitas yang tinggi melalui upaya pencegahan kecelakan kerja

dan tingkat absensi yang rendah. dan penyakit akibat kerja di rumah sakit

Pengendalian Dampak Potensi Bahaya Bahaya kerja diklasifikasikan dalam

Ergonomi lima kategori, antara lain biologis, penyakit


menular, kimia, lingkungan, dan bahaya
Ergonomi tempat kerja yang baik
psikososial. Bahaya biologis dan bahaya
dapat memperbaiki kondisi kerja yang
infeksi: agen infeksi dan biologis, seperti
berbahaya dengan mengikutsertakan tenaga
virus, jamur dan parasit, yang dapat
kerja dalam ergonomi. Penerapan ergonomi
ditularkan melalui kontak dengan pasien
dilakukan dengan penyesuaian pekerjaan, alat
terinfeksi atau cairan tubuh kontaminasi.
Penyakit menular yang menjadi perhatian tubuh manusia yang ditujukan untuk
besar saat ini, HIV, rubeola (campak), rubella menurunkan stress yang akan dihadapi.
(campak jerman), herperviruses (herpes Upayanya antara lain berupa penyesuaian
simplek), varicella (cacar air/ herpes zoster), ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh
dan cytomegalovirus (CMV), dan agar tidak melelahkan, pengaturan suhu,
Mycobacterium tuberculosis (TBC). Bahaya cahaya dan kelembaban sesuai dengan
kimia: berbagai bentuk bahan kimia yang kebutuhan tubuh manusia . Bahaya ergonomi
beracun atau berpotensi mengganggu system merupakan salah satu potensi bahaya dalam
tubuh,termasuk obat-obatan, solutions dan K3 yang kurang menjadi perhatian dalam
gas. Bahaya lingkungan dan bahaya mesin : suatu tempat kerja. Padahal bahaya ergonomi
faktor-faktor yang dihadapi dalam lingkungan dapat menimbulkan kerugian di tempat kerja,
kerja yang mengakibatkan atau mungkin dimana bahaya ergonomi dapat
terjadi kecelakaan,luka, strain, atau mengakibatkan produktivitas dan kualitas
ketidaknyamanan (peralatan kurang atau pekerja menurun serta dapat menimbulkan
mengangkat perangkat, lantai licin). Bahaya penyakit akibat kerja. Tujuan penerapan
fisik: bahaya dalam lingkungan kerja seperti intervensi ergonomic yaitu :
radiasi, listrik, suhu dan kebisingan dapat
1. terjadinya peningkatan
menyebabkan trauma. Bahaya psikososial:
pengetahuan, sikap dan
masalah antar pekerja, stress.
keterampilan kader dalam
Penyakit akibat kerja adalah penyakit melaksanakan Ergonomik
yang ditimbulkan oleh atau didapat pada Partisipatif Berjenjang.
waktu melakukan pekerjaan. Penyakit akibat 2. didapatkannya peningkatan
kerja atau yang lebih dikenal sebagai kemampuan kader dalam
occupational diseases adalah penyakit yang melakukan supervisi dan
disebabkan oleh faktor-faktor pekerjaan atau umpan balik selama
didapat pada waktu melakukan pekerjaan . menjalankan Ergonomik
Partisipatif Berjenjang.
Ergonomi adalah ilmu yang
3. terjadinya peningkatan
mempelajari perilaku manusia dalam
pengetahuan, sikap dan
kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran
keterampilan pekerja dalam
penelitian ergonomi adalah manusia pada saat
mencegah masalah kesehatan
bekerja dalam lingkungan. Secara singkat
gangguan musculoskeletal.
dapat dikatakan bahwa ergonomi adalah
penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi
4. terjadinya peningkatan Kedokteran Masyarakat (BKM Journal Of
kelenturan otot dan Community Medicine And Public Health)
fleksibilitas sendi pekerja Volume 33 Nomor 9 Halaman 445-448.
setelah melakukan peregangan
Daniah, Fauzi, R., Z. 2016. Hubungan Gejala
mandiri.
Stres Kerja Dengan Bahaya Psikososial Pada
5. terjadinya peningkatan
Pekerja Pengumpul Tol Cabang Jagorawi Di
pengetahuan, sikap dan
Pt. Jasa Marga (Persero) Tbk Tahun 2016.
perilaku keluarga dalam
Jurnal Ilmu Kesehatan,8(2), 25-29.
pencegahan penyakit akibat
kerja. Fathi, A., & Simamora, R. H. (2019, March).

6. terjadinya peningkatan Investigating nurses’ coping strategies in their

kemandirian keluarga dalam workplace as an indicator of quality of nurses’

merawat anggota keluarga life in Indonesia: a preliminary study. In IOP

yang mengalami gangguan conference series: Earth and Environmental

muskuloskeletal. science (Vol. 248, No. 1, p. 012031). IOP


Publishing.

Ivana, A., Dkk. 2014. Analisa Komitmen


Daftar Pustaka
Manajemen Rumah Sakit (RS) Terhadap
Aspihan, Moch,. DKK. Ergonomik Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada
Partisipatif Berjenjang Sebagai Bentuk RS Prima Medika Pemalang. JURNAL
Intervensi Keperawatan Komunitas Pada KESEHATAN MASYARAKAT (e-
Kelompok Pekerja Dengan Risiko Gangguan Journal),Volume 2, Nomor 1, 35-41. Online
Muskuloskeletal Di Pt X. Buku Proceeding di
Unissula Nursing Conference UNISSULA http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
PRESS ( ISBN 978-602-1145-69-2 ) ,161-173.
Kurniawidjaja, L., M., DKK,. 2014.
Balaputra, I.,Sutomo, A., Pengendalian Risiko Ergonomi Kasus Low
H.2017.Pengetahuan Ergonomi Dan Postur Back Pain pada Perawat di Rumah Sakit.
Kerja Perawat Pada Perawatan Luka Dengan MKB, Volume 46 No. 4, 225-233.
Gangguan Muskuloskeletal Di Dr. H.
Martina, T., Nuryaningtyas, B., M.2014.
Koesnadi Bondowoso (Ergonomics
Analisis Tingkat Risiko Muskuloskeletal
Knowledge And Work Posture Of Nurses On
Disorders (Msds) Dengan The Rapid Upper
Wound Care With Musculoskeletal Disorder
Limbs Assessment (Rula) Dan Karakteristik
In Dr. H. Koesnadi Bondowoso ).Berita
Individu Terhadap Keluhan Msds. The
Indonesian Journal of Occupational Safety
and Health, Vol. 3, No. 2, 160-169.

Mongdong, S., R., DKK. 2019. Gambaran


Pelaksanaan Program Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3rs) Di
Rsud Maria Walanda Maramis Kabupaten
Minahasa Utara. Jurnal KESMAS, Vol. 8, No.
7, 46-53.

Pertiwi, DKK. 2019. Hazard Identification,


Risk Assesment And Risk Control Serta
Penerapan Risk Mapping Pada Rumah Sakit
Hewan Prof. Soeparwi Universitas Gadjah
Mada. Berita Kedokteran Masyarakat (BKM
Journal of Community Medicine and Public
Health Volume 35 Nomor 2, 55- 64.

Prapti, N., K., G., DKK. 2018. Kajian


Ergonomi Pada Tindakan Keperawatan Di Ird
Rs Universitas Udayana, Badung, Bali.
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta,
5(3), 414-419

Simamora, R. H. (2020). Learning of Patient


Identification in Patient Safety Programs
Through Clinical Preceptor Models. Medico
Legal Update, 20(3), 553-556.

Suarniti, L., P. 2015. Risiko Ergonomi


Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat Gigi.
jurnal Kesehatan Gigi Vol. 3 No. 2, 113-123.

Anda mungkin juga menyukai