BLOK EMERGENSI
“TEKANAN DARAH TINGGI DALAM KEHAMILAN”
KELOMPOK A – 1
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2021 – 2022
SKENARIO
KATA SULIT
1. ANC : antenatal care pemeriksaan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan
janin secara berkala yang diikuti oleh koreksi terhadap kelainan yang ditemukan.
2. Tinggi fundus uteri : titik tertinggi dari Rahim.
3. Status obstertric : riwayat pemeriksaan selama kehamilan atau persalinan.
PERTANYAAN
JAWABAN
1. Karna usia ekstreme kehamilan < 20 tahun > 35 tahun, obesitas, DM, riwayat
penyakit ginjal, hipertensi, faktor kembar, dan Riwayat eclampsia pada keluarga.
2. Tekanan darah tinggi menyebabkan tekanan pada intrakranium meningkat sehingga
menyebabkan sakit kepala.
3. Bisa terjadi kematian pada ibu hamil, kerusakan organ, eclampsia, dan BBLR rendah.
4. Methyldopa aman untuk ibu hamil setelah trimester 1 tidak mengganggu pertumbuhan
janin dan tidak ada kontraindikasi terhadap ibu. Bisa diberikan labetalol dan
nifedipine tapi harus dihindari pada trimester 1.
5. Muncul saat kehamilan usia 20 minggu atau lebih sampai bayi lahir.
6. Janin tidak dapat berkembang karna asupan nutrisi yang kurang.
7. Karna garam dalam darah pasien masih bisa meretensi air.
8. Medikamentosa bisa diberikan ACE Inhibitor, angiotensin. Non medikamentosa ibu
hamil rajin olahraga, mengkonsumsi buah dan sayur, menghindari rokok/ tidak
merokok, diet rendah garam, deteksi dini untuk mencegah terjadinya kerusakan pada
organ.
9. Bisa menyebabkan kematian pada ibu dan janin, bisa menyebabkan preeclampsia
berat , eclampsia, serta pertumbuhan janin yang terhambat.
10. Bisa dilakukan dengan menurunkan tekanan darah dengan obat hidralazyne, labetalol,
serta target tekanan darah sistolik 140-150 mmHg dan diastolic 90-100 mmHg, bisa
juga diberikan magnesium sulfat untuk mencegah eclampsia dan konsultasi ke bagian
abgyn untuk penanganan lebih lanjut.
11. Kemungkinan diagnosis Preeclampsia dikarnakan usia kehamilan >20 minggu
terdapat proteinuria berat namun tidak didapati kejang pada ibu.
12. Menghindari faktor resiko, menghindari alcohol dan cafein, berolahraga secara
teratur, istirahat yang cukup dan konsumsi air putih min 8-10/hari.
HIPOTESA
Usia ekstreme kehamilan < 20 tahun dan >35 tahun, obesitas, DM, hipertensi, dan riwayat
eclampsia pada keluarga dapat menyebabkan kemungkinan diagnosis pre-eclampsia.
Penanganan awal pre-eclampsia dengan cara menurunkan tekanan darah dengan obat
hidralazyne, labetalol, serta target tekanan darah sistolik 140-150 mmHg dan diastolic 90-100
mmHg. Dan untuk tatalaksana lebih lanjut dapat diberikan medikamentosa, ACE Inhibitor,
angiotensin, menyarankan mengkonsumsi buah dan sayur, menghindari rokok, diet rendah
garam, dan deteksi dini untuk mencegah terjadinya kerusakan pada organ. Jika tidak
ditangani dengan segera bisa menyebabkan kematian pada ibu dan janin, preeclampsia berat,
eclampsia, serta pertumbuhan janin yang terhambat. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah
dengan menghindari faktor resiko, menghindari alcohol dan cafein, berolahraga secara
teratur, istirahat yang cukup dan konsumsi air putih min 8-10/hari.
SASARAN BELAJAR
LO.1.1. Definisi
Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.
Normal : <120 mmHg (sistol), <80 mmHg (diastol)
Prehipertensi : 120-139 (sistol), 80-89 (diastol)
Hipertensi stage 1 : 140-159 (sistol), 90-99 (diastol)
Hipertensi stage 2 : 160 atau >160 (sistol), 100 atau >100 (diastol)
(InfoDATIN Kementerian Kesehatan RI, 2014)
LO.1.2. Etiologi
Penyebab hipertensi dalam kehamilan sebenarnya belum jelas. Ada yang mengatakan
bahwa hal tersebut diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, ada yang mengatakan
karena faktor diet, tetapi ada juga yang mengatakan disebabkan faktor keturunan, dan lain
sebagainya. (InfoDATIN Kementerian Kesehatan RI, 2014)
Umur yang beresiko terkena hipertensi pada ibu hamil dengan usia< 20 tahun dan
> 35 tahun.
Hal ini sesuai dengan penelitian Harefa dan Yabesman (2013) terdapat
hubungan signifikan antara umur dengan kejadian hipertensi (preeklampsia)
dengan nilai odds ratio sebesar 2,94 artinya ibu hamil yang memiliki umur
< 20 tahun atau > 35 tahun memilki resiko 2,94 kali dibandingkan
dengan ibu yang memiliki umur 20-35 tahun terhadap kejadian hipertensi
(preeklampsia-eklampsia).
Wanita yang kelebihan berat badan (obesitas).
Hasil analisis statistikChi-Square bahwa ada pengaruh obesitas dengan kejadian
hipertensi (p= < 0,001 dan OR= 6 ; 95%CI=2,407-15,291) artinya bahwa
wanita dewasa muda yang obesitas berpeluang berisiko 6 kali lebih besar
menderita hipertensi dibanding dengan yang tidak obesitas. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Estiningsih (2012) bahwa ada pengaruh
obesitas dengan kejadian hipertensi. Memasuki usia dewasa, seseorang
cenderung memiliki pola makanyang kurang sehat dan kurang memperhatikan
kesehatan, akibatnya penyakit degeneratif seperti hipertensi akan mudah terjadi.
Gaya hidup tidak sehat dan konsumsi makanan yang berlebihan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chairiah (2012) di RSU
Tanjung Pura ditemukan 28 responden (53,3%) ibu hamil hipertensi
dimana responden lebih banyak mengkonsumsi makan karbohidrat yang
cukup tinggi seperti mengkonsumsi jajanan seperti gorengan, biskuit, keripik
hampir setiap hari di konsumsi, dan ditemukan juga ibu yang sering
mengkonsumsi bakso, mie goreng minimal 3 kali seminggu sementara porsi
makanan sehari-hari juga sudah meningkat.
Paritas
Hal ini sama dengan penelitian Walidah (2012) ada hubungan
signifikanantara paritas dengan kejadian hipertensi (preeklamsia). Wanita
yang baru menjadi ibu atau dengan pasangan baru mempunyai resiko 6
sampai 8 kali lebih mudah terkena hipertensi (preeklamsia-eklamsi) dari pada
multigravida.Sekitar 85% hipertensi (preklamsi-eklamsi) terjadi pada
kehamilan pertama.
Aktivitas fisik yang kurang
Hasil analisis statistik Chi Squarebahwa ada pengaruh Variabel aktivitas
fisik dengan kejadian hipertensi pada wanita dewasa mudadi Puskesmas
Teladan dengan nilai (p= 0,006 dan OR= 6 ; 95%CI=2,407-15,291) artinya
wanita dewasa muda yang memiliki aktivitas fisik yang berisiko PAL <
1,70 berpeluang 3,6 kali lebih besar menderita hipertensi dibandingkan
aktivitas fisik yang tidak berisiko PAL ≥ 1,70. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Sihombing (2010) bahwa terdapat
pengaruh yang bermakna antara aktivitas fisik dengan hipertensi, mereka
yang memiliki aktivitas fisik kurang berisiko 1,05 kali menderita hipertensi.
Penggunaan alat kontrasepsi oral
Hasil analisis statistik Chi Square bahwa ada pengaruh penggunaan alat
kontrasepsi oral dengan kejadian hipertensi pada wanita dewasa muda di
Puskesmas Teladan dengan nilai (p= 0,001 dan OR= 4,8 95%CI= 2.046 -
11,531) artinya bahwawanita dewasa muda yang menggunakan alat kontrasepsi
oral ≥ 5 tahun berpeluang berisiko 4,8 kali lebih besar menderita hipertensi
dibandingkan dengan yang menggunakan alat kontrasepsi oral < 5 tahun.
LO.1.4. Epidemiologi
Menurut data dari WHO (World Health Organization) tahun 2005 terdapat
536.000 ibu hamil meninggal dunia karena hipertensi dalam kehamilan. Kejadian ini
terjadi hampir di seluruh dunia, angka kematian ibu (AKI) di Asia Tenggara
berjumlah 35 per 100 ribu kelahiran hidup. Hasil laporan WHO tahun 2005
juga menyatakan bahwa di Indonesia AKI tergolong tinggi yaitu per 100.000
kelahiran hidup (WHO, 2005).
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2013, tampak
kecenderungan peningkatan prevalensi PTM seperti hipertensi, diabetes, stroke, dan
LO.1.5. Klasifikasi
Hipertensi pada kehamilan dapat digolongkan menjadi: 1) pre-eklampsia/ eklampsia, 2)
hipertensi kronis pada kehamilan, 3) hipertensi kronis disertai preeklampsia, dan 4)
hipertensi gestational (Roberts et al., 2013; Malha et al., 2018).
1. Pre-eklampsia dan Eklampsia
Pre-eklampsia adalah sindrom pada kehamilan (>20 minggu), hipertensi (≥140/90
mmHg) dan proteinuria (>0,3 g/hari). Terjadi pada 2-5% kehamilan dan angka
kematian ibu 12-15%. (Malha et al., 2018)
Eklampsia adalah terjadinya kejang pada wanita dengan pre-eklampsia yang tidak dapat
dikaitkan dengan penyebab lainnya . Eklampsia keadaan darurat yang dapat mengancam
jiwa, terjadi pada sebelum, saat, dan setelah persalinan (antepartum,
intrapartum,postpartum). Eklampsia didahului dengan sakit kepala dan perubahan
penglihatan, kemudian kejang selama 60-90 detik.
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi kronis terjadi sebelum minggu ke-20
kehamilan, dapat bertahan lama sampai lebih dari 12 minggu pasca persalinan.
Hipertensi, obesitas dan usia merupakan faktor risiko hipertensi kronis. Hipertensi
kronis pada kehamilan meningkatkan risiko pre-eklampsia, pertumbuhan janin,
persalinan dini, dan kelahiran dengan caesar.
4. Hipertensi gestasional
Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang terjadi setelah 20 minggu kehamilan
tanpa proteinuria. Angka kejadiannya sebesar 6%. Sebagian wanita (> 25%)
berkembang menjadi pre-eklampsia diagnosis hipertensi gestasional biasanya
diketahui setelah melahirkan (Leslie and Collins, 2016; Malha et al., 2018).
Hipertensi gestasional berat adalah kondisi peningkatan tekanan darah > 160/110
mmHg. Tekanan darah baru menjadi normal pada post partum, biasanya dalam
sepuluh hari. Pasien mungkin mengalami sakit kepala, penglihatan kabur, dan sakit
perut dan tes laboratorium abnormal, termasuk jumlah trombosit rendah dan tes fungsi
hati abnormal (Karthikeyan, 2015).
5. Teori Genetik
Ada faktor keturunan dan familial dengan model gen tunggal. Genotype ibu lebih
menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial jika dibandingkan
dengan genotype janin. Telah terbukti bahwa ibu yang mengalami pre eklamsia, 26%
anak perempuannya akan mengalami pre eklamsia pula, sedangkan hanya 8% anak
menantu mengalami pre eklamsia.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Pengukuran tekanan darah
- Pengukuran rutin di kamar periksa dokter / rumah sakit
- Pengukuran 24 jam
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes darah rutin
2. Proteinuria kuantitatif
3. Hitung darah perifer lengkap (DPL)
4. Golongan darah ABO, Rh, dan uji pencocokan silang
5. Fungsi hati (LDH, SGOT, SGPT)
6. Fungsi ginjal (ureum, kreatinin serum)
7. Profil koagulasi (PT, APTT, fibrinogen)
8. USG (terutama jika ada indikasi gawat janin/pertumbuhan janin
terhambat)
Penentuan Proteinuria
Proteinuria ditetapkan bila ekskresi protein di urin melebihi 300 mg dalam 24 jam
atau tes urin dipstik > positif 1. Pemeriksaan urin dipstik bukan merupakan
pemeriksaan yang akurat dalam memperkirakan kadar proteinuria. Konsentrasi
protein pada sampel urin sewaktu bergantung pada beberapa faktor, termasuk jumlah
urin. Kuo melaporkan bahwa pemeriksaan kadar protein kuantitatif pada hasil
dipstik positif 1 berkisar 0-2400 mg/24 jam, dan positif 2 berkisar
700-4000mg/24jam. Pemeriksaan tes urin dipstik memiliki angka positif palsu yang
tinggi, seperti yang dilaporkan oleh Brown, dengan tingkat positif palsu 67-83%.
Positif palsu dapat disebabkan kontaminasi duh vagina, cairan pembersih, dan urin
yang bersifat basa. Konsensus Australian Society for the Study of Hypertension in
Pregnancy (ASSHP) dan panduan yang dikeluarkan oleh Royal College of
Obstetrics and Gynecology (RCOG) menetapkan bahwa pemeriksaan proteinuria
dipstik hanya dapat digunakan sebagai tes skrining dengan angka positif palsu yang
sangat tinggi, dan harus
dikonfirmasi dengan pemeriksaan protein urin tampung 24 jam atau rasio protein
banding kreatinin. Pada telaah sistematik yang dilakukan Côte dkk disimpulkan
bahwa pemeriksaan rasio protein banding kreatinin dapat memprediksi proteinuria
dengan lebih baik.
Pemeriksaan proteinuria dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu secara Esbach
dan Dipstick. Pengukuran secara Esbach, dikatakan proteinuria jika didapatkan
protein ≥300 mg dari 24 jam jumlah urin. Nilai tersebut setara dengan kadar
proteinuria ≥30 mg/dL (+1 dipstick) dari urin acak tengah yang tidak menunjukkan
tanda-tanda infeksi saluran kencing. Interpretasi hasil dari proteinuria dengan
metode dipstick adalah : 19
+1 = 0,3 – 0,45 g/L
+2 = 0,45 – 1 g/L
+3 = 1 – 3 g/L
+4 = > 3 g/L.
Prevalensi kasus preeklamsia berat terjadi 95% pada hasil pemeriksaan
+1 dipstick, 36% pada +2 dan +3 dipstick.
LO.1.9. Tatalaksana
Eklampsia adalah terjadinya kejang pada wanita dengan pre-eklampsia yang tidak dapat
dikaitkan dengan penyebab lainnya (Karthikeyan, 2015). Eklampsia keadaan darurat
yang dapat mengancam jiwa, terjadi pada sebelum, saat, dan setelah persalinan
(antepartum, intrapartum, postpartum). Eklampsia didahului dengan sakit kepala dan
perubahan penglihatan, kemudian kejang selama 60-90 detik (Leeman et al., 2016).
Pada ibu
Pada janin
Adanya tanda-tanda fetal distress (gawat janin)
Adanya tanda-tanda Intrauterine Growth Restriction (IUGR)
NST nonreaktif dengan profil biofisik abnormal
Terjadinya oligohidramnion
Pada laboratorium
Konsekuensi hipertensi pada kehamilan (Mustafa et al., 2012; Malha et al., 2018) :
a) Jangka pendek Ibu : eklampsia, hemoragik, isemik stroke, kerusakan hati (HELL
sindrom, gagal hati, disfungsi ginjal, persalinan cesar, persalinan dini, dan abruptio
plasenta. Janin : kelahiran preterm, induksi kelahiran, gangguan pertumbuhan janin,
sindrom pernapasan, kematian janin.
b) Jangka panjang Wanita yang mengalami hipertensi saat hamil memiliki risiko kembali
mengalami hipertensi pada kehamilan berikutnya, juga dapat menimbulkan komplikasi
kardiovaskular, penyakit ginjal dan timbulnya kanker.
LO.1.11. Pencegahan
Pencegahan preeklampsia
Nonmedikal
1. Perhatikan pola makan.
Kehamilan yang sehat membutuhkan asupan nutrisi yang cukup dari berbagai
makanan yang Anda konsumsi.Penuhi kebutuhan gizi Anda setiap hari dan pastikan
kebutuhan protein, mineral, karbohidrat, vitamin, dan serat tercukupi.Perbanyak
mengonsumsi sayuran, ikan, buah-buahan, serta minum air putih.Kurangi
mengonsumsi makanan yang mengandung hidrat arang dan garam.
4. Rajin olahraga.
Olahraga bermanfaat melancarkan sirkulasi darah dan oksigen dalam tubuh. Dengan
rajin berolahraga ringan, seperti jalan kaki, renang, yoga, dan lain-lain dapat
membantu menurunkan tekanan darah Anda.
5. Hindari stress.
Stres dapat memicu naiknya tekanan darah Anda.Karena itu, usahakan agar pikiran
Anda tetap tenang dan gembira agar tekanan darah Anda tetap normal.
6. Hindari kelelahan.
Kelelahan dan kurang istirahat pada ibu hamil juga dapat menyebabkan tekanan darah
tiggi.
Medikal
o Kalsium : 1.500-2.000 mg/hari
o Zinc 200 mg/hari
o Magnesium 365/hari
o Obat anti trombotik yang dianggap dapat dapat mencegah preeklampsia adalah
aspirin dosis rendah rata-rata di bawah 100mg/hari atau dipyridamole
o Antioksidan : vit. C, vit E, β-karoten, CoQ10, N-asetilsistein, asam lipoik
LO.1.12. Prognosis
13. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia., 2018. Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2017. Kemenkes RI.
14. Hypertensive Disorders of Pregnancy (ISSHP Classification, Diagnosis, and
Management Recommendations for International Practice) 2018. (
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29899139/ )
15. Jurnal ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYEBAB HIPERTENSI PADA WANITA
DEWASA MUDA DAN KAITANNYA DENGAN PERMASALAHAN
KEHAMILAN DI WILAYAH KERJA PUSKEMAS TELADAN TAHUN 2017 (
http://ejournal.stikeselisabethmedan.ac.id:85/index.php/EHJ/article/view/270 )
16. Jurnal Hipertensi pada Kehamilan tahun 2019 (
http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/HMJ/article/view/4169 )
17. Jurnal FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HIPERTENSI PADA
KEHAMILAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANCUR BATU
KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG DARI BULAN
JANUARI SAMPAI DESEMBER TAHUN 2018 (
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF/article/view/7 )