Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN PAPARAN ASAP ROKOK TERHADAP PERUBAHAN HISTOPATOLOGI LARING PADA TIKUS

RATUS NOVERGICUS

Nama : Ilfa Heldiana

Nim : 227041035
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asap rokok dapat menimbulkan polusi pada perokok pasif dan lingkungan sekitarnya. Rokok
dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan terutama pada tenggorokan, salah satunya adalah penyakit
kanker tenggorokan. Penyakit ini dipicu oleh perubahan atau mutasi gen pada sel-sel tenggorokan.
Perubahan pembelahan sel inilah yang memicu pertumbuhan sel abnormal yang tak terkendali. faktor
risiko yang bisa memicu mutasi gen pada sel-sel di tenggorokan, selain konsumsi alkohol, juga kebiasaan
merokok. (Healthline. Diakses pada 2020)

Menurut studi dari U.S. Surgeon General (2010), setiap kali menghirup asap tembakau,
tenggorokan akan langsung terpapar lebih dari 7.000 bahan kimia. Beberapa di antara bahan kimia ini
bisa menyebabkan kanker. Bahan kimia ini pada awalnya mengiritasi tenggorokan dan akhirnya dapat
menimbulkan kanker pada tenggorokan. (US Surgeon General, 2010)

Beberapa studi telah menggambarkan efek merokok yang mungkin berkembang pada mekanisme
keganasan pada laring, seperti insidensi yang lebih tinggi pada perubahan histologi pada epitel pita suara
(seperti nukleus atipikal pre-cancerous, karsinoma invasif dini, dan penebalan menyeluruh pada epitel),
edema ringan hingga kronik, eritema, hiperplasia epitel, peradangan pada saluran suara, laringitis kronis,
dan berkembangnya batuk yang berlebihan oleh karena meningkatnya sensitivitas struktur laring. (Pinar,
et al, 2015; Awan, 2011)

Penggunaan tembakau adalah penyebab utama penyakit dan kematian yang dapat dicegah di
Amerika Serikat, dan sekitar 480.000 kematian per tahun disebabkan oleh merokok dan paparan asap
rokok, atau hampir satu dari lima kematian setiap tahun. Termasuk sekitar 41.000 kematian di antara
orang dewasa dan 400 kematian di antara bayi akibat paparan asap rokok. Asap tembakau mengandung
sekitar 7.000 bahan kimia, termasuk ratusan yang beracun. Sekitar 70 bahan kimia ini dapat menyebabkan
kanker. Bentuk tembakau yang digunakan di Amerika Serikat termasuk rokok, cerutu, tembakau tanpa
asap (yaitu, tembakau kunyah, snuff, dip, snus, dan tembakau terlarut), pipa, hookah (pipa air), bidis, dan
rokok elektronik. (Gallaway et al, 214)

Berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi merokok pada remaja usia 10 -18 tahun mengalami
peningkatan dari tahun 2013 (7,20%) ke tahun 2018 (9,10%). Sedangkan perokok laki-laki usia >15 tahun
pada tahun 2018 masih berada pada angka yang tinggi (62,9 %) dan masih menjadi prevalensi perokok
laki-laki tertinggi di dunia. (Riskesdas, 2013; Riskesdas, 2018)

Sebanyak 62.479 kasus baru (3,5 per 100.000 orang) kanker laring dilaporkan di Amerika Serikat
selama 2010-2014. Tingkat kejadian secara substansial lebih tinggi di antara laki-laki (6,0) dibandingkan
di antara perempuan (1,3). Tingkat meningkat dengan bertambahnya usia dan memuncak di antara orang-
orang berusia 70-79 tahun (16,2). Di antara laki-laki, kulit hitam memiliki tingkat tertinggi (8,5), diikuti
oleh kulit putih (5,9. Tingkat lebih tinggi di antara non-Hispanik daripada di antara Hispanik (3,6 dan 2,5,
masing-masing). Di antara mereka dengan karakteristik tumor yang diketahui (97,1%), hampir semua
(96,9%) kanker laring adalah karsinoma sel skuamosa. Mayoritas (53,6%) didiagnosis pada tahap lokal;
namun, persentase kasus lokal yang lebih kecil terjadi pada wanita (47,1%) dibandingkan pria (55,3%).
Wanita memiliki persentase diagnosis kanker laring stadium regional yang lebih besar daripada pria
(masing-masing 32,2% dan 22,0%), sedangkan pria memiliki persentase diagnosis stadium jauh yang
sedikit lebih besar daripada wanita (17,9% untuk pria dan 16,5% untuk wanita). (Gallaway et al, 2014)

Suatu studi yang menggunakan hewan coba tikus, oleh Leao, et al, 2016 menunjukkan perubahan
histopatologis terjadi pada hewan yang diberikan paparan asap rokok secara pasif. Dalam periode 120
hari, tejadi peningkatan sel-imun dan inflamasi fokal pada tikus yang diberikan paparan asap rokok.
Karakteristik peradangan kronis ditemukan pada lamina propria laring tikus yang mendapat perlakuan,
ditandai dengan adanya sel-sel inflamasi mononuklear, yang termasuk limfosit, sel plasma, dan makrofag.
Tingkat peradangan ditentukan oleh jumlah sel inflamasi di setiap sampel, terbagi dalam kategori ringan
hingga sedang. (Leao et al, 2016)

Merokok telah diketahui mempengaruhi inflamasi pada laring dengan stimulasi sel Th17 yang
akan memediasi inflamasi dan mengakibatkan emfisema sebagai luaran akhir. Diferensiasi sel T tersebut
diinduksi oleh TGF-b dan diinhibisi oleh IL-4. (Ha et al, 2019). Asap rokok mengurangi kadar IL-4 dan
IL-13 dan secara bersamaan menurunkan sitokin anti-inflamasi sebagai IL-10 dan mengubah faktor
pertumbuhan (TGF)-β pada hewan coba. Asap rokok juga mengurangi jumlah eosinofil pada lavage
bronkoalveolar dan meningkatkan jumlah neutrofil di paru dan sel dendritik yang mengaktivasi sel
CD8+ . Paparan asap rokok menurunkan subtipe pengatur penting sel dendritik seperti sel dendritik
plasmasitoid serta aktivasinya dengan ekspresi CD86, PDL2, dan ICOSL, dan hal ini cukup untuk
mengurangi masuknya sel T regulatori dan pelepasan sitokin anti-inflamasi seperti IL-10 dan TGF-β
tetapi tidak cukup untuk mengurangi perubahan struktural. (Bruggermann et al, 2017)

Peradangan laring difus yang berkepanjangan akibat merokok dan/atau refluks biasanya
didiagnosis sebagai laringitis kronis. Laring terkena banyak toksin karena merokok, yang menyebabkan
peradangan laring kronis pada struktur mukosa laring. Refluks laringofaring, sekret nasofaring kronis
karena rinitis alergi atau rinosinusitis, penggunaan vokal yang berlebihan, dan toksin lingkungan juga
menyebabkan inflamasi laring yang menyebabkan iritasi laring. (Dinc et al, 2019)

Hasil penelitian Poluan dkk (2016) gambaran histopatologik laring tikus wistar yang dipapar asap
rokok, asap obat nyamuk bakar dan asap kendaraan bermotor selama 2 jam per hari dalam jangka waktu
30 hari menunjukkan metaplasia lapisan epitel mukosa laring dan inflamasi kronik dengan gradasi yang
berbeda. (Poluan et al, 2016)

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara
paparan asap rokok terhadap perubahan histopatologi laring pada rattus novergicus.

1.2 Rumusan Masalah

Rokok dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan terutama pada tenggorokan salah satunya
adalah penyakit kanker tenggorokan. Penyakit ini dipicu oleh perubahan atau mutasi gen pada sel-sel
tenggorokan. Perubahan pembelahan sel inilah yang memicu pertumbuhan sel abnormal yang tak
terkendali. faktor risiko yang bisa memicu mutasi gen pada sel-sel di tenggorokan, selain konsumsi
alkohol, juga kebiasaan merokok. Menurut studi dari U.S. Surgeon General (2010), setiap kali menghirup
asap tembakau, tenggorokan kita akan langsung terpapar lebih dari 7.000 bahan kimia. Beberapa di
antara bahan kimia ini bisa menyebabkan kanker. Bahan kimia ini pada awalnya mengiritasi tenggorokan
dan akhirnya dapat menimbulkan kanker pada tenggorokan. Untuk itu peneliti ingin menganalisis lebih
jauh, apakah terdapat hubungan antara paparan asap rokok terhadap histopatologi laring pada rattus
novergicus.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui adanya perbedaan jumlah sel radang dan metaplasia setelah mendapat paparan
asap rokok selama 30 menit pada pengambilan histopatologi sampel pada pengamatan 10 hari, 30 hari,
dan 40 hari

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi frekuensi pola histopatologi laring rattus novergicus setelah paparan asap
rokok terhadap laring
2. Untuk mengetahui jumlah sel radang setelah paparan asap rokok selama 30 menit pada
pengamatan 10 hari, 30 hari, dan 40 hari

3. Untuk mengetahui gambaran metaplasia dan hubungannya dengan paparan asap rokok selama 30
menit pada pengamatan 10 hari, 30 hari, dan 40 hari

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai rujukan penelitian selanjutnya berkaitan dengan paparan asap rokok dan jumlah sel radang
serta metaplasia laring.
2. Menjadi dasar penyuluhan tentang bahaya paparan dari asap rokok terhadap perubahan histopatologi
laring.
3. Dengan diketahuinya hubungan antara paparan asap rokok terhadap perubahan histopatologi laring
sehingga menjadi dasar bahwa paparan asap rokok menjadi faktor pencetus keganasan pada laring .
4. Memberikan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang aplikatif terhadap paparan asap
rokok dan histopatologi laring terutama jumlah sel radang dan metaplasia

1.5 Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang bermakna antara sel radang dan
metaplasia setelah mendapat paparan asap rokok selama 30 menit pada pengamatan 10 hari, 30 hari,
dan 40 hari

Anda mungkin juga menyukai