Anda di halaman 1dari 70

Gangguan Fungsi Tuba

Patolous Tuba Eustachius


13 Oktober 2022
Fisiologi Tuba Eustachius
Ventilasi dan mengatur
tekanan telinga tengah

Perlindungan terhadap
tekanan bunyi nasofaring
dan reflux sekresi dari
nasofaring

Pembersihan sekresi telinga


tengah
Definisi
 Patolous Tuba, ialah kondisi dimana tuba terus-menerus terbuka,
sehingga udara masuk ke telinga tengah sewaktu respirasi
Etiologi
Idiopatik  hilangnya jaringan lemak
disekitar mulut tuba

Penyakit kronis

Gangguan neurologis
0,3-6,6% dan 10-
20% dari orang
yang
mengalaminya

Epidemiologi Wanita > Pria

Remaja dan
Dewasa
Patogenesis
 Penurunan berat badan yang drastis
 Penurunan tekanan jaringan dan kehilangan
jaringan lemak disekitar tuba
 Tuba terbuka abnormal
Jaringan parut/scar pada jaringan post nasal timbul
setelah adenoidektomi
Terjadi taksi pada sisi tuba
Patogenesis Estrogen
meningkat pada
kehamilan

Estrogen
Tuba terbuka berinteraksi dengan
Prostalglandin E

Surfaktan
mempengaruhi Surfaktan
tekanan bukaan diproduksi
tuba
Rasa penuh
didalam
telinga
Gejala klinis
Autofoni

Bergerak ketika
Pemeriksaan Klinis Membran timpani melakukan respirasi
Tipis
atrofi (a tell tale
diagnostik sign)
Diagnosis
• Anamnesis

• Pemeriksaan fisik: Atrofi membran timpani, membran


timpani tipis dan bergerak saat respirasi (a tell tale
diagnostic sign)

• Observasi gerakan membrane timpani


• Timpanometri
Pemeriksaan penunjang

Audiometri

CT-Scan Timpanometri
Diagnosis Banding
Obstruksi fungsional tuba
eustachius

Obstruksi mekanik tuba eustachius

Barotrauma (Aero-Otitis
meda)
Penatalaksanaan
• Kalium
Terapi Non • Mengindari faktor resiko
• Meningkatkan BB
Bedah • Menghentikan penggunaan estrogen

• Prinsip : Manipulasi membrane timpani,


manipulasi tuba eustachius, gabungan keduanya
Terapi • Pemasangan pipa grommet
• Timpanoplasti kartilago
Pembedahan • Kateter intraluminal trans timpani
• Injeksi kartilago autologus
Prognosis • Dubia ad Bonam
OTITIS MEDIA
DEFENISI

Inflamasi/ peradangan di mukosa


rongga telinga tengah Bersifat
OTITIS MEDIA Akut maupun kronis , di jumpai
edema, sekret dan produksi infeksi
disertai perforasi membran timpani
ataupun tidak.
Klasifikasi Otitis Media
Otitis media

Akut Kronik

Oklusi, hiperemis,
Supuratif, Perforasi Efusi Adhesive Supuratif
Reoslusi

Aman (tanpa
Koalesens kolesteatoma)

Bahaya
(kolesteatoma)
Otitis Media Akut
• OMA biasanya terjadi akibat atau merupakan kelanjutan Infeksi
Saluran Napas Atas (ISPA)
• ISPA biasanya: Radang ringan s/d berat pada hidung, sinus, tuba
Eustachius, telinga tengah, nasofaring, faring, epiglottis, laring
• Tanda radang akut: tumor, rubor, dolor, calor, fungsio laesa
• OMA: penurunan faktor pertahanan tubuh, sumbatan tuba merupakan
penyebab utama
• ISPA: pencetus terjadinya OMA: Anak lebih terganggu > tuba pendek
dan agak horizontal
Otitis media akut
• Peradangan pada telinga tengah secara cepat yang di sebabkan oleh
infeksi bakteri
etiologi
• ISPA
• penurunan faktor pertahanan tubuh,
• sumbatan tuba
• Anak lebih terganggu > tuba pendek dan agak horizontal
STADIUM OTITIS MEDIA AKUT
STADIUM OKLUSI HIPEREMIS SUPURASI PERFORASI RESOLUSI

PATOFISIOLOGI Fungsi tuba terganggu > Patogen masuk ke Pus (+) pada kavum Tekanan meningkat > Proses penyembuhan
Tekanan Negatif telinga tengah > tympani Perforasi membrane tympani
Inflamasi
MEMBRAN Retraksi Hiperemis Bulging Perforasi MT perlahan menutup
TIMPANI

Akut > 2-3 minggu


Sub Akut > 3 minggu – 2 bulan
Kronis > 2 bulan
Otitis Media Akut
Tatalaksana
Antibiotik:
• OMA (uni/bilateral ) anak ≥6 bulan dengan tanda dan gejala berat (nyeri
sedang hingga berat atau otalgia minimal 48 jam atau suhu > 39C)
• OMA bilateral pada anak 6-23 bulan ATAU OMA anak ≥ 24 bulan:
Antibiotik / observasi ketat (48-72 jam)
• Antibiotik profilaksis tidak dianjurkan untuk OMA rekuren
• Pipa ventilasi pada OMA rekuren (3 episode dalam 6 bulan ATAU 4
episode dalam 1 tahun dengan 1 episode dalam 6 bulan berikutnya)
Otitis Media Efusi
• Definisi: Adanya cairan di telinga tengah pada kondisi membrane
timpani utuh, tanpa disertai adanya inflamasi akut
• Seringkali asimtomatik > tidak terdeteksi (Gejala utama gangguan
pendengaran)
• Dapat terjadi Bersama dengan infeksi saluran napas atas (gangguan
fungsi tuba)
• Respon inflamasi pasca Otitis Media Akut
• Paling sering pada usia 6 bulan- 4 tahun
• Insidens meningkat pada Down Syndrome, Celah palatum (60-85%)
• Umumnya resolusi spontan dalam 3 bulan
• Episode OME rekuren pada anak : 30-40%
• Episode ≥ 1 tahun : 5-10%
• OME persisten ≥ 3 bulan : 25 %
• Berkaitan dengan gangguan pendengaran
(konduktif)
• Gangguan keseimbangan
• Penurunan prestasi sekolah
• Insidens OMA meningkat
• Penurunan kualitas hidup
Diagnosis
• Tanda dan gejala
• Otoskopi/otomikroskopi
• Timpanometri: tipe B
• Evaluasi pendengaran (sesuai usia)
Tatalaksana Otitis Media Efusi:
• Watchful waiting (observasi) > 3 bulan dari onset efusi (jika
diketahui) atau sejak diagnosis ditegakkan
• Tidak direkomendasikan
• Steroid intranasal atau steroid sistemik
• Antibiotik sistemik
• Antihistamin
• Dekongestan
• Evaluasi risiko gangguan komunikasi dan Bahasa
• Pemeriksaan pendengaran jika durasi ≥ 3 bulan
Tindakan Bedah pada OME

Adenoidektomi Pipa ventilasi


Otitis Media Supuratif Kronik

Infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi


membrane timpani dan secret yang keluar dari telinga
tengah terus menerus atau hilang timbul ( ≥2 bulan)

Sekret encer/kental/bening atau berupa nanah


Pemeriksaan Fisik
Letak perforasi > tipe OMSK
Perforasi sentral > pars tensa
• Sisa MT pada tepi perforasi
Perforasi marginal
• Sebagian tepi berhubungan annulus /
sulkus timpanikum
Perforasi Atik > pars Flaksida
Jenis OMSK
• OMSK tipe aman (tipe beningna/ mukosa)
• Terbatas pada mukosa/ tidak mengenai tulang
• Perforasi sentral
• Jarang menimbulkan komplikasi bahaya
• Tidak terdapat kolesteatoma

• OMSK tipe bahaya (tipe maligna/tulang)


• OMSK dengan kolesteatoma
• Perforasi marginal/atik, perforasi subtotal dengan kolesteatoma
• Komplikasi berbahaya/fatal

• Aktivitas secret
• Tipe aktif: secret yang keluar dari kavum timpani secara aktif
• Tipe tenang
Diagnosis OMSK
Diagnosis
• Gejala klinik + pemeriksaan THT (otoskopi)
• Pemeriksaan pendengaran : tes penala dan audiometri
• Radiologi: foto polos mastoid schuller atau HRCT Mastoid
• Kultur resistensi kuman sekret liang telinga

Tanda klinis OMSK tipe bahaya


• Tanda dini: perforasi marginal/atik
• Tanda lanjut
• Abses/ fistel retroaurikuler
• Polip/ jaringan granulasi pada telinga luar, berasal dari telinga tengah
• Kolesteatoma pada telinga tengah
Otore Kronis

Otoskopi

MT Utuh MT Perforasi

OMSK

Onset, progresifitas,
penyakit sistemik, focus
infeksi, Riwayat pengobatan

Komplikasi Komplikasi

Kolesteatom Kolesteatom
OMSK benigna OMSK bahaya
OE Difus
Otomikosis
Dermaittis eksim
OE Maligna
Miringitits granulomatosa
Lihat algoritma 1 Lihat algoritma 2 Lihat algoritma 3
Kolesteatoma
ALGORITMA 1
(OMSK benigna)

OMSK OMSK aktif


tenang
Stimulasi Cuci telinga, AB
epitelialiasasi topical, AB sistemik
perforasi
Otore Otore menetap >
Perforasi Perforasi stop 1 minggu
menutup menetap
AB berdasarkan
pemeriksaan MO
Tuli Ro. Mastoid
Tuli (Shuller x-ray)
kkonduktif konduktif Menetap > 3 bulan
Audiogram

Ideal: mastoidektomi + timpanoplasti


Ideal: timpanoplasti dengan atau
tanpa mastoidektomi
ALGORITMA 2 Kolesteatoma
(OMSK bahaya)

• OMSK tipe bahaya bersifat progresif Pilihan


• Kolesteatom yang semakin luas akan • Atikotomi anterior
mendetruksi tulang yang dilewatinya • Timpanoplasti dinding utuh (canal wall up
• Infeksi sekunder akan menyebabkan tympanoplasty)
keadaan septik local dan • Timpanoplasti dinding runtuh (canal wall down
• Nekrosis septik di jaringan lunak yang tympanoplasty)
dilalui kolesteatoma dan di jaringan • Atticoantroplasti
sekitarnya juga menyebabkan destruksi • Timpnaoplasti buka-tutup (open and close
jaringan lunak yang mengancam akan tympanoplasty method)
terjadinya komplikasi-komplikasi
• Satu-satunya cara pengobatan adalah
bedah
ALGORITMA 3
OMSK + KOMPLIKASI

INTRAKRANIAL INTRATEMPORAL

• Abses ekstra dura


• Abses periosteal
• Abses perisinus
• Paresis fasial
• Tromboflebitis sinus
• Labirinitis
lateral
• Petrositis
• Meningitis
• Tromboflebtis sinus
• Abses otak
lateral
• Meningitis otogenik

Lihat algoritma 4 Lihat algoritma 5


Rawat inap
ALGORITMA 4 Periksa secret telinga
Antibiotik dosis tinggi intravena 7-15 hari, obat ajuvan
Konsul spesialis saraf/saraf anak

CT scan +kontras

Abses intracranial Abses intracranial CT scan tidak dapat dilakukan


hidrosefalus otitik (-) hidrosefalus otitik (+)
Pengobatan medikamentosa bersama spesialis
Konsul bedah bedah saraf
KU baik KU buruk saraf
KU Mastoidektomi dalam KU Mastoidektomi dalam
baik
bius umum buruk
bius umum
Mastoidektomi dalam Pertimbangkan mastoidektomi
bius umum dalam bius lokal Bedah saraf: tidak operasi
Bedah saraf: operasi
Medikamentosa 1-2 bulan
Monitor perkembangan komplikasidengan CT scan tiap
1-2 minggu
Mastoidektomi Mastoidektomi
Bersama bedah saraf kemudian
Mastoidektomi dalam Pertimbangkan mastoidektomi
KU
baik bius umum dalam bius lokal KU
buruk
Tatalaksana OMSK
1. OMSK tipe aman
- Konservatif
- bila secret keluar terus menerus dapat diberi H2O2 3%
- AB topical
- AB sistemik jika diperlukan
2. OMSK dengan Kolesteatoma
Timpanoplasti dengan mastoidektomi dinding runtuh (algoritma 3)
TIMPANOPLASTI
Menurut American Academy of Otolaryngology and Ophtlamology
subcomitee on conservation of hearing 1965 timpanoplasti adalah prosedur
operasi memperbaiki sistem konduksi suara dengan atau tanpa penanduran
membran timpani.

Berdasarkan Wullstein, dibagi menjadi 5 yaitu:

1. Timpanoplasti tipe 1 adalah memperbaiki membran timpani dengan kondisi tulang


pendengaran normal. Disebut juga dengan miringoplasti
2. Timpanoplasti tipe 2 adalah rekonstruksi membran timpani pada keadaan tanpa handle
maleus, graft diletakkan pada sisa maleus dan long process of the incus
3. Timpanoplasti tipe 3 adalah rekonstruksi membran timpani keadaan maleus dan inkus
tidak ada, graft diletakkan pada stapes yang intak dan mobile
4. Timpanoplasti tipe 4 adalah graft diletakkan diatas stapes footplate
5. Timpanoplasti tipe 5 dilakukan fenestra canalis semisirkularis lateral karena stapes
terfiksasi
INDIKASI:
Perforasi membran timpani disertai kerusakan
osikel dengan gangguan pendengaran konduksi
Teknik Operasi Timpanoplasti

- Tindakan ini menggunakan anastesi umum, namun dapat dilakukan dengan anestesi lokal jika
terdapat kontraindikasi untuk anastesi umum.
- Tepi perforasi dibuang atau dibuat luka baru
- Dilakukan jabir timpanomeatal untuk evaluasi telinga tengah, membersihkan jaringan patologi di
telinga tengah dan rekonstruksi osikel.
- Tandur membran timpani diambil dari fascia temporalis atau perikondrium tragus.
- Telinga tengah diisi dengan gelfoam untuk mencegah terjadinya adesi
- Graft membran timpani diletakkan secara underlay/ inlay/ onlay
- Canalis akustikus eksternus diisi dengan gelfoam.
Selain teknik diatas dengan membuat jabir timpanomeatal , untuk perforasi kecil dapat dilakukan
tindakan lain tanpa pembuatan jabir, misalnya dengan fat plug.
Timpanoplasti dengan Mastoidektomi dinding Utuh (canal
Wall Up/Closed tympanoplasty)
YAITU mastoidektomi dengan mempertahankan dinding posterior
liang telinga disertai Tindakan reKonStruksi telinga tengah
(timpanoplasti)

INDIKASI CWU
• OMSK tipe aman, dengan perforasi menetap lebih dari 3
bulan dengan keadaan keluar cairan berulang
• Kolesteatoma pada anak
• Dekompresi N.fasialis
• Mastoiditis koalesen
• Abses subperiosteal retroauriklar
Teknik Operasi CWU
- Digunakan anestesi umum. Dapat dilakukan dengan anestesi lokal jika anestesi umum
dikontraindikasikan.
- - Dapat dilakukan insisi retroaurikular atau endaural. Insisi retroaurikular memberikan
paparan lapangan operasi yang lebih baik.
- Bor korteks mastoid dengan landmark segitiga Mc Ewen, dengan mengidentifikasi dinding
posterior liang telinga, linea temporalis dan spina Henle. Identifikasi tegmen timpani, tegmen
mastoid, sinus sigmoid dan kanalis semisirkulatis lateralis
- Identifikasi aditus ad antrum, fosa inkudis, solid angle dan N. Fasialis pars vertikal. Bila ada
jaringan patologis/ jaringan granulasi dibersihkan
- Identifikasi inkus, inkudimaleolar join dan maleus serta periksa mobilitas osikel dan patensi
aditus ad antrum. Bila perlu dilakukan timpanotomi posterior.
- Pasang tandur yang sudah disiapkan dengan salah satu teknik pemasangan tandur (inlay,
underlay, overlay, inlay-underlay), sesuai dengan tipe timpanoplasti yang dilakukan dan
dilakukan fiksasi dengan gel foam
- Diletakkan tampon antibiotik di liang telinga,.
- Luka operasi ditutup dengan jahitan lapis demi lapis
Timpanoplasti dengan Mastoidektomi dinding Runtuh (Canal Wall
Down)

Dilakukan dengan jalur posterior (transmastoid), pada akhir prosedur dinding


posterior liang telinga diruntuhkan, dan dilakukan prosedur timpanoplasti.

INDIKASI:
• Kolesteatoma pada mastoid yang sklerotik
• Kolesteatoma dengan erosi luas epitympanum
• Kolesteatoma rekuren pasca mastoidektomi dinding utuh
• Kolesteatoma dengan fistula labirin
• Kolesteatoma dengan pasien Cleft palate and Down
syndrome
Teknik Operasi Timpanoplasti dengan Mastoidektomi Dinding Runtuh

- Insisi postaural atau endaural


- Retraksi jaringan lunak dan memaparkan daerah mastoid. Daerah mastoid mulai dari pangkal posterior tulang
zigoma sampai ke belakang sudut suprameatal dan diatas linea temporalis sampai ke bagian bawah tip mastoid
dibuka dengan cara mengelevasi periosteum dan meretraksi luka insisi.
- Mengangkat tulang dan membuka atik dan antrum. Dengan bantuan bor tulang diangkat dari daerah sudut supra
meatal, spine of henle, pangkal tulang zigoma sampai ke bagian atas dinding anterior meatus, bagian atas
dinding superior meatus juga diruntuhkan. Tindakan ini akan memaparkan daerah antrum dan atik. Kemudian
dilakukan identifikasi daerah tegmen mastoid dan kanalis semi sirkularis.
- Angkat jaringan patologis. Kolesteatoma, granulasi dan mukosa yang tidak sehat diangkat. Inkus dan kepala
dari maleus perlu untuk diangkat apabila kolesteatoma meluas ke arah medial, tetapi sedapat mungkin
dipertahankan.
- Facial ridge direndahkan
- Kavum mastoid dihaluskan dengan bor diamond, sambil dilakukan irigasi
- Rekonstruksi mekanisme pendengaran. Pars tensa dari membran timpani dan telinga tengah apabila sehat,
dibiarkan/tidak diganggu. Bila penyakit meluas ke telinga tengah, hanya jaringan ireversibel yang dibuang.
Rekonstruksi dari membran timpani atau rantai osikel, apabila rusak dapat dilakukan (mastoidektomi dengan
timpanoplasti)
- Meatoplasti dan penutupan luka operasi sama pada mastoidektomi radikal.
MASTOIDEKTOMI RADIKAL
Tindakan membuang seluruh sel-sel mastoid di rongga mastoid, meruntuhkan seluruh dinding belakang liang
telinga, pembersihan seluruh sel mastoid yang mempunyai drainase ke kavum timpani yaitu membersihkan total
sel-sel mastoid disudut sinodural, didaerah segitiga Trautmann, disekitar kanalis fasialis, disekitar liang telinga
yaitu di prosesus zigomatikus, juga di prosesus mastoideus sampai ke ujung mastoid. Kemudian membuang
inkus dan maleus, hanya stapes atau sisa yang dipertahankan, sehingga terbentuk kavitas operasi yang
merupakan gabungan rongga mastoid, kavum timpani dan liang telinga.

INDIKASI
• OMSK dengan Kolesteatoma (OMSK
tipe bahaya/atikoantral/tipe tulang) •
Tumor telinga
Teknik Operasi Mastoidektomi Radikal
- Dilakukan insisi postaural atau endaural
- Retraksi jaringan lunak dan memaparkan daerah mastoid. Daerah mastoid mulai dari pangkal posterior
tulang zigoma sampai ke belakang sudut suprameatal dan diatas linea temporalis sampai ke bagian bawah
tip mastoid dibuka dengan cara mengelevasi periosteum
- Identifikasi tegmen timpani dan tegmen mastoid
- Identifikasi sinus sigmoid
- Identifikasi kanalis semisirkularis
- Identifikasi aditus ad antrum
- Identifikasi fossa inkudis dan osikel
- Identifikasi kanalis fasialis
- Mengangkat jaringan patologis berupa jaringan granulasi dan kolesteatoma Meruntuhkan bridge
- Merendahkan dinding posterior
- Meatoplasti.
- Jika kavum mastoid sangat besar dan kolesteatoma bersih, maka dilakukan obliterasi dengan muskulus
temporal atau jaringan lunak namun harus memperhatikan risiko tersisanya matriks kolesteatoma.
- Menutup luka operasi. Kavum timpani ditutup dengan tampon antibiotik, dan luka operasi dijahit satu
persatu.
Kesimpulan
• Otitis Media merupakan suatu spektrum penyakit yang luas > insidens
tinggi
• Mempengaruhi kualitas hidup anak hingga usia lanjut
• Tatalaksana dapat berupa medikamentosa dan atau pembedahan
• Antibiotik memegang peran penting: prinsip penggunaaan antibiotik
rasional
• Memerlukan tatalaksana yang tepat > mencegah komplikasi dan
disabilitas
OTOSKLEROSIS
13 Oktober 2022
Definisi
• Penyakit primer yang mengenai kapsul tulang labirin yang mengalami spongiosis di daerah kaki stapes
• Sklerosis  stapes kaku  hantaran suara terganggu  tuli konduksi  meluas ke koklea dan labirin
 tuli campuran
• Proses terjadi dalam 2 fase : fase aktif/resorpsi tulang (spongiosis), dan fase remisi/deposit tulang
(sklerosis)

Insidensi
• Ras kaukasian (4-8%) > Bangsa jepang (1%) > Afrika-amerika (1%)
• Herediter  autosomal dominan (60%)
• Wanita > laki-laki 2:1
• Pada usia pertengahan (10-48 thn) >> dekade empat dan lima
• Wanita hamil memiliki resiko memburuk lebih progresif dibanding wanita tidak hamil
• Beberapa peneliti mengemukakan  ± 50% penderita otosklerosis memiliki keluhan gangguan
pendengaran yang memberat sehubungan dengan kehamilannya.
Patofisiologi
Proses
spongiosis Kaki stapes akan Kaki stapes Tuli sensorineural
menjadi kaku terfiksasi

Aktivasi sel-sel osteosit, Transmisi


osteoblas dan Vaskularisasi
histiosit gambaran Jika proses terjadi gelombang menurun
sponge pada foramen ovale suara
terganggu
Kerusakan
Osteositmeresorpsi struktur outer
Osteoklas  osteoblas  Tuli konduksi
jar. Tulang sekitar pem. perubahan densitas sklerotik cell
darah vasodilatasi pada tempat spongiosis
sekunder

Lesi spongiosis
Menjalar ke melepaskan enzim
Tampak Schwarze Proses koklea dan lig. hidrolitik pada telinga
sign sklerosis Spirale dalam
Etiologi
Penyebab  belum diketahui secara pasti.
Faktor predisposisi Herediter, endokrin metabolik, vaskuler autoimun, dan infeksi measles
Tipe – tipe :

Histologic Otosclerosis

Fenestral Otosclerosis

Cochlear Otosclerosis

Malignant Otosclerosis

Far Advance Otosclerosis


• Gambar Histologic Otosclerosis.
• O: Fokus dari Histologic
Otosclerosis;
• V: Vestibulum;
• SF: Stapes footplate;
• C: Cochlea.
(Dikutip dari University of Minnesota
temporal bone collection. Kindly contributed
by Dr. Cureoglu and Dr. Paparella)
Gejala dan tanda
• Penurunan pendengaran yang progresif dengan speech discrimination yang baik.
Biasanya terjadi bilateral. Dapat menjadi tuli campuran atau sensineoral jika
mengenai koklea.
• Tinitus terjadi pada sekitar 70% penderita yang digambarkan dengan suara
berdenging, gemuruh, atau suara nada tinggi yang muncul berulang-ulang.
• Paracusis Willisi yaitu pasien mendengar lebih baik di lingkungan yang bising
diakibatkan tuli konduksinya menutupi kebisingan di sekitar.
• Schwartze’ Sign yaitu pada pemeriksaan otoskopi tampak warna kemerahan pada
membran timpani di dekat promontorium yang disebabkan peningkatan
vaskularisasi pada fase aktif.
• Carhart Notch yaitu pada pemeriksaan audiometri didapatkan penurunan ambang
konduksi tulang pada frekuensi 2000Hz.
Diagnosis
Diagnosis  berdasarkan gejala tanda klinis, pemeriksaan THT dan
Pemeriksaan penunjang, berupa :

• Pemeriksaan penala
• Pemeriksaan audiometri  Carhart’s Notch  Gambaran ini akan
hilang setelah dilakukan stapedektomi
Gambar audiogram nada murni
pasien otosklerosis

• Penurunan konduksi tulang pada


frekuensi 2000Hz.
• Test Rinne negatif bilateral dan test
Weber lateralisasi di kedua telinga.
• Nilai diskriminasi tutur 90% sangat
baik.
• Audiometri impedans  normal
Refleks stapedius  negatif/positif  tergantung derajat fiksasi yang
dikenal sebagai “on-off refleks stapedius

• CT scan  dapat menunjukkan anomali tulang lainnya.


• Gambar CT scan tulang
temporal pasien otosklerosis
koklear.
• Pada fase aktif, koklea dan kanalis
semisirkularis mengalami
demineralisasi (panah). (dikutip
dari Dr. Neil Sperling)
Diagnosis Banding
• Gangguan rantai tulang pendengaran
• Fiksasi stapes kongenital
• Presbikusis
• Osteogenesis imperfekta
Tatalaksana
• Farmakologi
Tidak ada terapi obat yang spesifik untuk otosklerosis.
Sodium floride dan vitamin D
Pada fase aktif  sodium 33 floride dosis 50mg/hari.
Jika schwartze’s sign positif dan didapatkan tuli sensorineural dosis dapat
ditingkatkan 75mg/hari.
Jika pendengaran stabil, schwartze’s sign memudar, dan dari radiologi tampak
rekalsifikasi, dosis dapat dimaintenance 25mg/hari.
Vitamin D 400U dapat diberikan untuk meningkatkan absorbsi kalsium di
usus.
Tatalaksana
Alat Bantu Dengar (Hearing Aid)
Beberapa kondisi yang memungkinkan alat bantu dengar sebagai pilihan terapi adalah:
• Terdapat kontraindikasi absolut operasi
• Pasien menolak operasi
• Only hearing ear
• Skor diskriminasi tutur yang buruk
• Tuli konduksi ringan
• Fiksasi stapes kongenital yang diduga tidak dapat membaik meskipun dilakukan operasi
Pembedahan
• Stapedektomi total
• Stapedektomi parsial
• Stapedotomi
Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang mungkin terjadi baik durante operasi
ataupun post operasi yaitu:
• Tuli sensorineural post operasi (1-2%)
• Parese N VII permanen
• Gangguan fungsi pengecapan akibat lesi dari korda timpani
• Tinitus dan vertigo disertai mual muntah Meskipun begitu,
keberhasilan operasi memiliki prognosis baik sekitar lebih dari
90%
Injeksi Intratimpani
Anatomi Telinga Tengah
• Membran timpani dibagi ke dalam 4 kuadran
• Anterosuperior
• Posterosuperior
• Anteroinferior
• Posteroinferior

Injeksi
intratimpani dapat
dilakukan pada
kuadran
posteroinferior atau
anteroinferior
Obat secara
intratimpani

Kortikosteroid
Gentamisin (meniere dan
(meniere disease) sudden deafness)
Mekanisme distribusi obat ke telinga dalam

Jalur Round Ligament spiralis


Telinga Tengah window dilateral atau kanal
Dan Oval window Rosenthal di
medial

Skala Vestibuli
Indikasi injeksi intratimpani
• Meniere’s disease
• Idiopathic sudden sensorineural hearing loss
• Beberapa indikasi lain masih dalam penelitian seperti gangguan
pendengaran akibat bising, obat ototoksik, autoimun dan tinnitus
Prosedur injeksi Intratimpani
• Mencuci tangan dan mengenakan sarung tangan steril
• Evaluasi membran timpani dengan baik menggunakan mikroskop
• Tindakan pembersihan liang telinga dengan kapas aplikator dan alkohol 70% setelah itu di
lakukan anastesi lokal menggunakan lidocain 10% spray atau lidocain cream 5%
• Injeksi menggunakan jarum spinal no 25G/27G dengan spuit 3cc yang telah diisi obat pada
membran timpani kuadran anteroinferior/anteriorsuperior/inferior posterior ( kecuali posterior
superior) hingga obat memenuhi kavum timpani ( sekitar 0,4-0,8 ml)
• Posisikan pasien miring dengan telinga yang telah di injeksi mengahadap ke atas dan
mempertahankan posisi selama 30 menit
• Pasien diminta untuk tidak menelan , menguap maupun berbicara selama 30 menit
• Apabila pasien menelan , makan injeksi kedua di ulang setelah 10 menit. Pasien tetap pada
prosedur yang sama dalam 10 menit. Tindakan injeksi dilakukakn dengan total injeksi dilakukan
dengan total injeksi sebanyak 4 kali selama 2 minggu
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai