Anda di halaman 1dari 41

SMF/BAGIAN ILMU PENYAKIT THT-KL LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN 25 JUNI 2019


UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Oleh :

Aditya Josua Elvon


1508010024

Pembimbing :
dr. Fransiska Tricia da Lopez, Sp.THT-KL

1
BAB 1

PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Otitis media supuratif kronik (OMSK) dahulu disebut otitis media perforata (OMP) atau
dalam sebutan sehari-hari congek.

 Otitis media supuratif kronik


merupakan penyakit THT yang
paling banyak ditemukan di negara
sedang berkembang.
 Indonesia termasuk negara dengan
prevalensi tinggi terjadinya OMSK.
 Keterlambatan diagnosis dan
penatalaksanaan berakibat
munculnya komplikasi yang dapat
meningkatkan angka kematian.
BAB 2

TINJAUAN
PUSTAKA
ANATOMI TELINGA TENGAH

TERDIRI ATAS
• Membran Timpani
• Kavum Timpani
• Processus Mastoideus
• Tuba Eustachius
FISIOLOGI PENDENGARAN
Menggetarkan
Energi Bunyi Daun Tulang
Membran
(Udara, Tulang) Telinga Pendengaran
Timpani

Diteruskan melalui Energi Getar


Gerakan
membran Reissner diteruskan ke stapes
Perilimfe di
yang mendorong yang menggerakkan
Skala Vestibuli
endolimfe tingkap lonjong

Potensial
Defleksi Korteks
Proses aksi pada
stereosilia sel- Pendengaran di
depolarisasi saraf
sel rambut lobus temporalis
Auditorius
OMSK
DEFINISI

Otitis Media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.

OMSK infeksi kronis di


ialah
telinga tengah dengan
perforasi membran timpani
dan sekret yang keluar dari telinga tengah
terus-menerus atau hilang timbul.
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi OMSK didunia diduga terdapat
sekitar 65 - 330 juta orang, lebih dari
39-200 juta orang
(60%) juga menderita
90% terdapat di negara-negara berkembang
penurunan fungsi
seperti Asia Tenggara, Afrika, dan daerah
Pasifik di bagian barat pendengaran

Prevalensi OMSK di Indonesia adalah OMSK 25% dari


3,9% sehingga termasuk negara penderita yang
berobat di poliklinik
dengan prevalensi tinggi THT

> • <5 thn : 22,6%


• 11-20 thn : 31,93%
53,78% : 46,22%
KLASIFIKASI
1. Berdasarkan Letak Perforasi
2. Berdasarkan Aktivitas Sekret
Membran Timpani

OMSK Tenang

OMSK Aktif
KLASIFIKASI
3. Berdasarkan Tipe Keganasan

OMSK Tipe Aman (Benigna) OMSK Tipe Bahaya (Maligna)

• Peradangan terbatas pada • Peradangan dapat


mukosa mengenai tulang
• Perforasi sentral • Perforasi marginal atau atik
• Kolesteatoma (-) • Kolesteatoma (+)
• Jarang menimbulkan • Komplikasi yang berbahaya
komplikasi yang berbahaya

Kolesteatom terbentuk sebagai akibat dari masuknya


epitel kulit dari liang telinga atau dari pinggir perforasi
membran timpani ke telinga tengah (teori migrasi) atau
terjadi akibat metaplasia mukosa kavum timpani karena
iritasi infeksi yang berlangsung lama (teori metaplasia)
FAKTOR RISIKO
Pejamu

Infeksi

Sosiodemografi
Lingkungan
•Usia • Bakteri •Higiene yang •Status soial
•Jenis Kelamin patogen Buruk Ekonomi yang
•Sistem Imun Streptococcus •Tempat rendah
•Predisposisi pneumoniae, tinggal yang
Genetik diikuti oleh padat
•ASI Haemophilus
•Abnormalitas influenzae dan
Anatomi Moraxella
•Disfungsi catarrhalis.
Fisiologi •Virus pada
•ISPA infeksi
•Alergi saluran
•Status Gizi napas atas
akut
Etiologi OMSK
•Infeksi virus dan bakteri
•Gangguan fungsi tuba eustachius
secara mekanik atau fungsional
•Alergi
•Barotrauma
PATOGENESIS
Sembuh/ normal

Fungsi tuba tetap terganggu,


Infeksi (-)
Gangguan tuba Tekanan negatif
Efusi OME
telinga tengah

Perubahan tekanan tiba-tiba


Alergi Fungsi tuba tetap terganggu
Infeksi + Infeksi (+)
Sumbatan

Otitis Media Akut


(OMA)

Perforasi menetap dan sekret


tetap keluar lebih dari 2 bulan

Otitis Media Supuratif Kronik


(OMSK)
GEJALA KLINIS

Gangguan
Otorea
Pendengaran

Otalgia Vertigo
DIAGNOSIS

Anamnesis
• Berdasarkan gejala klinis yang ditemukan

Pemeriksaan Otoskopi
• Menunjukkan adanya perforasi dan letak perforasi

Pemeriksaan Audiometri
• Mengevaluasi tingkat penurunan pendengaran

Pemeriksaan Kultur Bakteri


• Menentukan bakteri penyebab
PENATALAKSANAAN
• Tidak memerlukan pengobatan
• Dinasehatkan untuk jangan mengorek telinga, air
OMSK Tipe Aman jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang
Tenang berenang dan segera berobat bila menderita infeksi
saluran nafas atas
• Toilet telinga
• Obat Cuci Telinga (H2O2 3% selama 3-5 hari)
• Antibiotik Topikal (Ofloxacin: Tidak bersifat
OMSK Tipe Aman
ototoksik)
Aktif
• Antibiotik Sistemik
 Primary: Gol. Kuinolon (Ciprofloxacin)
 Alternatif: Gol. Sefalosporin (Cefixime,
Ceftriaxone)

OMSK Tipe • Pembedahan, yaitu mastoidektomi dengan atau


Bahaya tanpa timpanoplasti
KOMPLIKASI

Komplikasi Komplikasi Abses ekstradural


Otologik Mastoiditis Intrakranial Trombosis sinus lateralis
Petrositis Abses subdural
Paresis Fasialis Meningitis
Labirinitis Abses otak
Hidrosefalus otitis
Gangguan
Fisiologi
Pendengaran
KLASIFIKASI
Tuli Tuli
Klasifikasi Ambang
Konduktif Sensorineural Dengar

Normal 0 - 25 dB
Tuli Ringan >25 - 40 dB
Tuli Tuli Sedang >40 - 55 dB
Campuran Tuli Sedang >55 - 70 dB
Berat

Tuli Berat >70 - 90 dB


Tuli Sangat >90 dB
Berat
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
DAYA DENGAR

Infeksi Telinga
Penurunan Pendengaran Kongenital
Trauma
Usia
Paparan Bising
Toksin Bahan Kimia atau Obat
PEMERIKSAAN PENDENGARAN

Pemeriksaan Garpu Tala


• Tes Batas Atas Batas Bawah
• Tes Rinne
• Tes Schwabach
• Tes Weber

Pemeriksaan Audiometri
• AC (Air Conductor)
• BC (Bone Conductor)
BAB 3

LAPORAN
KASUS
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
 Nama : An. YKL
 Umur : 17 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Agama : Katolik
 Alamat : Kabor, Maumere
 Pekerjaan : Pelajar
 Tanggal pemeriksaan : 11 Juni 2019
ANAMNESIS

Keluhan Utama : Penurunan pendengaran pada kedua telinga

Pasien datang ke poli THT dengan keluhan penurunan


pendengaran pada kedua telinga ± 1 tahun sejak pasien berusia 16
tahun. Pasien juga mengeluhkan telinga keluar cairan berwarna
putih kekuningan hilang timbul dari kedua telinga ± 14 tahun
sejak pasien berusia 3 tahun, sebelumnya pasien memiliki riwayat
flu terus menerus selama ± 6 bulan tanpa pengobatan. Pasien
juga mengeluhkan gatal pada kedua telinga, rasa nyeri pada
kedua telinga, dan telinga sering berdenging. Keluhan tersebut
hilang timbul semenjak pasien berusia 3 tahun. Tidak terdapat
pusing, mual, muntah, dan demam. Tidak terdapat keluarga
dengan keluhan yang sama.
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Fisik

Membran Timpani: Konka:


Hiperemi:-/- Hiperemi: -/-
Intak: -/- Edema: -/-
Perforasi: +/+ Sekret: -/-
Refleks cahaya -/-
Sekret: + / + (mukopurulen)

Faring:
Granulasi: -/-
Tonsil: T1/T1
PEMERIKSAAN PENDENGARAN

Pemeriksaan Garpu Tala


• Tes Batas Atas Batas Bawah: Batas bawah sampai batas atas (-)
• Tes Rinne
• Telinga Kanan : (-)
• Telinga Kiri : (-)
• Tes Scwabach
• Telinga Kanan : Schwabach Memanjang
• Telinga Kiri : Schwabach Memanjang
• Tes Weber: Lateralisasi ke telinga kiri
PEMERIKSAAN PENDENGARAN

Pemeriksaan Audiometri
Telinga Kanan
• BC normal atau kurang dari 25 dB
• AC turun lebih dari 25 dB
• Antara AC dan BC terdapat gap
• Ambang Dengar = 56,25 dB

Tuli Konduktif Sedang


Berat Telinga Kanan.
PEMERIKSAAN PENDENGARAN

Pemeriksaan Audiometri
Telinga Kiri
• BC normal atau kurang dari 25 dB
• AC turun lebih dari 25 dB
• Antara AC dan BC terdapat gap
• Ambang Dengar = 26,25 dB

Tuli Konduktif Ringan


Telinga Kiri.
DIAGNOSIS

Otitis Media Supuratif Kronik Telinga Kanan


dan Kiri + Tuli Konduktif sedang berat
telinga kanan dan Tuli Konduktif ringan
telinga kiri
PENATALAKSANAAN
Terapi
• Toilet telinga
• H2O2 3% 2 x/hari
• Tarivid otic 2 x GTT IV A D/S
• Cefixim 2 x 100 mg
• Lapifed 0-0-1
Edukasi
• Menjaga kebersihan lingkungan dan tubuhnya, terutama kebersihan
telinga.
• Kontrol untuk keperluan kebersihan telinga dan evaluasi pengobatan.
• Menghindari masuknya cairan ke dalam telinga saat mandi dan
menghindari berenang.
BAB 4

PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Kasus Teori

Pada kasus diketahui bahwa pasien Berdasarkan teori, diketahui bahwa


berjenis kelamin perempuan dan OMSK lebih sering terjadi pada laki-
berusia 17 tahun. laki dibanding perempuan. Pada
laporan kasus ini pasien berjenis
kelamin perempuan, hal ini dapat
dijelaskan bahwa persentase OMSK
pada perempuan sebesar 46,22%.
Berdasarkan studi epidemiologi yang
dilakukan oleh Asroel et al. tahun
2013 di RSUP H. Adam Malik,
didapatkan sekitar 31,93% terjadi
pada usia 11-20 tahun.
PEMBAHASAN
Kasus Teori

Gejala pada pasien yaitu penurunan Pada OMSK, gejala yang dirasakan adalah
pendengaran pada kedua telinga ± 1 otore, gangguan pendengaran, otalgia
tahun sejak pasien berusia 16 tahun, dan vertigo. Gejala awal OMSK yaitu
keluarnya cairan berwarna putih otorea kronik dengan sekret yang keluar
kekuningan dari kedua telinga hilang melalui membran timpani non intak.
timbul dan nyeri pada telinga hilang Sekret dapat bersifat purulen (kental,
timbul selama ± 14 tahun. putih) atau mukoid (seperti air dan
encer). Adanya ganguan pendengaran
tergantung dari derajat kerusakan
tulang-tulang pendengaran, biasanya
dijumpai tuli konduktif. Pada OMSK
keluhan nyeri dapat terjadi karena
terbendungnya drainase pus.
Kasus Teori
Pada pemeriksaan telinga, didapatkan Pemeriksaan otoskopi pada OMSK akan
adanya perforasi sentral membran menunjukkan adanya dan letak perforasi
timpani, sekret mukopurulen. membran timpani. Pada OMSK tipe
aman, cairan yang keluar mukopurulen.

Hasil Pemeriksaan Garpu Tala: Batas atas Berdasarkan teori, pemeriksaan garpu
tidak dapat didengar pada kedua telinga, tala pada tuli konduktif memberikan
Rinne (-) pada kedua telinga, Schwabach hasil batas bawah naik (frekuensi rendah
memanjang pada kedua telinga, Weber tidak mendengar), tes Rinne negatif, dan
lateralisasi ke kiri Schwabach memanjang. Dari hasil
pemeriksaan dapat diinterpretasikan
bahwa terdapat tuli konduktif pada
kedua telinga. Weber lateralisasi ke kiri
menunjukkan tuli konduktif lebih berat
pada telinga kiri. Pemeriksaan Weber
tidak sesuai dengan hasil audiometri
dimana didapatkan tuli konduktif lebih
berat pada telinga kanan. Berdasarkan
penelitian Weatherall tahun 2002,
menyatakan bahwa terdapat ± 25%
kesalahan dalam menentukan arah
lateralisasi
Kasus Teori
Hasil Pemeriksaan Audiometri: Tuli Pada OMSK, gejala yang ditemukan
Konduksi Sedang Berat Telinga Kanan gangguan pendengaran. Adanya ganguan
(56,25 dB) dan Tuli Konduksi Ringan Telinga pendengaran tergantung dari derajat
Kiri (26,25dB) kerusakan tulang-tulang pendengaran.
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun
dapat pula bersifat campuran. Beratnya
ketulian tergantung dari besar dan letak
perforasi membran timpani serta mobilitas
sistem penghantaran udara ke telinga
tengah.
Kasus Teori
Penatalaksanaan OMSK : Tujuan toilet telinga adalah membuat lingkungan
Toilet telinga yang tidak sesuai untuk perkembangan
H2O2 3% 2 x/hari mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan
Tarivid otic 2 x GTT IV A D/S media yang baik bagi perkembangan
Cefixim 2 x 100 mg mikroorganisme. Secara klinis H2O2 berguna untuk
Lapifed 0-0-1 menghancurkan serumen, mengobati telinga berair
dan membersihkan tuba ventilasi yang tersumbat.
Tarivid otic mengandung ofloksasin. Tetes telinga
ofloksasin secara klinis efektif untuk mengobati
otitis eksterna dan otitis media pada pasien dengan
perforasi membran timpani. Larutan ototopikal baik
ditoleransi sehingga menghindari berbagai efek
samping sistemik dan tidak bersifat ototoksik.
Cefixime merupakan antibiotik golongan
sefalosporin III yang memiliki efek bakterisidal.
Cefixime diindikasikan pada otitis media yang
disebabkan oleh Haemophilus influenzae Moraxella
catarrhalis dan Streptococcus pyogenes.
BAB 5

KESIMPULAN
KESIMPULAN
 Telah dilaporkan pasien perempuan berusia 17 tahun datang ke poli THT
dengan keluhan penurunan pendengaran pada kedua telinga ± 1 tahun sejak
pasien berusia 16 tahun. Pasien memiliki riwayat flu terus menerus saat usia
3 tahun selama ± 6 bulan tanpa pengobatan, lalu muncul keluarnya cairan
berwarna putih kekuningan dari kedua telinga hilang timbul selama ± 14
tahun. Pasien juga mengeluhkan gatal pada kedua telinga, rasa nyeri pada
kedua telinga, dan telinga sering berdenging.Tidak terdapat pusing, mual,
muntah, dan demam. Hasil pemeriksaan telinga didapatkan sekret
mukopurulen dan perforasi kedua membran telinga.

 Penatalaksanaan yang diberikan di poli THT adalah membersihkan telinga.


Pasien dirawat jalan selama 5 hari dan diberikan obat cuci telinga H2O2 3%
2x/hari, Tarivid otic 2xGTT IV A D/S, Cefixime 2x100 mg, dan Lapifed 0-0-1.
Pasien juga diedukasi pasien untuk menjaga kebersihan lingkungan dan
tubuhnya, terutama kebersihan telinga. Pasien diminta kontrol untuk
keperluan kebersihan telinga dan evaluasi pengobatan. Pasien diminta
untuk menghindari masuknya cairan ke dalam telinga saat mandi dan
menghindari berenang.
TERIMA
KASIH
DAFTAR PUSTAKA
1. Alkatiri FBB. KRITERIA DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS. 5(1):100–5.
2. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher.
Ketujuh. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2012. 273 p.
3. Umar S. OTITIS MEDIA AKUT PADA ANAK-ANAK DI KOTAMADYA JAKARTA TIMUR. Universitas Indonesia; 2013.
4. Nursiah S. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan Terhadap Beberapa Antibiotika di Bagian THT FK USU/RSUP H.
Adam Malik Medan. 2003;1–38.
5. Diana F, Haryuna TSH. Hubungan Rinitis Alergi dengan Kejadian Otitis Media Supuratif Kronik Relationship between Allergic
Rhinitis and Incidence of Chronic Suppurative Otitis Media. 2017;49(5):79–85.
6. Farida Y, Sapto H, Oktaria D. Tatalaksana Terkini Otitis Media Supuratif Kronis ( OMSK ) Current Treatment of Chronic
Suppurative Otitis Media ( CSOM ). 2016;6.
7. Asroel HA, Siregar DR, Aboet A. Profil of Patient with Chronic Suppurative Otitis Media. 2010;(17):567–71.
8. Aguslia SD. Kejadian Otitis Media Supuratif Kronik dengan Kolesteatoma di RSUP Dr. Kariadi Semarang. 2016;4(1):12–6.
9. Pasyah MF. Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak Chronic Suppurative Otitis Media in Children. 2013;1–6.
10. Wang P, Chang IIIY, Chuang IVL, Su VH, Iv VICL. Incidence and recurrence of acute otitis media in Taiwan ’ s pediatric
population Source of Data. 2011;66(March 1995):395–9.
11. Uhari M, Mantysaari K, Niemela M. REVIEW ARTICLE A Meta-Analytic Review of the Risk Factors for Acute Otitis Media.
1996;(October 1995):1079–83.
12. Al-Maidin NA. Karakteristik Pasien Otitis Media Supuratif Kronik di Rumah Sakit Umum Pusat DR. Wahidin Sudirohusodo
Periode Juli 2016-Juni 2017. 2017;
13. Pangemanan DM, Palandeng OI. Otitis Media Supuratif Kronik di Poliklinik THT-KL RSUP Prof . Dr . R . D. Kandou Manado.
2016;
14. Dewi YA, Agustian RA. Skrining Gangguan Dengar pada Pekerja Salah Satu Pabrik Tekstil di Bandung Hearing Test Screening at
One of the Textile Factory Workers in Bandung. 2004;44(2):96–100.
15. Roizen NJ. Nongenetic causes of hearing loss. 2003;127(January):120–7.
16. Duthey BB. Priority Medicines for Europe and the World " A Public Health Approach to Innovation " Update on 2004
Background Paper Background Paper 6 . 21 Hearing Loss. 2013;(February).
17. Unhas FK. Buku penuntun kerja keterampilan klinik. 2015;
18. Weatherall. The mysterious Weber Test. 2002;325(July):2002.
19. Handoko E, Sumilat WA. Metabolisme hidrogen peroksida dan peranannya pada infeksi telinga.
20. Amri E, Kadir A. THE COMPARISON CLINICAL EFFECTIVENESS OF TOPICAL OFLOXACIN WITH TOPICAL STEROID COMBINED
41
OFLOXACIN IN PROFUNDA EXTERNAL OTITIS IN MAKASSAR . Elvira Amri , Abdul Kadir , Nani Iriani Djufri Universitas Hasanuddin Alamat
Korespondensi : Elvira Amri Bagian IK. :1–13.

Anda mungkin juga menyukai