Anda di halaman 1dari 28

RESUME PENYAKIT

UROTEROLITHIASIS DAN TUMOR MAMMAE

Disusun Oleh:
Nama : Dany Ramdhani
NPM : 113170015
Kelompok : XII A

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU BEDAH
RSUD WALED KAB. CIREBON
2020
A. Ureterolithiasis
Definisi
Batu ureter adalah keadaan dimana terdapat batu saluran kencing, batu yang
terbentuk ketika konsentrasi substansi tertentu seperti kalium, oksalat, kalium fosfat,
dan asam urat meningkat. Batu ureter adalah suatu keadaan terdapatnya batu
disaluran kemih . Batu ureter adalah bentuk deposit mineral paling umum oksalat
kalsium dan oksalat fosfat, namun asam urat dan lainya juga penyebab pembentukan
batu ( Definisi operasional; batu ureter adalah terdapat batu disaluran ureter.

Etiologi

a) Imobilisasi terlalu lama


b) Dehidrasi
c) Nefrolitiasis
d) Kerusakan efitel ginjal
e) Obstruksi aliran limfe ginjal
f) Hiferkasemia
g) Hiperkalsiura
h) Penyakit mieloproliferatif, yang menyebabkan priliferasi abnornormal sel darah
merah dari sum-sum tulang.
i) Perubahan ph urine
Patofisiologi

Batu terbentuk ditraktus urinarius ketika konsentrasi substansi tertentu seperti


kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk
ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal
mencegah kristalisasi dalam urin. Kondisi lain yang memperlaju pembentukan batu
mencakup ph urin dan status cairan pasien (batu cenderung terjadi pada pasien
(dehidrasi).
Batu dapat ditemukan disetiap bagian ginjal sampai kekandungvkemih, faktor
tertentu yang mempengaruhi pembentukan batu mencakup infeksi, statis urine,
periode imobilitas.
Batu yang terjebak di ureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa,
akut dan kolik yang menyebar kepaha dan genetalia. Pasien sering merasa ingin
berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar, dan biasanya mengandung darah
akibat aksi abrasive batu (kolik uriteral). Umumnya, pasien akan mengeluarkan batu
dengan diameter 0,5 sampai 1 cm secara spontan. Batu dengan diameter lebih dari cm
biasanya harus diangkat atau dikeluarkan secara spontan.
Adanya kalkuli dalam traktus urinarius disebabkan oleh dua fenomena dasar.
Fenomena pertama adalah supersaturasi urin oleh konstituen pembentuk batu,
termasuk kalsium, oksalat, dan asam urat. Kristal atau benda asing dapat bertindak
sebagai matriks kalkuli, dimana ion dari bentuk kristal super jenuh membentuk
struktur kristal mikroskopis. Kalkuli yang terbentuk memunculkan gejala saat mereka
membentur ureter waktu menuju vesica urinaria.7 Fenomena kedua, yang
kemungkinan besar berperan dalam pembentukan kalkuli kalsium oksalat, adalah
adanya pengendapan bahan kalkuli matriks kalsium di papilla renalis, yang biasanya
merupakan plakat Randall (yang selalu terdiri dari kalsium fosfat). Kalsium fosfat
mengendap di membran dasar dari Loop of Henle yang tipis, mengikis ke interstitium,
dan kemudian terakumulasi di ruang subepitel papilla renalis. Deposit subepitel, yang
telah lama dikenal sebagai plak Randall, akhirnya terkikis melalui urothelium papiler.
Matriks batu, kalsium fosfat, dan kalsium oksalat secara bertahap diendapkan pada
substrat untuk membentuk kalkulus pada traktus urinarius
Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan diagnostik
 Urinalisa, warna kuning, coklat gelap, berdarah: secara umum menunjukan SDM,
SDP, kristal (sistin, asam urat, kalsium oksalat ), sepihan, mineral, bakteri, pus; ph
mungkin asam meningkatkan sistin dan asam urat ) atau alkalin ( meningkatkan
magnesium, fosfat, amonium, atau batu kalsium fosfat ).
 Hb/Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau politemia terjadi (mendorong
prepitasi pemadatan ) atau anemia ( pendarahan, disfungsi/gagal ginjal).
 Foto Rongsent KUB, menunjukan adanya kalkuli dan/perubahan anatomik pada
area ginjal dan sepanjang ureter.
 Sistoureterokopi, visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat menunjukan
batu dan/atau efek obstruksi.
 Scan CT, mengidentifikasi/mengambarkan kalkuli dan masa lain: ginjal, ureter,
distensi kandung kemih.
 Ultarasound ginjal, untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.
Tatalaksana

Pengobatan urolitiasis meliputi penanganan darurat kolik renalis (ureter), termasuk


jika ada indikasi untuk intervensi pembedahan, dan terapi medis untuk kalkulinya.
Dalam keadaan darurat dimana ada kekhawatiran tentang kemungkinan gagal ginjal,
fokus pengobatan adalah harus memperbaiki dehidrasi, mengobati infeksi saluran
kemih, mencegah terjadinya jaringan parut, mengidentifikasi pasien dengan ginjal
fungsional soliter, dan mengurangi risiko cedera ginjal akut akibat nefrotoksisitas
kontras, terutama pada pasien. dengan azotemia yang sudah ada sebelumnya
(kreatinin > 2 mg/dL), diabetes, dehidrasi, atau multiple myeloma. Hidrasi intravena
yang adekuat sangat penting untuk meminimalisi efek nefrotoksik dari media
kontras.Sebagian besar pasien hidronefrosis karena urolitiasis yang berukuran kecil
dapat ditangani dengan melakukan observasi dan pemberian asetaminofen. Kasus
yang lebih serius dengan nyeri yang sulit ditangani mungkin memerlukan drainase
dengan memasang stent nefrostomi stent atau perkutan. Stent ureter interna biasanya
lebih disukai dalam situasi ini karena dapat menurunkan angka morbiditas.
Ukuran batu merupakan faktor yang sangat penting untuk dapat memprediksi
perjalanannya dalam traktur urinarius. Batu yang berdiameter kurang dari 4 mm
memiliki kemungkinan 80% dapat melewati traktus urinarius secara spontan. Dan
menurun sebesar 20% jika batu berdiameter >8mm. Tapi perjalanan batu pada traktus
urinarius juga tergantung pada bentuk dan lokasi pasti dari batu, dan anatomi dari
traktus urinarius bagian superior. Jika terjadi obstruksi pada junctura ureteropelvis
meskipun berukuran kecil sangat sulit melwati junctura tersebut.4,5 Terapi
medikamentosa untuk kalkulus memerlukan waktu yang panjang. Tujuan pemberian
obat adalah untuk melarutkan atau menghancurkan kalkulus sehingga dapat melewati
traktus urinarius dengan mudah. Selain itu bertujuan untuk mencegah munculnya
kembali kalkulus pada traktus urinarius. Terutama pada pasien yang memiliki risiko
tinggi seperti menderita urolitiasis sebelum umur 30 tahun, memiliki keluarga yang
sama menderita urolitiasis, dan pasien yang menderita urolitiasis setelah
pembedahan.5 Batu yang berdiameter lebih besar (yaitu, ≥ 7 mm) yang tidak mungkin
lewat secara spontan memerlukan beberapa jenis prosedur pembedahan. Dalam
beberapa kasus, pasien dengan batu berukuran besar perlu menjalani rawat inap di
rumah sakit. Namun, kebanyakan pasien dengan kolik ginjal akut dapat diobati secara
rawat jalan. Sekitar 15-20% pasien memerlukan intervensi invasif karena ukuran batu
yang besar, penyumbatan, infeksi, atau nyeri yang sulit diatasi.

Teknik yang tersedia untuk ahli urologi saat batu tersebut gagal melewati traktus
urinarius secara spontan meliputi:

a. Extracorporeal shockwave lithotripsy (ESWL)


ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) merupakan tindakan non invasive
dengan menggunakan tehnologi gabungan x-ray, ultrasound, dan shock
wave dalam mendiagnosa atau menentukan lokasi dan memecahkan batu.
ESWL adalah tindakan pemecahan batu saluran kencing (ginjal, ureter, dan
kandung kemih) dengan menggunakan gelombang kejut (shock wave) tanpa
melalui proses pembedahan sama sekali. Batu saluran kencing akan pecah menjadi
fragmen kecil sekali sehingga dapat keluar secara spontan bersama air kencing.
Efek samping yang sangat minimal
b. Ureteroscopi (URS)
Ureteroscopy adalah pemeriksaan saluran kemih bagian atas, biasanya dilakukan
dengan ureteroscope yang dilewatkan melalui uretra dan kandung kemih , lalu
langsung ke ureter . Prosedur ini berguna untuk mendiagnosis dan mengobati
gangguan seperti batu ginjal dan karsinoma urotel pada saluran kemih bagian
atas.  Batu yang lebih kecil di kandung kemih atau ureter bagian bawah dapat
diangkat dalam satu bagian, sedangkan yang lebih besar biasanya pecah sebelum
diangkat selama ureteroskopi.

Pemeriksaan dapat dilakukan dengan alat yang fleksibel, semi-kaku atau kaku saat
pasien berada di bawah pengaruh bius.

B. Tumor mammae
Definisi
Tumor jinak mammae ialah lesi jinak yang berasal dari dari parenkim,
stroma, areola dan papilla mamma. Termasuk : Tumor jinak jaringan lunak mamma,
lipoma, hemangioma mamma dan  displasia mamma.
Manifestasi Klinis
Tumor jinak mamma maupun tumor non neoplasma bermanifestasi sebagai:
1.  Tumor pada mamma.
2. Jaringan mamma yang padat dan noduler.
3. Nyeri pada mamma.
Benjolan jinak pada payudara
Kebanyakan benjolan jinak pada payudara berasal dari perubahan normal pada
perkembangan payudara, siklus hormonal, dan perubahan reproduksi. Terdapat 3
siklus kehidupan yang dapat menggambarkan perbedaan fase reproduksi pada
kehidupan wanita yang berkaitan dengan perubahan payudara, yaitu :

1. Pada fase reproduksi awal (15-25 tahun) terdapat pembentukan duktus dan stroma
payudara. Pada periode ini umumnya dapat terjadi benjolan FAM dan juvenil
hipertrofi (perkembangan payudara berlebihan).
2. Periode reproduksi matang (25-40 tahun). Perubahan siklus hormonal mempengaruhi
kelenjar dan stroma payudara.
3. Fase ketiga adalah involusi dari lobulus dan duktus yang terjadi sejak usia 35-55
tahun.
Pemeriksaan fisik payudara
SADARI (Pemeriksaan payudara sendiri)
Tujuan dari pemeriksaan payudara sendiri adalah mendeteksi dini apabila
terdapat benjolan pada payudara, terutama yang dicurigai ganas, sehingga dapat
menurunkan angka kematian. Meskipun angka kejadian kanker payudara rendah
pada wanita muda, namun sangat penting untuk diajarkan SADARI semasa muda
agar terbiasa melakukannya di kala tua. Wanita premenopause (belum memasuki
masa menopause) sebaiknya melakukan SADARI setiap bulan, 1 minggu setelah
siklus menstruasinya selesai.
Cara melakukan SADARI adalah :

1. Wanita sebaiknya melakukan SADARI pada posisi duduk atau berdiri menghadap
cermin.
2. Pertama kali dicari asimetris dari kedua payudara, kerutan pada kulit payudara, dan
puting yang masuk.
3. Angkat lengannya lurus melewati kepala  atau lakukan gerakan bertolak pinggang
untuk mengkontraksikan otot pektoralis (otot dada) untuk memperjelas kerutan
pada kulit payudara.
4. Sembari duduk / berdiri, rabalah payudara dengan tangan sebelahnya.
5. Selanjutnya sembari tidur, dan kembali meraba payudara dan ketiak.
Terakhir tekan puting untuk melihat apakah ada cairan.
Pemeriksaan Penunjang
Dua jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi dini benjolan pada
payudara adalah mammografi dan ultrasonografi (USG). Teknik yang baru adalah
menggunakan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan nuklear skintigrafi.
Mammografi
Mammografi dapat mendeteksi tumor-tumor yang secara palpasi tidak
teraba; jadi sangat baik untuk diagnosis dini dan screening. Ketepatan 83 – 95%,
tergantung dari teknisi dan ahli radiologinya.
Mammografi adalah metode terbaik untuk mendeteksi benjolan yang tidak
teraba namun terkadang justru tidak dapat mendeteksi benjolan yang teraba atau
kanker payudara yang dapat dideteksi oleh USG. Mammografi digunakan untuk
skrining rutin pada wanita di usia awal 40 tahun untuk mendeteksi dini kanker
payudara.
Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat dibedakan lesi solid dan kistik.
Scintimammografi
Adalah teknik pemeriksaan radionuklir dengan menggunakan radiosotop Tc
99 sestamibi. Pemeriksaan ini mempunyai sensitifitas tinggi untuk menilai aktivitas
sel kanker pada payudara. Selain itu dapat pula mendeteksi lesi multipel dan
keterlibatan KGB regional.
Diagnosa pasti
    Diagnosa pasti hanya dapat ditegakan dengan pemeriksaan histopatologis. Bahan
pemeriksaan dapat diambil dengan beberapa cara, yaitu
 Biopsi aspirasi (fine needle biopsy)
 Needle core bipsi dengan jarum Silverman
 Excisional biopsy dan pemeriksaan frozen section (potong beku) waktu operasi
Pemeriksaan potong beku (frozen section) waktu operasi banyak dilakukan di
senter-senter pendidikan. Ketepatan cukup tinggi 97,65 % dengan tidak ada false
positif dan hanya 0,6 % false negatif.
Jenis-Jenis Tumor Jinak Payudara
Fibrokistik
Penyakit fibrokistik atau dikenal juga sebagai mammary displasia adalah
benjolan payudara yang sering dialami oleh sebagian besar wanita. Benjolan ini
harus dibedakan dengan keganasan. Penyakit fibrokistik pada umumnya terjadi
pada wanita berusia 25-50 tahun (>50%).

Kelainan fibrokistik pada payudara adalah kondisi yang ditandai


penambahan jaringan fibrous dan glandular. Manifestasi dari kelainan ini terdapat
benjolan fibrokistik biasanya multipel, keras, adanya kista, fibrosis, benjolan
konsistensi lunak, terdapat penebalan, dan rasa nyeri. Kista dapat membesar dan
terasa sangat nyeri selama periode menstruasi karena hubungannya dengan
perubahan hormonal tiap bulannya. Wanita dengan kelainan fibrokistik mengalami
nyeri payudara siklik berkaitan dengan adanya perubahan hormon estrogen dan
progesteron. Biasanya payudara teraba lebih keras dan benjolan pada payudara
membesar sesaat sebelum menstruasi. Gejala tersebut menghilang seminggu
setelah menstruasi selesai. Benjolan biasanya menghilang setelah wanita memasuki
fase menopause.
Pembengkakan payudara biasanya berkurang setelah menstruasi berhenti.
Kelainan fibrokistik dapat diketahui dari pemeriksaan fisik, mammogram, atau
biopsi. Biopsi dilakukan terutama untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis
kanker. Perubahan fibrokistik biasanya ditemukan pada kedua payudara baik di
kuadran atas maupun bawah.
Evaluasi pada wanita dengan penyakit fibrokistik harus dilakukan dengan
seksama untuk membedakannya dengan keganasan. Apabila melalui pemeriksaan
fisik didapatkan benjolan difus (tidak memiliki batas jelas), terutama berada di
bagian atas-luar payudara tanpa ada benjolan yang dominan, maka diperlukan
pemeriksaan mammogram dan pemeriksaan ulangan setelah periode menstruasi
berikutnya. Apabila keluar cairan dari puting, baik bening, cair, atau kehijauan,
sebaiknya diperiksakan tes hemoccult untuk pemeriksaan sel keganasan. Apabila
cairan yang keluar dari puting bukanlah darah dan berasal dari beberapa kelenjar,
maka kemungkinan benjolan tersebut jinak.
Fibrosis
Sesuai dengan asal katanya “fibrosis”, yaitu terdiri atas fibrosis dan
kista. Fibrosis menunjukkan penambahan jaringan fibrous, bahan yang sama
dengan pembentuk ligamen dan jaringan parut. Daerah dengan fibrosis tampak
elastis, konsistensi padat dan keras pada perabaan. Fibrosis tidak meningkatkan
resiko untuk terjadinya kanker dan tidak memerlukan tindakan yang khusus.

Fibroadenoma
Fibroadenoma merupakan tumor payudara jinak yang terkadang terlalu
kecil untuk dapat teraba oleh tangan, walaupun diameternya bisa saja meluas
beberapa inchi. Fibroadenoma dibentuk baik itu oleh jaringan payudara glandular
maupun stroma, dan biasanya terjadi pada wanita muda berusia 15-25 tahun.
Setelah menopause, tumor tersebut tidak lagi ditemukan. Fibroadenoma sering
membesar mencapai ukuran 1 atau 2 cm. Kadang fibroadenoma tumbuh multiple
(lebih 5 lesi pada satu mammae) tetapi sangat jarang.
Etiologi dari fibroadenoma masih tidak diketahui pasti tetapi dikatakan
bahwa hipersensitivitas terhadap estrogen pada lobul dianggap menjadi
penyebabnya. Usia menarche, usia menopause dan terapi hormonal termasuklah
kontrasepsi oral tidak merubah risiko terjadinya lesi ini. Faktor genetik juga
dikatakan tidak berpengaruh tetapi adanya riwayat keluarga (first-degree) dengan
karsinoma mammae dikatakan meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini.
Fibroadenoma mammae dianggap mewakili sekelompok lobus hiperplastik
dari mammae yang dikenal sebagai “kelainan dari pertumbuhan normal dan
involusi”. Fibroadenoma sering terbentuk sewaktu menarche (15-25 tahun), waktu
dimana struktur lobul ditambahkan ke dalam sistem duktus pada mammae. Lobul
hiperplastik sering terjadi pada waktu ini dan dianggap merupakan bagian dari
perkembangan mammae. Gambaran histologi dari lobul hiperplastik ini identik
dengan fibroadenoma. Analisa dari komponen seluler fibroadenoma dengan
Polymerase Chain Reaction (PRC) menunjukkan bahwa stromal dan sel epitel
adalah poliklonal. Hal ini mendukung teori yang menyatakan bahwa fibroadenoma
merupakan lesi hiperplastik yang terkait dengan kelainan dari maturitas normal
mammae.
Lesi ini merupakan hormone-dependent neoplasma distimulasi oleh laksasi
sewaktu hamil dan mengalami involusi sewaktu perimenopause. Terdapat kaitan
langsung antara penggunaan kontrasepsi oral sebelum usia 20 tahun dengan risiko
terjadinya fibroadenoma. Pada pasien immunosupresi, virus Epstein-Barr
memainkan peranan dalam pertumbuhan tumor ini.
 Biasanya wanita muda menyadari terdapatnya benjolan pada payudara
ketika sedang mandi atau berpakaian. Kebanyakan benjolan berdiameter 2-3 cm,
namun FAM dapat tumbuh dengan ukuran yang lebih besar (giant fibroadenoma).
Pada pemeriksaan, benjolan FAM kenyal dan halus. Benjolan tersebut tidak
menimbulkan reaksi radang (merah, nyeri, panas), mobile (dapat digerakkan) dan
tidak menyebabkan pengerutan kulit payudara ataupun retraksi puting (puting
masuk). Benjolan tersebut berlobus-lobus.
Pemeriksaan mammografi menghasilkan gambaran yang jelas jinak berupa
rata dan memiliki batas jelas. Wanita dengan FAM simpel tanpa penampakan
histologi komplek dan tanpa penyakit proliferatif pada parenkim payudara tidak
memiliki peningkatan risiko kanker payudara.
 Pada masa adolesens, fibroadenoma tumbuh dalam ukuran yang besar.
Pertumbuhan bisa cepat sekali selama kehamilan dan laktasi atau menjelang
menopause, saat ransangan estrogen meningkat.
Fibroadenoma teraba sebagai benjolan bulat atau berbenjol-benjol, dengan
simpai licin dan konsistensi kenyal padat. Tumor ini tidak melekat ke jaringan
sekitarnya dan amat mudah digerakkan kesana kemari. Biasanya fibroadenoma
tidak nyeri bila ditekan. Kadang-kadang fibroadenoma tumbuh multipel. Pada
masa adolescen fibroadenoma bisa terdapat dalam ukuran yang besar.
Pertumbuhan bisa cepat sekali selama kehamilan dan laktasi atau menjelang
menopause, saat rangsangan estrogen meninggi. Pada pasien dengan usia kurang
dari 25 tahun, diagnosa bisa ditegakkan melalui pemeriksaan klinik walaupun
dianjurkan untuk dilakukan aspirasi sitologi. Konfirmasi secara patologi diperlukan
untuk menyingkirkan karsinoma seperti kanker tubular karena sering dikelirukan
dengan penyakit ini. Fine-needle aspiration (FNA) sitologi merupakan metode
diagnosa yang akurat walaupun gambaran sel epitel yang hiperplastik bisa
dikelirukan dengan neoplasia.
Diagnosa fibroadenoma bisa ditegakkan melalui gambaran klinik pada
pasien usia muda dan karena itu, mammografi tidak rutin dikerjakan. Pada pasien
yang berusia, fibroadenoma memberikan gambaran soliter, lesi yang licin dengan
densitas yang sama atau hampir menyerupai jaringan sekitar pada mammografi.
Dengan pertambahan usia, gambaran stippled calcification terlihat lebih jelas.
Adenoma
Adenoma tubular dan lactatinal adalah lesi yang secara histologis jinak
berhubungan dengan FAM. Cirinya adalah struktur glandular dengan sedikit atau
tanpa struktur stroma. Secara klinis dan Radiologi, mirip dengan FAM. Lactation
adenoma terjadi selama kehamilan dan laktasi, membesar saat dipengaruhi hormon
gestational, dan diferensiasi sekresi saat analisis PA. Sekali lagi biopsi adalah
diagnostik dan terapi.
Tumor Filoides ( Sistosarkoma Filoides )
Tumor filodes atau dikenal dengan sistosarkoma filodes adalah tumor
fibroepitelial yang ditandai dengan hiperselular stroma dikombinasikan dengan
komponen epitel. Tumor filodes umum terjadi pada dekade 5 atau 6. Benjolan ini
jarang bilateral (terdapat pada kedua payudara), dan biasanya muncul sebagai
benjolan yang terisolasi dan sulit dibedakan dengan FAM. Ukuran bervariasi,
meskipun tumor filodes biasanya lebih besar dari FAM, mungkin karena
pertumbuhannya yang cepat. Berdasarkan pemeriksaan histologi (sel), diketahui
bahwa tumor filodes jinak berkisar 10%, dimana tumor filodes ganas berkisar 40%.
Tumor filoides merupakan suatu neoplasma jinak yang bersifat menyusup secara
lokal dan mungkin ganas (10-15%). Pertumbuhannya cepat dan dapat ditemukan
dalam ukuran yang besar. Tumor ini terdapat pada semua usia, tapi kebanyakan
pada usia sekitar 45 tahun.Tumor filoides adalah tipe yang jarang dari tumor
payudara, yang hampir sama dengan fibroadenoma yaitu terdiri dari dua jaringan,
jaringan stroma dan glandular. Perbedaan antara tumor filoides dengan
fibroadenoma adalah bahwa terdapat pertumbuhan berlebih dari jaringan
fibrokonektif pada tumor filoides. Sel yang membangun jaringan fibrokonektif
dapat terlihat abnormalitasnya dibawah mikroskop.
Mastitis
Mastitis adalah infeksi yang sering menyerang wanita yang sedang
menyusui atau pada wanita yang mengalami kerusakan atau keretakan pada kulit
sekitar puting. Kerusakan pada kulit sekitar puting tersebut akan memudahkan
bakteri dari permukaan kulit untuk memasuki duktus yang menjadi tempat
berkembangnya bakteri dan menarik sel-sel inflamasi. Sel-sel inflamasi
melepaskan substansi untuk melawan infeksi, namun juga menyebabkan
pembengkakan jaringan dan peningkatan aliran darah. Perubahan ini menyebabkan
payudara menjadi merah, nyeri, dan terasa hangat saat perabaan.
Gambaran klinisnya sukar dibedakan dengan karsinoma, yaitu massa
berkonsistensi keras, bisa melekat ke kulit, dan menimbulkan retraksi puting susu
akibat fibrosis periduktal, dan bisa terdapat pembesaran kelenjar getah bening
aksila. Kondisi ini diterapi dengan antibiotik. Pada beberapa kasus, mastitis
berkembang menjadi abses atau kumpulan pus yang harus dikeluarkan melalui
pembedahan.
Galaktokel
Galaktokel adalah kista berisi susu yang terjadi pada wanita yang sedang
hamil atau menyusui. Seperti kista lainnya, galaktokel tidak bersifat seperti kanker.
Biasanya galaktokel tampak rata, benjolan dapat digerakkan, walaupun dapat juga
keras dan susah digerakkan. Penatalaksanaan galaktokel sama seperti kista lainnya,
biasanya tanpa melakukan tindakan apapun. Apabila diagnosis masih diragukan
atau galaktokel menimbulkan rasa tidak nyaman, maka dapat dilakukan drainase
dengan aspirasi jarum halus.
Hiperplasia Epitel
Hiperplasi epitel ( disebut juga kelainan payudara proliferatif) adalah
pertumbuhan abnormal dari sel-sel yang membatasi antar duktus atau lobulus.
Apabila hiperplasi melibatkan duktus maka disebut hiperplasia duktus. Sedangkan
bila melibatkan lobulus, maka disebut hiperplasia lobular. Berdasarkan
pengamatan dibawah mikroskop, hiperplasia dapat dikelompokkan menjadi tipe
biasa dan atipikal. Hiperplasia tipe biasa mengindikasikan peningkatan yang tipis
dari resiko seorang wanita untuk berkembang menjadi kanker payudara. Resikonya
adalah 1,5 sampai 2 kali lipat dibandingkan wanita tanpa abnormalitas payudara.
Hiperplasia atipikal mengindikasikan peningkatan yang sedang yaitu 4 sampai 5
kali lipat dibandingkan wanita tanpa abnormalitas payudara.
Hiperplasi epitelial biasanya didiagnosa melalui biopsi jarum atau biopsi
melalui pembedahan. Apabila telah didiagnosis menderita hiperplasia terutama
hiperplasia atipikal, berarti diperlukan pemantauan yang lebih oleh dokter,
misalnya pemeriksaan fisik payudara yang rutin dan mammografi setiap setahun
sekali. Hal ini dikarenakan mengalami hiperplasia akan meningkatkan
kemungkinan untuk berkembang menjadi kanker payudara di masa yang akan
datang.
Tumor ganas payudara
Etiologi
Etiologi Ca mammae masih belum diketahui secara pasti, namun penyebabnya
sangat mungkin multi faktorial yang saling mempengaruhi satu sama lain, antara
lain:
1. Usia
Insiden kanker payudara semakin meningkat seiring bertambahnya umur seorang
wanita. Angka kejadian kanker payudara rata-rata pada wanita usia 45 tahun ke
atas. Kanker jarang timbul sebelum menopause, adapun pada usia sebelum 35
tahun, yang paling sering menyebabkan benjolan pada payudara adalah
fibroadenoma dan penyakit fibrokistik. Kanker dapat didiagnosis pada wanita
premenopause atau sebelum usia 35 tahun, tetapi kankernya cenderung lebih
agresif, derajat tumor yang lebih tinggi, dan stadiumnya lebih lanjut, sehingga
survival rates-nya lebih rendah.
2. Ras
Kanker payudara lebih sering terdiagnosis pada wanita kulit putih, dibandingkan
wanita Latin Amerika, Asia, or Afrika. Insidensi lebih tinggi pada wanita yang
tinggal di daerah industrialisasi.
3. Pernah menderita kanker payudara
Harvey dan Brinton mengemukakan wanita dengan riwayat Ca mammae primer
mempunyai resiko 3 sampai 4 kali lebih besar untuk timbulnya Ca mammae
kontralateral. Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif
memiliki risiko tertinggi untuk menderita kanker payudara. Setelah payudara yang
terkena diangkat, maka risiko terjadinya kanker pada payudara yang sehat
meningkat sebesar 0,5-1%/tahun.
4. Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara
Kemungkinan ini lebih besar bila keluarga itu menderita kanker bilateral atau
pramenopause.
Risiko untuk menjadi kanker lebih tinggi 2-3 kali lebih besar pada wanita yang
ibunya atau saudara perempuan kandungnya memiliki kanker payudara. Risiko
lebih tinggi jika anggota keluarganya menderita kanker payudara sebelum usia 40
tahun. Risiko lebih meningkat bila terdapat kerabat/saudara (baik dari keluarga
ayah atau ibu) yang menderita kanker payudara. Risiko juga meningkat apabila
keluarga menderita kanker bilateral atau saat premenopause.
5. Hormonal
Meningkatnya paparan estrogen berhubungan dengan peningkatan risiko untuk
berkembangnya kanker payudara, sedangkan berkurangnya paparan justru
memberikan efek protektif. WHO menyatakan bahwa tidak terdapat peningkatan
maupun penurunan insidens Ca mammae yang berhubungan dengan penggunaan
kotrasepsi injeksi seperti depot-medroxyprogesterone acetate (DMPA).
Berdasarkan beberapa penelitian, didapatkan kesimpulan bahwa penggunaan
esterogen sebagai terapi penganti hormon (Hormone Replacement Therapy = HRT)
pada wanita perimenopause dan post menopause sedikit meningkatkan resiko Ca
mammae. Resiko meningkat jika pada wanita yang menerima Estrogen Hormon
Replacement Therapy tersebut sebelumnya pernah menderita kelainan benigna
pada mammae-nya.
6. Faktor diet
The Committee on Diet, Nutrition, and Cancer of The National Academy of
Sciences menyimpulkan adanya hubungan sebab akibat antara makanan berlemak
dan insiden dari Ca mammae. Makanan yang berlemak tinggi dan dalam jangka
waktu panjang dapat meningkatkan resiko Ca mammae dua kali lipat karena, akan
meningkatkan kadar estrogen serum, sehingga akan meningkatkan risiko kanker.
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa wanita yang sering minum alkohol
mempunyai risiko kanker payudara yang lebih besar. Karena alkohol akan
meningkatkan kadar estriol serum.
7. Pernah menderita penyakit payudara non-kanker
Risiko menderita kanker payudara agak lebih tinggi pada wanita yang pernah
menderita penyakit payudara non-kanker yang menyebabkan bertambahnya jumlah
saluran air susu dan terjadinya kelainan struktur jaringan payudara (hiperplasia
atipik).

8. Menarche (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun


Semakin dini menarche, semakin besar risiko menderita kanker payudara. Risiko
menderita kanker payudara 2-4 kali lebih besar pada wanita yang mengalami
menarche sebelum usia 12 tahun.
9. Menyusui dan Menopause
Dahulu dikatakan bahwa wanita yang menyusui untuk waktu lama (lebih dari 6
bulan selama hidupnya) mempunyai resiko yang lebih rendah untuk menderita Ca
mammae dibandingkan wanita yang tidak menyusui. Namun saat ini pendapat itu
tidak lagi disetujui. Untuk wanita yang mengalami menopause pada usia diatas 55
tahun, resiko timbulnya Ca mammae 2 kali lebih besar dibandingkan dengan
mereka yang mulai menopause sebelum usia 45 tahun. Induksi menopause buatan
dapat menurunkan resiko Ca mammae, misalnya pada wanita-wanita yang
mengalami oophorectomy (pengangkatan ovarium) pada usia kurang dari 35 tahun.
10. Kepadatan Jaringan Payudara
Jaringan payudara dapat padat ataupun berlemak. Wanita yang pemeriksaan
mammogramnya menunjukkan jaringan payudara yang lebih padat, risiko untuk
menjadi kanker payudaranya meningkat
11. Radiasi
Wanita yang tetap hidup setelah pemboman Hirosima dan Nagasaki dan pernah
menjalani pengobatan dengan radiasi dosis tinggi untuk akut postpartum mastitis,
dan yang pernah menjalani pemeriksaan fluoroscopy thorax untuk pengobatan
TBC paru, mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita Ca mammae. Exposure
multiple dengan dosis yang relative kecil beresiko sama dengan exposure tunggal
dosis besar.
12. Perubahan Genetik
Beberapa perubahan gen-gen tertentu akan meningkatkan risiko terjadinya kanker
payudara, antara lain BRCA1, BRCA2, dan beberapa gen lainnya. BRCA1 and
BRCA2 termasuk tumor supresor gen. Secara umum, gen BRCA-1 beruhubungan
dengan invasive ductal carcinoma, poorly differentiated, dan tidak mempunyai
reseptor hormon. Sedangkan BRCA-2 berhubungan dengan invasive ductal
carcinoma yang lebih well differentiated dan mengekspresikan reseptor hormon.
Wanita yang memiliki gen BRCA1 dan BRCA2 akan mempunyai risiko kanker
payudara 40-85%. Wanita dengan gen BRCA1 yang abnormal cenderung untuk
berkembang menjadi kanker payudara pada usia yang lebih dini.
1. Non invasive carcinoma
a) Ductal carcinoma in situ
Ductal carcinoma in situ, juga disebut intraductal cancer, merujuk pada sel
kanker yang telah terbentuk dalam saluran dan belum menyebar. Saluran menjadi
tersumbat dan membesar seiring bertambahnya sel kanker di dalamnya. Kalsium
cenderung terkumpul dalam saluran yang tersumbat dan terlihat dalam mamografi
sebagai kalsifikasi terkluster atau tak beraturan (clustered or irregular
calcifications) atau disebut kalsifikasi mikro (microcalcifications) pada hasil
mammogram seorang wanita tanpa gejala kanker.
DCIS dapat menyebabkan keluarnya cairan puting atau munculnya massa yang
secara jelas terlihat atau dirasakan, dan terlihat pada mammografi. DCIS kadang
ditemukan dengan tidak sengaja saat dokter melakukan biopsy tumor jinak. Sekitar
20%-30% kejadian kanker payudara ditemukan saat dilakukan mamografi. Jika
diabaikan dan tidak ditangani, DCIS dapat menjadi kanker invasif dengan potensi
penyebaran ke seluruh tubuh.
DCIS muncul dengan dua tipe sel yang berbeda, dimana salah satu sel
cenderung lebih invasif dari tipe satunya. Tipe pertama, dengan perkembangan
lebih lambat, terlihat lebih kecil dibandingkan sel normal. Sel ini disebut solid,
papillary atau cribiform. Tipe kedua, disebut comedeonecrosis, sering bersifat
progresif di awal perkembangannya, terlihat sebagai sel yang lebih besar dengan
bentuk tak beraturan
b) Lobular carcinoma in situ
Meskipun sebenarnya ini bukan kanker, tetapi LCIS kadang digolongkan sebagai
tipe kanker payudara non-invasif. Bermula dari kelenjar yang memproduksi air
susu, tetapi tidak berkembang melewati dinding lobulus. Mengacu pada National
Cancer Institute, Amerika Serikat, seorang wanita dengan LCIS memiliki peluang
25% munculnya kanker invasive (lobular atau lebih umum sebagai infiltrating
ductal carcinoma) sepanjang hidupnya.
2. Invasive carcinoma
I. Paget’s disease dari papilla mammae
Paget’s disease dari papilla mammae pertama kali dikemukakan pada tahun
1974. Seringnya muncul sebagai erupsi eksim kronik dari papilla mammae, dapat
berupa lesi bertangkai, ulserasi, atau halus. Paget's disease biasanya berhubungan
dengan DCIS (Ductal Carcinoma in situ) yang luas dan mungkin berhubungan
dengan kanker invasif. Biopsi papilla mammae akan menunjukkan suatu populasi
sel yang identik (gambaran atau perubahan pagetoid). Patognomonis dari kanker
ini adalah terdapatnya sel besar pucat dan bervakuola (Paget's cells) dalam deretan
epitel. Terapi pembedahan untuk Paget's disease meliputi lumpectomy,
mastectomy, atau modified radical mastectomy, tergantung penyebaran tumor dan
adanya kanker invasif.

II. Invasive ductal carcinoma


a. Adenocarcinoma with productive fibrosis (scirrhous, simplex, NST) (80%)
Kanker ini ditemukan sekitar 80% dari kanker payudara dan pada 60% kasus
kanker ini mengadakan metastasis (baik mikro maupun makroskopik) ke KGB
aksila. Kanker ini biasanya terdapat pada wanita perimenopause or postmenopause
dekade kelima sampai keenam, sebagai massa soliter dan keras. Batasnya kurang
tegas dan pada potongan meilntang, tampak permukaannya membentuk konfigurasi
bintang di bagian tengah dengan garis berwarna putih kapur atau kuning menyebar
ke sekeliling jaringan payudara. Sel-sel kanker sering berkumpul dalam kelompok
kecil, dengan gambaran histologi yang bervariasi.
b. Medullary carcinoma (4%)
Medullary carcinoma adalah tipe khusus dari kanker payudara, berkisar 4%
dari seluruh kanker payudara yang invasif dan merupakan kanker payudara
herediter yang berhubungan dengan BRCA-1. Peningkatan ukuran yang cepat
dapat terjadi sekunder terhadap nekrosis dan perdarahan. 20% kasus ditemukan
bilateral. Karakterisitik mikroskopik dari medullary carcinoma berupa (1) infiltrat
limforetikular yang padat terutama terdiri dari sel limfosit dan plasma; (2) inti
pleomorfik besar yang berdiferensiasi buruk dan mitosis aktif; (3) pola
pertumbuhan seperti rantai, dengan minimal atau tidak ada diferensiasi duktus atau
alveolar. Sekitar 50% kanker ini berhubungan dengan DCIS dengan karakteristik
terdapatnya kanker perifer, dan kurang dari 10% menunjukkan reseptor hormon.
Wanita dengan kanker ini mempunyai 5-year survival rate yang lebih baik
dibandingkan NST atau invasive lobular carcinoma.
c. Mucinous (colloid) carcinoma (2%)
Mucinous carcinoma (colloid carcinoma), merupakan tipe khusus lain dari
kanker payudara, sekitar 2% dari semua kanker payudara yang invasif, biasanya
muncul sebagai massa tumor yang besar dan ditemukan pada wanita yang lebih
tua. Karena komponen musinnya, sel-sel kanker ini dapat tidak terlihat pada
pemeriksaan mikroskopik.
d. Papillary carcinoma (2%)
Papillary carcinoma merupakan tipe khusus dari kanker payudara sekitar 2%
dari semua kanker payudara yang invasif. Biasanya ditemukan pada wanita dekade
ketujuh dan sering menyerang wanita non kulit putih. Ukurannya kecil dan jarang
mencapai diameter 3 cm. McDivitt dan kawan-kawan menunjukkan frekuensi
metastasis ke KGB aksila yang rendah dan 5- and 10-year survival rate mirip
mucinous dan tubular carcinoma.

e. Tubular carcinoma (2%)


Tubular carcinoma merupakan tipe khusus lain dari kanker payudara sekitar
2% dari semua kanker payudara yang invasif. Biasanya ditemukan pada wanita
perimenopause dan pada periode awal menopause. Long-term survival mendekati
100%.
Staging

Tabel 1.3. TNM Staging System untuk Breast Cancer

Tumor Primer (T)

  TX Tumor primer tidak dapat dinilai

  T0 Tidak ada bukti terdapat tumor primer

  Tis Carcinoma in situ

  Tis(DCIS) Ductal carcinoma in situ

  Tis(LCIS) Lobular carcinoma in situ

  Tis(Paget's) Paget's disease dari papilla mammae tanpa tumor (Catatan : Paget's disease
yang berhubungan dengan tumor diklasifikasikan menurut ukuran tumor)

  T1 Tumor ≤ 2 cm

  T1mic Microinvasion ≤ 0.1

  T1a Tumor > 0.1 cm tetapi tidak lebih dari 0.5 cm

  T1b Tumor > 0.5 cm tetapi tidak lebih dari 1 cm

  T1c Tumor > 1 tetapi tidak lebih dari 2 cm

  T2 Tumor > 2 cm tetapi tidak lebih dari 5 cm

  T3 Tumor > 5 cm

  T4 Tumor ukuran berapapun dengan perluasan langsung ke dinding dada atau
kulit, seperti yang diuraikan dibawah ini :

  T4a Perluasan ke dinding dada, tidak melibatkan otot pectoralis


  T4b Edema (termasuk peau d'orange), atau ulserasi kulit [ayudara, atau ada nodul
satelit terbatas di kulit payudara yang sama

  T4c Kriteria T4a dan T4b

  T4d Inflammatory carcinoma

Kelenjar Getah Bening—Klinis (N) 

  NX KGB regional tidak dapat dinilai (misalnya sebelumnya telah diangkat)

  N0 Tidak ada metastasis ke KGB regional

  N1 Metastasis ke KGB aksilla ipsilateral tetapi dapat digerakkan

  N2 Metastasis KGB aksilla ipsilateral tetapi tidak dapat digerakkan atau
terfiksasi, atau tampak secara klinis ke KGB internal mammary ipsilateral
tetapi secara klinis tidak terbukti terdapat metastasis ke KGB aksilla
ipsilateral

  N2a Metastasis ke KGB aksilla ipsilateral dengan KGB saling melekat atau
melekat ke struktur lain sekitarnya.

  N2b Metastasis hanya tampak secara klinis ke KGB internal mammary ipsilateral
dan tidak terbukti secara klinis terdapat metastasis ke KGB aksilla ipsilateral

  N3 Metastasis ke KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan


KGB aksilla, atau secara klinis ke KGB internal mammary ipsilateral tetapi
secara klinis terbukti terdapat metastasis ke KGB aksilla ipsilateral; atau
metastasis ke KGB supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan
KGB infraklavikula atau aksilla ipsilateral

  N3a Metastasis ke KGB infraklavikula ipsilateral

  N3b Metastasis ke KGB internal mammary dan aksilla

  N3c Metastasis ke KGB supraklavikula ipsilateral


Kelenjar Getah Bening Regional—Patologia anatomi (pN) 

  pNX KGB regional tidak dapat dinilai (sebelumnya telah diangkat atau tidak
dilakukan pemeriksaan patologi)

  pN0b Secara histologis tidak terdapat metastasis ke KGB, tidak ada pemeriksaan
  tambahan untuk isolated tumor cells (Catatan : Isolated tumor cells (ITC)
diartikan sebagai sekelompok tumor kecil yang tidak lebih dari 0.2 mm,
biasanya dideteksi hanya dengan immunohistochemical (IHC) atau metode
molekuler

  pN0(i–) Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis, IHC (-)

  pN0(i+) Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis, IHC (+), IHC
cluster tidak lebih dari 0.2 mm

  pN0(mol–) Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis, pemeriksaan


molekuler (-) (RT-PCR)

  pN0(mol+) Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis, pemeriksaan


molekuler (+) (RT-PCR)

  pN1 Metastasis ke 1-3 KGB aksila, dan atau KGB internal mammary terdeteksi
secara mikroskopis melalui diseksi sentinel KGB, secara klinis tidak tampak

  pN1mi Micrometastasis (> 0.2 mm, < 2.0 mm)

  pN1a Metastasis ke 1-3 KGB aksila

  pN1b Metastasis ke KGB internal mammary terdeteksi secara mikroskopis melalui


diseksi sentinel KGB, secara klinis tidak tampak 

  pN1c Metastasis ke 1-3 KGB aksila dan ke KGB internal mammary terdeteksi
secara mikroskopis melalui diseksi sentinel KGB, secara klinis tidak
tampak (jika berhubungan dengan >3 (+) KGB aksila, KGB internal
mammary diklasifikasikan sebagai pN3b)

  pN2 Metastasis ke 4-9 KGB aksila, atau tampak secara klinis ke KGB internal
mammary tetapi secara klinis tidak terbukti terdapat metastasis ke KGB
aksilla

  pN2a Metastasis ke 4-9 KGB aksila (sedikitnya 1 tumor > 2 mm)

  pN2b tampak secara klinis ke KGB internal mammary tetapi secara klinis tidak
terbukti terdapat metastasis ke KGB aksilla

  pN3 Metastasis ke 10 KGB aksila, atau KGB infraklavikula, atau secara klinis ke
KGB internal mammary ipsilateral dan terdapat 1 atau lebih metastasis ke
KGB aksilla atau > 3 metastasis ke KGB aksilla tetapi secara klinis
microscopic metastasis (-) ke KGB internal mammary; atau ke KGB
supraklavikular ipsilateral

  pN3a Metastasis ke ≥10 KGB aksila (minimal 1 tumor > 2 mm), atau metastasis ke
KGB infraklavikula

  pN3b Secara klinis metastasis ke KGB internal mammary ipsilateral dan terdapat 1
atau lebih metastasis ke KGB aksilla atau > 3 metastasis ke KGB aksilla dan
dalam KGB internal mammary dengan kelainan mikroskopis yang terdeteksi
melalui diseksi KGB sentinel, tidak tampak secara klinis

  pN3c Metastasis ke KGB supraklavikular ipsilateral

Metastasis Jauh (M) 

  MX Metastasis jauh tidak dapat dinilai

  M0 Tidak terdapat metastasis jauh

  M1 Terdapat metastasis jauh

Tampak secara klinis didefinisikan bahwa dapat dideteksi melalui alat pencitraan atau
dengan pemeriksaan klinis atau kelainan patologis terlihat jelas.
Tidak tampak secara klinis berarti tidak terlihat melalui alat pencitraan (kecuali dengan
lymphoscintigraphy) atau dengan pemeriksaan klinis.
Klasifikasi berdasarkan diseksi KGB aksila dengan atau tanpa diseksi sentinel dari KGB.
Klasifikasi semata-mata berdasarkan diseksi sentinel KGB tanpa diseksi KGB aksila yang
selanjutnya direncanakan untuk "sentinel node", seperti pN-(l+) (sn).
RT-PCR = reverse transcriptase polymerase chain reaction.
SOURCE: Modified with permission from American Joint Committee on Cancer: AJCC
Cancer Staging Manual, 6th ed. New York: Springer, 2002, pp 227–228.

Tabel 1.4. TNM Stage Groupings

Stage 0   Tis N0 M0

Stage I  T1a N0 M0

Stage IIA  T0 N1 M0

  T1a N1 M0

  T2 N0 M0

Stage IIB  T2 N1 M0

  T3 N0 M0

Stage IIIA  T0 N2 M0

  T1a N2 M0

  T2 N2 M0

  T3 N1 M0

  T3 N2 M0

Stage IIIB  T4 N0 M0

  T4 N1 M0

  T4 N2 M0

Stage IIIC  Any T N3 M0

Stage IV  Any T Any N M1


Penatalaksanaan

Stadium I, II, III awal (stadium operable) sifat pengobatan adalah kuratif.
Pengobatan pada stadium I, II dan IIIa adalah operasi primer, terapi lainnya bersifat
adjuvant. Untuk stadium I dan II pengobatannya adalah radikal mastectomy atau
modified radikal mastectomy dengan atau tanpa radiasi dan sitostatika adjuvant.
Stadium IIIa terapinya adalah simple mastectomy dengan radiasi dan sitostatika
adjuvant. Stadium IIIb dan IV sifat pengobatannya adalah paliatif, yaitu terutama
untuk mengurangi penderitaan dan memperbaiki kualitas hidup. Untuk stadium IIIb
atau yang dinamakan locally advanced pengobatan utama adalah radiasi dan dapat
diikuti oleh modalitas lain yaitu hormonal terapi dan sitostatika. Stadium IV
pengobatan primer adalah yang bersifat sistemik yaitu hormonal dan khemoterapi.

Terapi kuratif dianjurkan untuk stadium I, II, dan III. Pasien dengan tumor lokal lanjut
(T3,T4) dan bahkan inflammatory carcinoma mungkin dapat disembuhkan dengan
terapi multimodalitas, tetapi kebanyakan hanya bersifat paliatif. Terapi paliatif
diberikan pada pasien dengan stadium IV dan untuk pasien dengan metastasis jauh
atau untuk karsinoma lokal yang tidak dapat direseksi. (7,10)

Terapi secara pembedahan


1. Mastektomi partial (breast conservation)
Tindakan konservatif terhadap jaringan payudara terdiri dari reseksi tumor primer
hingga batas jaringan payudara normal, radioterapi dan pemeriksaan status KGB
(kelenjar getah bening) aksilla. Reseksi tumor payudara primer disebut juga sebagai
reseksi segmental, lumpectomy, mastektomi partial dan tylectomy. Tindakan
konservatif, saat ini merupakan terapi standar untuk wanita dengan karsinoma
mammae invasif stadium I atau II. Wanita dengan DCIS hanya memerlukan reseksi
tumor primer dan radioterapi adjuvan. Ketika lumpectomy dilakukan, insisi dengan
garis lengkung konsentrik pada nipple-areola complex dibuat pada kulit diatas
karsinoma mammae. Jaringan karsinoma diangkat dengan diliputi oleh jaringan
mammae normal yang adekuat sejauh 2 mm dari tepi yang bebas dari jaringan tumor.
Dilakukan juga permintaan atas status reseptor hormonal dan ekspresi HER-2/neu
kepada patologis.

Setelah penutupan luka payudara, dilakukan diseksi KGB aksilla ipsilateral untuk
penentuan stadium dan mengetahui penyebaran regional. Saat ini, sentinel node
biopsy merupakan prosedur staging yang dipilih pada aksilla yang tidak ditemukan
adanya pembesaran KGB. Ketika sentinel node biopsy menunjukkan hasil negatif,
diseksi KGB akilla tidak dilakukan
Berdasarkan cara operasinya, prosedur ini dibagi dalam 3 cara:
 Eksisi terbatas hanya mengangkat seluruh tumornya saja. Cara ini tidak dianjurkan
untuk Ca mammae
 Eksisi seluruh tumor beserta jaringan mammae yang melekat pada tumor untuk
meyakinkan batas jaringan bebas tumor.
 Eksisi seluruh tumor beserta seluruh quadrant mammae yang mengandung tumor dan
kulit yang menutupinya (quadranectomy).
Sebagian besar ahli bedah membatasi segmental mastectomy pada pasien-pasien
dengan tumor yang kecil (<4cm atau dalam beberapa kasus <2 cm). Mastectomy
segmental harus dilanjutkan dengan terapi radiasi karena tanpa radiasi resiko
kekambuhannya tinggi.

2. Modified Radical Mastectomy


Kanker yang besar dan residual setelah adjuvant terapi (khususnya pada payudara
yang kecil), kanker multisentris, dan pasien dengan komplikasi terapi radiasi
merupakan indikasi dilakukannya operasi ini (Zollinger Atlas of Surgical Operation)
Prosedur ini paling banyak digunakan, terdapat 2 bentuk prosedur yang biasa
digunakan oleh para ahli bedah.

 Prosedur Patey dan modifikasi dari Scanlon


M. pectoralis mayor tetap dipertahankan sedangkan M. pectoralis minor dan
kelenjar limfe level I, II dan III pada axilla diangkat. Scanlon memodifikasi prosedur
Patey dengan memisahkan tetapi tidak mengangkat M. pectoralis minor, sehingga
kelenjar limfe apical (level III) dapat diangkat dan saraf pectoral lateral dari otot
mayor dipertahankan.
 Prosedur yang dibuat oleh Auchincloss
Berbeda dari prosedur Patey, yaitu dengan tidak mengangkat atau memisahkan M.
Pectoralis minor. Modifikasi ini membatasi pengangkatan komplit dari kelenjar limfe
paling atas, Auchincloss menerangkan bahwa hanya 2 % dari pasien yang
memperoleh manfaat dengan adanya pengangkatan kelenjar limfe sampai level
tertinggi. Ini yang membuat prosedur Auchincloss menjadi prosedur yang paling
populer untuk Ca mammae di Amerika Serikat.
Total Mastectomy
Total mastectomy kadang disebut juga dengan simple mastectomy yang mencakup
operasi pengangkatan seluruh mammae, axillary tail dan fascia pectoralis. Total
mastectomy tidak mencakup diseksi axilla dan sering dikombinasi dengan terapi
radiasi post operasi. Prosedur ini didasarkan pada teori bahwa KGB merupakan
sumber suatu barrier terhadap sel-sel Ca mammae dan seharusnya tidak diangkat, juga
ada alasan bahwa terapi radiasi akan dapat menahan penyebaran sel-sel ganas sebagai
akibat trauma operasi.
Terapi secara medikalis (non-pembedahan)
Radioterapi
Terapi radiasi dapat digunakan untuk semua stadium karsinoma mammae. Untuk
wanita dengan DCIS, setelah dilakukan lumpectomy, radiasi adjuvan diberikan untuk
mengurangi resiko rekurensi lokal, juga dilakukan untuk stadium I, IIa, atau IIb
setelah lumpectomy. Radiasi juga diberikan pada kasus resiko/kecurigaan metastasis
yang tinggi.
Pada karsinoma mammae lanjut (Stadium IIIa atau IIIb), dimana resiko rekurensi
dan metastasis yang tinggi maka setelah tindakan pembedahan dilanjutkan dengan
terapi radiasi adjuvan.
Kemoterapi
Terapi ini bersifat sistemik dan bekerja pada tingkat sel. Terutama diberikan pada
Ca mammae yang sudah lanjut, bersifat paliatif, tapi dapat pula diberikan pada Ca
mammae yang sudah dilakukan mastectomy bersifat terapi adjuvant. Biasanya
diberikan kombinasi CMF (Cyclophosphamide, Methotrexate, Fluorouracil).
Kemoterapi dan obat penghambat hormon seringkali diberikan segera setelah
pembedahan dan dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun. Pengobatan ini
menunda kembalinya kanker dan memperpanjang angka harapan hidup penderita.
Pemberian beberapa jenis kemoterapi lebih efektif dibandingkan dengan kemoterapi
tunggal. Tetapi tanpa pembedahan maupun penyinaran, obat-obat tersebut tidak dapat
menyembuhkan kanker payudara

Daftar pustaka
1. Turk C, Knoll T, Pterick A et al. Guidelines on Urolithiasis. European Association of
Urology 2015. March 2015.
2. Yolanda S. What is Urolithiasis. News Medical Life Sciences. https://www.news-
medical.net/health/What-is-Urolithiasis.aspx. Accessed Jan. 16, 2018.
3. Armed Forces Health Surveillance Center. Urinary Stones, Active Component, U.S.
Armed Forces, 2001-2010. Medical Surveillance Monthly Report (MSMR). 2011.
December; Vol 18 (No12): 6-9.
4. Kidney stones in adults. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney
Diseases. https://www.niddk.nih.gov/health-information/urologicdiseases/kidney-
stones/definition-facts . Accessed Jan. 16, 2018. 3. Medical Definition of Urolithiasis.
Medicine.Net.com. https://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=6649
. Accessed Jan. 16, 2018.
5. Suzanna E, Sirait T, Rahayu PS, Shalmont G, Anwar E, Andalusia R et al. Registrasi
kanker berbasis rumah sakit di rumah sakit kanker “Dharmais”-pusatkanker nasional,
1993-2007. Indonesian Journal of Cancer. 2012;6: 1-12.
6. Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS.
Jakarta:Balitbang Kemenkes RI.2013.

Anda mungkin juga menyukai