Disusun Oleh:
Nama : Dany Ramdhani
NPM : 113170015
Kelompok : XII A
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU BEDAH
RSUD WALED KAB. CIREBON
2020
A. Ureterolithiasis
Definisi
Batu ureter adalah keadaan dimana terdapat batu saluran kencing, batu yang
terbentuk ketika konsentrasi substansi tertentu seperti kalium, oksalat, kalium fosfat,
dan asam urat meningkat. Batu ureter adalah suatu keadaan terdapatnya batu
disaluran kemih . Batu ureter adalah bentuk deposit mineral paling umum oksalat
kalsium dan oksalat fosfat, namun asam urat dan lainya juga penyebab pembentukan
batu ( Definisi operasional; batu ureter adalah terdapat batu disaluran ureter.
Etiologi
a. Pemeriksaan diagnostik
Urinalisa, warna kuning, coklat gelap, berdarah: secara umum menunjukan SDM,
SDP, kristal (sistin, asam urat, kalsium oksalat ), sepihan, mineral, bakteri, pus; ph
mungkin asam meningkatkan sistin dan asam urat ) atau alkalin ( meningkatkan
magnesium, fosfat, amonium, atau batu kalsium fosfat ).
Hb/Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau politemia terjadi (mendorong
prepitasi pemadatan ) atau anemia ( pendarahan, disfungsi/gagal ginjal).
Foto Rongsent KUB, menunjukan adanya kalkuli dan/perubahan anatomik pada
area ginjal dan sepanjang ureter.
Sistoureterokopi, visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat menunjukan
batu dan/atau efek obstruksi.
Scan CT, mengidentifikasi/mengambarkan kalkuli dan masa lain: ginjal, ureter,
distensi kandung kemih.
Ultarasound ginjal, untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.
Tatalaksana
Teknik yang tersedia untuk ahli urologi saat batu tersebut gagal melewati traktus
urinarius secara spontan meliputi:
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan alat yang fleksibel, semi-kaku atau kaku saat
pasien berada di bawah pengaruh bius.
B. Tumor mammae
Definisi
Tumor jinak mammae ialah lesi jinak yang berasal dari dari parenkim,
stroma, areola dan papilla mamma. Termasuk : Tumor jinak jaringan lunak mamma,
lipoma, hemangioma mamma dan displasia mamma.
Manifestasi Klinis
Tumor jinak mamma maupun tumor non neoplasma bermanifestasi sebagai:
1. Tumor pada mamma.
2. Jaringan mamma yang padat dan noduler.
3. Nyeri pada mamma.
Benjolan jinak pada payudara
Kebanyakan benjolan jinak pada payudara berasal dari perubahan normal pada
perkembangan payudara, siklus hormonal, dan perubahan reproduksi. Terdapat 3
siklus kehidupan yang dapat menggambarkan perbedaan fase reproduksi pada
kehidupan wanita yang berkaitan dengan perubahan payudara, yaitu :
1. Pada fase reproduksi awal (15-25 tahun) terdapat pembentukan duktus dan stroma
payudara. Pada periode ini umumnya dapat terjadi benjolan FAM dan juvenil
hipertrofi (perkembangan payudara berlebihan).
2. Periode reproduksi matang (25-40 tahun). Perubahan siklus hormonal mempengaruhi
kelenjar dan stroma payudara.
3. Fase ketiga adalah involusi dari lobulus dan duktus yang terjadi sejak usia 35-55
tahun.
Pemeriksaan fisik payudara
SADARI (Pemeriksaan payudara sendiri)
Tujuan dari pemeriksaan payudara sendiri adalah mendeteksi dini apabila
terdapat benjolan pada payudara, terutama yang dicurigai ganas, sehingga dapat
menurunkan angka kematian. Meskipun angka kejadian kanker payudara rendah
pada wanita muda, namun sangat penting untuk diajarkan SADARI semasa muda
agar terbiasa melakukannya di kala tua. Wanita premenopause (belum memasuki
masa menopause) sebaiknya melakukan SADARI setiap bulan, 1 minggu setelah
siklus menstruasinya selesai.
Cara melakukan SADARI adalah :
1. Wanita sebaiknya melakukan SADARI pada posisi duduk atau berdiri menghadap
cermin.
2. Pertama kali dicari asimetris dari kedua payudara, kerutan pada kulit payudara, dan
puting yang masuk.
3. Angkat lengannya lurus melewati kepala atau lakukan gerakan bertolak pinggang
untuk mengkontraksikan otot pektoralis (otot dada) untuk memperjelas kerutan
pada kulit payudara.
4. Sembari duduk / berdiri, rabalah payudara dengan tangan sebelahnya.
5. Selanjutnya sembari tidur, dan kembali meraba payudara dan ketiak.
Terakhir tekan puting untuk melihat apakah ada cairan.
Pemeriksaan Penunjang
Dua jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi dini benjolan pada
payudara adalah mammografi dan ultrasonografi (USG). Teknik yang baru adalah
menggunakan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan nuklear skintigrafi.
Mammografi
Mammografi dapat mendeteksi tumor-tumor yang secara palpasi tidak
teraba; jadi sangat baik untuk diagnosis dini dan screening. Ketepatan 83 – 95%,
tergantung dari teknisi dan ahli radiologinya.
Mammografi adalah metode terbaik untuk mendeteksi benjolan yang tidak
teraba namun terkadang justru tidak dapat mendeteksi benjolan yang teraba atau
kanker payudara yang dapat dideteksi oleh USG. Mammografi digunakan untuk
skrining rutin pada wanita di usia awal 40 tahun untuk mendeteksi dini kanker
payudara.
Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat dibedakan lesi solid dan kistik.
Scintimammografi
Adalah teknik pemeriksaan radionuklir dengan menggunakan radiosotop Tc
99 sestamibi. Pemeriksaan ini mempunyai sensitifitas tinggi untuk menilai aktivitas
sel kanker pada payudara. Selain itu dapat pula mendeteksi lesi multipel dan
keterlibatan KGB regional.
Diagnosa pasti
Diagnosa pasti hanya dapat ditegakan dengan pemeriksaan histopatologis. Bahan
pemeriksaan dapat diambil dengan beberapa cara, yaitu
Biopsi aspirasi (fine needle biopsy)
Needle core bipsi dengan jarum Silverman
Excisional biopsy dan pemeriksaan frozen section (potong beku) waktu operasi
Pemeriksaan potong beku (frozen section) waktu operasi banyak dilakukan di
senter-senter pendidikan. Ketepatan cukup tinggi 97,65 % dengan tidak ada false
positif dan hanya 0,6 % false negatif.
Jenis-Jenis Tumor Jinak Payudara
Fibrokistik
Penyakit fibrokistik atau dikenal juga sebagai mammary displasia adalah
benjolan payudara yang sering dialami oleh sebagian besar wanita. Benjolan ini
harus dibedakan dengan keganasan. Penyakit fibrokistik pada umumnya terjadi
pada wanita berusia 25-50 tahun (>50%).
Fibroadenoma
Fibroadenoma merupakan tumor payudara jinak yang terkadang terlalu
kecil untuk dapat teraba oleh tangan, walaupun diameternya bisa saja meluas
beberapa inchi. Fibroadenoma dibentuk baik itu oleh jaringan payudara glandular
maupun stroma, dan biasanya terjadi pada wanita muda berusia 15-25 tahun.
Setelah menopause, tumor tersebut tidak lagi ditemukan. Fibroadenoma sering
membesar mencapai ukuran 1 atau 2 cm. Kadang fibroadenoma tumbuh multiple
(lebih 5 lesi pada satu mammae) tetapi sangat jarang.
Etiologi dari fibroadenoma masih tidak diketahui pasti tetapi dikatakan
bahwa hipersensitivitas terhadap estrogen pada lobul dianggap menjadi
penyebabnya. Usia menarche, usia menopause dan terapi hormonal termasuklah
kontrasepsi oral tidak merubah risiko terjadinya lesi ini. Faktor genetik juga
dikatakan tidak berpengaruh tetapi adanya riwayat keluarga (first-degree) dengan
karsinoma mammae dikatakan meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini.
Fibroadenoma mammae dianggap mewakili sekelompok lobus hiperplastik
dari mammae yang dikenal sebagai “kelainan dari pertumbuhan normal dan
involusi”. Fibroadenoma sering terbentuk sewaktu menarche (15-25 tahun), waktu
dimana struktur lobul ditambahkan ke dalam sistem duktus pada mammae. Lobul
hiperplastik sering terjadi pada waktu ini dan dianggap merupakan bagian dari
perkembangan mammae. Gambaran histologi dari lobul hiperplastik ini identik
dengan fibroadenoma. Analisa dari komponen seluler fibroadenoma dengan
Polymerase Chain Reaction (PRC) menunjukkan bahwa stromal dan sel epitel
adalah poliklonal. Hal ini mendukung teori yang menyatakan bahwa fibroadenoma
merupakan lesi hiperplastik yang terkait dengan kelainan dari maturitas normal
mammae.
Lesi ini merupakan hormone-dependent neoplasma distimulasi oleh laksasi
sewaktu hamil dan mengalami involusi sewaktu perimenopause. Terdapat kaitan
langsung antara penggunaan kontrasepsi oral sebelum usia 20 tahun dengan risiko
terjadinya fibroadenoma. Pada pasien immunosupresi, virus Epstein-Barr
memainkan peranan dalam pertumbuhan tumor ini.
Biasanya wanita muda menyadari terdapatnya benjolan pada payudara
ketika sedang mandi atau berpakaian. Kebanyakan benjolan berdiameter 2-3 cm,
namun FAM dapat tumbuh dengan ukuran yang lebih besar (giant fibroadenoma).
Pada pemeriksaan, benjolan FAM kenyal dan halus. Benjolan tersebut tidak
menimbulkan reaksi radang (merah, nyeri, panas), mobile (dapat digerakkan) dan
tidak menyebabkan pengerutan kulit payudara ataupun retraksi puting (puting
masuk). Benjolan tersebut berlobus-lobus.
Pemeriksaan mammografi menghasilkan gambaran yang jelas jinak berupa
rata dan memiliki batas jelas. Wanita dengan FAM simpel tanpa penampakan
histologi komplek dan tanpa penyakit proliferatif pada parenkim payudara tidak
memiliki peningkatan risiko kanker payudara.
Pada masa adolesens, fibroadenoma tumbuh dalam ukuran yang besar.
Pertumbuhan bisa cepat sekali selama kehamilan dan laktasi atau menjelang
menopause, saat ransangan estrogen meningkat.
Fibroadenoma teraba sebagai benjolan bulat atau berbenjol-benjol, dengan
simpai licin dan konsistensi kenyal padat. Tumor ini tidak melekat ke jaringan
sekitarnya dan amat mudah digerakkan kesana kemari. Biasanya fibroadenoma
tidak nyeri bila ditekan. Kadang-kadang fibroadenoma tumbuh multipel. Pada
masa adolescen fibroadenoma bisa terdapat dalam ukuran yang besar.
Pertumbuhan bisa cepat sekali selama kehamilan dan laktasi atau menjelang
menopause, saat rangsangan estrogen meninggi. Pada pasien dengan usia kurang
dari 25 tahun, diagnosa bisa ditegakkan melalui pemeriksaan klinik walaupun
dianjurkan untuk dilakukan aspirasi sitologi. Konfirmasi secara patologi diperlukan
untuk menyingkirkan karsinoma seperti kanker tubular karena sering dikelirukan
dengan penyakit ini. Fine-needle aspiration (FNA) sitologi merupakan metode
diagnosa yang akurat walaupun gambaran sel epitel yang hiperplastik bisa
dikelirukan dengan neoplasia.
Diagnosa fibroadenoma bisa ditegakkan melalui gambaran klinik pada
pasien usia muda dan karena itu, mammografi tidak rutin dikerjakan. Pada pasien
yang berusia, fibroadenoma memberikan gambaran soliter, lesi yang licin dengan
densitas yang sama atau hampir menyerupai jaringan sekitar pada mammografi.
Dengan pertambahan usia, gambaran stippled calcification terlihat lebih jelas.
Adenoma
Adenoma tubular dan lactatinal adalah lesi yang secara histologis jinak
berhubungan dengan FAM. Cirinya adalah struktur glandular dengan sedikit atau
tanpa struktur stroma. Secara klinis dan Radiologi, mirip dengan FAM. Lactation
adenoma terjadi selama kehamilan dan laktasi, membesar saat dipengaruhi hormon
gestational, dan diferensiasi sekresi saat analisis PA. Sekali lagi biopsi adalah
diagnostik dan terapi.
Tumor Filoides ( Sistosarkoma Filoides )
Tumor filodes atau dikenal dengan sistosarkoma filodes adalah tumor
fibroepitelial yang ditandai dengan hiperselular stroma dikombinasikan dengan
komponen epitel. Tumor filodes umum terjadi pada dekade 5 atau 6. Benjolan ini
jarang bilateral (terdapat pada kedua payudara), dan biasanya muncul sebagai
benjolan yang terisolasi dan sulit dibedakan dengan FAM. Ukuran bervariasi,
meskipun tumor filodes biasanya lebih besar dari FAM, mungkin karena
pertumbuhannya yang cepat. Berdasarkan pemeriksaan histologi (sel), diketahui
bahwa tumor filodes jinak berkisar 10%, dimana tumor filodes ganas berkisar 40%.
Tumor filoides merupakan suatu neoplasma jinak yang bersifat menyusup secara
lokal dan mungkin ganas (10-15%). Pertumbuhannya cepat dan dapat ditemukan
dalam ukuran yang besar. Tumor ini terdapat pada semua usia, tapi kebanyakan
pada usia sekitar 45 tahun.Tumor filoides adalah tipe yang jarang dari tumor
payudara, yang hampir sama dengan fibroadenoma yaitu terdiri dari dua jaringan,
jaringan stroma dan glandular. Perbedaan antara tumor filoides dengan
fibroadenoma adalah bahwa terdapat pertumbuhan berlebih dari jaringan
fibrokonektif pada tumor filoides. Sel yang membangun jaringan fibrokonektif
dapat terlihat abnormalitasnya dibawah mikroskop.
Mastitis
Mastitis adalah infeksi yang sering menyerang wanita yang sedang
menyusui atau pada wanita yang mengalami kerusakan atau keretakan pada kulit
sekitar puting. Kerusakan pada kulit sekitar puting tersebut akan memudahkan
bakteri dari permukaan kulit untuk memasuki duktus yang menjadi tempat
berkembangnya bakteri dan menarik sel-sel inflamasi. Sel-sel inflamasi
melepaskan substansi untuk melawan infeksi, namun juga menyebabkan
pembengkakan jaringan dan peningkatan aliran darah. Perubahan ini menyebabkan
payudara menjadi merah, nyeri, dan terasa hangat saat perabaan.
Gambaran klinisnya sukar dibedakan dengan karsinoma, yaitu massa
berkonsistensi keras, bisa melekat ke kulit, dan menimbulkan retraksi puting susu
akibat fibrosis periduktal, dan bisa terdapat pembesaran kelenjar getah bening
aksila. Kondisi ini diterapi dengan antibiotik. Pada beberapa kasus, mastitis
berkembang menjadi abses atau kumpulan pus yang harus dikeluarkan melalui
pembedahan.
Galaktokel
Galaktokel adalah kista berisi susu yang terjadi pada wanita yang sedang
hamil atau menyusui. Seperti kista lainnya, galaktokel tidak bersifat seperti kanker.
Biasanya galaktokel tampak rata, benjolan dapat digerakkan, walaupun dapat juga
keras dan susah digerakkan. Penatalaksanaan galaktokel sama seperti kista lainnya,
biasanya tanpa melakukan tindakan apapun. Apabila diagnosis masih diragukan
atau galaktokel menimbulkan rasa tidak nyaman, maka dapat dilakukan drainase
dengan aspirasi jarum halus.
Hiperplasia Epitel
Hiperplasi epitel ( disebut juga kelainan payudara proliferatif) adalah
pertumbuhan abnormal dari sel-sel yang membatasi antar duktus atau lobulus.
Apabila hiperplasi melibatkan duktus maka disebut hiperplasia duktus. Sedangkan
bila melibatkan lobulus, maka disebut hiperplasia lobular. Berdasarkan
pengamatan dibawah mikroskop, hiperplasia dapat dikelompokkan menjadi tipe
biasa dan atipikal. Hiperplasia tipe biasa mengindikasikan peningkatan yang tipis
dari resiko seorang wanita untuk berkembang menjadi kanker payudara. Resikonya
adalah 1,5 sampai 2 kali lipat dibandingkan wanita tanpa abnormalitas payudara.
Hiperplasia atipikal mengindikasikan peningkatan yang sedang yaitu 4 sampai 5
kali lipat dibandingkan wanita tanpa abnormalitas payudara.
Hiperplasi epitelial biasanya didiagnosa melalui biopsi jarum atau biopsi
melalui pembedahan. Apabila telah didiagnosis menderita hiperplasia terutama
hiperplasia atipikal, berarti diperlukan pemantauan yang lebih oleh dokter,
misalnya pemeriksaan fisik payudara yang rutin dan mammografi setiap setahun
sekali. Hal ini dikarenakan mengalami hiperplasia akan meningkatkan
kemungkinan untuk berkembang menjadi kanker payudara di masa yang akan
datang.
Tumor ganas payudara
Etiologi
Etiologi Ca mammae masih belum diketahui secara pasti, namun penyebabnya
sangat mungkin multi faktorial yang saling mempengaruhi satu sama lain, antara
lain:
1. Usia
Insiden kanker payudara semakin meningkat seiring bertambahnya umur seorang
wanita. Angka kejadian kanker payudara rata-rata pada wanita usia 45 tahun ke
atas. Kanker jarang timbul sebelum menopause, adapun pada usia sebelum 35
tahun, yang paling sering menyebabkan benjolan pada payudara adalah
fibroadenoma dan penyakit fibrokistik. Kanker dapat didiagnosis pada wanita
premenopause atau sebelum usia 35 tahun, tetapi kankernya cenderung lebih
agresif, derajat tumor yang lebih tinggi, dan stadiumnya lebih lanjut, sehingga
survival rates-nya lebih rendah.
2. Ras
Kanker payudara lebih sering terdiagnosis pada wanita kulit putih, dibandingkan
wanita Latin Amerika, Asia, or Afrika. Insidensi lebih tinggi pada wanita yang
tinggal di daerah industrialisasi.
3. Pernah menderita kanker payudara
Harvey dan Brinton mengemukakan wanita dengan riwayat Ca mammae primer
mempunyai resiko 3 sampai 4 kali lebih besar untuk timbulnya Ca mammae
kontralateral. Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif
memiliki risiko tertinggi untuk menderita kanker payudara. Setelah payudara yang
terkena diangkat, maka risiko terjadinya kanker pada payudara yang sehat
meningkat sebesar 0,5-1%/tahun.
4. Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara
Kemungkinan ini lebih besar bila keluarga itu menderita kanker bilateral atau
pramenopause.
Risiko untuk menjadi kanker lebih tinggi 2-3 kali lebih besar pada wanita yang
ibunya atau saudara perempuan kandungnya memiliki kanker payudara. Risiko
lebih tinggi jika anggota keluarganya menderita kanker payudara sebelum usia 40
tahun. Risiko lebih meningkat bila terdapat kerabat/saudara (baik dari keluarga
ayah atau ibu) yang menderita kanker payudara. Risiko juga meningkat apabila
keluarga menderita kanker bilateral atau saat premenopause.
5. Hormonal
Meningkatnya paparan estrogen berhubungan dengan peningkatan risiko untuk
berkembangnya kanker payudara, sedangkan berkurangnya paparan justru
memberikan efek protektif. WHO menyatakan bahwa tidak terdapat peningkatan
maupun penurunan insidens Ca mammae yang berhubungan dengan penggunaan
kotrasepsi injeksi seperti depot-medroxyprogesterone acetate (DMPA).
Berdasarkan beberapa penelitian, didapatkan kesimpulan bahwa penggunaan
esterogen sebagai terapi penganti hormon (Hormone Replacement Therapy = HRT)
pada wanita perimenopause dan post menopause sedikit meningkatkan resiko Ca
mammae. Resiko meningkat jika pada wanita yang menerima Estrogen Hormon
Replacement Therapy tersebut sebelumnya pernah menderita kelainan benigna
pada mammae-nya.
6. Faktor diet
The Committee on Diet, Nutrition, and Cancer of The National Academy of
Sciences menyimpulkan adanya hubungan sebab akibat antara makanan berlemak
dan insiden dari Ca mammae. Makanan yang berlemak tinggi dan dalam jangka
waktu panjang dapat meningkatkan resiko Ca mammae dua kali lipat karena, akan
meningkatkan kadar estrogen serum, sehingga akan meningkatkan risiko kanker.
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa wanita yang sering minum alkohol
mempunyai risiko kanker payudara yang lebih besar. Karena alkohol akan
meningkatkan kadar estriol serum.
7. Pernah menderita penyakit payudara non-kanker
Risiko menderita kanker payudara agak lebih tinggi pada wanita yang pernah
menderita penyakit payudara non-kanker yang menyebabkan bertambahnya jumlah
saluran air susu dan terjadinya kelainan struktur jaringan payudara (hiperplasia
atipik).
Tis(Paget's) Paget's disease dari papilla mammae tanpa tumor (Catatan : Paget's disease
yang berhubungan dengan tumor diklasifikasikan menurut ukuran tumor)
T1 Tumor ≤ 2 cm
T4 Tumor ukuran berapapun dengan perluasan langsung ke dinding dada atau
kulit, seperti yang diuraikan dibawah ini :
NX KGB regional tidak dapat dinilai (misalnya sebelumnya telah diangkat)
N2 Metastasis KGB aksilla ipsilateral tetapi tidak dapat digerakkan atau
terfiksasi, atau tampak secara klinis ke KGB internal mammary ipsilateral
tetapi secara klinis tidak terbukti terdapat metastasis ke KGB aksilla
ipsilateral
N2a Metastasis ke KGB aksilla ipsilateral dengan KGB saling melekat atau
melekat ke struktur lain sekitarnya.
N2b Metastasis hanya tampak secara klinis ke KGB internal mammary ipsilateral
dan tidak terbukti secara klinis terdapat metastasis ke KGB aksilla ipsilateral
pNX KGB regional tidak dapat dinilai (sebelumnya telah diangkat atau tidak
dilakukan pemeriksaan patologi)
pN0b Secara histologis tidak terdapat metastasis ke KGB, tidak ada pemeriksaan
tambahan untuk isolated tumor cells (Catatan : Isolated tumor cells (ITC)
diartikan sebagai sekelompok tumor kecil yang tidak lebih dari 0.2 mm,
biasanya dideteksi hanya dengan immunohistochemical (IHC) atau metode
molekuler
pN0(i–) Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis, IHC (-)
pN0(i+) Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis, IHC (+), IHC
cluster tidak lebih dari 0.2 mm
pN1 Metastasis ke 1-3 KGB aksila, dan atau KGB internal mammary terdeteksi
secara mikroskopis melalui diseksi sentinel KGB, secara klinis tidak tampak
pN1c Metastasis ke 1-3 KGB aksila dan ke KGB internal mammary terdeteksi
secara mikroskopis melalui diseksi sentinel KGB, secara klinis tidak
tampak (jika berhubungan dengan >3 (+) KGB aksila, KGB internal
mammary diklasifikasikan sebagai pN3b)
pN2 Metastasis ke 4-9 KGB aksila, atau tampak secara klinis ke KGB internal
mammary tetapi secara klinis tidak terbukti terdapat metastasis ke KGB
aksilla
pN2b tampak secara klinis ke KGB internal mammary tetapi secara klinis tidak
terbukti terdapat metastasis ke KGB aksilla
pN3 Metastasis ke 10 KGB aksila, atau KGB infraklavikula, atau secara klinis ke
KGB internal mammary ipsilateral dan terdapat 1 atau lebih metastasis ke
KGB aksilla atau > 3 metastasis ke KGB aksilla tetapi secara klinis
microscopic metastasis (-) ke KGB internal mammary; atau ke KGB
supraklavikular ipsilateral
pN3a Metastasis ke ≥10 KGB aksila (minimal 1 tumor > 2 mm), atau metastasis ke
KGB infraklavikula
pN3b Secara klinis metastasis ke KGB internal mammary ipsilateral dan terdapat 1
atau lebih metastasis ke KGB aksilla atau > 3 metastasis ke KGB aksilla dan
dalam KGB internal mammary dengan kelainan mikroskopis yang terdeteksi
melalui diseksi KGB sentinel, tidak tampak secara klinis
Tampak secara klinis didefinisikan bahwa dapat dideteksi melalui alat pencitraan atau
dengan pemeriksaan klinis atau kelainan patologis terlihat jelas.
Tidak tampak secara klinis berarti tidak terlihat melalui alat pencitraan (kecuali dengan
lymphoscintigraphy) atau dengan pemeriksaan klinis.
Klasifikasi berdasarkan diseksi KGB aksila dengan atau tanpa diseksi sentinel dari KGB.
Klasifikasi semata-mata berdasarkan diseksi sentinel KGB tanpa diseksi KGB aksila yang
selanjutnya direncanakan untuk "sentinel node", seperti pN-(l+) (sn).
RT-PCR = reverse transcriptase polymerase chain reaction.
SOURCE: Modified with permission from American Joint Committee on Cancer: AJCC
Cancer Staging Manual, 6th ed. New York: Springer, 2002, pp 227–228.
Stage 0 Tis N0 M0
Stage I T1a N0 M0
Stage IIA T0 N1 M0
T1a N1 M0
T2 N0 M0
Stage IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stage IIIA T0 N2 M0
T1a N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Stage IIIB T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
Stadium I, II, III awal (stadium operable) sifat pengobatan adalah kuratif.
Pengobatan pada stadium I, II dan IIIa adalah operasi primer, terapi lainnya bersifat
adjuvant. Untuk stadium I dan II pengobatannya adalah radikal mastectomy atau
modified radikal mastectomy dengan atau tanpa radiasi dan sitostatika adjuvant.
Stadium IIIa terapinya adalah simple mastectomy dengan radiasi dan sitostatika
adjuvant. Stadium IIIb dan IV sifat pengobatannya adalah paliatif, yaitu terutama
untuk mengurangi penderitaan dan memperbaiki kualitas hidup. Untuk stadium IIIb
atau yang dinamakan locally advanced pengobatan utama adalah radiasi dan dapat
diikuti oleh modalitas lain yaitu hormonal terapi dan sitostatika. Stadium IV
pengobatan primer adalah yang bersifat sistemik yaitu hormonal dan khemoterapi.
Terapi kuratif dianjurkan untuk stadium I, II, dan III. Pasien dengan tumor lokal lanjut
(T3,T4) dan bahkan inflammatory carcinoma mungkin dapat disembuhkan dengan
terapi multimodalitas, tetapi kebanyakan hanya bersifat paliatif. Terapi paliatif
diberikan pada pasien dengan stadium IV dan untuk pasien dengan metastasis jauh
atau untuk karsinoma lokal yang tidak dapat direseksi. (7,10)
Setelah penutupan luka payudara, dilakukan diseksi KGB aksilla ipsilateral untuk
penentuan stadium dan mengetahui penyebaran regional. Saat ini, sentinel node
biopsy merupakan prosedur staging yang dipilih pada aksilla yang tidak ditemukan
adanya pembesaran KGB. Ketika sentinel node biopsy menunjukkan hasil negatif,
diseksi KGB akilla tidak dilakukan
Berdasarkan cara operasinya, prosedur ini dibagi dalam 3 cara:
Eksisi terbatas hanya mengangkat seluruh tumornya saja. Cara ini tidak dianjurkan
untuk Ca mammae
Eksisi seluruh tumor beserta jaringan mammae yang melekat pada tumor untuk
meyakinkan batas jaringan bebas tumor.
Eksisi seluruh tumor beserta seluruh quadrant mammae yang mengandung tumor dan
kulit yang menutupinya (quadranectomy).
Sebagian besar ahli bedah membatasi segmental mastectomy pada pasien-pasien
dengan tumor yang kecil (<4cm atau dalam beberapa kasus <2 cm). Mastectomy
segmental harus dilanjutkan dengan terapi radiasi karena tanpa radiasi resiko
kekambuhannya tinggi.
Daftar pustaka
1. Turk C, Knoll T, Pterick A et al. Guidelines on Urolithiasis. European Association of
Urology 2015. March 2015.
2. Yolanda S. What is Urolithiasis. News Medical Life Sciences. https://www.news-
medical.net/health/What-is-Urolithiasis.aspx. Accessed Jan. 16, 2018.
3. Armed Forces Health Surveillance Center. Urinary Stones, Active Component, U.S.
Armed Forces, 2001-2010. Medical Surveillance Monthly Report (MSMR). 2011.
December; Vol 18 (No12): 6-9.
4. Kidney stones in adults. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney
Diseases. https://www.niddk.nih.gov/health-information/urologicdiseases/kidney-
stones/definition-facts . Accessed Jan. 16, 2018. 3. Medical Definition of Urolithiasis.
Medicine.Net.com. https://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=6649
. Accessed Jan. 16, 2018.
5. Suzanna E, Sirait T, Rahayu PS, Shalmont G, Anwar E, Andalusia R et al. Registrasi
kanker berbasis rumah sakit di rumah sakit kanker “Dharmais”-pusatkanker nasional,
1993-2007. Indonesian Journal of Cancer. 2012;6: 1-12.
6. Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS.
Jakarta:Balitbang Kemenkes RI.2013.