Anda di halaman 1dari 54

BATU GINJAL

Kidney stone,Renal lithiasis,Nephrolithiasis,Kalkulus


uriner

albeth cheryl riana


DEFINISI

Penyakit batu ginjal atau nefrolitiasis adalah kondisi ketika di dalam ginjal terbentuk
material keras menyerupai batu. Material ini terbentuk dari limbah zat-zat dalam
darah yang disaring ginjal, kemudian mengendap dan lama-kelamaan mengkristal.
https://doktersehat.com/batu-ginjal-penyebab-gejala-dan-pengobatan/

Batu Ginjal merupakan keadaan tidak normal dalam ginjal, yang mengandung
komponen kristal dan matriks organik.(Suyono, 2001)
Menurut (Smeltzer dan Suzanne, 2001), yaitu : Nefrolitiasis adalah adanya
batu/kalkulusdalam parenkim ginjal
Mary Baradero (2009:59) mendefinisikan nefrolitiasis adalah batu ginjal yang
ditemukan didalam ginjal, yang merupakan pengkristalan mineral yang mengelilingi
zat organik, misalnya nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli
terdiri atas garam kalsium (oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.
EPIDIMIOLOGI
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah sikenal sejak laman
Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannyaa batu pada kandung kemih
mummi.
Batu ginjal ini merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita di indonesia.
batu ginjal lebih sering terjadi bila dibandingkan batu kandung kemih. di indonesia,
data yang dikumpulkan dari rumah sakit diseluruh indonesia pada tahun 2002 adalah
sebanyak 37.636 kasus baru dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang.
Sedangkan jumlah pasien yang dirawat adalah sebesar 19.018 orang, dengan jumlah
kematian adalah sebesar 378 oranng. Batu ginjal yang paling sering terbentuk adalah
batu kalsium oksalat 80%. Jenis batu lainnya yang tersering berturut-turut adalah batu
asam urat, batu kalsium fosfat, batu struvit, dan batu sistin.
Nefrolitiasis adalah kasus yang sering dijumpai dengan
prevalensi 10% pada pria dan 5% pada wanita. Dari penelitian
didapatkan bahwa prevalensi penyakit ini semakin meningkat di
Amerika Serikat, dimana survei pada tahun 1988-1994
menunjukkan bahwa orang dewasa yang berusia 20-74 tahun
memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan survei pada
tahun 1976-1980 (5,2% vs 3,2%).Peningkatan terjadi pada orang
kulit putih tetapi tidak pada ras Afrika maupun Meksiko di
Amerika, lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita, dan
meningkat seiring dengan pertambahan usia.
ETIOLOGI

Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti
kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk
ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal
mencegah kristalisasi dalam urine. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan
batu mencakup pH urin dan status cairan pasien (batu cenderung terjadi pada pasien
dehidrasi).
Penyebab terbentuknya batu digolongkan dalma 2 faktor :
a.Factor endogen :
= Hyperkalsemia : Meningkatnya kalsium dalam darah
Ketika fungsi ginjal terganggu, ginjal tidak mampu membuang kelebihan kalium
dalam tubuh. Kondisi ini menyebabkan jumlah kalium dalam tubuh meningkat.
= Hyperkasiuria : Meningkatnya kalsium dalam urin
= Ph urin
= Kelebihan pemasukan cairan dlam tubuh yang bertolak belakang dengan
keseimbangan cairan yang masuk dalam tubuh
= Genetik
= Umur
= Jenis kelamin
b.Factor eksogen :
= Kurang minum atau kurang mengkonsumsi air
mengakibatkan terjadinya pengendapan kalsium dalam pelvic
renal akibat ketidak seimbangan cairan yang masuk
= Suhu Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyaknya
pengeluaran keringat,yang akan mempermudah pengurangan
produksi urin dan mempermudah terbentuknya batu.
= Kurang mengkonsumsi protein dapat menjadi factor
terbentuknya batu
= Dehidrasi Kurangnya pemasukan cairan dalam tubuh juga
ikut membantu proses pembentukan urin
= Aktivitas
= Berat badan
= Geografi
= Sering menahan untuk BAK
= Vitamin dan obat-obatan
= Infeksi saluran kemih ( ISK)
Jenis-jenis Batu dan Komposisi Batu
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur
kalsium: kalsium oksalat atau kalsium fosfat, asam urat,
magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn, da sistin, silikat dan
senyawa lainnya. Data mengenai kandungan / komposisi zat yang
terdapat pada batu sangat penting untuk usaha pencegahan
terhadap kemungkinan timbulnya batu residif.
a.Batu Kalsium
Batu jenis ini paling banyak di jumpai, yaitu kurang lebih 70 -
80% dari seluruh batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini
terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat, atau campuran dari
kedua unsur itu. Faktor terjadinya batu kalsium adalah
hiperkalsiuri, hiperoksaluri, hiperurikosuria, dan hipositraturia
b.Batu Struvit
Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi, karena
terbentuknya batu ini disebabkan oleh adanya infeksi saluran
kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah kuman golongan
pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim
urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui
hidrolisis urea menjadi amoniak. Kuman-kuman yang termasuk
pemecah urea di antaranya adalah : Proteusspp, Klebsiella,
Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Stafilokokus.
Meskipun E coli banyak menimbulkan infeksi saluran kemih
tetapi kuman ini bukan termasuk pemecah urea.
c.Batu Asam Urat
Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran
kemih. Di antaranya 75-80% batu asam urat terdiri atas asam
murni dan sisanya merupakan campuran kalsium oksalat.
Penyakit batu asam urat banyak diderita oleh pasien-pasien
gout, penyakit mieloproliferatif, pasien yang mendapatkan
terapi antikanker, dan yang banyak mempergunakan obat
urikosurik diantaranya adalah sulfinpirazone, thiazide, dan
salisilat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein
mempunyai peluang yang lebih besar untuk
mendapatkan penyakit ini
TANDA DAN GEJALA
Batu ginjal dapat ataupun tidak menyebabkan tanda dan gejala sampai
batu tersebut bergerak di dalam ureter pipa yang menghubungkan ginjal dan
kandung kemih. Pada satu titik, tanda dan gejala yang dapat terjadi adalah:
1. Terdapatnya rasa nyeri yang cukup menyakitkan di bagian sisi tubuh,
punggung, yakni sekitar area bawah pinggul.
2. Nyeri ini dapat menyebar hingga ke bagian bawah tubuh hingga pangkal
paha.
3. Saat buang air kecil juga merasakan rasa nyeri.
4. Air kencing berwarna merah muda, merah, hingga cokelat.
5. Sering merasa mual dan muntah.
6. Sering ingin buang air kecil
7. Jika sampai tahap infeksi, biasanya dapat menyebabkan penderitanya
mengalami demam dan menggigil.
MANIFESTASI KLINIS
Umumnya batu berasal dari ginjal dan bergerak kearah distal,
menciptakan derajat obstruksi yang bervariasi seperti yang terjadi pada
daerah yang sempit seperti ureteropelvic junction dan ureterovesical
junction. Lokasi dan kualitas dari nyeri berhubungan dengan posisi dari batu
dalam saluran kemih. Keluhan khas dari batu urin bagian atas ialah adanya
kolik ginjal disamping rasa tidak enak dipinggang
ataupun adanya gejala -gejala infeksi saluran kemih bagian baik atas maupun
bawah.
Mekanisme local seperti inflamasi, edema, hiperperistaltis, iritasi mukosa
berperan dalam menimbulkan nyeri pada pasien batu ginjal. Batu urin ini juga
dapat lewat tanpa gejala dan keluar bersama urin, tapi pada umumnya sering
dengan nyeri dan dengan perdarahan baik gross hematuria ataupun hematuri
secara mikrooskopis.
Berat ringannya gejala yang timbul pada serangan akut tergantung pada
lokasi dari batu, dan beberapa regio biasanya terlibat:
= Kaliks ginjal : Memberikan ras nyeri ringan sampai berat karena distensi
dari kapsul ginjal. Biasanya batu atau benda lain pada kaliks atau divertikel
kaliks dapat menimbulkan obstruksi atau kolik secara periodic akibat
obstruksi yang hilang timbul. Nyeri terasa dibagian pinggang dan berkurang
pada daerah panggul. Batu kaliks biasanya kecil dan ada beberapa buah, dan
bisa lewat secara spontan. Pada batu yang bukan obstruktif juga dapat
menimbulkan kolik secara periodic. Nyeri biasanya pada bagian dalam dan
berkurang pada daerah pinggul dan belakang.
=Pelvis Renis : Juga menimbulkan rasa nyeri sedang sampai berat karena
distensi dari kapsul ginjal. Batu dengan diameter > 1 cm umumnya dapat
menyebabkan obstruksi pada ureteropelvic junction, dan menimbulkan nyeri
yang hebat pada sudut kostovertebra, dan juga dibawah iga 12. Batu
staghorm parsial atau komplet tak selalu menyebabkan obstruksi. Dan pada
batu yang bukan obstruktif ini sering gejala lebih sedikit seperti nyeri pinggul
dan belakang.

=Ureter : Nyeri kolik hebat didaerah pinggul dan perut bagian bawah
sampai testis dan urea vulva. Nyeri mungkin lebih berat dan hilang timbul jika
batu secara progresif turun ke ureter dan menimbulkan obstruksi yang hilang
timbul. Batu yang menjadi tertahan pada tempat tertentu akan menyebabkan
nyeri berkurang terutama bila obstruksinya parsial.
=Kandung kemih : Biasanya asimtomatis dan relatif lebih mudah lewat
selama urinasi. Sekali kali pasien melaporkan pada posisi mana terjadi retensi
urin (sumbatan terjadi saat berdiri dan bebas saat telentang). Biasanya batu
dengan ukuran lebih kecil dengan diameter 5 – 10 mm atau kurang, dapat
lewat secara spontan dan jarang tertahan dikandung kemih, kecuali bila ada
obstruksi dan adanya urin sisa. Perjalanan akut batu ginjal yang berasal dari
pelvis renal melalui urete datangnya sering tiba-tiba dengan gejala berupa
nyeri kolik yang ekstrim/sangat hebat, sehingga kadang-kadang merupakan
keadaan gawat darurat yang memerlukan tindakan/manajemen batu ginjal
akut.
Selain nyeri, gejala lain yang mungkin timbul, yaitu:
o Hematuri : Pasien sering mengeluh hematuria atau urin berwarna
seperti teh. Namun lebih kurang 10-15% penderita batu urin tidak menderita
hematuria..
o Infeksi : Biasanya dengan gejala-gejala menggigil, demam, nyeri
pinggang, nausea serta muntah dan disuria.
o Demam : Hubungan batu urin dengan demam adalah merupakan
kedaruratan medik relatif. Tanda-tanda klinik sepsis adalah bervariasi
termasuk demam, takikardai, hipotensi dan vaodilatasi perifer. Demam akibat
obstruksi saluran kemih memerlukan dekompresi segera.
o Mual dan muntah : Obstruksi saluran kemih bagian atas sering
menimbulkan mual dan muntah.
PATOFISIOLOGI
Secara teoritis batu dapat terbentuk diseluruh saluran kemih terutama
pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urin (statis
urin), yaitu system kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada
pelvikalises (stenosis uretero-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis
seperti pada hyperplasia prostat benigna. Sriktura, dan buli-buli neurogenik
merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan
batu. Batu terdiri atas kristal- kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organic
maupun anorganik yang terlalut didalam air urin. Kristal-kristal tersebut tetap
dalam keadaan normal metastable (tetap terlarut) dan urin jika tidak ada
keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal.
Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu
(nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-
bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar, meskipun ukurannya
cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum cukup mampu membuntu
saluran kemih, untuk itu agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih.
(membentuk pretense kristal) dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan
pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk
menyumbat saluran kemih.
Kondisi metastable dipengaruhi oleh suhu pH larutan, adanya koloid
didalam urin, konsentrasi solute didalam urin, laju aliran urin didalam saluran
kemih, adanya korpus alienum didalam saluran kemih yang bertindak sebagai
inti batu
Lebih dari 18% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang
berikatan dengan oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium
oksalat dan kalsium fosfat; sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat,
batu magnesium amonum fosfat (batu infeksi), batu xanthyn, batu sistein dan
batu jenis lainnya. Meskipun pathogenesis pembentukan batu-batu diatas
hampir sama, tetapi suasana didalam saluran kemih yang memungkinkan
terbentuknya jenis batu itu tidak sama. Dalam hal ini misalkan batu asam urat
mudah terbentuk dalam suasananya asam, sedangkan batu magnesium
amoniumfosfat terbentuk karena urin bersifat basah.
Adapun beberapa tahap terbentuknya batu, yaitu sebagai berikut:
1. Crystal Nucleation
Air kemih yang supersaturasi (kental/pekat) akan mulai membentuk kristal-
kristal padat, dan menjadi suatu nukleus
2. Crystal Growth
Ketika nukleus sudah terbentuk, maka kristal akan terus bertambah besar
hingga mencapai titik maksimal.
3. Crystal Aggregation
Ketika kristal tidak dapat tumbuh lagi, dia akan bergabung dengan kristal-
kristal lainnya untuk membentuk partikel yang lebih besar. Inilah sebab
terbentuknya sumbatan pada saluran kencing, yang dapat menimbulkan ge-
jala-gejala yang sudah disebutkan.
Setelah mengetahui bagaimana terbentuknya batu ginjal tersebut, kita juga
perlu mengetahui beberapa tipe komposisi batu ginjal untuk mengetahui
bagaimana kita dapat menghambat terbentuknya batu tersebut. Berikut be-
berapa tipe batu ginjal berdasarkan urutan paling sering dijumpai:
1. Batu kalsium
Kebanyakan batu kalsium ditemukan dalam bentuk kalsium oksalat. Ok-
salat merupakan zat yang di hasilkan dalam tubuh dan juga terdapat pada
makanan, seperti kacang dan coklat yang memiliki kandungan oksalat yang
tinggi. Sedangkan batu kalsium fosfat lebih umum dijumpai pada pasien
dengan gangguan ginjal (renal tubular acidosis) atau konsumsi obat topiramat
2. Batu asam urat
Batu asam urat paling sering dijumpai pada pasien dengan kebiasaan kon-
sumsi air minum yang tidak cukup ataupun kehilangan cairan yang
berlebihan, konsumsi protein yang tinggi, dan yang menderita asam urat.
3. Batu struvit
Batu struvit muncul akibat respon terhadap suatu infeksi, seperti infeksi
saluran kemih. Batu struvit memiliki komposisi magnesium ammonia fosfat
4. Batu cystine
Batu cystine ditemukan pada orang orang dengan kelainan bawaan yang
mengakibatkan ginjal mengeksresikan asam amino cystin yang banyak pada
urin(cystinuria).

Adapun beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya batu


ginjal yaitu: riwayat pernah mengalami batu ginjal, atau riwayat keluarga
mengalami batu ginjal, konsumsi air yang kurang, konsumsi protein, natrium,
atau gula yang tinggi, kegemukan, ataupun pernah menjalani operasi pada sa-
luran pencernaan, dan ataupun konsumsi beberapa jenis obat, seperti:
antasida yang berbahan kalsium, ataupun diuretik (obat yang meningkatkan
volume urin).
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
kemudian dijadikan dalam beberapa teori :
Teori Supersaturasi
Tingkat kejenuhan komponen-komponen pembentuk batu ginjal
mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap menyebabkan
terjadinya agregasi kristal dan kemudian menjadi batu.
Teori Matriks
Matriks merupakan mikroprotein yang terdiri dari 65 % protein, 10 %
hexose, 3-5 hexosamin dan 10 % air. Adanya matriks menyebabkan
penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.
Teori Kurangnya Inhibitor
Pada individu normal kalsium dan fosfor hadir dalam jumlah yang
melampaui daya kelarutan, sehingga membutuhkan zat penghambat
pengendapan. fosfat mukopolisakarida dan fosfat merupakan penghambat
pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi
pengendapan.
Teori Epistaxy
Merupakan pembentuk batu oleh beberapa zat secara bersama-sama.
Salah satu jenis batu merupakan inti dari batu yang lain yang merupakan
pembentuk pada lapisan luarnya. Contoh ekskresi asam urat yang berlebih
dalam urin akan mendukung pembentukan batu kalsium dengan bahan urat
sebagai inti pengendapan kalsium.
Teori Kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari bermacam-macam teori diatas
PROSES PEMBEBTUKAN BATU GINJAL,BERDASARKAN JENIS BATU
1. Batu oksalat/kalsium oksalat
Asam oksalat yang terbentuk di dalam tubuh manusia berasal dari
metabolisme asam amino dan asam askorbat yakni vitamin C. Asam askorbat
merupakan penyumbang terbesar dari prekursor okalat hingga 30 %.
Kalsium oksalat terbentuk hingga 50 % yang dikeluarkan oksalat urine.
Manusia tidak mampu melakukan metabolisme oksalat, sehingga harus
dikeluarkan melalui ginjal. Jika fungsi kerja organ ginjal mengandung asupan
oksalat berlebih akan mengakibatkan peningkatan oksalat yang mendorong
terbentuknya batu oksalat di ginjal / kandung kemih.
2. Batu struvit
Batu struvit tersusun dari magnesium ammonium fosfat (struvit) dan
kalisum karbonat. Batu struvit terbentuk di pelvis dan kalik ginjal apabila
produksi ammonia meningkat dan pH urine semakin tinggi, sehingga
kelarutan fosfat berkurang. Hal tersebut terjadi akibat adanya infeksi bakteri
pemecah urea yang banyak berasal dari spesies proteus dan providencia,
peudomonas eratia, dan semua spesies klebsiella, hemophilus, staphylococus
dan coryne bacterium pada saluran urine.
3. Batu urat
Batu urat umumnya terjadi pada penderita gout atau sejenis penyakit
rematik, pengguna urikosurik misalnya probenesid atau aspirin dan penderita
diare kronis karena kehilangan cairan dan peningkatan konsentarsi urine serta
asidosis yakni pH urine menjadi asam sehingga terjadi penimbunan yang
membentuk asam urat.
4. Batu sistina
Sistin merupakan bagian dari asam amino yang memiliki tingkat kelarutan paling
kecil. Kelarutan semakin kecl apabila pH urine menurun atau menjadi asam. Bila kadar
sistin ini tidak dapat larut dan kemudian mengendap serta membentuk kristal yang
kemudian tumbuh di dalam sel ginjal atau saluran kandung kemih akan membentuk
batu ginjal.
5. Batu kalium fosfat
Batu kalium fosfat umumnya terjadi pada penderita hiperkalsiurik yakni kadar
kalsium dalam urine yang tinggi atau berlebihnya asupan kalsium di dalam tubuh yang
berasal dari konsumsi susu dan keju.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan kasus urologi atau penyakit ginjal dilakukan
berdasarkan data/informasi yang diperoleh saat melakukan pengkajian tentang
riwayat penyakit. Pemeriksaan meliputi sistem urinari disertai review sistem yang lain
dan status umum.
l). Keadaan umum
Meliputi tingkat kesadaran, ada tidaknya defisit konsentrasi, tingkat kelemahan
(keadaan penyakit) dan ada tidaknya perubahan berat badan (Black, l993). Tanda vital
dapat meningkat menyertai nyeri, suhu dan nadi meningkat mungkin karena infeksi
serta tekanan darah dapat turun apabila nyeri sampai mengakibatkan shock
(Ignatavicius, l995).
2). Ginjal, ureter, buli-buli dan uretra
Pemeriksaan ini dilakukan bersama dengan pemeriksaan abdomen yang lain dengan
cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Inspeksi
Inspeksi dilakukan dengan posisi duduk atau supine dilihat adanya
pembesaran di daerah pinggang atau abdomen sebelah atas; asimetris
ataukah adanya perubahan warna kulit. Pembesaran pada daerah ini dapat
disebabkan karena hidronefrosis atau tumor pada retroperitonium.

Palpasi
Palpasi pada ginjal dilakukan secara bimanual yaitu dengan memakai dua
tangan, tangan kiri diletakkan di sudut kosta-vertebra untuk mengangkat
ginjal ke atas sedangkan tangan kanan meraba dari depan dengan sedikit
menekan ke bawah (pada ginjal kanan), bagian bawah dapat teraba pada
orang yang kurus. Adanya pembesaran pada ginjal seperti tumor, kista atau
hidronefrosis biasa teraba dan terasa nyeri. Ureter tidak dapat dipalpasi,
tetapi bila terjadi spasme pada otot-ototnya akan menghasilkan nyeri pada
pinggang atau perut bagian bawah, menjalar ke skrotum atau labia. Adanya
distensi buli-buli akan teraba pada area di atas simphisis atau setinggi
umbilikus, yang disebabkan adanya obstruksi pada leher buli-buli.
Perkusi
Perkusi dilakukan dengan memberikan ketokan pada sudut kostavertebra,
adanya pembesaran ginjal karena hidronefrosis atau tumor ginjal akan terasa
nyeri ketok. Pada buli-buli diketahui adanya distensi karena retensi urine dan
terdengar redup, dapat diketahui batas atas buli-buli serta adanya
tumor/massa.

Auskultasi
Auscultasi dilakukan dengan menggunakan belt dari stetoskop di atas aorta
atau arteri renal untuk memeriksa adanya ‘bruit’. Adanya bruit di atas arteri
renal dapat disebabkan oleh gangguan aliran pada pembuluh darah seperti
stenosis atau aneurisma arteri renal.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum
menunjukkan adanya sel darah merah, sel darah putih dan kristal(sistin,asam
urat, kalsium oksalat), serta serpihan, mineral, bakteri, pus, pH urine
asam(meningkatkan sistin dan batu asam urat) atau alkalin meningkatkan
magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat.
2. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin
meningkat.
3. Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih (stapilococus
aureus, proteus,klebsiela,pseudomonas).
4. Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat,
fosfat, protein dan elektrolit.
5. BUN/kreatinin serum dan urine : Abnormal ( tinggi pada serum/rendah
pada urine) sekunder terhadap tingginya batu okkstuktif pada ginjal
menyebabkan iskemia/nekrosis.
6. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan penurunan
kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.
7. Hitung Darah lengkap : sel darah putih mungkin meningkat menunjukan
infeksi/septicemia.
8. Sel darah merah : biasanya normal.
9. Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi ( mendorong
presipitas pemadatan) atau anemia(pendarahan, disfungsi ginjal).
10.Hormon paratiroid : mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH merangsang
reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine).
11. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area
ginjal dan sepanjang ureter.
12. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri abdominal
atau panggul. Menunjukan abdomen pada struktur anatomik ( distensi ureter) dan
garis bentuk kalkuli.
13. Sistoureterokopi : visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat
menunjukan batu dan efek obstruksi.
14. Stan CT : mengidentifikasi/ menggambarkan kalkuli dan massa lain, ginjal, ureter,
dan distensi kandung kemih.
15. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.
VIP
Pyelografi intravenous (IVP) adalah serangkaian foto ronsen dari saluran kemih,
cairan khusus sebagai indicator (yang akan muncul dalam pemeriksaan sinar x)
disuntikkan ke dalam darah. Cairan tersebut mengalir ke saluran tubuh sampai ke
ginjal dan dibuang sebagai sisa makanan melalui saluran kemih ke kandung kemih .
selama proses ini berlangsung yaitu selama beberapa jam, diambil beberapa foto IVP
setiap selang waktu tertentu, yang menunjukkan lintasan cairan indikator tersebut
memasuki ginjal, lalu turun melalui saluran kemih, dan memasuki kandung kemih.
Asuhan Keperawatan.
Asuhan keperawatan pada klien dengan Urolitiasis dilaksanakan
melalui pendekatan proses perawatan terdiri dari : pengkajian, diagnosa,
perencanaan, tindakan, dan evaluasi (Doengoes, 2000. Hal 686-694).
1. Pengkajian Dasar data pengkajian pasien
a. Aktivitas/istirahat Gejala : pekerjaan monoton, pekerjaan dimana
pasien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan
aktivitas/mobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya.
b. Sirkulasi Tanda : peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal).
Kulit hangat dan kemerahan ; pucat.
c. Eliminasi Gejala : riwayat adanya/ISK kronis ; obstruksi sebelumnya
(kalkulus). Penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh. Rasa terbakar,
dorongan berkemih. Diare, Tanda : oliguria, hematuria, piuria. Perubahan
pola berkemih.
d. Makanan/cairan Gejala : mual/muntah, nyeri tekan abdomen. Diet tinggi
purin, kalsium oksalat, dan /atau fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan,
tidak minum air dengan cukup. Tanda : distensi abdominal ; penurunan/tak
adanya bising usus. Muntah.
e. Nyeri/kenyamanan Gejala : episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi
tergantung pada lokasi batu. Contoh pada panggul di region sudut
kostovertebral ; dapat menyebar ke punggung, abdomen, dan turun kelipat
paha/genetalia. Nyeri dangkal kostan menunjukkan ada pelvis atau kalkulus
ginjal. Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan
posisi atau tindakan lain. Tanda : melindungi ;perilaku distraksi. Nyeri tekan
pada area pada palpasi.
f. Pemeriksaan diagnostic Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah
secara umum menunjukkan SDM, SDP, Kristal, Urine : (24 jam) kreatinin, asam
urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat. Hitung darah
lengkap : SDP mungkin meningkat menunjukan infeksi/septicemia.
DIAGNOSA KEPERAWATAN PRE OPERASI
1. Nyeri akut b/d trauma jaringan
Tujuan : Nyeri akut b/d trauma jaringan
Intervensi :
a. Catat lokasi nyeri, lamanya intensitas, dan penyebaran.
b. Jelaskan penyebab nyeri.
c. Berikan posisiyang nyaman pada pasien.
d. Bantu dengan ambulasi sesuai indikasi.
e. Kolaborasi : pemberian obat sesuai indikasi.
Rasional :
a. Membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan pergerakan kalkulus.
b. Memberi kesempatan untuk pemberian analgetik dan membantu
meningkatkan koping klien.
c. Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot, dan meningkatkan
koping.
d. Mencegah stasis urine
e. Mengurangi keluhan nyeri
2. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan 1 x 24 jam maka pasien mempertahankan
keseimbangan cairan adekuat.
Kriteria hasil : membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, berat badan normal.
Intervensi :
1.Awasi pemasukan dan pengeluaran.
2.Catat insiden muntah, diare, perhatikan karakteristik muntah dan diare
3.Tindakan pemasukan cairan sampai 3-4 L/hari dalam toleransi jantung.
4.Awasi tanda vital
5.Kalau perlu berikan obat anti enemik
Rasional :
1.membandingkan keluaran actual dan yang diantisipasi membantu dalam ealuasi
adanya/derajat stasis/kerusakan ginjal. mual/muntah dan diare secra
umum berhubungan dengan kolik ginjal.
2.mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostasis juga
tindakan “mencuci”yang dapat
membilas batu keluar.
3. indicator hidrasi/volume sirkulasi dan kebutuhan intervensi.
3.Perubahan pola eliminasi berkemih (polakisuria) b/d obstruksi mekanik
Tujuan : Mempertahankan fungsi ginjal adekuat
Intervensi :
a. Awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine
b. Tetapkan pola berkemih normal klien dan perhatikan variasi
c. Dorong peningkatan intake cairan
d. Periksan semua urine, catat adanya batu
e. Selidiki keluhan kandung kemih penuh
f. Kolaborasi : awasi pemeriksaan laboratorium
Rasional :
a. Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi.
b. Kalkulus dapat menyebabkan eksibilitas saraf, sehingga menyebabkan
sensasi kebutuhan berkemih segera.
c. Peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah, dan dapat membantu
lewatnya batu
d. Penemuan batu memungkinkan identifikasi tipe dan jenis batu untuk
pilihan terapi.
e. Retensi urine dapat terjadi, menyebabkan distensi jaringan
f. Hal ini mengindikasikan fungsi ginjal
DIAGNOSA KEPERAWATAN POST OPERASI
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan insisi pembedahan
Tujuan : nyeri berkurang/hilang atau teratasi
Kriteria hasil : Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau
dapat diatasi dengan skala nyeri 0-4, Pasien tidak gelisah.
Intervensi :
1) Catat lokasi, lamanya intensitas (skala 0 - 10) dan penyebaran. Peningkatan TD
dan nadi, gelisah dan merintih.
R/ : Mengevaluasi tempat obstruksi, kemajuan gerakan kalkulus.
Nyeri tiba – tiba dapat mencetuskan ketakutan, gelisah dan ansietas berat.
2) Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke perawat terhadap
perubahan nyeri.
R/ : Memberikan kesempatan untuk pemberian analgesik sesuai
waktu. Penghentian nyeri secara tiba – tiba biasanya menunjukkan lewatnya batu
3) Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan
noninvasif
R/ : Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi
lainnya telah menunjukan keefektifan dalam mengurangi nyeri
4) Atur posisi fisiologi dan imobilisasi ekstrimitas yang mengalami insisi
R/ : Posisi fiologis akan meningkatkan asupan O2 ke jaringan yang
mengalami peradangan subkutan
5) Istirahatkan pasien
R/ : Istirahat diperlukan selama fase akut. Disini akan meningkatkan
suplai darah pada jaringan yang mengalami peradangan.
6) Manajemen lingkungan: lingkungan tenang dan batasi pengunjung
R/ : Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal
dan pembatasan pengunjung akan membantu meningkatkan kondisi O2 ruangan yang
akan berkurang apabila banyak pengunjung yang berada diruangan.
7) Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi pernafasan dalam
R/ : Meningkatkan asupan O2 sehingga akan menurukan nyeri
sekunder dari peradangan. Distraksi ( pengalihan perhatian ) dapat menurunkan
stimulus internal dengan mekanisme peningkatan produksi endorphin dan enkefalin
yang dapat memblok reseptor nyeri untuk tidak dikirimka ke korteks serebri sehingga
menurunkan persepsi nyeri.
8) Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik
R/ : Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri kan berkurang
2. Resiko infeksi berhubungan dengan Invasi kuman pada luka operasi
Tujuan : Tidak adanya tanda-tanda dan gejala-gejala infeksi
Kriteria Hasil : Meningkatkan waktu penyembuhan dengan tepat,
bebas dari drainase purulen atau eritema, dan tidak demam

Intervensi :
1) Awasi tanda vital, perhatikan demam ringan, menggigil, nadi, dan pernapasan
cepat, gelisah, peka, disorientasi.
R/: Pasien beresiko untuk syok bedah/septik sehubungan dengan
manipulasi/instrumentasi
2) Observasi drainase dari luka
R/ : Adanya drain meningkatkan resiko infeksi, yang diindikasikan
dengan adanya eritema, drainase purulen
3) Ganti balutan dengan sering dengan teknik aseptik
R/ : Balutan basah menyebabkan kulit iritasi dan memberikan media
untuk pertumbuhan bakteri, peningkatan resiko infeksi luka.
4) Berikan antibiotik sesuai indikasi
R/ : Mungkin diberikan secara profilaktik sehubungan dengan
peningkatan resiko infeksi
3. Kurang pengetahuan (kebutuhuan belajar) tentang kondisi / situasi, prognosis,
kebutuhan pengobatan
Tujuan : Menuturkan pemahaman kondisi, efek prosedur dan
pengobatan.
Kriteria Hasil : menunjukkan prosedur yang diperlukan dan
menjelaskan alasan suatu tindakan. Memulai perubahan
gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam program perawatan.
Intervensi:
1) Tinjau ulang pembedahan / prosedur khusus yang dilakukan dan harapan masa
datang.
R/: Sediakan pengetahuan dasar di mana pasien dapat membuat
pilihan.
2) Tinjau ulang dan minta pasien / orang terdekat untuk menunjukkan perawatan
luka / balutan jika diindikasikan. Identifikasi sumber – sumber untuk persediaan.
R/: Meningkatkan kompetensi perawatan diri dan menigkatkan
kemandirian.
3) Tinjau ulang penghindaran faktor – faktor risiko, misalnya pemajanan paa
lingkungan / orang yang terinfeksi.
R/: Mengurangi potensial untuk infeksi yang diperoleh.
4) Diskusikan terapi obat – obatan, meliputi penggunaan resep dan analgesik yang
dijual bebas.
R/: Meningkatkan kerja sama dengan regimen; mengurangi risiko
reaksi merugikan / efek – efek yang tidak menguntungkan.
5) Identifikasi keterbatasan aktifitas khusus.
R/: Mencegah regangan yang tidak diinginkan di lokasi operasi.
6) Rekomendasikan rencana / latihan progresif.
R/: Meningkatkan pengembalian ke fungsi normal dan meningkatkan
perasaan sehat.
7) Jadwalkan periode istirahat adekuat.
R/: Mencegah kepenatan dan mengumpulkan energi untuk
kesembuhan.
8) Ulangi pentingnya diet nutrisi dan pemasukan cairan adekuat.
R/: Sediakan elemen yang dibutuhkan untuk regenerasi
penyembuhan jaringan dan mendukung perfusi jaringan dan fungsi organ.
9) Dorong penghentian merokok.
R/: Meningkatkan risiko infeksi pulmonal. Menyebabkan
vasokonstriksi dan mengurangi kapasitas penjepitan oksigen olah darah, yang
mengakibatkan perfusi selular dan potensional penyimpangan penyembuhan.
10) Tekankan pentingnya kunjungan lanjutan.
R/: Memantau perkembangan penyembuhan dan mengevaluasi
keefektifan regimen.
Penatalaksanaan
Sjamsuhidrajat (2004) menjelaskan penatalaksanaan pada nefrolitiasis terdiri
dari :
1. Obat diuretik thiazid(misalnya trichlormetazid) akan mengurangi
pembentukan batu yang baru.
2. Dianjurkan untuk minum banyak air putih (8-10 gelas/hari).
3. Diet rendah kalsium dan mengkonsumsi natrium selulosa fosfat.
4. Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat pembentukan batu
kalsium) di dalam air kemih, diberikan kalium sitrat.
5. Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang menyokong
terbentuknya batu kalsium, merupakan akibat dari mengkonsumsi makanan
yang kaya oksalat (misalnya bayam, coklat, kacang-kacangan, merica dan teh).
Oleh karena itu sebaiknya asupan makanan tersebut dikurangi.
6. Kadang batu kalsium terbentuk akibat penyakit lain, seperti
hiperparatiroidisme, sarkoidosis, keracunan vitamin D, asidosis tubulus renalis
atau kanker. Pada kasus ini sebaiknya dilakukan pengobatan terhadap
penyakit-penyakit tersebut. Batu asam
7. Dianjurkan untuk mengurangi asupan daging, ikan dan unggas, karena
makanan tersebut menyebabkan meningkatnya kadar asam urat di dalam air
kemih.
8. Untuk mengurangi pembentukan asam urat bisa diberikan allopurinol.
9. Batu asam urat terbentuk jika keasaman air kemih bertambah, karena
itu untuk menciptakan suasana air kemih yang alkalis (basa), bisa diberikan
kalium sitrat.
10. Dianjurkan untuk banyak minum air putih.
Sedangkan menurut Purnomo BB(2003),penatalaksanaan nefrolitiasis adalah :
1. Terapi Medis dan Simtomatik Terapi medis berusaha untuk
mengeluarkan batu atau melarutkan batu. Tetapisimtomatik berusaha untuk
menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minumyang berlebihan/
banyak dan pemberian diuretik.
2. LitotripsiPada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan
nefroskopi perkutan untuk membawa tranduser melalui sonde ke batu yang
ada di ginjal. Cara ini disebut nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan
yang paling sering dilakukan adaah ESWL.ESWL (Extracorporeal Shock Wave
Lithotripsy) yang adalah tindakan memecahkanbatu ginjal dari luar tubuh
dengan menggunakan gelombang kejut.
3. Tindakan bedah.
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor tindakan bedah
lain adalah niprolithomy adalah pengangkatan batu ginjal dengan adanya
sayatan di abdomen dan pemasangan alat, alat gelombang kejut, atau bila
cara non bedah tidak berhasil.
ESWL menggunakan alat yang dapat memancarkan gelombang kejut.
Gelombang kejut ini dikonsentrasikan di sekitar ginjal yang berguna untuk
menghancurkan batu ginjal menjadi pecahan-pecahan yang lebih kecil
sehingga dapat dikeluarkan bersama urine.
Prosedur ini cukup efektif di dalam menghancurkan batu ginjal dengan
diameter kurang dari 2 cm. Pembuangan endapan kristal-kristal yang
berdiameter lebih dari 2 cm akan disarankan melalui prosedur penanganan
batu ginjal lainnya.
PENDIDIKAN KESEHATAN

Sebgai perawat yang merawat pasien dengan batu ginjal,kita dapat


mengajarkan kepada pasien untuk
1.hidup sehat
2.hidari makanan yang dapat membuat penyakit semakin bertambah parah
3.tingkatkan asupan cairan
4.istirahat yang cukup

Anda mungkin juga menyukai