PENDAHULUAN
Gigi rotasi adalah gigi yang berputar pada sumbu panjangnya, dapat
melalui sumbu marjinal atau sumbu apikal. Rotasi pada gigi ini dapat
menyebakan terjadinya trauma oklusi, yaitu jika interferensi yang timbul tidak
dapat ditahan olrh gigi-gigi tersebut. Akibat dari trauma oklusi yang
Penyebab rotasi pada gigi dapat digolongkan men jadi dua kelompok
2. Ketidakseimbangan endokrin
4. Missing teeth
3. Trauma
1
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perawatan gigi rotasi adalah
perubahan yang terjadi pada jaringan sekita gigi. Waktu perawatan yang paling
gigi ada 2 metode yang dapat digunakan, yaitu dengan menekan gigi pada
kedua sisi yang berbeda dalam arah berlawanan atau dengan menekan gigi
pada salah satu sisi saja. Besarnya tekanan yang paling baik adalah tidak
akar gigi.
baru.
serabut ini terdiri dari serabut kolagen yang tidak elastik, pergerakan gigi
2
4. Pemberian daya yang ringan menimbulkan resorpsi frontal di bagian tulang
Relaps adalah masalah yang sering timbul dalam perawatan gigi rotasi.
Yang dimaksud dengan relaps adalah kembalinya gigi ke posisi semula setelah
suatu serabut kecil namun berdaya tahan kuat. Serabut ini menahan gigi
sangat kuat sehingga gigi jika digerakkan, dibutuhkan waktu yang lama
sekali bagi serabut ini supaya dapat menyesuaikan diri. Bervariasinya besar
penyesuaian diri pada posisi yang baru tidak sama. Pada daerah dimana
serabut yang tahan asam. Sifatnya yang kenyal dan kaku menghasilkan
3
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi relaps. Salah
satunya adalah overcorrection, yang dapat dipakai apabila derajat rotasi gigi
tidak terlalu besar. Namun cara ini sulit dilakukan pada gigi yang derajat
untk lebih menstabilkan hasil perawatan. Kedua upaya ini harus dilakukan
memuaskan. Periode retensi yang lama saja tidak dapat membuat serabut
dalam jaringan ikat gingiva beradaptasi dan menahan diri pada posisinya yang
baru.
yang dapat mempengaruhi jalannya pertumbuhan normal dari rahang dan gigi.
Seperti telah disebutkan di atas, waktu perawatan yang paling baik adalah saat
4
maloklusi, seperti kebiasaan mengisap jari, menggigit bibir, memainkan lidah
pada permukaan gigi dan sebagainya. Apabila kebiasaan ini tdak dihilangkan
5
BAB II
Jaringan ikat gingiva atau lamina propria tersusun dari anyaman serabut
gingiva kadang-kadang juga terdapat serabut elastik dan serabut oksitalan yang
melekat pada substansi dasar serta terdiri dari bermacam-macam sel pembuluh
jaringan ikat gingiva (papila). Papila ini meluas sampai ke retepeg epitelial.
Jaringan ikat papila inilah yang disebut lapisan papila dari lamina propria.
teratur untuk menjaga agar tepi gingiva melekat erat di sekitar leher gigi dan
6
Serabut-serabut dalam jaringan ikat gingiva dikelompokan berdasarkan
1) Kelompok dento-gingival
2) Kelompok sirkuler
Serabut sirkuler berjalan meliputi gigi dari tepi gingiva sampai tulang
alveolar (gambar 2.2). serabut ini berada di dalam jaringan ikat tepi gingiva
3) Kelompok alvelo-gingival
4) Kelompok transeptal
Serabut transeptal berjalan secara horisontal dan meluas dari semen gigi
melalui interdental tepi gingiva atau di atas septum tulang alveolar ke semen
gigi yang berdekatan. Serabut ini merupakan serabut yang sangat kokoh
dan melekat kuat pada perlekatan lamina propria. Goldman dan Cohen
5) Kelompok dento-periosteal
Serabut ini meluas dari gigi, melewati puncak tulang alveolar kemudian
7
6) Kelompok semi sirkuler
Berasal dari bagian mesial atau distal permukaan akar gigi. Berjalan
7) Kelompok transgingival
Serabut ini berasal dari bagian proksimal permukaan akar, berputar melalui
8) Kelompok intergingival
Serabut ini berjalan sejajar dengan gigi pada permukaan vestibular (gambar
2.3)
8
2.1.2. Anatomi dan Histologi Ligamen Periodontal
melekat pada akar gigi menuju tulang alveolar. Di dalam ligamen periodontal ini
9
lapisan sementum yang menutupi permukaan akar (Grant.Stern & Listgarten,
menyerap beban yang mengenai gigi. Beban selama mastikasi, menelan dan
berbicara sangat besar variasi, frekuensi, durasi dan arahnya. Struktur ligamen
berkisar antara 0.1 – 0.25 mm, tergantung pada usia, tingkat erupsi gigi dan
lebih besar jika dibandingkan pada orang tua. Juga lebih tebal pada gigi yang
mempunyai fungsi yang berat. Sedangkan pada gigi yang sudah hilang
besar pada daerah apeks dan puncak tulang alveolar. Pelebaran ligamen
adalah karena penyakit sistemik seperti skleroderma, namun hal ini jarang
(gambar 2.4):
10
1) Kelompok puncak tulang alveolar
Serabut ini berjalan dari puncak tulang alveolar dan melekat pada bagian
2) Kelompok horisontal
Serabut ini berjalan secara horisontal pada sumbu panjang gigi dari
3) Kelompok oblik
Serabut yang berjalan oblik ini melekat pada sementum dengan arah apikal
4) Kelompok apikal
Serabut ini memancar dari bagian apikal akar gigi, mengelilingi tulang.
5) Kelompok interradikuler
Serabut ini berjalan dari akar melewati puncak tulang alveolar. Serabut ini
11
Sicher (1959) membahas mengenai bundel serabut utama yang melekat
pada semen dari gigi dan tulang alveolar. Serabut-serabut ini bertemu dan
(tempat penyesuaian diri). Daerah ini disebut juga “intermediate plexus”. Ini
berarti bahwa pertumbuhan dari serabut-serabut terjadi pada ujung bebas (free
end). Pertumbuhan serabut ini tidak memerlukan aktivitas yang konstan dari
osteoblas dan sementoblas untuk melekatkan serabut yang robek dari tulang.
berlangsung, tetapi menghilang jika erupsi gigi telah mencapai kontak oklusal
tulang, disebut serabut Sharpey. Serabut ini merupakan bagian dari serabut-
alveolar lebih sedikit dan lebih besar jika dibandingkan yang masuk ke
sementum.
12
Serabut lainnya yang terdapat didalam ligamen periodontal adalah
serabut saraf. Serabut ini juga berjalan mengikuti arah serabut-serabut utama
jumlah yang relatif sedikit. Serabut-serabut ini dibatasi oleh jaringan ikat bebas
1) Penyanggah / supportive
2) Pembentuk / formative
pemakaian tekanan yang besar / keras atau karena adanya proses patologi.
Dalam fungsi normal, jaringan yang telah tua secara terartur diganti oleh
13
3) Nutrisi
4) Sensori
Saraf yang ada di ligamen periodontal terdiri dari reseptor dan proprioseptor.
Fungsi utamanya adalah untuk sensasi rasa sakit dan taktil. Ujung saraf ini
merupakan ujung saraf bebas atau suatu struktur berbentuk kumparan yang
sistem mastikasi.
14
2.1.3. Anatomi dan Histologi Prosesus Alveolaris
Prosesus Alveolaris yang disebut juga lamina dura atau cribiform plate
merupakan salah satu jaringan pendukung gigi. Pada pergerakan gigi, prosesus
dan mandibula. Tulang ini berfungsi membentuk dan mendukung soket gigi.
Secara anatomis tidak ada batas yang jelas antara badan maksila dan
alveolar ini terlihat bersatu dan sebagian tertutup oleh tulang. Pada bagian
1) Kelompok tulang (bundle bone), merupakan bagian dari tulang alveolar dan
2) Tulang lamela (lamella bone), merupakan bagian dari tulang alveolar yang
ligamen periodontal.
15
Tulang pendukung ini terdiri dari :
lamina dura.
lapisan ini banyak tedapat lubang-lubang kecil seperti ayakan dan merupakan
cabang saraf dan arteri dari intra alveolar ke ligamen periodontal (Tan See
Siong, 1969).
banyak pembuluh darah dan pembuluh limfe. Trabekula itu sendiri merupakan
alveolar tidak sama besar di semua tempat. Pada rahang atas ketebalannya
Ketebalan yang bervariasi ini disebabkan proses aposisi oleh osteoblas dan
fungsinya.
16
17
2.2. Reaksi-reaksi yang Terjadi di Sekitar Jaringan Gigi pada Pergerakan
Gigi
suatu pergerakan gigi. Jika Ligamen periodontal hilang, gigi akan mengalami
ankilosis, dimana pada gigi ini tidak mungkin dilakukan perawatan ortodonti.
maka pergerakan gigi masih dapat dilakukan. Hanya saja pergerakan tersebut
mungkin. Selain itu, gigi gigi juga harus bebas dari trauma oklusi.
18
Beberapa ahli mengatakan serabut-serabut ligamen periodontal dapat
19
3) Kehadiran pleksus intermediat yang dapat menyebabkan suatu elongasi
walaupun tidak mencolok, pleksus intermediat hadir pada gigi orang dewasa.
drifting pada orang dewasa berjalan lambat maka pleksus intermediat tidak
begitu jelas dibandingkan jika erupsi tersebut berjalan cepat sebelum gigi
periodontal yang terdiri dari serabut- serabut kolagen tidak bersifat elastik. Bila
gigi mendapat tekanan dan bergerak maka serabut tersebut akan terurai dari
anyaman (gambar 2.9). ujung-ujung serabut itu kemudian tumbuh dan bersatu
20
Pada daerah tekanan, serabut periodontal putus sewaktu terjadi resorpsi
tulang alveolar. Serabut yang putus tersebut kemudian diganti lagi dengan yang
baru dan dihubungkan kembali ke dalam tulang oleh aktivitas serabut di dalam
ini dengan cepat mengisi ruang antar tulang-tulang baru selama masa retensi,
21
2.2.2. Reaksi Tulang Alveolar pada Pergerakan Gigi
Apabila suatu daya diberikan pada gigi, maka jaringan pendukung ini akan
Daya yang besar menyebabkan terjadinya rasa sakit dan nekrose elemen
indirect resorption yang tidak menimbulkan rasa sakit. Pemberian daya yang
menghilangkannya.
pertama akan terlihat pada daerah yang terkena tekanan dalam periode 36
sampai 72 jam setelah pembebanan. Sel-sel osteoklas ini merusak lamina dura
terjadi nekrosis pada daerah yang tertekan. Daerah nekrosis ini disebut
daerah hialinisasi dilakukan oleh sel-sel dari daerah sekitar jaringan yang rusak.
Osteoklas terbentuk pada ruang sumsum tulang di dekatnya dan mulai merusak
22
tulang dibelakang daerah nekrosis. Proses resorpsi ini disebut underminning
yang harus diresorpsi. Bila dilihat dari jalannya pergerakan gigi, pergerakan gigi
yang teratur terjadi pada resorpsi frontal, sedangkan pemberian tekanan yang
monyet besar berusia muda. Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitiannya
23
Jaringan tulang kompakta maupun cancellous berekasi terhadap tekanan,
yaitu dengan adanya resorpsi dan deposisi jaringan tulang. Kedua proses ini
barunya. Kemampuan menyesuaikan diri ini penting agar tulang dapat bekerja
sesuai fungsinya (Tan See Siong, 1969). Hal ini merupakan prinsip umum
bahwa bentuk dan fungsi mempunyai relasi yang erat. Apabila terjadi
perubahan fungsi maka struktur dan bentuk tulang akan berubah pula (gambar
2.11).
Apabila gigi digerakkan ke satu arah, maka struktur tulang yang baru
24
menimbulkan gaya balasan yang searah maupun berlawanan dengan arah
tekanan. Pada pergerakan gigi, gaya balasan (reciprocal force) diberikan oleh
gigi berada dalam batas-batas fisiologis jaringan, maka akan terjadi resorpsi
frontal pada bagian tulang alveolar yang mendapat tekanan dan gigi bergerak
konstan dan tidak melebihi tekanan pembuluh darah kapiler yang besarnya 25
gr / cm2 per permukaan akar gigi. Menurut Oppenheim (1972) pada bagian
sehingga pada jaringan terbentuk tulang baru yang disebut calcified lamillated
bone. Tulang baru ini sifatnya padat dan dapat menahan relaps setelah retensi
25
DAFTAR PUSTAKA
3. Grant, D.A., I.B. Stern , and M.A. Listgarten, Periodontics. 5 th edition . St . Louis : The
C.V Mosby Company.
4. Manson, J.D. and B.M. Elley, 1989 Outline of Periodontics. Butterworth and Company.
5. Oppeinheim, A., 1972. Tissue Changes Particulary of The Bone Incident To Tooth
Movement Am. J . Orthod. vol. 68. no. 3. hal. 57-67.
6. Orban, B.J. 1966. Oral Histology and Embriology 6 th edition . St. Louis : The C. V.
Mosby Company.
7. Proffit, W.R. and H. W. Fields., 1986. Contemporary Orthodontic. St. Louis : The C. V.
Mosby Company.
8. Salzman, J.A., 1966. Practice of Orthodontics. Vol II. Philadelphia : J.B. Lippincott
Company.
9. Tan See Siong., 1969. Diktat Kuliah Ortodonthi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Trisakti. Jakarta.
26