Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akrilik adalah salah satu bahan yang paling banyak digunakan di bidang kedokteran gigi
terutama dalam bidang prostodonsia. Akrilik dipilih karena sifatnya yang cukup elastik dan
cukup rigid atau keras terhadap tekanan kunyah, stabil dalam cairan mulut, biokompatibel, warna
menyerupai warna gusi, mudah direstorasi bila patah tanpa mengalami distorsi, mudah
dibersihkan sendiri oleh pasien, mudah dimanipulasikan dalam masa yang relatif singkat, serta
harga yang cukup murah dan tahan lama.
Akrilik dapat menimbulkan bermacam-macam porositas sehingga mudah patah, mudah
distorsi jika disimpan dalam keadaan kering, toleransi pasien kurang dan juga dapat
menimbulkan alergi pada pasien yang hipersensitif. Mojan et al menjumpai bahwa shrinkage
polimerisasi dari self cure akrilik adalah 6.5% pada 2 menit dan 7.9% pada 24 jam pada udara.
Fraktur protesa dan alat piranti ortodonti dapat terjadi atas beberapa sebab. Antaranya
adalah, kesalahan operator sewaktu pembuatan atau pemanipulasian self cure akrilik.
Pemanipulasian yang salah akan menyebabkan terjadinya porositas pada akrilik yang dapat
mengurangkan kekuatan akrilik dalam menerima beban pengunyahan. Ratio fraktur antara
protesa rahang atas dengan rahang bawah adalah 2: 1. Oleh karena itu, sering dilakukan prosedur
perbaikan basis protesa dengan menggunakan self cure akrilik yang dapat diselesaikan dalam
jangka masa yang singkat dan hanya sekali kunjungan. Perbaikan protesa juga harus mempunyai
kekuatan yang memadai, warna yang sama dengan bahan asal, mampu mengekalkan akurasi
dimensi dan mengembalikan kekuatan asal protesa untuk mengelakkan
fraktur di masa hadapan.
Self cure akrilik juga digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan sendok cetak
fisiologis dan peranti ortodonti lepasan karena sifatnya yang mudah dimanipulasi dan
biokompatibel dalam cairan mulut. Pemanipulasian yang mudah memungkinkan operator
mendapatkan hasil akhir yang akurat seperti yang diinginkan. Diperlukan stabilitas dimensi yang
baik pada akrilik agar hasil akhir cocok dengan rongga mulut pasien dan tidak menimbulkan
iritasi pada jaringan.

1
Proses polimerisasi akrilik adalah sangat eksotermik yang mengeluarkan panas yang
dapat meningkatkan suhu sekitarnya. Chirtoc et al menyatakan bahwa nilai panas yang
dikeluarkan oleh akrilik yang digunakan untuk perbaikan dan ekstra oral adalah 2.3K. Nilai
panas ini sangat besar sehingga ia dapat menyebabkan porositas dalam hasil akhir2,6. Panas ini
harus dipindahkan ke medium yang lain untuk mendapatkan hasil yang homogeny dan kurang
porous. Vergani et al menyatakan bahwa plat akrilik yang mempunyai kadar residual monomer
terendah mempunyai kekuatan flexural tertinggi. Menurut Harrison et al kadar residual
monomer tertinggi dijumpai pada bahan terlemah.

1.2 Skenario

Tahapan skill lab Ilmu Bahan Kedokteran Gigi 1 mahasiswa FKG UNEJ kali ini adalah
tentang resin akrilik. Mahasiswa di bagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama membuat
sendok cetak perorangan rahang atas dengan bahan resin akrilik self cured. Kelompok ke dua
membuat basis gigi tiruan rahang atas dengan bahan resin akrilik heat cured. Sebelum
melakukan pekerjaannya ke dua kelompok mahasiswa tersebut masing-masing oleh instruktor
lab diminta untuk menjelaskan tentang perbedaannya, sifat, proses, manipulasinya,
polimerasinya, kelebihan dan kekurangannya serta indikasinya. Hasil akhir kedua kelompo tidak
boleh ada yang porous, kalau ada yang porous kenapa hal ini bisa terjadi.

2
STEP 1

1. Heat cured : merupakan resin akrilik yang membutuhkan panas agar polimerasinya
sempurna
2. Self cured :
resin akrilik yang dapat berpolimerisasi sendiri pada suhu ruangan
Resin akrilik yang teraktivasi secara kimia, aktivatornya berupa amina tersier dan
tidak memerlukan energy thermal
3. Resin akrilik :
Sebuah rantai polimer yang terdiri dari unit-unit metil metakrilat yang berulang
Digunakan untuk membuat basis gigi tiruan pada bidang ortodhonsia dan
warnanya mirip gingiva
4. Polimerisasi :
Monomer berupa metil metakrilat dan polimernya berupa poli(metil metakrilat)
Reaksi campuran polimer dan monomer membentuk resin akrilik
Reaksi antara monomer membentuk polimer. Reaksinya terbagi menjadi dua,
yaitu : adesi dan kondensasi
STEP 2
1. Apa saja klasifikasi dari resin akrilik ?
2. Apa saja komposisi dari resin akrilik ?
3. Apa saja syarat resin akrilik ?
4. Apa saja sifat dari resin akrilik ?
5. Bagaimana proses manipulasi dari resin akrilik ?
6. Bagaimana polimerasi dari resin akrilik ?
7. Apa saja kegunaan resin akrilik dalam kedokteran gigi ?
8. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari resin akrilik ?
9. Mengapa bisa terjadi porus ?

STEP 3

1. TIPE
Heat Cured Acrylic (Resin Akrilik Teraktivasi Panas)
Bahan aktivatornya berupa energy thermal yang di peroleh dari proses
perendaman akrilik di dalam air, selain itu juga diperoleh dari proses perebusan.
Self Cured Acrylic (Resin Akrilik Teraktivasi Kimia)
Menggunakan activator berupa cairan kimia. Cairan kimia yang digunakan
adalah dari golongan amina tersier yaitu dietil paratuloidin. Jenis ini tidak

3
sesempurna tipe 1 (heat cured acrylic) karena residu monomer yang terbentuk dari
proses polimerisasi dan manipulasi lebih banyak.
Light Cured Acrylic (Resin Akrilik Teraktivasi Cahaya)
Cahaya yang dapat digunakan sebagai activator pada resin akrilik jenis ini
adalah sinar UV dengan panjang gelombang 290-400 nm dan sinar tampak
dengan panjang gelombang 400-700 nm. Pada proses manipulasi jenis ini,
ditambahkan bahan inisiator berupa champorquinon.
Microwave Cured Acrylic (Resin Akrilik Teraktivasi Kimia)
Activator pada resin akrilik jenis ini adalah gelombang mikro dimana
gelombang ini membuat molekul bergerak secara merata dan seimbang ke segala
arah sehingga hasil akhir dari resin ini lebih sempurna.
2. KOMPOSISI
Pada umumnya terdapat dalam bentuk powder yang berisi polimer yang belum
teraktivasi. Selain powder terdapat juga dalam bentuk liquid yang mengandung
komponen monomer yang dalam berinteraksi dengan polimer dapat berperan sebagai
aktivator. Selain monomer, terdapat komponen aktivator dan inhibitor. Inhibitor berfungsi
untuk mengaktifkan polimerisasi dengan cara memutuskan benzoyl dioksidasi yang
membentuk dua radikal bebas dan selanjutnya mengikat monomer.

Powder (polimer)
yaitu poli( metil metakrilat ) adalah resin transparan yang dapat menyalurkan
cahaya dalam range ultraviolet hingga yang mempunyai wavelength 250nm. Ia
mempunyai kekerasan dari 18 hingga 20 Knoop Number. Kekuatan tensilnya
dianggarkan dalam 60 Mpa, ketumpatannya adalah 1.19 g/cm2 dan modulus elasticity
dianggarkan 2.4 Gpa (2400 Mpa).
Polimer ini sangat stabil. Ia tidak mengalami diskolorisasi dalam cahaya
ultraviolet, secara kimiawi stabil dalam panas dan melembut pada 125C dan dapat
dibentuk seperti bahan termoplastik. Depolimerisasi terjadi pada suhu di antara 125C
dan 200C. Sekitar suhu 450C, 90% polimer telah terdepolimerisasi membentuk
monomer.
Poli (metil metakrilat) mempunyai kecenderungan untuk meresap air melalui
proses imbibisi. Ini karena, struktur non-kristalinnya mempunyai tenaga internal yang
tinggi. Jadi, diffusi molekul dapat terjadi dengan mudah karena tidak memerlukan tenaga

4
aktivasi yang banyak. Disebabkan poli (metil metakrilat) adalah polimer yang linear, ia
dapat larut dalam beberapa pelarut organik seperti kloroform dan aseton.
Liquid (monomer)
adalah metil metakrilat yaitu suatu cairan bening pada suhu ruangan yang
mempunyai sifat fisikal berikut :
a. Berat molekul : 100 u

b. Suhu lebur : - 48C

c. Suhu didih : 100.8C

d. Ketumpatan : 0.945 g/mL pada 20C

e. Tenaga polimerisasi : 12.9 kcal/mol


Metil metakrilat menunjukkan tekanan uap yang tinggi dan merupakan pelarut
organik yang baik.
Komposisi masing-masing tipe :
Heat Cured Acrylic
- Memiliki warna yang transparan
- Resin akrilik ini memiliki dua komposisi, yaitu :
a) Powder/Bubuk berupa polimethyl metakrilat dengan tambahan
inisiator berupa benzoil peroksida. Zat warna berupa Cadmium Sulfit.
b) Liquid/Cairan berupa methyl metakrilat yang didalamnya terkandung
sedikit hydroquinone sebagai inhibitor yang ditambah dengan glikol
dimetakrilat sebagai bahan ikat silang.
Self Cured Acrylic
- Resin akrilik ini memilik 2 komposisi, yaitu :
a) Powder/Bubuk berupa organic peroxide initiator dan PMINA, agen
titanium dioksida sebagai warna.
b) Liquid/Cairan berupa poli(metil metakrilat)
3. SYARAT RESIN AKRILIK
1. Pertimbangan biologis : tidak berbau, tidak berasa, tidak toksik dan tidak mengiritasi
jaringan rongga mulut.

5
2. Sifat fisik memiliki kekuatan terhadap tekan gigit atau pengunyahan, tekan benturan,
keausan,kestabilan dimensi.
3. Sifat estetik : menunjukkan transluensi dan tidak berubah warna setelah
pembentukan.
4. Tahan abrasi, mudah direparasi dan dibersihkan.
5. Tidak dapat menyerap cairan rongga mulut.
6. Biaya ekonomis dan mudah dalam manipulasi.
7. Relative thermal conditional tinggi sehingga tahan terhadap suhu makanan yang
masuk ke dalam rongga mulut.
4. SIFAT RESIN AKRILIK
a) Sifat Fisika
- Strength (Kekuatan )
Kekuatan resin akrilik tergantung dari komposisi resin, teknik prosesing, dan
lingkungan gigi tiruan itu sendiri. Resin akrilik mempunyai modulus elastisitas
yang relatif rendah yaitu 2400 Mpa, oleh karena itu basis tidak boleh kurang dari
1 mm.
- Porositas
Porositas adalah gelembung udara yang terjebak dalam massa akrilik yang
telah mengalami polimarisasi. Timbulnya porositas menyabababkan efek negatif
terhadap kekuatan dari resin akrilik.
Ada 2 jenis porositas yang dapat kita temukan pada basis gigi tiruan yaitu
shrinkage porosity dan gaseous porosity. Shrinkage porosity kelihatan sebagai
gelembung yang tidak beraturan bentuk di seluruh permukaan gigi tiruan
sedangkan gaseous porosity terlihat berupa gelembung kecil halus yang uniform,
biasanya terjadi terutama pada protesa yang tebal dan di bagian yang lebih jauh
dari sumber panas.
- Stabilitas dimensi
Stabilitas dimensi dapat dipengaruhi oleh proses, molding, cooling,
polimerisasi, absorbsi air dan temperatur tinggi.
- Crazing
Retakan yang terjadi pada permukaan basis resin, hal ini disebabkan karena
adanya tensile stress, sehingga terjadi pemisahan barat molekul. Retakan-retakan
ini dapat timbul akibat salah satu dari tiga mekanisme berikut. Pertama, apabila
pasien memiliki kebiasaan sering mengeluarkan gigitiruannya dan
membiarkannya kering, siklus penyerapan air yang konstan diikuti pengeringan
sehingga dapat menimbulkan stress tensil pada permukaan dan mengakibatkan

6
terjadinya crazing. Kedua, penggunaan anasir gigitiruan porselen juga dapat
menyebabkan crazing pada basis di daerah sekitar leher anasir gigitiruan yang
diakibatkan perbedaan koefisien ekspansi termal antara porselen dan resin akrilik.
Ketiga, crazing dapat terjadi selama perbaikan gigitiruan ketika monomer metil
metakrilat berkontak dengan resin akrilik yang telah mengeras dari potongan yang
sedang diperbaiki.
- Fraktur
Gigi tiruan yang tidak sesuai karena desain yang tidak baik dapat
menyebabkan daya fleksural yang berkelanjutan sehingga terjadi fatigue dan
akhirnya menyebabkan gigi tiruan fraktur.
- Radiologi
Akrilik tidak dapat dideteksi dalam foto karena sifat radiolusensinya. Ini
disebabkan karena atom C,H,O yang terdapa dalam alrilik melemahkan,
menyerap sinar x- ray. Hal ini akan meyulitkan jika terjadi kecelakaan dimana ada
bagian akrilik yang tertelan atau tertanam di dalam jaringan lunak.
- Konduktivitas thermal
Seberapa baik panas di salurkan oleh suatu bahan, resin akrilik
mempunyai konduktivitas thermal yang rendah dibandingkan dengan logam.
Penghantar panasnya sebesar 5,7 x 10-40C/cm.
- Solubilitas
Tidak larut dalam air dan cairan dalam rongga mulut, namun dapat larut
pada ester, keton dan lain-lain.
- Resisten terhadap asam, basa, dan pelarut organic
Resistensi resin akrilik terhadap larutan yang mengandung asam atau basa
lemah adalah baik. Penggunaan alkohol dapat menyebabkan retaknya protesa.
Ethanol juga berfungsi sebagai plasticizer dan dapat mengurangi temperatur
transisi kaca. Oleh karena itu, larutan yang mengandung alkohol sebaiknya
tidak digunakan untuk membersihkan protesa.
b) Sifat Mekanis
- Kekuatan Tensil
Kekuatan tensil resin akrilik polimerisasi panas adalah 55 MPa.Kekuatan
tensil resin akrilik yang rendah ini merupakan salah satu kekurangan utama
resin akrilik.
- Kekuatan Impak

7
Kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas adalah 1 cm kg/cm.Resin
akrilik memiliki kekuatan impak yang relatif rendah dan apabila gigitiruan
akrilik jatuh ke atas permukaan yang keras kemungkinan besar akan terjadi
fraktur.
- Fatique
Resin akrilik memiliki ketahanan yang relatif buruk terhadap fraktur
akibat fatique. Fatique merupakan akibat dari pemakaian gigitiruan yang tidak
didesain dengan baik sehingga basis gigitiruan melengkung setiap menerima
tekanan pengunyahan.Kekuatan fatique basis resin akrilik polimerisasi panas

adalah 1,5 juta lengkungan sebelum patah dengan beban 2500 lb/in 2 pada
stress maksimum 17 Mpa.

- Kekerasan
Nilai kekerasan resin akrilik polimerisasi panas adalah 20 VHN atau 15

kg/mm2. Nilai kekerasan tersebut menunjukkan bahwa resin akrilik relatif


lunak dibandingkan dengan logam dan mengakibatkan basis resin akrilik
cenderung menipis. Penipisan tersebut disebabkan makanan yang abrasif dan
terutama pasta gigi pembersih yang abrasif, namun penipisan basis resin
akrilik ini bukan suatu masalah besar.(Combe, 1992)

c) Sifat Kimia
- Penyerapan Air
Resin akrilik meyerap air secara perlahan dengan nilai equilibrium
absorpsi 2 2,5 % aka terjadi setelah 6 bulan atau lebih tergantung dari
ketebalan basis. Peyerapan air ini akan menyebabkan perubahan
dimensiomnal, tetapi hal ini adalah tidak signifikan dan biasanya bukan
merupakan penyebab utama ketidak sesuaian gigi tiruan.
- Stabilitas Warna
Resin akrilik menunjukkan nilai diskolorasi yang paling rendah setelah
direndam dalam larutan kopi. Beberapa penulis juga menyatakan bahwa resin
akrilik polimerisasi panas memiliki stabilitas warna yang baik.

5. PROSES MANIPULASI RESIN AKRILIK

8
Manipulasi adalah suatu bentuk tindakan atau proses rekayasa terhadap sesuatu
dengan menambah ataupun mengurangi variabel yang berkaitan guna mencapai sifat fisik
maupun mekanik yang dikehendaki. Sebelum diaplikasikan pada pasien, resin akrilik
harus diolah dan dimanipulasi sedemikian rupa sehingga memenuhi kriteria
pengaplikasian klinis yang baik. Secara umum, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam memanipulasi resin akrilik, antara lain:

1. Perbandingan monomer dan polimer

Perbandingan yang umum digunakan adalah 3,5 : 1 satuan volume atau 2,5 : 1 satuan
berat. Bila monomer terlalu sedikit maka tidak semua polimer sanggup dibasahi oleh
monomer akibatnya akrilik yang telah selesai berpolimerisasi akan bergranul. Sebaliknya,
monomer juga tidak boleh terlalu banyak karena dapat menyebabkan terjadinya kontraksi
pada adonan resin akrilik.

2. Pencampuran

Polimer dan monomer dengan perbandingan yang benar dicampurkan dalam


tempat yang tertutup lalu dibiarkan beberapa menit sampai mencapai fase dough.( SK
Khindria, 2009) . Pencampuran polimer dan monomer harus dilakukan dalam tempat
yang terbuat dari keramik atau gelas yang tidak tembus cahaya (mixing jar). Hal ini
dimaksudkan supaya tidak terjadi polimerisasi awal. Pada saat pencampuran ada
empat tahapan yang terjadi, yaitu:
1 Sandy stage adalah terbentuknya campuran yang menyerupai pasir basah.

2 Sticky stage adalah saat bahan akan merekat ketika bubuk mulai larut dalam
cairan dan berserat ketika ditarik.

3 Dough stage adalah saat konsistensi adonan mudah diangkat dan tidak melekat
lagi, dimana tahap ini merupakan waktu yang tepat untuk memasukkan adonan ke
dalam mould dan kebanyakan dicapai dalam waktu 10 menit.

4 Rubber hard stage adalah tahap seperti karet dan tidak dapat dibentuk dengan
kompresi konvensional.

9
3. Pengisian

Tahap ini disebut juga dengan packing, yaitu tahap penuangan resin kedalam
mould. Pada proses manipulasi yang perlu diperhatikan pada tahap pengisian ini
adalah ketepatan bahan mengisi rongga mould. dengan pengisian pada rongga mould
secara bertahap. Pada tahap selanjutnya setelah dilakukan pengisian pada rongga
mould adalah dilakukannya press dengan pada kuvet. Kekuatan press yang diberikan
pada kuvet sebesar 1000 psi selama 5 menit kemudian sebesar 2200 psi selamat 5
menit juga. Selama proses press ini biasanya ditemukan flash, yaitu adanya kelebihan
bahan. Flash ini harus dibersihkan dan dipisahakan dengan bagian resin yang mengisi
mould. Setelah dilakukan ini tahap berikutnya adalah dilakukannya curing.

4. Curring

Proses curring adalah proses terjadinya pengerasan, dimana setiap jenis resin
akrilik memiliki spesialisasi tersendiri.
Heat cured acrylic resin : yaitu terjadinya curring yang diaktivasi oleh adanya panas.
Self cured acrylic resin : curring cukup dapat dilakukan pada suhu ruang karena
adanya aktivator amin tersier.
Light cured resin : proses curring dicapai dengan dipaparkannya cahaya tampak
a. Mempengaruhi kekuatan gypsum, semakin tinggi porus maka akan rendah
kompresinya
b. Karena porus dapat menyebabkan kerapuhan dan mengurangi detail pada
bentuk anatomi gigi. Semakin banyak porus semakin lemah kekuatan suatu
hasil cetakan.
c. Adanya kandungan udara
d. Permukaan tidak akurat

6. POLIMERISASI RESIN AKRILIK


Dua Jenis Polimerisasi Resin Akrilik
1 Reaksi Kondensasi
Reaksi yang menghasilkan polimerisasi pertumbuhan bertahap atau kondensasi
berlangsung dalam mekanisme yang sama, seperti reaksi kimia antara 2 atau lebih

10
molekul-molekul sederhana. Senyawa untama bereaksi, seringkali dengan
pembentukan produk sampingan seperti air, asam halogen, dan
ammonia.Pembentukan produk sampingan ini adalah alasan mengapa polimerisasi
pertumbuhan bertahap, seringkali disebut polimerisasi kondensasi. (Craig, dkk.,
2004)
2 Reaksi Adisi
Tidak seperti polimerisasi kondensasi, tidak ada perubahan komposisi selama
polimerisasi tambahan/adisi. Makromolekul dibentuk dari unit-unit yang kecil, atau
monomer, tanpa perubahan dalam komposisi, karena monomer dan polimer memiliki
rumus empiris yang sama. Dengan kata lain struktur monomer diulangi berkali-kali
dalam polimer.
PROSES POLIMERISASI RESIN AKRILIK
o Resin Akrilik Tipe Heat - Cured
Tahap 1 : Adonan seperti pasir basah (sandy stage).
Tahap 2 : Adonan seperti Lumpur basah (mushy stage).
Tahap 3 : Adonan apabila disentuh dengan jari atau alat bersifat
lekat, apabila ditarik akan membentuk serat (stringy stage). Butir-
butir polimer mulai larut, monomer bebas meresap ke dalam
polimer.
Tahap 4 : Adonan bersifat plastis (dough stage). Pada tahap ini sifat
lekat hilang dan adonan mudah dibentuk sesuai dengan yang kita
inginkan.
Tahap 5 : Kenyal seperti karet (rubbery stage). Pada tahap ini lebih
banyak monomer yang menguap, terutama pada permukaannya
sehingga terjadi permukaan yang kasar.
Tahap 6 : Kaku dan keras (rigid stage). Pada tahap ini adonan telah
menjadi keras dan getas pada permukaannya, sedang keadaan
bagian dalam adukan masih kenyal.Waktu dough (waktu sampai
tercapainya konsistensi liat) tergantung pada:
1. Ukuran partikel polymer; partikel yang lebih kecil akan lebih
cepat dan lebih cepat mencapai dough.
2. Berat molekul polymer; lebih kecil berat molekul lebih cepat
terbentuk konsistensi liat.
3. Adanya Plasticizer yang bisa mempercepat terjadinya dough.

11
4. Suhu, pembentukan dough dapat diperlambat dengan
menyimpan adonan dalam tempat yang dingin.
5. Perbandingan monomer dan polymer; bila ratio tinggi maka
waktu dough lebih singkat.

o Resin Akrilik Tipe Self-Cured


Initiation
Pembentukan molekul oleh initiator dan activator
Propagasi
Tahap terbentuknya rantai polimer
Termination
Pembentukan polimer dimana reaksi terhenti pada pertukaran atom
H
Chain Transfer
Pertumbuhan rantai aktif kembali

7. APLIKASI RESIN AKRILIK DALAM KEDOKTERAN GIGI


Sebagai bahan restorasi
Kelebihan resin akrilik untuk bahan restorasi antara lain daya alir tinggi,
aplikasi mudah setting dengan Light Curing selama 10 menit, dan menghasilkan
permukaan yang sangat halus dan mengkilat.
Sebagai sendok cetak
Sendok cetak resin dibuat untuk menyesuaikan lengkung tertentu sehingga
sering disebut sendok cetak individual. Bahan yang digunakan adalah bahan self-
cured resin. Tetapi akhir-akhir ini sering digunakan bahan resin urethra
dimetakrilat yang diaktivasi sinar. Sendok cetak dari bahan ini mempunyai
dimensi yang stabil selama pasca polimerisasi tetapi rapuh dan melepaskan
partikel bubuk selama proses pengasahan.
Sebagai alat ortodonsi lepasan
Dipakai sebagai plat dasar alat ortodontik lepasan yang berupa lempengan
plat akrilik berbentuk melengkung mengikuti permukaan palatum atau permukaan
lingual lengkung mandibula. Jenis resin yang dipakai adalah heat curing dan cold
curing. Bahan dari cold curing memiliki berat molekul lebih rendah sehingga
pengkerutannya lebih sedikit namun memiliki porositas lebih banyak sehingga
kekuatannya lebih rendah. Cold curing polimerisasinya lebih cepat sehingga
waktu pengolahannya pun singkat. Waktu pembuatan yang singkat ini membuat

12
bahan ini cocok untuk pembuatan alat ortodontik lepasan dan untuk reparasi plak
akrilik. Selain itu cold curing juga mudah dimanipulasi dalam pembuatan.
Sebagai reparasi
Bahan yang biasa digunakan adalah jenis self-cured dan heat-cured.
Relining
Relining adalah mengganti permukaan protesa yang menghadap jaringan.
Bahan yang biasa digunakan adalah self-cured. Namun juga digunakan resin yang
diaktivasi dengan energy panas, sinar, atau gelombang mikro yang nantinya akan
menghasilkan panas yang cukup besar dan distorsi basis protesa cenderung
terjadi. Tahap awal dari relining itu membersihkan permukaan yang menghadap
jaringan untuk meningkatkan perlekatan antara resin yang ada dengan bahan
relining. Lalu resin yang tepat dimasukkan dan dibentuk dengan teknik molding
tekanan.
Rebasing
Rebasing adalah mengganti keseluruhan basis protesa. Bahan yang biasa
digunakan adalah sel-cured. Caranya adalah bahan self-cured dicampur sampai
konsistensi encer lalu dimasukkan ke daerah yang kan direparasi. Polimerisasi
yang timbul akan lebih sedikit apabila polimerisasi dilakukan di bawah tekanan
hydrolic hingga sebesar 250 kN/m pada suhu 40-50oC.
Liner
Pelapis lunak jangka panjang atau pendek untuk menyerap energi dari
pengunyahan.
Penampah costdam pada gigi palsu
dibuat pagaran sebanyak 2ml agar tidak lepas atau bocor dari kanan ke kiri
di fovea palatina.
8. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN RESIN AKRILIK
A Heat Cured Acrylic (Resin akrilik teraktivasi)
a). Kelebihan:
- nilai estetis yang unggul dimana warna hasil akhir akrilik sama dengan
warna jaringan lunak rongga mulut.
- Selain itu resin akrilik ini tergolong mudah dimanipulasi.
- dan harga terjangkau.
b). Kekurangan:
- daya tahan abrasi atau benturan masih tergolong rendah.
- fleksibilitas juga masih rendah.
- dan hasil akhir dari manipulasi akrilik akan terjadi penyusutan volume.
B Self Cured Acrylic (Resin akrilik Teraktivasi Kimia)

13
a). Kelebihan:
- mudah dilepaskan dari kuvet.
- fleksibilitas lebih tinggi dari tipe1.
- pengerutan volume akhir tergolong rendah karena proses polimerisasi dari
tipe ini tergolong kurang sempurna.

b). Kekurangan:
- elastisitas dari tipe initergolong kurang dari tipe I, kemudian karena
digunakan bahan kimia hal tersebut dapat mengiritasi jaringan rongga
mulut.
- dari segi ekonomis lebih mahal.
C Light Cured Acrylic (Resin Akrilik teraktivasi Cahaya)
a). Kelebihan:
- penyusutan saat polimerisasi rendah.
- hasil akhir manipulasi dapat dibentuk dengan baik.
- resin ini dapat dimanipulasi dengan peralatan sederhana.

b). Kekurangan:
- elastisitas dari resin akrilik ini kecil dan penggunaan sinar UV pada resin
ini dapat merusak jaringan rongga mulut.
D Microwave Cured Acrylic (Resin Akrilik Teraktivasi Kimia)
a). Kelebihan:
- waktu pemanasan yang dibutuhkan sangat singkat.
- perubahan warna kecil.
- sisa monomernya lebih sedikit di karenakan polimerisasinya lebih
sempurna.

b). Kekurangan:

- resin akrilik ini masih dapat menyerap air.


- harga cukup mahal karena manipulasinya menggunakan peralatan canggih.
9. FAKTOR TERJADINYA PORUS
Adanya gelembung udara pada permukaan dan dibawah permukaan dapat
mempengaruhi kekuatan, estetika, dan kebersihan basis gigi tiruan. Porositas cenderung
terjadi pada bagian basis protesa yang lebih tebal. Porositas terjadi sebagai akibat dari
penguapan monomer yang tidak bereaksi serta polimer berberat molekul rendah, bila
temperatur resin mencapai atau melebihi titik didih bahan tersebut.

14
Porositas adalah gelembung udara yang terjebak dalam massa akrilik yang telah
mengalami polimerisasi. Timbulnya porositas menyebabkan efek negatif terhadap
kekuatan dari resin akrilik. Dimana resin akrilik ini mudah porus.

Macam-macam Porosity:
Gasseous Porosity
Pemanasan yang terlalu tinggi dan cepat sehingga sebagian monomer tidak sempat
berpolimerisasi dan menguap membentuk bubbles (bola-bola uap) sehingga pada bagian
resin yang lebih tebal, bubbles terkurung sehingga terjadi porositas yang terlokalisir.
Sedangkan pada bagian yang tipis, panas cxothermis dapat keluar dan diserap gips
sehingga resin ridak meiewati titik didihnya dan lidak akan membentuk bubbles.
Air yang terkandung didaiam resin sebelum atau selama polirnerisasi akan
merendahkan titik didih monumer sehingga dengan ternperatur biasa akan terjadi seperti
diatas.

Shrinkage Porosity
Ketidak-homogenan resin akhlik selama polirnerisasi sehingga bagian yang
mengandung lebih banyak monomer akan menyusut dan membentuk voids (ruang-ruang
hampa udara) dan terjadi porosity yang terlokalisi.
Polimer-polimer yang berbeda BM, komposisi dan ukuran akan menyebabkan
bagian- bagian yang mcmpunyai partikel-partikel lebih kecil dulu berpolimerisasi
daripada partikel yang lebih besar. Bagian-bagian yang berpolimerisasi lebih lam bat
akan berpindah kebagian yang berpolimerisasi lebih dulu, sehingga terbentuk voids
dengan porosity yang terlokalisir.
Kurang lamanya pengepresan sebelum penggodokan maupun selama polimerisasi
juga akan menyebabkan diffusi monomer menjadi kurang baik dan membuat voids
dengan porosity internal. Yang ketiga hal diatas akan menyebabkan kerapuhan pada basis
protesa.

15
STEP 4

RESIN AKRILIK

KLASIFIKASI KOMPOSISI SIFAT SYARAT

KELEBIHAn dan kekurangan

Faktor yang mempengaruhi

STEP 5 MANIPULASI DAN POLIMERISASI


1. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan klasifikasi, komposisi,
sifat, syarat resin akrilik.
2. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami,
APLIKASI DALAMdan menjelaskan GIGI
KEDOKTERAN tahap manipulasi dan
faktor yang mempengaruhi.
3. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan tahap polimerisasi dan
faktor yang mempengaruhi.
4. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan aplikasi resin akrilik
dibidang kedokteran gigi.

16
BAB II
PEMBAHASAN

STEP 7
1. Klasifikasi, komposisi, sifat, syarat resin akrilik.
KLASIFIKASI

Berdasarkan asalnya resin dapat dibedakan menjadi resin alami dan sintetik.
Resin alami merupakan bahan yang disekresikan oleh tumbuhan dan serangga
tertentu, misalnya rosin (Harty, 1987). Sedangkan resin sintetik terdiri dari campuran
bahan-bahan kimia dengan struktur kimia yang mengacu pada resin alami.

Dari sifat termalnya, resin dibagi lagi menjadi resin termoplastik dan
termosetting. Resin termoplastik adalah suatu resin yang akan melunak apabila diberi
suhu melebihi suhu transisi kaca (Tg)-nya, dan kemudian mengeras. Apabila resin
tersebut dipanaskan kembali, maka akan lunak kembali. Contoh resin termoplastik
adalah resin akrilik. Hal tersebutlah yang membedakan resin termoplastik dengan
resin termosetting. Untuk resin termosetting, resin jenis ini akan mengeras secara
permanen apabila dipanaskan melebihi suhu kritisnya. Sehingga bentuk resin ini akan
tetap atau tidak berubah meskipun mengalami pemanasan ulang (Phillips, 1996).

Jika dilihat berdasarkan cara pembuatannya, resin akrilik dibagi menjadi 2 teknik.
Yaitu teknik compression moulding dan teknik injection moulding.

a. Teknik compression moulding

Kebanyakan basis gigi tiruan sebagian lepasan dibuat menggunakan teknik


compression moulding. Bahan ini mempunyai sifat-sifat fisis yang baik, mudah
digunakan dan harganya murah. Polimer dan monomer dicampur sehingga
membentuk dough stage dan ditekan ke dalam mould. Pemberian tekanan secara
perlahan-lahan memungkinkan adonan resin mengalir merata ke dalam semua rongga
dalam kuvet. Kelebihan bahan kemudian dibuang. Pemberian tekanan dilanjutkan

17
sampai sebagian besar kuvet berkontak rapat antara satu sama lain. Resin akrilik
konvensional polimerisasi panas adalah bahan yang menggunakan teknik
compression moulding (Annusavice. 2003).

b. Teknik injection moulding

Selain teknik compression moulding yang biasa digunakan, basis gigi tiruan juga
dapat dibuat melalui teknik injection moulding. Bahan diisi ke dalam mould melalui
metode injeksi. Nilon merupakan bahan yang mengaplikasikan teknik ini. Contoh dari
nilon adalah palvast. Tidak ada perbedaan sifat fisis antara teknik compression
moulding dengan teknik injection moulding (Annusavice. 2003).

Sesuai dengan skenario, resin akrilik yang merupakan jenis resin sintetik, juga
memiliki klasifikasi tersendiri berdasarkan cara polimerisasinya, yaitu: heat-cured, self-
cured, light-cure,microwave cure.

Heat cured acrylic resin : yaitu terjadinya curring yang diaktivasi oleh adanya
panas.
Self cured acrylic resin : curring cukup dapat dilakukan pada suhu ruang karena
adanya aktivator amin tersier.
Light cured resin : proses curring dicapai dengan dipaparkannya cahaya tampak
Microwave cured acrylic resin : merupakan proses curring yang menggunakan
aktivator berupa gelombang mikro ( Ecket, dkk., 2004).

Setiap jenis resin akrilik tersebut, memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.

18
Jenis Resin Aktivator Kelebihan Kekurangan
Heat Curing Energi termal yang Warna stabil dan Terdapat pengerutan
acrylic resin berasal dari panas murah volume akhir,
pembuatannya tidak
praktis
Self Curing Dimethyl Pengerutan volume Terdapat sisa-sisa
acrylic resin paratoluidine atau akhir lebih kecil, monomer, kestabilan
amin tersier praktis, dan relatif warna rendah, sisa
murah monomer lebih
banyak, porositas lebih
tinggi.
Light Curing Sinar tampak dan Waktu polimerisasi Bila menggunakan
acylic resin sinar UV dapat diatur sinar UV dapat
merusak jaringan.
Microwave Gelombang mikro Waktu lebih Membutuhkan
Curing acrylic singkat, peralatan yang lebih
polimerisasi lebih mahal, masih bersifat
sempurna, proses menyerap air.
pembuatannya
lebih bersih, sisa
monomer lebih
sedikit.
KOMPOSISI

Komposisi resin akrilik secara umum adalah sama, yaitu terdiri dari bubuk
polimer dan cairan monomer. Namun pada resin jenis tertentu, memiliki beberapa
bahan tambahan. Berikut adalah komposisi resin akrilik:

- Bubuk, terdiri dari :


Polimer (polimetil metakrilat)
Merupakan resin transparan yang dapat menyalurkan cahaya dalam
range ultraviolet hingga yang mempunyai wavelength 250nm. Ia
mempunyai kekerasan dari 18 hingga 20 Knoop Number. Kekuatan

19
tensilnya dianggarkan dalam 60 Mpa, ketumpatannya adalah 1.19 g/cm2
dan modulus elasticity dianggarkan 2.4 Gpa (2400 Mpa).
Poli(metil metakrilat) dapat dimodifikasi dengan etil, butyl,
maupun alkil metakrilat lainnya untuk mrnghasilkan bubuk yang lebih
tahan terhadap fraktur karena benturan.
Initiator
Initiator merupakan suatu bahan yang berfungsi untuk
mengaktifkan reaksi polimerisasi resin akrilik. Bahan initiator yang biasa
ditemukan adalah berupa 0.2 - 0.5% benzoil peroksida. Substansi ini akan
mengalami pemutusan ikatan oleh karena adanya pemicu seperti panas
pada heat-cured, kimia pada self-cured, dan cahaya pada light-cured.
Pemutusan ikatan satu benzoil peroksida akan menghasilkan dua buah
radikal bebas. Radikal bebas inilah yang nantinya akan mengikat
monomer-monomer sehingga terjadilah reaksi polimerisasi (Craig et al,
2002).
Plasticizer
Plasticizer merupakan bahan kimia yang ditambahkan pada
polimer untuk membuat resin akrilik lebih fleksibel sehingga mudah
dicetak. Hal inimenyebabkan kekuatan dan kekerasan resin akrilik
berkurang. Resin akrilik biasanya mengandung 2-7 % dibutyl phthalate
sebagai plasticize (Soratur, 2002).
Pigmen
Polimer murni seperti poli(metil metakrilat) merupakan senyawa
bening dan dapat beradaptasi dengan banyak pewarna (pigmentasi).
Pigmen berfungsi untuk memberi warna seperti jaringan rongga mulut.
Senyawa-senyawa yang digunakan seperti merkuri sulfid, cadmium sulfid,
cadmium slenida, feri oksida, atau karbon hitam dengan kadar sekitar 1%.
Pigmen harus stabil selama pemrosesan dan pemakaian.
Opacifiers
Tujuan bagi penambahan opacifiers adalah untuk memastikan
resin akrilik terlihat di dalam sinar-X apabila tertelan. Opacifiers yang
biasa digunakan adalah zinc atau titanium oxide.
Bahan tambahan
Bahan yang umumnya ditambahkan pada resin akrilik adalah serat
sintetis/organik (serat nilon atau serat akrilik) dan partikel inorganik,

20
seperti serat kaca, zirkonium silikat. Adanya penambahan bahan-bahan ini
biasanya dilakukan untuk merubah sifat fisik dan menkanik, seperti
penambahan serat kaca akan menyebabkan densitas resin akan akrilik
semakin meningkat.
- Cairan, terdiri dari :
Monomer
Monomer (metil-metakrilat) merupakan cairan yang jernih dan
tidak bewarna. Pada temperatur ruang, mempunyai titik didih 100,30C,
mudah menguap, dan terbakar. Menurut McCabe (1990) monomer
memiliki viskositas yang rendah dan berbau sangat tajam yang dilepaskan
oleh tekanan penguapan yang relative tinggi pada temperatur kamar.
Stabilizer/inhibitor
Berupa 0,06% hidroquionon yang berfungsi untuk mencegah
terjadinya polimerisasi selama penyimpanan atau perpanjangan waktu
penyimpanan. Menurut McCabe (1990) bila resin akrilik tidak
mengandung inhibitor maka polimerisasi monomer dan cross-linking
agent akan terjadi secara perlahan, bahkan pada atau dibawah suhu kamar
tergantung munculnya radikal bebas pada monomer. Sumber radikal bebas
ini masih belum dapat ditentukan, akan tetapi bila terbentuk radikal bebas,
maka akan meningkatkan viskositas cairan (monomer) dan dapat pula
mengakibatkan monomer menjadi solid (padat). Inhibitor bekerja secara
cepat pada radikal bebas yang terbentuk pada cairan(monomer) untuk
membentuk radikal yang stabil dan tidak berpotensi untuk memulai proses
polimerisasi. Cara lain untuk mengurangi radikal yang tidak diinginkan
yaitu dengan meyimpan monomer dalam kaleng atau botol bewarna coklat
gelap.
Cross-linking agent : glikol dimetakrilat
Bahan ini ditambahkan ke dalam cairan resin akrilik untuk
mendapatkan ikatan silang pada polimer. Berfungsi untuk mengubungkan
molekul-molekul polimer yang panjang. Penggunaan cross-linking agent
dapat meningkatkan ketahanan resin akrilik terhadap keretakan permukaan
dan dapat menurunkan solubilitas dan penyerapan air.

21
SIFAT

Beberapa sifat-sifat resin akrilik adalah:

a. Berat molekul

Resin akrilik polimerisasi panas memiliki berat molekul polimer yang


tinggi yaitu 500.000 1.000.000 dan berat molekul monomernya yaitu 100. Berat
molekul polimer ini akan bertambah hingga mencapai angka 1.200.000 setelah
berpolimerisasi dengan benar. Rantai polimer dihubungkan antara satu dengan
lainnya oleh gaya Van der Waals dan ikatan antar rantai molekul.

Bahan yang memiliki berat molekul tinggi mempunyai ikatan rantai


molekul yang lebih banyak dan mempunyai kekakuan yang besar dibandingkan
polimer yang memiliki berat molekul yang lebih rendah.

b. Monomer sisa

Monomer sisa berpengaruh pada berat molekul rata-rata. Polimerisasi


pada suhu yang terlalu rendah dan dalam waktu singkat menghasilkan monomer
sisa lebih tinggi. Monomer sisa yang tinggi berpotensi untuk menyebabkan iritasi
jaringan mulut, inflamasi dan alergi, selain itu juga dapat mempengaruhi sifat
fisik resin akrilik yang dihasilkan karena monomer sisa akan bertindak sebagai
plasticizer yang menyebabkan resin akrilik menjadi fleksibel dan kekuatannya
menurun. Pada akrilik yang telah berpolimerisasi secara benar, masih terdapat
monomer sisa sebesar 0.2 sampai 0.5%. Proses kuring yang kuat pada temperatur
tinggi sangat direkomendasikan untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien yang
diketahui memiliki riwayat alergi terhadap MMA (Metil Metakrilat).

c. Absorbsi air

Resin akrilik polimerisasi panas relatif menyerap air lebih sedikit pada
lingkungan yang basah. Nilai absorbsi air oleh resin akrilik yaitu 0.69% mg/cm2.
Absorbsi air oleh resin akrilik terjadi akibat proses difusi, dimana molekul air

22
dapat diabsorbsi pada permukaan polimer yang padat dan beberapa lagi dapat
menempati posisi di antara rantai polimer. Hal inilah yang menyebabkan rantai
polimer mengalami ekspansi. Setiap kenaikan berat akrilik sebesar 1% yang
disebabkan oleh absorbsi air menyebabkan terjadinya ekspansi linear sebesar
0.23%. Sebaliknya pengeringan bahan ini akan disertai oleh timbulnya kontraksi.

e. Retak

Pada permukaan resin akrilik dapat terjadi retak. Hal ini diduga karena
adanya tekanan tarik (tensile stress) yang menyebabkan terpisahnya molekul-
molekul polimer. Keretakan seperti ini dapat terjadi oleh karena stress mekanik,
stress akibat perbedaan ekspansi termis dan kerja bahan pelarut. Adanya crazing
(retak kecil) dapat memperlemah gigi tiruan.

f. Ketepatan dimensional

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi ketepatan dimensional resin


akrilik adalah ekspansi mould sewaktu pengisian resin akrilik, ekspansi termal
resin akrilik, kontraksi sewaktu polimerisasi, kontraksi termis sewaktu
pendinginan dan hilangnya stress yang terjadi sewaktu pemolesan basis gigi tiruan
resin akrilik.

g. Kestabilan dimensional

Kestabilan dimensional berhubungan dengan absorbsi air oleh resin


akrilik. Absorbsi air dapat menyebabkan ekspansi pada resin akrilik. Pada resin
akrilik dapat terjadi hilangnya internal stress selama pemakaian gigi tiruan.
Pengaruh ini sangat kecil dan secara klinis tidak bermakna.

Sifat biologis :

1 Pembentukan Koloni Bakteri


Kemampuan organisme tertentu untuk berkembang pada permukaan gigi
tiruan resin akrilik berkaitan dengan penyerapan air, energy bebas permukaan,

23
kekeran permukaan, dan kekasaran permukaan. Berbagai penelitian menunjukan
bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki penyerapan air yang rendah,
permukaan yang halus, kekerasan permukaan yang lebih tinggi dibandingkan
nilon dan sudut kontak permukaan dengan air yang cukup besar sehingga apabila
diproses dengan baik dan sering dibersihkan maka perlekatan bakteri tidak akan
mudah terjadi. Pembersihan dan perendaman gigi tiruan dalam pembersih kemis
secara teratur umumnya sudah cukup untuk mengurangi masalah perlekatan
bakteri (Combe, 1992).
2 Biokompatibilitas
Secara umum, resin akrilik polimerisasi panas sangat biokompatibel.
Walaupun demikian, beberapa pasien mungkin menunjukkan reaksi alergi yang
disebabkan monomer sisa metil metakrilat atau benzoic acid pada basis gigi
tiruan. Pasien yang tidak alergi juga dapat mengalami iritasi apabila terdapat
jumlah monomer yang tinggi pada basis gigi tiruan yang tidak dikuring dengan
baik. Batas maksimal kosentrasi monomer sisa untuk resin akrilik polimerisasi
panas menurut standar ISO adalah 2,2 % (Combe, 1992).

SYARAT

Semua dental material harus memenuhi syarat-syarat fundamental sebelum dapat


digunakan secara klinis pada pasien, tidak terkecuali resin akrilik. Berikut adalah syarat-
syarat standar dental material:

1) Biologis : tidak memiliki rasa, tidak berbau, tidak toksik, dan tidak mengiritasi jaringan
rongga mulut, tidak boleh larut dalam saliva atau cairan lain yang dimasukkan ke dalam
mulut, dan tidak dapat ditembus cairan mulut.
2) Fisik : memiliki kekuatan dan kepegasan serta tahan terhadap tekanan gigit atau
pengunyahan, tekanan benturan, serta keausan berlebihan yang dapat terjadi di dalam
rongga mulut. Resin akrilik jugalah harus stabil dimensinya dibawah semua keadaan,
termasuk perubahan termal serta variasi-variasi dalam beban.
3) Estetik : menunjukkan transluensi atau transparansi yang cukup sehingga cocok dengan
penampilan jaringan mulut yang digantikan, harus dapat diwarnai atau dipigmentasi, dan
harus tidak berubah warna atau penampilan setelah pembentukan.

24
4) Karakteristik penanganan : tidak boleh menghasilkan uap atu debu toksik selama
penanganan dan manipulasi, mudah diaduk, dimasukkan, dibentuk, dan diproses, mudah
dipoles, dan pada keadaan patah yang tidak disengaja, resin harus dapat diperbaiki
dengan mudah dan efisien.
5) Ekonomis : biaya resin dan penanganannya haruslah rendah, dan proses tersebut tidak
memerlukan peralatan kompleks serta mahal (Phillips, 1996)
Menurut Anusavice tahun 2003, syarat-syarat yang dibutuhkan untuk resin akrilik yaitu :
a. Tidak toksis dan tidak mengiritasi.
b. Tidak terpengaruh cairan rongga mulut.
c. Mempunyai modulus elastisitas tinggi sehingga cukup kaku pada bagian yang tipis.
d. Mempunyai proporsional limits yang tinggi, sehingga jika terkena stress tidak mudah
mengalami perubahan bentuk yang permanent.
e. Mempunyai kekuatan impact tinggi sehingga tidak mudah patah atau pecah jika terbentur
atau jatuh.
f. Mempunyai fatigue strength tinggi sehingga akrilik dapat dipakai sebagai bahan restorasi
yang cukup lama.
g. Keras dan memiliki daya tahan yang baik terhadap abrasi.
h. Estetis cukup baik, hendaknya transparan atau translusen dan mudah dipigmen. Warna
yang diperoleh hendaknya tidak luntur.
i. Radio-opacity, memungkinkan bahan dapat dideteksi dengan sinar x jika tertelan.
j. Mudah direparasi jika patah.
k. Mempunyai densitas rendah untuk memudahkan retensinya di dalam mulut.
l. Mudah dibersihkan.

2. Proses manipulasi dan faktor yang mempengaruhi


PROSES MANIPULASI
Manipulasi adalah suatu bentuk tindakan atau proses rekayasa terhadap
sesuatu dengan menambah ataupun mengurangi variable yang berkaitan guna
mencapai sifat fisik maupun mekanik yang dikehendaki. Dengan demikian,
apabila manipulasi dilakukan pada resin akrilik memiliki tujuan agar resin
akrilik ini nantinya mampu memenuhi persyaratan sebagai material yang
digunakan pada kedokteran gigi dengan sifat fisik dan mekanik yang sesuai
dengan pengaplikasiannya pada kedokteran gigi.
Manipulasi kedokteran gigi meliputi : menentukkan perbandingan polimer
dan monomer, pencampuran keduanya, pengisian, serat terakhir adalah proses
curring.
o Perbandingan monomer dan polimer

25
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa resin akrilik dikemas
dalam dua bentuk yaitu cairan (yang mengandung poli (metil
metakrilat)/PMMA yang tidak terpolimerasi atau dengan kata lain dalam
bentuk monomer) dan bubuk ( berupa PMMA prapolimerasi yang
berbentuk butiran-butiran halus. Perbandingan keduanya sangat penting
bila digunakan untuk pengaplikasian di kedokteran gigi, semisal
pembuatan protesa, hal ini dikarenakan konsistensi yang tepat diantara
keduanya mampu menghasilkan sifat fisik dan mekanik yang tepat pula.
Perbandingan yang tidak sesuai antara bubuk dan cairan mampu
menyebabkan pengerutan volumetrik dan pengerutan secara linier. Selain
itu keadaaan dimana:
Konsentrasi Bubuk > Cairan
Keadaan ini mampu menyebabkan terbentuknya granula-granula pada
adonan. Hal ini dikarenakan bubuk tidak sepenuhnya mampu dibasahi
oleh cairan
Konsentrasi Cairan > Bubuk
Keadaan ini mampu menyebabkan kontraksi pada adonan resin akrilik,
akibatnya akan terjadi perubahan dimensi yang tampak, serta adanya
pengerutan volumetrik dan linier yang telah dijelaskan sebelumnya.

Akibat yang paling harus diwaspadai dari ketidaktepatan


perbandingan ini adalah mampu menghasilkan monomer sisa. Dimana
monomer sisa ini apabila bereaksi dengan jaringan rongga mulut
terutama fibroblas akan menimbulkan respon iritasi, hal ini sangat
dihindari pada tindakan kedokteran gigi karena menimbulkan
ketidaknyamanan atau bahkan kerugian bagi pasien. Disamping itu
monomer sisa juga mampu bertindak sebagai plasticizer yang mampu
berakibat pada menurunnya sifat flexibel dari resin dan menurunkan
kekuatannya.
Untuk itu,dalam mencapai campuran antara bubuk dan cairan yang
tepat. Perbandingan antara bubuk dan cairan resin akrilik adalah 3:1
dilihat berdasarkan volumenya.
o Pencampuran

26
Tidakan berikutnya yang berkaitan dengan proses manipulasi setelah
menentukkan perbandingan yang tepat adalah pencampuran antara bubuk
(polimer) dan cairan(monomer).Begitu kedua variable ini dicampur akan
terbentuk beberapa tahap yang terlihat. Pada point ini yang perlu
diperhatikan adalah kemampuan dalam mengenali tahap-tahap tersebut
guna menentukan waktu yang tepat untuk dilakukan pengisian pada
mould. Jika tidak, akan berakibat pada adonan yang terlanjur menjadi
keras yang berujung pada ketidakmampuannya dilakukan pembentukan.
Atau bahkan campuran yang masih pada tahap lunak akibatnya dapat
berpengaruh terhadap perubahan dimensi nantinya, serta timbulanya
porositas.
Tahap yang nampak setelah dilakukan pencampuran antara cairan dan
bubuk adalah sebagai berikut:
a. Sandy stage
Tahap ini dicirikan dengan terbentuknya bentukan pasir basah. Ini
adalah bentuk respon mulai berinteraksinya bubuk dan cairan. Pada
tahap ini interaksi tingkat molekuler belum sepenuhnya terjadi atau
bahkan belum sama sekali.

b. Sticky stage

Pada tahap ini mulai terjadi interaksi antara bubuk dan cairan.
Dimana cairan mulai larut pada bubuk yang dapat berakibat pada
terdispersinya rantai polimer (pada bubuk) pada monomer (cairan).
Sehingga rantai polimer melepaskan jalinan ikatan yang berpengaruh
terhadap adukan yang secara fisual dapat dilihat dengan adanya
bentukan serat begitu adonan tersebut ditarik.

c. Dough Stage

Pada tahap ini adalah kesempurnaan dari sticky stage. Yaitu tahap
dimana polimer dalam jumlah besar telah terlarut sepenuhnya pada
monomer. Dengan demikian adukan yang terbentuk tidak lagi berserat
ataupun lengket. Bahkan tidak laki adanya bentukan rekatan pada

27
spatulan ataupun cawannya, yaitu benar-benar berbentuk adonan. Pada
tahap inilah yang dikatakan tahap paling tepat untuk dituangkan pada
mould.

d. Rubber hard stage

Tahap ini adalah tahap yang telah dikatakan sebelumnya, yaitu


ketika adukan sudah tidak lagi mampu dilakukan pembentukkan
dengan teknik kompresi konvensional . hal ini dikarenakan
sepenuhnya monomer bebas telah diuapkan dan polimer telah
seutuhnya masuk lebih jauh di antara monomer, sehingga adonan
nampak seperti karet dan tidak lagi memiliki kemampuan ketika
diregangkan.

o Pengisian

Tahap ini disebut juga dengan packing, yaitu tahap penuangan resin
kedalam mould. Pada proses manipulasi yang perlu diperhatikan pada
tahap pengisian ini adalah ketepatan bahan mengisi rongga mould. Apabila
terjadi keadaan:

a. Overpacking : akibatnya akan berpengaruh terhadap ketebalan berlebih


pada pembuatan basis proteosa yang nantinya akan mempengaruhi posisi
elemen gigi protesa di dalamnya.

b. Underpacking : sedangkan keadaan bahan yang tidak sepenuhnya


memenuhi rongga mould akan mampu menimbullkan porus.

Untuk menghindari over ataupun under packing. Dapat dilakukan dengan


pengisian pada rongga mould secara bertahap. Pada tahap selanjutnya setelah
dilakukan pengisian pada rongga mould adalah dilakukannya press dengan pada
kuvet. Kekuatan press yang diberikan pada kuvet sebesar 1000 psi selama 5 menit
kemudian sebesar 2200 psi selamat 5 menit juga. Selama proses press ini biasanya
ditemukan flash, yaitu adanya kelebihan bahan. Flash ini harus dibersihkan dan

28
dipisahakan dengan bagian resin yang mengisi mould. Setelah dilakukan ini tahap
berikutnya adalah dilakukannya curing.

o Curring

Proses curring adalah proses terjadinya pengerasan, dimana yang


menjadi komponen pembantu dalam terjadinya curring adalah dibagi
menjadi 4:

a. Heat curring : yaitu terjadinya curring yang diaktivasi dengan adanya


panas. Dimana panas yang diperlukan untuk terjadinya polimerasi dan
tercapainya curring yang sempurna adalah 740C (1650F) yang dilakukan
pada bak air dengan menjaga suhu tersebut selama 8-12 jam tanpa adanya
prosedur pendidihan terminal. Baru selanjutnya masuk ke tahap yang
kedua dengan meningkatkan suhu mencapai 100oC dan diproses selama 1
jam.

b. Self curring : cukup dilakukan pada suhu ruang dikarenakan aktivator


yang digunakan telah mengunakan amin tersier yang telah dijelaskan
sebelumnya pada klasifikasi

c. Light curring : proses curring dicapai dengan dipaparkannya cahaya


tampak dengan panjang gelombang sebesar 400-500nm dengan
kemampuan menembus ketebalan sebesar 5-6 mm dengan pemaparan
radiasi selama 10-25 menit.

3. Proses polimerisasi dan faktor yang mempengaruhinya

Saat monomer dan polimer diaduk dengan komposisi yang tepat, dihasilkan campuran
yang dapat diproses. Campuran yang dihasilkan akan melalui 5 tahap yang berbeda
(Anusavice, 2003) :

29
1 Sandy stage
Merupakan tahap pertama saat polimer dan monomer dicampur dan apabila diamati
maka adonan masih seperti pasir, sedikit kasar dan berbutir
2 Stringy stage
Pada tahap ini monomer menyerang permukaan masing-masing butiran polimer.
Beberapa rantai polimer terdispersi dalam monomer cair. Rantai-rantai polimer ini
melepaskan jalinan ikatan sehingga meningkatan kekentalan adukan. Tahap ini mempunyai
ciri yaitu berserat-serat dan lengkat bila ditarik.
3 Dough stage
Saat tahap dough stage jumlah rantai polimer yang memasuki larutan meningkat.
Terjadi larutan monomer dan polimer yang terlarut. Tetapi terdapat sejumlah polimer yang
masih belum terlarut. Waktu yang diperlukan untuk mencapai dough stage disebut dogging
time. Working time terjadi selama sampai fase dough stage berakhir yaitu selama lebih
kurang 3 menit. Bila fase ini berakhir campuran sudah tidak bisa dimanipulasi. Ciri-ciri lain
tahap dough stage ini yaitu adonan tidak melekat pada pot porselin yang digunakan.
(Wataha, hal: 257-280, 2000)
Setelah dough stage maka berlanjut ke tahap packing. Pada tahap ini adonan
dimasukkan ke dalam cetakan kuvet yang sebelumnya telah diolesi CMS (Cold Mould
Seal). Guna dari CMS ini adalah sebagai isolasi adonan dan sebagai pelapis mould. CMS
yang melapisi permukaan mould ini dapat menutupi porositas yang ada pada permukaan
mould sehingga adonan yang diletakkan tidak akan masuk pada porus tersebut. Selain itu,
CMS juga berfungsi sebagai separator agar adonan mudah dilepaskan. Setelah itu cetakan
dilapisi dengan plastik dan dilakukan pengepresan Tahap pengepressan kuvet dilakukan
berulangulang sampai bentuk dalam campuran tersebut sesuai dengan cetakan. Pada
pengepresan terakhir, plastik yang ada pada cetakan dilepas, kemudian dilakukan
pengepresan kembali dan dibiarkan dalam suhu kamar tanpa dilakukan curing seperti pada
resin akrilik heat cured. (Wataha, hal: 257-280, 2000)

4 Rubbery stage
Pada tahap rubbery ini, monomer yang ada pada adonan dihabiskan dengan
penguapan dan penembusan lebih jauh ke dalam butir-butir polimer yang masih tersisa. Ciri-
ciri tahap ini adalah adonan akan bersifat seperti karet, yaitu akan terasa kenyal dan akan
terasa memantul bila ditekan atau diregangkan.
5 Stiff stage

30
Pada tahap stiff ini, adonan akan berubah menjadi keras oleh karena adanya
penguapan monomer bebas. Ciri-ciri tahap ini adalah adonan akan tampak kering dan
memiliki ketahanan (tidak rusak) saat diberi perlakuan mekanik (ditarik, diregangkan).
Setelah mencapai tahap ini maka adonan dikeluarkan dari kuvet.

Pada tahap finishing, akrilik yang sudah jadi dirapikan dengan menggunakan
handpiece. Hal ini dilakukan agar permukaan akrilik menjadi lebih halus. kemudian akrilik
yang telah halus dipoles dengan menggunakan alat hingga menjadi mengkilap. (Wataha,
hal: 257-280, 2000)

Proses polimerisasi :

1. Aktivasi
Proses polimerisasi yang berguna untuk resin gigi umumnya teraktivasi melalui 1 dari
3 proses yaitu panas, kimia dan sinar.
a. Aktivasi panas
- Radikal bebas diperoleh dengan pemanasan benzoil peroksida.
- Selama pemanasan molekul benzoil peroksida pecah menjadi 2 radikal
bebas yang kemudian mengawali polimerisasi monomer metal metakrilat.
b. Secara kimia
- Pengaktifan secara kimia terjadi pada temperatur dalam mulut.
- Terdiri atas 2 reaktan yang bila diaduk bersama, mengalami reaksi kimia
yang menghasilkan radikal bebas.
- Selama penyimpanan, komponen harus dipisahkan satu sama lain, karena
terdiri dari 2 bagian.
c. Dengan sinar
- Dalam sistem ini, foton mengaktifkan inisiator unutk menghasilkan
radikal bebas unutk dapat memulai proses polimerisasi.
- Dalam restorasi gigi dengan proses pengerasan menggunakan cahaya,
menghasilkan radikal bebas bila terradisi oleh sinar tampak.
- Untuk memicu reaksi, diperlukan cahaya atau sinar dengan panjang
gelombang sekitar 470 nm.
2. Inisiasi
- Inisiasi merupakan tahap penggerak awal dari proses polimerisasi yang
membutuhkan radikal bebas, yaitu spesies kimia yang sangat mudah bereaksi
karena memiliki electron ganjil (tidak mempunyai pasangan), biasanya bagian
dari molekul yang lebih besar yang pecah oleh pemanasan.

31
- Radikal bebas dapat dihasilkan dengan mengaktifkan molekul monomer dengan
sinar ultraviolet, sinar biasa, panas, atau pengalihan energi dari komposisi lain
yang bertindak sebagai radikal bebas.
- Radikal bebas ini antara lain dapat diperoleh dari peroxide yang mengurai,
dimana satu molekul membentuk radikal bebas.
- Periode inisiasi adalah waktu dimana molekul-molekul inisiator menjadi
berenergi atau teraktivasi membentuk radikal bebas yang berinteraksi dengan
molekul monomer.

3. Propagasi

Tahap ini terjadi reaksi antara monomer dengan radikal bebas sebagai awal dari
terbentuknya rantai polimer. Monomer yang teraktivasi mengaktivkan monomer lainnya
agar dapat membentuk rantai polimer secara terus menerus.
4. Terminasi

Tahap ini tercapai bilamana dua radikal bebas bereaksi membentuk molekul yang
stabil. Perubahan dari rantai polimer satu ke yang lain, yang dalam beberapa situasi
terdiri atas monomer-monomer dan beberapa oligomer.

4. Aplikasi dibidang kedokteran gigi.


Pembuatan Basis Gigi Tiruan
Resin akrilik terutama polimetilmetakrilat (PMMA) telah diperkenalkan dan
dengan cepat menggantikan bahan basis gigi tiruan sebelumnya. Resin akrilik
digunakan karena memiliki sifat yang menguntungkan yaitu estetik, warna dan
tekstur mirip dengan gingiva sehinggga estetik di dalam mulut baik, daya serap air
relatif rendah dan perubahan dimensi kecil.
Sebagai Bahan Restorasi
Kelebihan resin akrilik untuk bahan restorasi antara lain daya alir tinggi, aplikasi
mudah setting dengan Light Curing selama 10 menit, dan menghasilkan permukaan
yang sangat halus dan mengkilat.
Bahan penambah post dam pada full denture
Pada gigi palsu dibuat pagaran 2 mm agar dam (jarak antara gigi palsu) tidak
kemasukkan saliva yang dapat membuat lepas
Restorasi gigi ; tambalan, inlay dan laminate (resin komposit)

32
Splint dan stents
Sebagai individual tray atau sendok cetak perorangan
Sendok cetak resin dibuat untuk menyesuaikan lengkung tertentu sehingga sering
disebut sendok cetak individual. Bahan yang digunakan adalah bahan self-cured resin.
Tetapi akhir-akhir ini sering digunakan bahan resin urethra dimetakrilat yang
diaktivasi sinar. Sendok cetak dari bahan ini mempunyai dimensi yang stabil selama
pasca polimerisasi tetapi rapuh dan melepaskan partikel bubuk selama proses
pengasahan.
Peralatan ortodonsia (plat ortodontik) dan Pedodonsia
Sebagai alat ortodonti lepasan
Dipakai sebagai plat dasar alat ortodontik lepasan yang berupa lempengan plat
akrilik berbentuk melengkung mengikuti permukaan palatum atau permukaan lingual
lengkung mandibula. Jenis resin yang dipakai adalah heat curing dan cold curing.
Bahan dari cold curing memiliki berat molekul lebih rendah sehingga pengkerutannya
lebih sedikit namun memiliki porositas lebih banyak sehingga kekuatannya lebih
rendah. Cold curing polimerisasinya lebih cepat sehingga waktu pengolahannya pun
singkat. Waktu pembuatan yang singkat ini membuat bahan ini cocok untuk
pembuatan alat ortodontik lepasan dan untuk reparasi plak akrilik. Selain itu cold
curing juga mudah dimanipulasi dalam pembuatan.
Protesa maksilofasial (obturator pada celah palatal)
Inlay dan post-core pattern
Relining
Relining adalah mengganti permukaan protesa yang menghadap jaringan. Bahan
yang biasa digunakan adalah self-cured. Namun juga digunakan resin yang diaktivasi
dengan energy panas, sinar, atau gelombang mikro yang nantinya akan menghasilkan
panas yang cukup besar dan distorsi basis protesa cenderung terjadi. Tahap awal dari
relining itu membersihkan permukaan yang menghadap jaringan untuk meningkatkan
perlekatan antara resin yang ada dengan bahan relining. Lalu resin yang tepat
dimasukkan dan dibentuk dengan teknik molding tekanan.
Rebasing
Rebasing adalah mengganti keseluruhan basis protesa. Bahan yang biasa
digunakan adalah sel-cured. Caranya adalah bahan self-cured dicampur sampai
konsistensi encer lalu dimasukkan ke daerah yang kan direparasi. Polimerisasi yang

33
timbul akan lebih sedikit apabila polimerisasi dilakukan di bawah tekanan hydrolic
hingga sebesar 250 kN/m pada suhu 40-50oC.
Die lepasan
Pelindung Mulut untuk atlet

BAB III

KESIMPULAN

Resin akrilik adalah jenis resin termoplastik, di mana merupakan senyawa kompon non
metalik yang dibuat secara sintesis dari bahan-bahan organik. Resin akrilik dapat dibentuk
selama masih dalam keadaan plastis, dan mengeras apabila dipananaskan. Pengerasan terjadi
oleh karena terjadinya reaksi polimerisasi adisi antara polimer dan monomer. Resin
diklasifikasikan menjadi resin alami dan sintetis (resin akrilik) berdasarkan asal. Ada tiga jenis
resin akrilik berdasarkan polimerisasinya: heat cured, self cured, dan light cured. Juga
berdasarkan pembuatannya dibagi menjadi, compression moulding dan injection moulding.
Komposisi resin yaitu bubuk polimer poli metil metakrilat dan cairan monomer metil metakrilat.
Resin akrilik harus memenuhi syarat biologis, fisis, estetis, ekonomis, dan mekanis untuk dapat
diaplikasikan dalam kedokteran gigi. Aplikasi umum resin akrilik dalam kedokteran gigi adalah
basis protesa, restorasi, dll.

34
DAFTAR PUSTAKA

Annusavice, Kenneth J. 2003. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC.

Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah : Slamat Tarigan. Jakarta : Balai Pustaka

Craig, Robert G, and John M. Power. 2002. Restorative Dental Material: 11th edition. United
State of America : Mosby.

Park SE, Chao M, Raj PA. Mechanical Properties of Surface-Charged Poly(Methyl Metacrylate)
as Denture Resins. J Dent 2009; 37: 66 - 70

Durkan R et al. In vitro Comparison of Autoclave Polymerization on the Transverse Strength of


Denture Base Resins. Dental Material Journal 2008 ; 27 (4) : 640 2

Chirtoc M, Bicanic DD, Hitge ML, et al. Monitoring the Polymerization Process of Acrylic
Resins. J Prosthet Dent 1995; 8 : 259-64

35
36

Anda mungkin juga menyukai