RESIN AKRILIK
OLEH :
SHINTA NOVIANTI
10618089
DOSEN PEMBIMBING :
Drg. Rudi S, Sp.Prost
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Resin akrilik basis gigi tiruan dikemas dalam sistem bubuk-cairan. Cairan
mengandung metil metakrilat tidak terpolimer dan bubuk mengandung polimetil
metakrilat pra-polimerisasi dalam bentuk butir-butir kecil. Jenis resin akrilik tersedia
dalam berbagai bentuk, diantaranya resin polimerisasi panas (heat-cured resins), resin
polimerisasi kimia (cold-cured resins), dan resin polimerisasi sinar (visible-light cured
resins). Polimerisasi tersebut dapat menggunakan energi gelombang mikro dan panas
yang akan menyebabkan dekomposisi benzoil peroksida dan terbentuknya radikal
bebas (Anusavice, 2004). Penambahan radikal bebas berubah menjadi bentuk
polimetil metakrilat (PMMA) dengan monomer metil metakrilat (MMA). Konversi
dari monomer menjadi polimer melibatkan tahapan yang meliputi aktivasi, inisiasi,
propagasi, dan terminasi (Noort, 2007).
Resin akrilik sering digunakan sebagai bahan untuk membuat gigi tiruan, baik
gigi tiruan sebagian lepasan, gigi tiruan lengkap, dan gigi tiruan sementara karena
memiliki kualitas estetik yang baik, harga terjangkau, dan mudah untuk diproses
(Diaz-arnold et al. 2008., Noort 2008)
Masalah yang sering timbul dalam pemakaian gigi tiruan yaitu fraktur atau
patahnya gigi tiruan (Aditama et al., 2016). Ada dua kekuatan yang dapat membuat
fraktur pada basis gigi tiruan, yaitu kekuatan impak dan kekuatan fleksural
(Anusavice, 2003). Kekuatan fleksural atau disebut juga kekuatan transversal dari
resin akrilik merupakan kemampuan resin akrilik untuk menahan sejumlah beban
mastikasi tanpa terjadi fraktur (Diaz-arnold et al., 2008). Faktor yang mempengaruhi
kekuatan fleksural resin akrilik antara lain adalah cara memanipulasi, jumlah
monomer sisa, dan banyaknya mikroporositas (Pantow et al., 2015).
Hal yang dapat dilakukan dalam menambah kekuatan resin akrilik yaitu
dengan menambahkan fiber karena sifat fiber yang estetik, mampu meningkatkan sifat
fisik dan mekanik dari resin akrilik, dan juga mampu meningkatkan kekuatan
fleksural plat resin akrilik (Sitorus & Dahar, 2012). Salah satu komponen penguat
dalam resin akrilik adalah serat alam. Serat alam memiliki kelebihan yang dimiliki
serat alam itu sendiri yaitu dapat didaur ulang, dapat diperbarui dan dapat terdegradasi
di lingkungan. Serat alam juga memiliki sifat mekanik yang baik dan dapat diperoleh
dengan harga yang murah dibanding serat sintetik (Subyakto et al., 2009).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian resin akrilik?
2. Apa saja jenis-jenis resin akrilik?
3. Alat apa saja yang akan digunakan untuk prosesing resin akrilik?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian resin akrilik.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis resin akrilik.
3. Untuk mengetahui alat-alat yang digunakan pada saat prosesing resin akrilik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Resin Akrilik
1. Definisi
2. Komposisi
Komposisi Resin Akrilik heat cured
Komposisi
Bubuk Polimer Butir-butir polimetilmetakrilat
Inisiator Suatu peroksida seperti benzoil
peroksida (sekitar 0,5%)
Pigmen Garam-garam kadmium atau
besi atau pewarna organik
Likuid Monomer Metilmetakrilat
Bahan pwngikat-silang Etilenglikoldimetakrilat (sekitar
10%)
Inhibitor Hidrokuinon (amat sangat
sedikit)
Aktivator N N’-dimetil-p-toluidin (sekitar
1%)
(McCabe dan Walls, 2014)
Sebelum dilaplikasikan pada pasien, resin akrilik harus
dimanipulasi dan diolah sedemikian rupa sehingga memenuhi kriteria
pengaplikasian klinis yang baiak. Menurut Krisnawati, tahun 2015
Resin akrilik heat cured dimanipulasi dengan beberapa tahapan sebagai
berikut:
1) Induksi
Merupakan masa permulaan berubahnya molekul dari
inisiator menjadi bergerakatau bertenaga, dan memulai
memindahkan energi pada molekul monomer. Prosespolimerisasi
induksi umumnya teraktivasi melalui salah satu dari tiga proses
yaitupanas, sinar dan kimia (Krisnawati, 2015).
2) Propagasi
Tahap pembentukan rantai yang terjadi karena adanya
pengaktifan monomer.Kemudian terjadi reaksi antara monomer
dengan radikal bebas (Krisnawati, 2015).
3) Transfer Rantai
Tahap pengikatan antar rantai polimer dan monomer.
Rantai yang telah diakhiridapat diaktifkan kembali dengan
pemindahan rantai dan rantai tersebut akan terusberikatand
(Krisnawati, 2015).
4) Terminasi
Terjadi karena adanya reaksi antara radikal bebas 2 rantai yang sedang
tumbuhsehingga terbentuk molekul yang stabil. Reaksi rantai dapat
diakhiri, baik denganpenggabungan langsung atau pertukaran atom
hidrogen dari satu rantai yangtumbuh ke rantai yang lain
(Krisnawati, 2015).
3. Sifat-sifat
Resin akrilik mempunyai sifat sebagai berikut :
1. Berat molekul
2. Sisa monomer
4. Retak
Terjadi akibat adanya kekuatan tarik yang dapat
menyebabkan terpisahnyamolekul-molekul primer (Wijayanti,
2012).
5. Kestabilan dimensi
6. Fraktur
a) Sifat-sifat fisikal
Suatu material basis gigi tiruan yang ideal warnanya harus
sesuai dengan warna natural jaringan periodontal.
Pentingnya hal initergantung pada apakah basis akan
tertampakkan saat penderitamembuka mulutnya.
Suatu polimer yang digunakan untuk membentuk basis
gigitiruan, harus mempunyai nilai suhu transisi kaca
(glasstransition temperature/Tg) yang cukup tinggi untuk
mencegahpelunakan dan distorsi selama penggunaan gigi
tiruan tersebut.
Basis harus mempunyai stabilitas dimensional yang baik
agarbentuk gigi tiruan tidak berubah pada jangka waktu
tertentu.
Material secara ideal harus mempunyai nilai gravitasi
spesifikrendah (specific gravity) agar gigi tiruan dapat
menjadi seringanmungkin. Keadaan ini mengurangi tekanan
pemindahangravitasional (gravitional displacing forces)
yang dapat bereaksiterhadap gigi tiruan rahang atas.
Basis gigi tiruan secara ideal harus radiopak (McCabe dan
Walls, 2014).
b) Sifat-sifat mekanikal
Basis gigi tiruan harus kaku, dalam hal ini nilai
moduluselastisitas yang tinggi sangat dibutuhkan. Nilai
limit elastis yangtinggi dibutuhkan untuk memastikan
bahwa Stress yang diterima saat menggigit dan mengunyah
tidak menyebabkan deformasipermanen. Kombinasi dari
nilai modulus elastisitas yang tinggidan nilai limit elastis
yang tinggi dapat memberikan tambahankeuntungan yaitu
akan memungkinkan basis dapat dibuat tipis.
Basis gigi tiruan harus mempunyai kekuatan lentur
( flexural strength) yang cukup untuk menahan fraktur.
Material basis gigi tiruan harus mempunyai daya tahan
yangcukup tehadap abrasi (abrasion resistance) untuk
mencegahpemakaian berlebihan (excessive wear ) dari
material pembersihyang abrasif maupun dari bahan
makanan (McCabe dan Walls, 2014).
4. Sifat-sifat kimiawi
Material basis gigi tiruan harus merupakan bahan yang
secarakimiawi bersifat lamban (inert ) dalam penyerapan.
Secaraumum, bahan ini harus tidak larut dalam cairan oral
dan tidakmenyerap air atau saliva karena keadaan tersebut
dapatmengubah sifat-sifat mekanikal material
dan menyebabkan gigitiruan menjadi tidak higenis
(McCabe dan Walls, 2014).
5. Sifat-sifat biologikal
Pada keadaan yang tidak dicampur, material basis gigi
tiruanharus tidak berbahaya bagi operator berkaitan
denganpengolahannya
Material basis gigi tiruan yang mengeras harus tidak toksik
dantidak mengiritasi pasien (McCabe dan Walls, 2014).
6. Sifat-sifat lainnya
Suatu material basis gigi tiruan yang ideal harus relatif
tidakmahal dan mempunyai masa pakai panjang sehingga
dapatdisimpan tanpa menjadi rusak.
Material harus dapat dengan mudah dimanipulasi
untukpemrosesannya.
Material harus mudah diperbaiki saat terjadi fraktur
(McCabe dan Walls, 2014).
7. Tahap polimerisasi
Apabila monomer dan polimer diaduk dalam perbandingan
yang tepat, akan dihasilkan campuran yang dapat diproses. Campuran
yang akan dihasilkan telah melewati 5 tahap yang berbeda yaitu:
1) Sandy atau tahap berpasir
Pada tahap ini terdapat sedikit atau tidak ada interaksi pada
tingkat molekuler. Butir-butir polimer tetap atau belum mengalami
perubahan. Konsistensi adonan dapat digambarkan sebagai ‘kasar’
atau ‘berbutir’ (Anusavice, 2003).
8. Klasifikasi
a) Resin akrilik teraktivasi dengan panas (head cured)
3. Air
8. Plastik selopan
Alat-alat
1. Masker
2. Sarung tangan
3. Mikromotor
5. Kuvet
6. Alat press
7. Pisau malam
8. Pisau model
9. Bowl
10. Spatula
14. Vibrator
15. Amplas
16. Bur polishing
10. Manipulasi
2) Pencampuran
3) Pengisian
a. Merah : Kasar
b. Hijau : Standart/ sedang
c. Putih : Halus
PENUTUP
A. Kesimpulan
Resin akrilik merupakan bahan kedokteran gigi yang sering digunakan baik dalam
pembuatan basis gigi tiruan lepasan maupun alat orthodontik lepasan. Resin akrilik
terdiri dari polimetil metakrilat sebagai polimernya dan monomer metil metakrilat.
Keunggulan resin akrilik yaitu harga murah, estetik yang baik, kekuatan tinggi,
menyerap air rendah, mudah dilakukan reparasi, proses manipulasi mudah karena
tidak memerlukan peralatan yang rumit. Karena hal tersebutlah resin akrilik menjadi
bahan kedokteran gigi yang cukup populer dan sering menjadi pilihan dokter gigi.
Salah satu sifat dari resin akrilik yaitu menyerap air yang menyebabkan tidak
stabilnya dimensi. Ketika PMMA ditempatkan pada lingkungan basah relative sedikit
menyerap air. Namun, air yang terserap ini menimbulkan efek yang nyata pada sifat
mekanis dan dimensi polimer (Anusavice, 2004; Agarwal et al., 2015). Hasil
penelitian Rimple tahun 2011, menjelaskan bahwa perubahan dimensi karena
penyerapan air terjadi pada tujuh hari pertama. Pada hari ke-21 terjadi penstabilan dan
keseimbangan penyerapan air pada resin akrilik. Maka dari itu hari ke 21-28 tidak
terjadi lagi perubahan dimensi. Resin akrilik di dalam mulut akan stabil dan jika
terjadi perubahan dimensi setelah waktu 3 minggu hal tersebut tidak disebabkan oleh
penyerapan air tetapi dikarenakan factor klinik seperti patah karena jatuh. Pada
penelitian Gharechahi tahun 2014 menjelaskan bahwa perubahan dimensi karena
penyerapan air terjadi pada waktu 24 jam, 48 jam dan batas interval 12 hari (Rimple,
2011; Gharechahi et al., 2014).
B. Saran
Anusavice KJ. Philips: Buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi 10th ed. Jakarta: EGC; 2003.
Anusavice, K. (2013) Phillips :Science of Dental Materials. 12th edn. USA:Elsevier Saunders
Company.
Gharechahi, J., Asadzadeh, N., Shahabian, F., et al. 2014. Dimensional Changes of Acrylic
Resin Denture Bases: Conventional Versus Injection-Molding Technique. Journal of
Dentistry Tehran University of Medical Sciences Iran Vol. 11(4).
Khindria, S. K., Mittal. S., Sukhija, V. 2009. Evolution of denture base material, J. Indian
Prost Soc ; 9 : 64
Krisnawati, F. (2015) Perbedaan Pengaruh Ekstrak Buah Lerak (Sapindus rarak DC.) 0,01% sebagai
Pembersih Gigi Tiruan Terhadap Candidaalbicans pada Lempeng Resin Akrilik dan
nilon termoplastik .Universitas Jember.
Larasati DM, Firsty KN, Yogiartono M. Efectiveness of ellagic acid that contains in
strawberry for acrylic discoloration. J. Asia Pasifik Dent.Students; 2012 Jun: 3(3)
McCabe, J. F. and Walls, A. W. . (2014). Bahan Kedokteran Gigi. 9th edn.Jakarta: EGC
Nany K. Rahmawati, H. Lanny S. 2013. Modul Teori Penggunaan danPemeliharaan Alat-alat
Kesehatan Gigi ( PPAKG )
Rimple, Gupta, A., Kamra, M. 2011. An Evaluation of the Effect of Water Sorption on
Dimensional Stability of the Acrylic Resin Denture Bases. International Journal of
Contemporary Dentistry Vol. 2(5). Pp. 43-48.
Serra G, de Morais LS, Elias CN. Surface morphology changes of acrylic resinsduring
finishing and polishing phases. Dental Press J Orthod 2013;18(6): 26-30.
Yuliati A. Viabilitas sel fibroblas BHK_21 pada pemukaan resin akrilik rapid heat cured.
Maj. Ked. Gigi (Dent.J); 2005 Apr-Jun: 38(2): 68-72.
Van-Noort, Richard. (2007). Dental Materials. London: Elsevier Limited