Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM BIOMATERIAL II

RESIN AKRILIK

OLEH :
SHINTA NOVIANTI
10618089

DOSEN PEMBIMBING :
Drg. Rudi S, Sp.Prost

PROGRAM STUDI S1 KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Resin akrilik atau polimetil metakrilat merupakan biomaterial yang


dikembangkan pada tahun 1930-an dan pertama kali digunakan di bidang kedokteran
gigi tahun 1940. Penggunaan resin akrilik ini secara umum meliputi, mahkota jaket
sementara, sendok cetak fisiologis, dan plat basis gigi tiruan (Gladwin, 2009). Craig
(2004) menyatakan bahwa, hampir 95% dari bahan yang digunakan dalam pembuatan
gigi tiruan adalah resin akrilik. Pemilihan bahan resin akrilik tersebut memenuhi
beberapa kriteria yang dibutuhkan, diantaranya: kualitas secara estetik, murah dan
mudah dalam proses manipulasinya (Noort, 2007). Polimer resin akrilik yang
menyusun basis gigi tiruan dipilih juga berdasarkan keberadaannya, kestabilan
dimensi, karakteristik penanganan, warna, dan kekompakkan terhadap jaringan mulut,
sehingga plat basis gigi tiruan banyak terbuat dari resin akrilik (Anusavice, 2004).

Polimetil metakrilat yang merupakan bahan dasar resin akrilik mempunyai


beberapa keunggulan antara lain estetik yang baik, kekuatan tinggi, menyerap air
rendah, daya larut rendah, mudah dilakukan reparasi, proses manipulasi mudah karena
tidak memerlukan peralatan yang rumit. Disamping mempunyai keuntungan, resin
akrilik juga mempunyai kekurangan yaitu mudah patah apabila jatuh pada permukaan
yang keras atau akibat kelelahan bahan serta mengalami perubahan warna karena
lama pemakaian. Selain itu, bahan ini juga mepunyai sifat porus yang merupakan
tempat ideal untuk pengendapan sisa makanan sehingga mokroorganisme dapat
tumbuh dan berkembang biak (Yuliati A,2005).

Resin akrilik basis gigi tiruan dikemas dalam sistem bubuk-cairan. Cairan
mengandung metil metakrilat tidak terpolimer dan bubuk mengandung polimetil
metakrilat pra-polimerisasi dalam bentuk butir-butir kecil. Jenis resin akrilik tersedia
dalam berbagai bentuk, diantaranya resin polimerisasi panas (heat-cured resins), resin
polimerisasi kimia (cold-cured resins), dan resin polimerisasi sinar (visible-light cured
resins). Polimerisasi tersebut dapat menggunakan energi gelombang mikro dan panas
yang akan menyebabkan dekomposisi benzoil peroksida dan terbentuknya radikal
bebas (Anusavice, 2004). Penambahan radikal bebas berubah menjadi bentuk
polimetil metakrilat (PMMA) dengan monomer metil metakrilat (MMA). Konversi
dari monomer menjadi polimer melibatkan tahapan yang meliputi aktivasi, inisiasi,
propagasi, dan terminasi (Noort, 2007).

Resin akrilik sering digunakan sebagai bahan untuk membuat gigi tiruan, baik
gigi tiruan sebagian lepasan, gigi tiruan lengkap, dan gigi tiruan sementara karena
memiliki kualitas estetik yang baik, harga terjangkau, dan mudah untuk diproses
(Diaz-arnold et al. 2008., Noort 2008)

Masyarakat pada umumnya menggunakan gigi tiruan dengan bahan dasar


resin akrilik (Aditama et al., 2016). Keuntungan yang dimiliki resin akrilik sebagai
basis gigi tiruan adalah memiliki sifat yang tidak toksik, mudah dalam proses reparasi
apabila terjadi kerusakan, dan mudah dalam proses pembuatannya (Rahman, 2017),
namun kekurangan yang dimiliki dari resin akrilik, yaitu keterbatasan terhadap
kekuatan benturan, dan juga mudah fraktur (Kurniawan et al., 2011).

Masalah yang sering timbul dalam pemakaian gigi tiruan yaitu fraktur atau
patahnya gigi tiruan (Aditama et al., 2016). Ada dua kekuatan yang dapat membuat
fraktur pada basis gigi tiruan, yaitu kekuatan impak dan kekuatan fleksural
(Anusavice, 2003). Kekuatan fleksural atau disebut juga kekuatan transversal dari
resin akrilik merupakan kemampuan resin akrilik untuk menahan sejumlah beban
mastikasi tanpa terjadi fraktur (Diaz-arnold et al., 2008). Faktor yang mempengaruhi
kekuatan fleksural resin akrilik antara lain adalah cara memanipulasi, jumlah
monomer sisa, dan banyaknya mikroporositas (Pantow et al., 2015).

Hal yang dapat dilakukan dalam menambah kekuatan resin akrilik yaitu
dengan menambahkan fiber karena sifat fiber yang estetik, mampu meningkatkan sifat
fisik dan mekanik dari resin akrilik, dan juga mampu meningkatkan kekuatan
fleksural plat resin akrilik (Sitorus & Dahar, 2012). Salah satu komponen penguat
dalam resin akrilik adalah serat alam. Serat alam memiliki kelebihan yang dimiliki
serat alam itu sendiri yaitu dapat didaur ulang, dapat diperbarui dan dapat terdegradasi
di lingkungan. Serat alam juga memiliki sifat mekanik yang baik dan dapat diperoleh
dengan harga yang murah dibanding serat sintetik (Subyakto et al., 2009).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian resin akrilik?
2. Apa saja jenis-jenis resin akrilik?
3. Alat apa saja yang akan digunakan untuk prosesing resin akrilik?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian resin akrilik.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis resin akrilik.
3. Untuk mengetahui alat-alat yang digunakan pada saat prosesing resin akrilik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Resin Akrilik
1. Definisi

Resin akrilik merupakan hasil polimerisasi akrilat atau asam


metakrilat atau turunannya, digunakan untuk pembuatan prostesis medis
serta restorasi dan peralatan gigi.6 Polimetil metakrilat merupakan
material dasar dari resin akrilik di bidang kedokteran gigi yang digunakan
sebagai salah satu pilihan material pembuatan basis gigi tiruan lepasan.1
Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam
rumus strukturnya (Larasati DM, 2010).

Polimetilmetakrilat adalah resin transparan dengan kejernihan ynag


luar biasa. Bahan ini merupakan resin keras dengan nilai kekerasan Knoop
18-20. Kekuatan tariknya sekitar 60 Mpa dan kepadatannya 1,19 g/cm3 .
Modulus elastisitas sekitar 2,4 Gpa (2400Mpa). Polimetil metakrilat
menunjukkan kecenderungan menyerap air melalui proses imbibisi. Salah
satu keuntungan bahan ini sebagai bahan basis protesa adalah relatif
mudah pengerjaannya.

2. Komposisi
 Komposisi Resin Akrilik heat cured

Sebagian besar resin polimetil metakrilat terdiri dari serbuk


dan komponen cair. Serbuk terdiri dari polimetil metakrilat dan
sejumlah kecil benzoil peroksida sebagai inisiator, yang
bertanggung jawab untuk memulai proses polimerisasi. Cairan
didominasi oleh non-polimerisasi metil metakrilat monomer
dengan sejumlah kecil hydroquinone. Hydroquinone ditambahkan
sebagai inhibitor, yang mencegah polimerisasi yang tidak
diinginkan atau pengaturan dari cairan selama penyimpanan.
Inhibitor juga menghambat proses kuring, dan dengan demikian
meningkatkan waktu kerja (Anusavice, 2013).

Agen cross-link juga dapat ditambahkan ke cairan. Glikol


metakrilat digunakan umumnya sebagai agen silang di polimetil
metakrilat resin pada basis gigi tiruan. Glikol dimetakrilat secara
kimiawi dan struktural mirip dengan metil metakrilat. Oleh karena
itu, dapat dimasukkan ke dalam rantai polimer. Perlu digaris
bawahi, bahwa metil metakrilat memiliki satu ikatan karbon ganda
per molekul dan glikol dimetakrilat memiliki dua ikatan ganda per
molekul. Sebagai hasilnya, sebuah molekul individu glikol
dimetakrilat dapat berpartisipasi dalam polimerisasi dua rantai
polimer yang terpisah yang menyatukan dua rantai polimer. Jumlah
dimetakrilat glikol yang cukup termasuk dalam campuran,
beberapa interkoneksi dapat dibentuk dan pembengkakan pelarut
dapat terjadi, seperti yang disebabkan oleh paparan etanol dalam
minuman beralkohol. Interkoneksi ini menghasilkan struktur
netlike yang menyebabkan peningkatan ketahanan terhadap
perubahan bentuk. Agen silang dimasukkan ke dalam komponen
cair pada konsentrasi 1% sampai 2% dari volume (Anusavice,
2013).

Komposisi material basis gigi tiruan akrilik

Komposisi
Bubuk Polimer Butir-butir polimetilmetakrilat
Inisiator Suatu peroksida seperti benzoil
peroksida (sekitar 0,5%)
Pigmen Garam-garam kadmium atau
besi atau pewarna organik
Likuid Monomer Metilmetakrilat
Bahan pwngikat-silang Etilenglikoldimetakrilat (sekitar
10%)
Inhibitor Hidrokuinon (amat sangat
sedikit)
Aktivator N N’-dimetil-p-toluidin (sekitar
1%)
(McCabe dan Walls, 2014)
Sebelum dilaplikasikan pada pasien, resin akrilik harus
dimanipulasi dan diolah sedemikian rupa sehingga memenuhi kriteria
pengaplikasian klinis yang baiak. Menurut Krisnawati, tahun 2015
Resin akrilik heat cured dimanipulasi dengan beberapa tahapan sebagai
berikut:

1) Induksi
Merupakan masa permulaan berubahnya molekul dari
inisiator menjadi bergerakatau bertenaga, dan memulai
memindahkan energi pada molekul monomer. Prosespolimerisasi
induksi umumnya teraktivasi melalui salah satu dari tiga proses
yaitupanas, sinar dan kimia (Krisnawati, 2015).

2) Propagasi
Tahap pembentukan rantai yang terjadi karena adanya
pengaktifan monomer.Kemudian terjadi reaksi antara monomer
dengan radikal bebas (Krisnawati, 2015).

3) Transfer Rantai
Tahap pengikatan antar rantai polimer dan monomer.
Rantai yang telah diakhiridapat diaktifkan kembali dengan
pemindahan rantai dan rantai tersebut akan terusberikatand
(Krisnawati, 2015).

4) Terminasi
Terjadi karena adanya reaksi antara radikal bebas 2 rantai yang sedang
tumbuhsehingga terbentuk molekul yang stabil. Reaksi rantai dapat
diakhiri, baik denganpenggabungan langsung atau pertukaran atom
hidrogen dari satu rantai yangtumbuh ke rantai yang lain
(Krisnawati, 2015).

3. Sifat-sifat
Resin akrilik mempunyai sifat sebagai berikut :

1. Berat molekul

Polimer bubuk memiliki berat molekul sebesar 500.000


sampai 1.000.000Monomer memiliki berat molekul sebesar 100
Polimer yang telah diprosesmemiliki berat molekul sebesar 1.200.000
(Wijayanti, 2012).

2. Sisa monomer

Sisa monomer berpengaruh pada berat molekul rata-rata,


walaupun telahdilakukan proses pembuatan akrilik dengan benar.
Pembuatan akrilik yangdilakukan pada suhu yang terlalu rendah dan
dalam waktu yang singkat menghasilkan sisa monomer yang lebih
besar. Hal ini sebaiknya dicegahkarena dapat menyebabkan hal-hal
sebagai berikut :

 Sisa monomer dapat lepas dari gigi tiruan dan dapat


mengiritasi jaringanmulut.
 Sisa monomer akan bertindak sebagai plasticiser dan
membuat resinmenjadi lunak dan lebih lentur.
 Porusitas dapat memberi pengaruh yang tidak
menguntungkan padakekuatan dan sifat-sifat optis resin
akrilik (Wijayanti, 2012).
3. Absorbsi air

Absorbsi air selama pemakaian mencapai keseimbangan


sekitar 2%.Absorpsi air dapat menimbulkan kenaikan berat akrilik
sebesar 1%,sehingga menyebabkan ekspansi linear sebesar 0,23%.
Sebaliknya,pengeringan bahan ini dapat menimbulkan kontraksi.
Oleh karena itu, bahanhendaknya selalu dijaga kelembabannya
(Wijayanti, 2012).

4. Retak
Terjadi akibat adanya kekuatan tarik yang dapat
menyebabkan terpisahnyamolekul-molekul primer (Wijayanti,
2012).

5. Kestabilan dimensi

Kestabilan dimensi berhubungan dengan absorbsi air dan


hilangnya internalstress selama pemakaian gigi tiruan (Wijayanti,
2012).

6. Fraktur

Terjadi karena adanya Impact (gigi tiruan jatuh pada


permukaan yang keras) dan Fatigue (gigi tiruan mengalami bending
secara berulang-ulang selamapemakaian) (Wijayanti, 2012).

Kebutuhan-kebutuhan suatu material basis gigi tiruan dapat


dinyatakandengan tepat dengan istilah sifat-sifat fisikal, mekanikal,
kimiawi,biologikal, dan lain-lainnya, sebagai berikut :

a) Sifat-sifat fisikal
 Suatu material basis gigi tiruan yang ideal warnanya harus
sesuai dengan warna natural jaringan periodontal.
Pentingnya hal initergantung pada apakah basis akan
tertampakkan saat penderitamembuka mulutnya.
 Suatu polimer yang digunakan untuk membentuk basis
gigitiruan, harus mempunyai nilai suhu transisi kaca
(glasstransition temperature/Tg) yang cukup tinggi untuk
mencegahpelunakan dan distorsi selama penggunaan gigi
tiruan tersebut.
 Basis harus mempunyai stabilitas dimensional yang baik
agarbentuk gigi tiruan tidak berubah pada jangka waktu
tertentu.
 Material secara ideal harus mempunyai nilai gravitasi
spesifikrendah (specific gravity) agar gigi tiruan dapat
menjadi seringanmungkin. Keadaan ini mengurangi tekanan
pemindahangravitasional (gravitional displacing forces)
yang dapat bereaksiterhadap gigi tiruan rahang atas.
 Basis gigi tiruan secara ideal harus radiopak (McCabe dan
Walls, 2014).
b) Sifat-sifat mekanikal
 Basis gigi tiruan harus kaku, dalam hal ini nilai
moduluselastisitas yang tinggi sangat dibutuhkan. Nilai
limit elastis yangtinggi dibutuhkan untuk memastikan
bahwa Stress yang diterima saat menggigit dan mengunyah
tidak menyebabkan deformasipermanen. Kombinasi dari
nilai modulus elastisitas yang tinggidan nilai limit elastis
yang tinggi dapat memberikan tambahankeuntungan yaitu
akan memungkinkan basis dapat dibuat tipis.
 Basis gigi tiruan harus mempunyai kekuatan lentur
( flexural strength) yang cukup untuk menahan fraktur.
 Material basis gigi tiruan harus mempunyai daya tahan
yangcukup tehadap abrasi (abrasion resistance) untuk
mencegahpemakaian berlebihan (excessive wear ) dari
material pembersihyang abrasif maupun dari bahan
makanan (McCabe dan Walls, 2014).
4. Sifat-sifat kimiawi
 Material basis gigi tiruan harus merupakan bahan yang
secarakimiawi bersifat lamban (inert ) dalam penyerapan.
Secaraumum, bahan ini harus tidak larut dalam cairan oral
dan tidakmenyerap air atau saliva karena keadaan tersebut
dapatmengubah sifat-sifat mekanikal material
dan menyebabkan gigitiruan menjadi tidak higenis
(McCabe dan Walls, 2014).
5. Sifat-sifat biologikal
 Pada keadaan yang tidak dicampur, material basis gigi
tiruanharus tidak berbahaya bagi operator berkaitan
denganpengolahannya
 Material basis gigi tiruan yang mengeras harus tidak toksik
dantidak mengiritasi pasien (McCabe dan Walls, 2014).
6. Sifat-sifat lainnya
 Suatu material basis gigi tiruan yang ideal harus relatif
tidakmahal dan mempunyai masa pakai panjang sehingga
dapatdisimpan tanpa menjadi rusak.
 Material harus dapat dengan mudah dimanipulasi
untukpemrosesannya.
 Material harus mudah diperbaiki saat terjadi fraktur
(McCabe dan Walls, 2014).
7. Tahap polimerisasi
Apabila monomer dan polimer diaduk dalam perbandingan
yang tepat, akan dihasilkan campuran yang dapat diproses. Campuran
yang akan dihasilkan telah melewati 5 tahap yang berbeda yaitu:
1) Sandy atau tahap berpasir

Pada tahap ini terdapat sedikit atau tidak ada interaksi pada
tingkat molekuler. Butir-butir polimer tetap atau belum mengalami
perubahan. Konsistensi adonan dapat digambarkan sebagai ‘kasar’
atau ‘berbutir’ (Anusavice, 2003).

2) Stringy atau tahap berbenang

Monomer mulai memasuki setiap butir polimer. Beberapa


rantai polimer terdispersi dalam monomer cair. Rantai-rantai
polimer ini melepaskan ikatan, sehingga meningkatkan kekentalan
adonan. Pada tahap ini memiliki ciri-ciri berbenang atau lengket
ketika adonan ditarik (Anusavice, 2003).

3) Dough atau tahap menyerupai adonan

Pada tingkat molekul, jumlah rantai polimer yang


memasuki larutan akan meningkat dan terbentuklah suatu larutan
monomer dan polimer terlarut. Terdapat pula sejumlah polimer
yang tidak terlarut. Secara klinis, campuran bersifat seperti adonan
yang dapat dibentuk. Campuran tidak lagi seperti benang dan tidak
melekat pada permukaan pot atau spatula pengaduk. Karakteristik
fisik dan kimia yang terlihat dari fase lanjutan dri tahap ini adalah
ideal untuk compressing molding (Anusavice, 2003).
4) Rubbery, Tahap karet atau elastic

Monomer dihabiskan dengan penguapan dan dengan


penembusan lebih jauh ke dalam butir- butir polimer yang tersisa.
Secara klinis, campuran akan memantul apabila ditekan atau
direnggangkan. Karena campuran tidak mengalir dengan bebas 15
lagi sehingga mengikuti bentuk wadahnya, bahan ini tidak dpt
dibentuk dengan teknik kompresi konvensional (Anusavice, 2003).

5) Stiff, Tahap menjadi keras atau kaku

Bila dibiarkan hingga suatu tahap campuran akan menjadi


keras. Hal ini dikarenakan terjadi penguapan monomer bebas.
Secara klinis, campuran tampak sangat kering dan tahan terhadap
deformasi mekanik (Anusavice, 2003).

8. Klasifikasi
a) Resin akrilik teraktivasi dengan panas (head cured)

Bahan-bahan teraktivasi dengan panas digunakan dalam


pembuatan hampir semua basis protesa. Energi termal yang
diperlukan untuk polimerisasi bahan-bahan tersebut dapat
diperoleh dengan menggunakan perendaman air atau oven
(microwave). Karena prevalensi dari resin ini, sistem teraktivasi
dengan panas lebih ditekankan (Anusavice, 2003).

b) Resin akrilik teraktivasi secara kimia (self cured)

Resin yang teraktivasi secara kimia sering disebut resin


cold-curing, self curing, atau otopolimerisasi. Pada kebanyakan
keadaan, aktivasi kimia dicapai melalui penambahan amin tersier,
seperti dimetil-para-toluidin, terhadap cairan basis protesa yaitu
monomer.

Umumnya derajat polimerisasi yang dicapai dengan


menggunakan resin yang teraktivasi kimia tidaklah sesempurna
seperti yang dicapai resin yang teraktivasi panas. Ini menunjukkan
ada monmer dalam jumlah yang lebih besar yang tidak bereaksi
dalam basis protesa yang dibuat melalui proses aktivasi kimia
(Anusavice, 2003).

c) Resin basis protesa teraktifasi dengan sinar

Bahan ini digambarkan sebagai komposit yang memiliki


matriks uretan dimetakrilat, silika ukuran mikro, dan monomer
resin akrilik berberat molekul tinggi. Sinar yang terlihat oleh mata
adalah aktivator, sementara champoroquinone bertindak sebagai
pemulai polimerisasi. Resin basis komponen tunggal dipasok
dalam bentuk lembaran dan benang serta dibungkus dalam kantung
kedap cahaya untuk mencegah polimerisasi yang tidak diinginkan
(Anusavice, 2003).

d) Resin jenis rapid head cured

Perkembangan material untuk pembuatan basis gigi tiruan


telah dirasakan pada saat ini. Pabrik pembuat material rapid heat
cured menyatakan bahwa resin akrilik ini mempunyai fitting yang
baik, komfortabel, free bubble, kuat cadmium-free. Keunggulan jenis
resin akrilik ini tidak memerlukan waktu yang lama untuk proses
polimerisasi. Menggunakan perbandingan antara bubuk dan cairan
resin akrilik yang tepat berdasarkan petunjuk pabrikdan jenis resin
akrilik ini hanya memerlukan waktu 20 menit untuk proses
polimerisasi (Yuliati A, 2005)

Klasifikasi polimer basis gigi tiruan menurut ISO, 1567

Tip Kelas Deskripsi


e
1 1 Polimer diproses dengan pemanasan, bubuk dan
cair
1 2 Telah diproses dengan pemanasan (balok/kue
plastis)
2 1 Polimer telah di otopolimerisasi, bubu dan cair
2 1 Polimer telah diotopolimerisasi (bubuk dan cair
resin tipe tuang)
3 - Blank termoplastik atau bubuk
4 - Material yang diaktifkan dengan sinar
5 - Material yang di-cure dengan microwave
(McCabe dan Walls, 2014)

9. Alat-alat dan bahan


 Bahan
1. Dental plaster tipe II (gips putih)

2. Dental stone tipe III (gips biru)

3. Air

4. Malam merah (modeling wax)

5. Powder dan liquid akrilik heat cured (QC 20)


6. Vaseline

7. CMS (Could Mould Seal)

8. Plastik selopan

 Alat-alat
1. Masker

2. Sarung tangan

3. Mikromotor

4. Straight hand piece

5. Kuvet

6. Alat press
7. Pisau malam

8. Pisau model

9. Bowl

10. Spatula

11. Stellon pot


12. Pipet ukur

13. Alat grinding

14. Vibrator

15. Amplas
16. Bur polishing

10. Manipulasi

Manipulasi adalah suatu bentuk tindakan atau proses rekayasa


terhadap suatu hal dengan menambah ataupun mengurangi variabel yang
berkaitan agar tercapai sifat mekanik maupun fisik yang diinginkan.
Sebelum diaplikasikan pada pasien, resin akrilik harus dimanipulasi dan
diolah sedemikian rupa sehingga memenuhi kriteria pengaplikasian klinis
yang baik. Secara umum, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
proses manipulasi resin akrilik, antara lain :

1) Perbandingan monomer dan polimer

Perbandingan yang sering digunakan adalah 3,5:1 satuan volume


atau 2,5:1 satuan berat. Bila komposisi monomer terlalu sedikit maka tidak
semua polimer dapat dibasahi oleh monomer, sehingga mengakibatkan
akrilik yang telah berpolimerisasi akan bergranul. Sebaliknya, komposisi
monomer juga tidak boleh terlalu banyak karena dapat mengakibatkan
terjadinya kontraksi pada adonan resin akrilik (Khindria, Mittal dan
Sukhija, 2009).

2) Pencampuran

Komposisi polimer dan monomer dengan perbandingan yang


benar dicampurkan pada tempat yang tertutup lalu didiamkan beberapa
menit sampai mencapai fase dough. Pada saat pencampuran ada empat
tahapan yang terjadi, yaitu:

a. Sandy stage adalah fase saat terbentuknya campuran yang


menyerupai pasir basah.
b. Sticky stage adalah saat merekatnya bahan ketika serbuk mulai
larut dalam cairan dan terasa berserat ketika ditarik. c) Dough
stage adalah saat konsistensi adonan mudah diangkat dan tidak
lengket lagi. Tahap ini merupakan waktu yang tepat untuk
memasukkan adonan ke dalam mould.
c. Rubber hard stage adalah tahap saat konsistensi adonan seperti
karet dan tidak dapat dibentuk dengan kompresi konvensional
(Khindria, Mittal dan Sukhija, 2009).

3) Pengisian

Tahap ini disebut juga dengan packing, yaitu tahap memasukan


adonan resin kedalam mould. Perlu diperhatikan saat proses
manipulasi pada tahap pengisian ini adalah ketepatan bahan dalam
mengisi rongga mould. Pengisian pada rongga mould dilakukan secara
bertahap. Tahap selanjutnya setelah dilakukan pengisian pada rongga
mould adalah dilakukannya press pada kuvet. Kekuatan press yang
diberikan pada kuvet sebesar 1000 psi selama 5 menit kemudian
sebesar 2200 psi selama 5 menit juga. Seringkali ditemukan flash
selama proses press dilakukan, flash yaitu adanya kelebihan bahan.
Flash ini harus dibersihkan dan dipisahkan dengan bagian resin yang
mengisi mould. Setelah dilakukan tahap ini, tahap berikutnya adalah
dilakukannya curing (Khindria, Mittal dan Sukhija, 2009).
4) Curring

Proses curring adalah proses terjadinya pengerasan, dimana


setiap jenis resin akrilik memiliki kekhususan tersendiri.

a. Heat cured acrylic resin: yaitu terjadinya curring yang


diaktivasi oleh adanya panas
b. Self cured acrylic resin: curring dapat dilakukan pada suhu
ruangan karena adanya aktivator amin tersier
c. Light cured acrylic resin: proses curring dicapai dengan
terpapar cahaya tampak (Khindria, Mittal dan Sukhija, 2009).

Resin akrilik setelah setting dan diambil dari cetakankuvet dan


didinginkan sebentar, lalu setelah itu dilakukan proses finishing
danpolishing. Pada tahapan ini ada beberapa alat dan bahan yang
dibutuhkan, sepertimicromotor, straight hand piece dan beberapa bur
stone yang diperlukan.

Tindakan finishing adalah mengubah plat akrilik kasar menjadi


halus dansiap untuk dipulas. Pada tindakan finishing, tidak hanya
menghaluskan permukaanyang kasar tetapi juga membentuk outline
plat sesuai desain yang diinginkan.Finishing akan lebih memerlukan
waktu dan menghasilkan debu akrilik lebihbanyak apabila plat akrilik
terlalu tebal atau meluber ke daerah di luar outline.Tindakan polishing
hanya menghaluskan kembali permukaan yang sudah melaluitahap
finishing dan mengkilapkannya. Tindakan pemulasan tidak banyak
mengikisplat sebagaimana tindakan finishing. Dengan demikian debu
akrilik yang dihasilkanakan lebih sedikit dari saat finishing. (Serra G,
2013)

Adapun tahap finishing dan polishing yaitu:

a) Resin akrilik dipoles menggunakan stone hijau untuk


mengambil danmembersihkan gypsum yang masih menempel
pada resin akrilik
b) Jika sudah bersih, resin terus saja dipoles menggunakan bur
stone hiajusampai permukaan terasa halus
c) Setelah halus, ganti bur stone menjadi warna merah dan
lajutkan pemolesansampai permukaan akrilik benar-benar
halus
d) Kemudian lanjutkan menggunakan bur felt cone dengan
menggunakanpasta kryet dan kemudian dilanjutkn dengan
pasta pumice.
e) Lakukan polishing sampai akrlik benar-benar mengkilat.

Adapun urutan penggunaan bur stone menurut (Nany, 2013) :

a. Merah : Kasar
b. Hijau : Standart/ sedang
c. Putih : Halus

Tujuan dari proses finishing dan polishing adalah agar basis


gigi tiruan resinakrilik nyaman apabila dipasangkan di dalam mulut
pasien, dan tidak melukai jaringan didalam ronga mulut pasien
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Resin akrilik merupakan bahan kedokteran gigi yang sering digunakan baik dalam
pembuatan basis gigi tiruan lepasan maupun alat orthodontik lepasan. Resin akrilik
terdiri dari polimetil metakrilat sebagai polimernya dan monomer metil metakrilat.
Keunggulan resin akrilik yaitu harga murah, estetik yang baik, kekuatan tinggi,
menyerap air rendah, mudah dilakukan reparasi, proses manipulasi mudah karena
tidak memerlukan peralatan yang rumit. Karena hal tersebutlah resin akrilik menjadi
bahan kedokteran gigi yang cukup populer dan sering menjadi pilihan dokter gigi.

Salah satu sifat dari resin akrilik yaitu menyerap air yang menyebabkan tidak
stabilnya dimensi. Ketika PMMA ditempatkan pada lingkungan basah relative sedikit
menyerap air. Namun, air yang terserap ini menimbulkan efek yang nyata pada sifat
mekanis dan dimensi polimer (Anusavice, 2004; Agarwal et al., 2015). Hasil
penelitian Rimple tahun 2011, menjelaskan bahwa perubahan dimensi karena
penyerapan air terjadi pada tujuh hari pertama. Pada hari ke-21 terjadi penstabilan dan
keseimbangan penyerapan air pada resin akrilik. Maka dari itu hari ke 21-28 tidak
terjadi lagi perubahan dimensi. Resin akrilik di dalam mulut akan stabil dan jika
terjadi perubahan dimensi setelah waktu 3 minggu hal tersebut tidak disebabkan oleh
penyerapan air tetapi dikarenakan factor klinik seperti patah karena jatuh. Pada
penelitian Gharechahi tahun 2014 menjelaskan bahwa perubahan dimensi karena
penyerapan air terjadi pada waktu 24 jam, 48 jam dan batas interval 12 hari (Rimple,
2011; Gharechahi et al., 2014).

B. Saran

Sebagai mahasiswa kedokteran gigi, penting bagi kita untuk mengetahui


bahan Resin akrilik beserta fungsinya dan manipulasinya agar dapat
mengaplikasikannya dengan benar dan tepat pada saat praktik selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anusavice KJ. Philips: Buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi 10th ed. Jakarta: EGC; 2003.
Anusavice, K. (2013) Phillips :Science of Dental Materials. 12th edn. USA:Elsevier Saunders
Company.
Gharechahi, J., Asadzadeh, N., Shahabian, F., et al. 2014. Dimensional Changes of Acrylic
Resin Denture Bases: Conventional Versus Injection-Molding Technique. Journal of
Dentistry Tehran University of Medical Sciences Iran Vol. 11(4).
Khindria, S. K., Mittal. S., Sukhija, V. 2009. Evolution of denture base material, J. Indian
Prost Soc ; 9 : 64
Krisnawati, F. (2015) Perbedaan Pengaruh Ekstrak Buah Lerak (Sapindus rarak DC.) 0,01% sebagai
Pembersih Gigi Tiruan Terhadap Candidaalbicans pada Lempeng Resin Akrilik dan
nilon termoplastik .Universitas Jember.
Larasati DM, Firsty KN, Yogiartono M. Efectiveness of ellagic acid that contains in
strawberry for acrylic discoloration. J. Asia Pasifik Dent.Students; 2012 Jun: 3(3)
McCabe, J. F. and Walls, A. W. . (2014). Bahan Kedokteran Gigi. 9th edn.Jakarta: EGC
Nany K. Rahmawati, H. Lanny S. 2013. Modul Teori Penggunaan danPemeliharaan Alat-alat
Kesehatan Gigi ( PPAKG )
Rimple, Gupta, A., Kamra, M. 2011. An Evaluation of the Effect of Water Sorption on
Dimensional Stability of the Acrylic Resin Denture Bases. International Journal of
Contemporary Dentistry Vol. 2(5). Pp. 43-48.
Serra G, de Morais LS, Elias CN. Surface morphology changes of acrylic resinsduring
finishing and polishing phases. Dental Press J Orthod 2013;18(6): 26-30.
Yuliati A. Viabilitas sel fibroblas BHK_21 pada pemukaan resin akrilik rapid heat cured.
Maj. Ked. Gigi (Dent.J); 2005 Apr-Jun: 38(2): 68-72.
Van-Noort, Richard. (2007). Dental Materials. London: Elsevier Limited

Anda mungkin juga menyukai