Untuk menggunakan suatu material dalam praktik kedokteran gigi, seorang dokter gigi perlu
mengetahui karakteristik atau sifat-sifat dari material yang akan digunakannya. Sifat-sifat
yang harus diperhatikan dari suatu material adalah sifat mekanik, sifat fisik, sifat kimia, dan
sifat biologi. Apabila sifat-sifat tersebut tidak memenuhi kriteria sifat-sifat yang diperlukan
dalam kedokteran gigi, maka material tersebut tidak dapat digunakan sebagai dental material.
Sifat-sifat tersebut pada dasarnya ditentukan oleh struktur atom-atom pembentuk material itu.
Dengan mengetahui sifat-sifat suatu material seorang dokter gigi dapat mengetahui kelebihan
dan kekurangan dari suatu material. Selain itu sifat-sifat tersebut juga berguna untuk
menentukan cara pengaplikasian dan manipulasi yang sesuai dengan material yang
digunakan.
2. PEMBAHASAN
Kinerja dari semua material dipengaruhi oleh stuktur atomnya. Reaksi keseluruhan dari atom
menentukan sifat material tersebut. Terdapat dua jenis ikatan atom, yaitu ikatan primer dan
sekunder
Ionik
Terjadi pertukaran elektron dan terdapat daya tarik menarik antar muatan positif dan
negative, antara logam dengan non logam. Dalam dental material, ikatan ini
ditemukan dalam kristalin bahan tertentu, seperti gypsum dan semen fosfat.
Kovalen
Terjadi pemakaian bersama elektron antara nonlogam dengan nonlogam Ikatan ini
terjadi dalam banyak senyawa organik dengan contohnya adalah resin kedokteran
gigi.
Metalik/ logam
Terjadi pada atom yang dengan mudah melepaskan elektron pada kulit terluarnya
karena elektron tesebar bebas. Contoh ikatan ini terjadi pada emas. Dalam ikatan ini
terbentuk awan-awan elektron. Ikatan ini bertanggung jawab terhadap pembentukan
sifat konduksi elektrik dan termal yang baik dari suatu logam. Elektron yang
tersebar bebas dan bisa berpindah-pindah menyebabkan materi dengan struktur
ikatan ini mudah menghantarkan listrik (konduktor).
b. Sekunder
Ikatan hydrogen
a. Jarak ikat : Jarak anatra pusat suatu atom dengan pusat atom tetangganya. Tujuannya
mencegah molekul saling berdekatan terlalu rapat.
b. Energi ikat : Berhubungan dengan posisi keseimbangan atom (dimana gaya tolak dan
tarik seimbang). Pada resultan gaya yang mendekati nol, energi menurun.
pada
kristalin
membentuk
konfigurasi
berjarak
teratur
(pola
ruang
BCC (body centred cubic) : Semua sudutnya siku-siku, jarak semua atom sama baik
secara vertical maupun horizontal, terdapat satu atom yang berada di tengah unit sel.
(struktur dari besi dan baja)
FCC (Face centred cubic) : Sama seperti BCC tapi hanya ada atom yang terletak di
tengah permukaan dan tidak ada atom yang berada di tengah unit sel. (struktur dari logam
murni dan paduan emas, palladium, cobalt, nickel)
HCP (Hexagon clode-pack) : Setiap atom berjarak sama secara horizontal namun tidak
secara vertical. (pada titanium)
b. Amorf
Biasanya terdapat pada polimer. Terdiri dari ikatan sekunder dan ikatannya lemah. Pada
struktur amorf, molekul terdistribusi secara acak. Biasanya dimiliki oleh benda cair.
Benda padat yang seperti ini dinamai supercolled liquids (cairan yang didinginkan),
contohnya adalah kaca. Material berstruktur amorf memiliki Glass Temperature (Tg),
jika suhu material dibawah Tg, material tersebut akan kehilangan karakteristik
cairannya dan memiliki ketahanan yang besar terhadap perubahan regangan. Contoh
dalam kedokteran gigi, resin sintetik (memiliki struktur kaca).
Linear
Copolimer random : Berbentuk lurus terdiri dari beberapa jenis monomer yang tersebar
acak.
Block : Berbentuk lurus terdiri dari beberapa jenis monomer yang berkelompokkelompok.
Branched
Copolimer random : Bercabang-cabang terdiri dari beberapa jenis monomer yang tersebar
acak.
Graft : Bercabang-cabang terdiri dari beberapa jenis monomer dimana satu monomer
menjadi cabang utama dan monomer jenis lain berada di cabangnya
Cross-linked
Berbentuk
cabang-cabang
yang
ujungnya
dapat
menyatu
sehingga
bisa
a. Ikatan mekanis
Digunakan dalam kedokteran gigi bila tidak ada semen adhesif atau bahan restorasi
murni. Contohnya dalam mengatasi permasalahan pemaikaian resin yang tidak
mempunyai
kemampuan
untuk
berikatan
langsung
dengan
struktur
gigi
menyingkirkan air dan bisa bertahan dalam jangka panjang dalam lingkungan yang
basah. Solusinya adalah menggunakan lebih banyak resin hidofilik. Contoh interaksi
adhesi dalam rongga mulut adalah email yang dilapisi flour akan menahan lebih sedikit
plak karena terjadi penurunan energi permukaan. Selain itu akan mengurangi kelarutan
email pada kondisi asam.
Sifat mekanik adalah kemampuan material untuk menerima gaya mekanik. Gaya mekanik
berupa gaya tarik, gaya tekan, gaya putar dan sebagainya.
Tipe-tipe tegangan atau types of stress dipengaruhi oleh arah gaya yang diberikan kepada
material. Tension dihasilkan ketika badan dari suatu material diberikan dua buah gaya yang
arahnya berlawanan satu sama lain pada satu garis lurus. Compression dihasilkan ketika
badan dari suatu material diberikan dua buah gaya yang arahnya mengarah pada satu sama
lain pada satu garis lurus. Torsion dihasilkan dari badan material yang diputar.
Strain adalah perubahan panjang (L = L-Lo) per satuan panjang (Lo) dari badan materian
yang mengalami stress. Strain tidak mempunyai satuan tetapi direpresentasi sebagai angka
murni berdasarkan persamaan berikut :
strain = deformasipanjang awal=LLo
Pentingnya strain dalam bidang kedokteran gigi contohnya sebuah kawat orthodonti yang
dapat menahan sejumlah besar strain sehingga dapat dibengkokkan dan disesuaikan dengan
kemungkinan kawat tersebut patah lebih kecil. Hubungan antara stress dan strain berupa
kurva geometri seperi dibawah ini :
Kurva tersebut menambahkan bahwa ketika stress meningkat maka strain juga meningkat.
Ketika nilai stress sudah melebihi nilai yang ada pada area yang diberi gaya (A), maka
perubahan strain tidak lagi proporsional linear terhadap perubahan stress. Oleh karena itu,
nilai stress yang ada pada A disebut dengan proportional limit. Proportional limit
didefinisikan sebagai stress yang nilainya paling besar yang dimiliki suatu material tanpa
ada deviasi dari proporsinalitas linear
B merupakan kurva stress-strain setelah deformasi elastis terjadi. Setelah terjadi deformasi
elastis terjadi, terjadilah deformasi plastis. B-C merupakan daerah deformasi plastis. Jika
deformasi plastis sedang berlangsung, kurva stress-strain tidak lagi berbanding lurus.
Kurva setelah C merupkan fase setelah deformasi plastis, yaitu terjadinya fraktur. Dalam
kenyataannya pada pengamatan laboratoris, sulit untuk menentukan nilai proportional
limit, oleh karena itu digunakan yield strength sebagai batas sebelum deformasi plastis
terjaid.
3. Modulus of elasticity
Modulus of elasticity yang sama juga dengan elastic modulus dan modulus Young,
merupakan representasi dari kekakuan relatif dari suatu material dalam region elastis.
Modulus Young ini merupakan rasio dari stress terhadap strain.
E= stressstrain
Karena stress berbanding lurus dengan strain, maka rasio antara keduanya adalah konstan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin kecil strain pada suatu stress, maka
kekakuannya semakin besar. Aplikasi modulus Young dalam bidang kedokteran gigi ini
adalah bahwa bingkai metal untuk metal-ceramic bridge harus memiliki tingkat kekakuan
yang tinggi. Jika kekauan bingkai metal rendah dan berbengkok, maka porcelain veneer di
dalamnya dapat retak.
4. Resilience
Resilience adalah ketahanan material terhadap deformasi permanen. Resilience
mengindikasi jumlah energi yang diperlukan untuk mendeformasi material mencapai
proportional limit.resilience diukur dari area dibawah porsi elatis dari kurva stress-strain.
5. Toughness
Adalah energi yang dibutuhkan untuk menyebabkan fracture pada suatu material. Pada
kurva stress strain toughness merupakan area diabawah garis elastic dan plastic.
6. Brittleness
Adalah sifat suatu material dimana hampir tidak memiliki deformasi plastik dan ultimate
strength sehingga ketika telah melewati yield strength benda akan langsung mengalami
fracture
7. Ductility
Kemampuan material untuk mengalami deform plastis akibat dari tension stress
8. Malleability
Kemampuan material untuk mengalami deform plastis akibat dari compression atau torsion
stress. Juga merupakan ciri khas dari logam dan alloy
9. Strength
a. Ultimate strength
Kekuatan maksimum yang dimiliki oleh suatu material sebelum akhirnya mengalami
failure
atau
fracture
setelah
mengalami
shear/gesekan
(shear
strength),
10. Hardness
Kemampuan ketahanan dari suatu material dari scratching (goresan) dan indentatiom
(bengkok) yang besifat permanen. Ada beberapa macam uji kekerasan:
a. Rockwell hardness test
Sifat fisik bahan kedokteran gigi adalah sifat yang didasarkan pada optik, termodinamika,
kelistrikan, magnet, radiasi, dan struktur atom. Sifat fisik itu sendiri terbagi menjadi beberapa
bagian. Diantaranya untuk sifat fisik berdasarkan dalil optik, yaitu ilmu yang berkaitan dengan
fenomena cahaya, visi dan penglihatan. Sifat fisik berdasarkan dalil termal berkaitan dengan
termodinamika, dan sifat fisik berdasarkan dalil elektrik dan teori rheology yang dikaitkan ke
beberapa bidang ilmu lainnya.
B. Rheology
Ilmu yang mempelajari tentang karakteristik aliran suatu bahan material disebut ilmu
rheology. Dalam ilmu rheology ini, berkaitan dengan viskosistas bahan material tersebut.
a. Kekentalan
Tentunya bahan kedokteran gigi memiliki kekentalan yang berbeda saat diterapkan
secara klinis. Misalnya sifat aliran GIC yang lebih kental daripada semen seng-fosfat,
produk gypsum yang dapat bertransformasi ke wujud solid, struktur amorf seperti wax
dan resin yang terlihat solid tetapi sebenarnya berupa cairan yang didinginkan yang
dapat mengalir sebagai plastik atau irreversible. Material-material tersebut berubah
bentuk saat diberikan suatu tekanan. Kekentalan suatu bahan kedokteran gigi
menentukan ketepatannya untuk aplikasi tertentu.
Newtonian, cairan ideal yang menunjukan tekanan geser sebanding dengan besar
tegangan, gambarnya berupa garis lurus, yang menunjukan kekentalan konstan.
(*kekentalan= tekanan geser/tegangan). Contohnya yaitu terdapat pada semen gigi
Pseudoplastic, kekentalan berkurang dengan tekanan geser (shear stress) yang meningkat
hingga mencapai nilai yang hampir konstan. Contohnya adalah elastomer pada syringe
dan elastomer monophase
Dilatant, cairan ini menjadi semakin kaku (kental) bersamaan dengan meningkatnya
tegangan geser (strain rate). Contohnya yaitu fluid denture base resins
Plastic, bahan yang sifatnya seperti benda padat yang mencapai nilai tekanan geser
minimal
Tiksotropik, jenis cairan yang menjadi kurang kental dan cenderung lebih encer karena
suatu penggosokan atau benturan, seperti pada pasta profilaksis gigi, plaster, semen resin
dan beberapa bahan cetak. Sifat tiksotrpik ini menguntungkan karena dapat membuat
suatu bahan material tersebut tidak mengalir dari sendok cetak sampai dapat diletakan
pada jaringan mulut.
Gambar 7. Besarnya tekanan geser versus tegangan geser untuk cairan- cairan yang menunjukan perbedaan
jenis berdasarkan sifat reologinya
Kurva stress-strain juga dapat menjadi hal penting dalam menentukan cara terbaik untuk
memanipulasi suatu bahan.
Adanya tekanan internal yang terjebak setelah suatu senyawa mengalami deformasi
plastik (berubah bentuk secara permanen) yang menyebabkan kondisi tidak stabil dan
atom-atom penyusunnya berpindah sehingga tidak seimbang. Dengan adanya energi
termal, proses difusi wujud padat ini akan terjadi sehingga menyebabkan atom-atom
tersebut perlahan-lahan bergerak kembali ke posisi seimbangnya. Akibatnya, terjadi
perubahan bentuk dan kontur dari suatu bahan material tersebut, yaitu melengkung atau
disebut distorsi. Dilepaskannya tekanan ini disebut relaksasi.
Kecepatan relaksasi akan meningkat seiring dengan meningkatnya suhu. Misalnya pada
beberapa bahan kedokteran gigi seperti malam, resin dan gel, ketika dimanipulasi akan
mengalami distorsi pada keadaan suhu yang semakin meningkat.
Sebuah bahan material yang berkaitan dengan strain rate umumnya memiliki
karakteristik lebih baik dengan mengaitkan stress atau strain dalam fungsi waktu. Stress
relaxion seperti yang telah disebutkan diatas adalah pengurangan stress dari suatu
material dalam strain yang konstan, sedangkan creep adalah peningkatan strain suatu
material dalam keadaan stress yang konstan.
Creep merupakan tegangan plastik dari suatu bahan yang sifatnya berada pada tekanan
konstan yang bergantung pada waktu dan juga merupakan regangan/ deformasi akibat
adanya beban yang statis atau konstan.
Contohnya pada suatu waktu yang diberikan, amalgam dengan low-copper memiliki
strain yang lebih besar. Penerapannya dalam klinik adalah, tingginya creep dalam
amalgam dengan low-copper membuatnya menjadi lebih rentan terhadap fraktur.
Flow, secara umum digunakan dalam kedokteran gigi untuk menjelaskan reologi dari
material amorf seperti wax. Aliran dari suatu bahan material seperti malam adalah ukuran
dari kemampuannya untuk berubah bentuk pada muatan statis.
B. Optical properties
a. Warna dan persepsi warna
Untuk dapat merestorasi fungsi dari jaringan asli yang rusak atau hilang diperlukan
pembahasan sifat-sifat warna yang diperlukan. Seperti misalnya, dalam perawatan gigi,
bertujuan untuk merestorasi warna dan penampilan gigi asli.
Persepsi dari warna itu sendiri merupakan hasil dari respon fisiologis ke rangsangan fisik.
Berdasarkan salah satu hukum Grassman, mata dapat membedakan suatu warna dalam 3
parameter warna.
a. Dominant wavelength, Warna dengan panjang gelombang pendek yaitu 400 nm adalah
ungu dan gelombang dengan panjang 700nm adalah warna merah, diantaranya adalah
biru, hijau, kuning dan orange. Sementara daerah yang dapat diterima mata dengan energi
spektrum yang sama pada siang hari yaitu antara 540-570nm. Atribut warna ini disebut
hue.
b. Luminous reflectance, yaitu klasifikasi suatu objek kedalam warna akromaik, seperti
hitam yang memiliki luminous reflectance 0 hingga putih, 100. Persepsi warna ini disebut
value.
c. Excitation purity, yaitu memiliki nomor saturation antara 0-1. Atribut ini disebut chroma.
Ketebalan dari suatu restorasi dapat mempengaruhi penampilannya. Misalnya, restorasi
komposit yang tebal yang semakin tinggi dapat menyebabkan pencahayaan dan
excitation purity semakin menurun.
Penggambaran warrna secara tertulis tidak akan membuat seseorang mengerti dengan
jelas. Untuk itu, penggambaran secara akurat terhadap suatu cahaya yang dipantulkan
dari permukaan gigi dapat diukur dengan menggunakan 3 variabel.
a. Corak, merupakan warna dominan dari suatu objek, seperti merah, hijau atau biru dan
mengacu pada panjang gelombang dominan yang terdapat pada distribusi spektrum.
b. Nilai, merupakan terang atau gelap suatu warna yang dapat diukur dari luar corak. Nilai
yang meningkat semakin keatas akan bewarna lebih putih dan semakin kebawah akan
bewarna hitam. Pengukuran ino digunakan untuk mahkota gigi tiruan yang dapat
memantulkan cahaya.
c. Kroma, mewakili derajat saturation dari suatu corak tertentu. Kroma ini bervariasi dalam
arah berputar. Warna dipusat lebih pudar yaitu warna abu-abu, atau, semakin tinggi
kroma maka warna akan semakin tajam.
Penyesuaian warna untuk gigi tiruan dikerjakan dengan menggunakan petunjuk warna/
shade guide. Yang pada bagian leher giginya telah dihilangkan karna warnanya lebih
gelap dan mempersulit penyocokan warna. Bagian ini ditentukan oleh separuh kontur
gingival contoh warna. Penyocokan warna gigi akan lebih mudah dengan pengaturan
warna berdasarkan nilai.
Gambar 10. Acuan petunjuk warna gigi dari jenis Vita Lumin
a. Metamerism
Dalam menyocokan warna saat restorasi gigi, kualitas dan intensitas cahaya
merupakan faktor yang harus dikontrol. Hal tersebut penting karena spektrum
cahaya pada lampu pijar dan cahaya matahari berbeda. Objek yang tampak
dibawah sumber cahaya tertentu akan berbeda di sumber cahaya lain dengan
spektrum yang berbeda. Peristiwa ini disebut metamerisme. Jadi, penyocokan
warna yang dilakukan oleh dokter gigi dan teknisi labolatorium seharusnya
dilakukan dibawah 2 jenis sumber cahaya. Penyocokan warna juga seharusnya
dilakukan berdasarkan kondisi dimana pasien itu lebih banyak melakukan suatu
aktivitas.
b. Fluorescence
Fluorensi adalah emisi cahaya oleh suatu bahan material saat seberkas cahaya
bersinar kearahnya. Strukrur gigi alami menyerap cahaya dengan panjang
gelombang yang pendek yaitu 300-400 nm, disebut sebagai radiasi mendekati
ultra violet. Gigi manusia akan memberikan warna seperti lampu neon saat
dipaparkan oleh radiasi UV. Energi yang diserap gigi diubah menjadi cahaya
dengan panjang gelombang yang lebih panjang, sehingga gigi sudah menjadi
sumber cahaya. Hal ini disebut fluorensi. Untuk restorasi pada gigi anterior dan
dengan
porselain
umumnya
menggunakan
c. Opacity
fluorencing
agents
untuk
d. Translucency
Adalah kemampuan suatu material yang menyerap cahaya tetapi kemudian
membubarkannya, sehingga objek di belakang suatu material tidak dapat
terlihat. Contohnya yaitu, kermaik gigi, resin komposit dan akrilik.
e. Transparent
Material yang transparan menyerap cahaya dan suatu objek dapat terlihat
dengan jelas melalui suatu material tersebut.
f. Opalescence
Material dengan opalescent seperti enamel gigi dapat menyebarkan cahaya
dengan panjang gelombang pendek. Dibawah cahaya yang diserap, suatu gigi
akan timbul warna coklat atau kuning, sedangkan warna kebiruan akan tampak
jelas pada cahaya yang dipantulkan. untuk menciptakan restorasi yang
warnanya seperti gigi, harus menggunakan material dengan opalescent seperti
pada porcelain veneering dan komposit.
B. Thermal properties
a. Konduktivitas termal
Konduktivitas termal adalah pengukuran termofisika mengenai seberapa baik panas yang
disalurkan melalui suatu bahan dengan aliran konduksi.
Koefisien konduksi termal adalah besarnya aluran panas dalam kalori per detik yang
melewati suatu benda berketebalan 1cm, memiliki luas daerah 1cm 2 dengan perbedaan
temperatur antara permukaan tegak lurus benda dengan aliran panas adalah 1 derajat C.
Aplikasinya yaitu pada saat penambalan dengan amalgam dalam ukuran besar atau
pembentukan gold crown dengan jarak yang dekat dengan pulpa dapat menyebabkan
ketidaknyamanan pada pasien saat terjadi perubahan suhu saat makan makanan panas
atau dingin
Material seperti semen memiliki konduktivitas yang hampir sama dengan dentin dan
enamel. Konduktivitas termal suatu basis restorasi penting untuk mengurangi
perpindahan suhu ke bagian pulpa.
b. Difusi thermal
Difusi termal, berkaitan dengan penghantaran suatu panas, nilai difusi termal ini dapat
mengendalikan besarnya waktu perubahan temperatur saat panas melewati suatu bahan.
Struktur gigi harus berada dalam ketebalan tertentu untuk menyekat semen gigi dengan
efektif. Bila lapisan dentin antara dasar dinding kavitas dan pulpa terlalu tipis, dokter gii
harus meletakan lapisan tambahan sebagai basis isolator, yaitu bahan dengan
konduktivitas termalnya rendah.
c. Ekspansi termal
Koefisien ekspansi termal, yaitu perubahan panjang per unit panjang asal dari suatu
benda bila temperatur dinaikan 1 derajar C. Hal ini berpengaruh dengan restorasi gigi
yang mungkin mengalami ekspansi atau kontraksi yang lebih besar dari gigi asli jika
terjadi perubahan temperatur sehingga dapat menyebabkan restorasi bocor atu terlepas
dari ikatan gigi. Contohnya antara lain; koefisien ekspansi dari malam inlai rentan
terhadap perubahan temperatur
B. Electrical properties
Daya hambat merupakan hal yang penting dalam meneliti tentang persepsi sakit yang
dihasilkan dari stimulus elektrik dan perpindahan cairan yang diterapkan dalam gigi,
yang disebabkan oleh adanya pergerakan struktur ion.
Konduktivitas dari suatu bahan semen menjadi pertimbangan untuk restorasi gigi.
Email merupakan konduktor yang lemah sementara dentin merupakan konduktor yang
lebih baik. Zinc oxide-eugenol cements memiliki daya hambat paling tinggi, dan glass
ionomer cements merupakan semen yang paling konduktif dan memiliki nilai yang
sama dengan dentin.
b. Dielectric constant
Dielektrik adalah bahan yang dapat mengisolasi listrik. Nilai dielectric constant dari
semen gigi secara umum akan semakin mengecil, saat suatu bahan itu mengeras. Semen
gigi diindikasi tidak dapat mengisolasi pulpa dari listrik pada restorasi logam di mulut.
c. Electomotive force
Electromotive force series merupakan data potensial elektroda dari logam berdasarkan
pada urutan dari kecenderungan untuk mengoksidasi. Pemahamn tentang posisi dari
electromotive force dari bahan itu sendiri diperlukan dalam bekerja dengan logam dan
alloy untuk restorasi gigi atau dengan instrumen yang peka terhadap korosi. Logam
dengan potensial elektroda negatif yang besar lebih resistan untuk memudar (tarnish)
daripada logam dengan potensial elektroda positif.
d. Galvanism
Restorasi logam pada mulut dapat menyebabkan peristiwa yang disebut galvanic ation,
atau galvanism. Hal ini dihasilkan dari perbedaan potensial antara tambalan yang
berbeda pada gigi yang berdekatan. Tambalan-tambalan ini berhubungan dengan saliva
atau cairan tulang seperti elektrolit, dan membuat sel elektrik. Saat dua tambalan yang
berlawanan berkontak, sel ini terhubung dan mengalir melalui pulpa, dan pasien akan
mengalami rasa sakit. Dari ion tersebut dapat menimbulkan arus listrik dan dapat
berpindah melewati dentin dan disekitar margin dari restorasi itu sendiri. Galvanic ini
berkembang dari kontak antara dua restorasi logam, bergantung pada komposisinya dan
area permukaannya.
e. Electrochemical corrosion
Suatu studi mengindikasi bahwa suatu alloy amalgam menunjukan penurunan potensial
elektrokimia, yang menghasilkan nilai yang signifikan saat tersimpan dalam keadaan
netral. Penambahan tembaga pada alloy amalgam pada proses pengerasannya akan
meningkatkan resistansi amalgam dari cloride corrosion dan galvanic corrosion. AgSn
+ AgCu akan tetap bersifat lebih pasif dibanding AgSn.
Grafik 4. Kurva perbandingan polarisasi anoda dari dua tipe amalgam pada saliva.
f. Zeta-potential
Sebuah muatan partikel menarik ion muatan yang berlawanan dengan yang
dipermukaannya. Lapisan yang dibentuk dari ion-ion ini disebut Stern layer. Untuk
menjaga keseimbangan dari cairan ini, muatan ion yang berlawanan ditarik ke Stern
layer. Potensial pada permukaan bagian dua lapisan ion yang menyebar tersebut disebut
electrokinetic atau zeta-potential. Zeta-potential ini dapat mempengaruhi permukaan
sekitar properti mekanis dari bahan material.
1. Tarnish
Tarnish (noda) adalah perubahan warna pada permukaan logam karena melakukan kontak
dengan sulfida dan klorida. Tarnish tidak menyebabkan efek samping terhadap material,
hanya saja menimbulkan kesan tidak enak dipandang mata. Tarnish bersifat reversible, itu
berarti tarnish bisa dihilangkan dari permukaan logam dengan cara memoles logam
tersebut.
2. Korosi
Korosi adalah reaksi kimia antara material dengan lingkungannya dan berpotensi
menimbulkan masalah yang serius. Proses korosi didorong oleh adanya penurunan
pembebasan energi karena adanya reaksi antara logam dengan cairan atau gas. Proses
korosi yang terjadi pada logam merupakan proses elektrokima. Pada proses tersebut, terjadi
pelepasan electron sehingga proses ini disebut oksidasi.
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami
reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat, suatu zat padat yang
berwarna coklat-merah. Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian
tertentu dari besi itu berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi:
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak
sebagai katode, di mana oksigen tereduksi
.
Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi(III)
yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi,yaitu karat besi. Menurut jenis
reaksinya, korosi dapat dibagi menjadi korosi kering (dry corrosion) dan korosi basah
(wet corrosion).
Proses terjadinya oksida dimulai dari pembentukan oksida. Pada awal proses ini,
terjadi penarikan oksigen ke permukaan logam. Lalu dilanjutkan dengan reaksi antara
oksigen dan logam. Terbentuklah oksidasi di permukaan logam. Proses berikutnya
adalah pertumbuhan dari oksida yang telah terbentuk.
Akibat dari kondisi ini adalah terbentuknya suatu lubang kecil, dan ketika terjadi
reduksi oksigen pada permukaan yang rata maka terjadilah pelarutan logam secara
cepat di dalam lubang ini. Pelarutan logam ini kemudian memicu ion Cl - untuk
berpindah. Kemudian di dalam lubang (pit) terjadi proses hidrolisis seperti pada
korosi celah dan menghasilkan ion H+ dan Cl-. Kedua ion ini secara bersama-sama
mempercepat terjadinya pelarutan logam sehingga mempercepat proses korosi.
3. Kelarutan
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut untuk
larut dalam suatu pelarut. Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang
larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat
tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah
etanol didalam air. Sifat ini dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible.
Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran.
Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan bervariasi dari selalu
larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah
"tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun
sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut.
Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk
menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh (supersaturated ).
Dalam kedokteran gigi, banyak polimer digunakan seperti resin komposit karena mudah
untuk mengabsorpsi pelarut, terutama air, dan kehilangan komponen terlarut. Molekul
pelarut dapat memutuskan rantai polimer yang menyebabkan kekuatan ikatan menurun
sehingga polimer menjadi lebih lembut, suhu transisi menurun, dan kekuatan berkurang.
Nilon sangat rentan terhadap penyerapan air. Dalam kasus resin komposit, penyerapan air
dipercaya menjadi faktor yang berperan terhadap perubahan warna pada restorasi.
b. Smear layer
Digunakan untuk mengurangi tekanan osmotik dan hidrostatik cairang yang berada
pada tubula dentin. Akan tetapi lapisan ini terbukti kurang efektif mengatasi osmosis.
Lapisan ini hilang ketika mengalami proses etsa sekaligus nantinya akan mengalami
demineralisasi. Smear layer, tubula dental, dan dental matriks penting sebagai agen
bonding untuk mencapai dan memengaruhi jaringan pulpa. Preparasi kavitas yang
cukup dalam akan merusak odontoblas, sedangkan preparasi kavitas dalam akan
merusak sebagian besar dentin dan odontoblas primer. Tanpa adanya smear layer
kemungkinan berdifusinya produk bakteri akan semakin dan jika hal ini terjadi maka
akan terjadi focal necrosis. Hingga akhirnya semakin menyebar dan menjadi pulpitis.
Jika tak ditangani akan terjadi liquefaction necrosis.
c. Permeabilitas dentin
Pada umumnya molekul kecil sajalah yang dapat menembus dentin seperti fenol, urea,
dan glukosa. Jika toksik masuk melalui dentin kemungkinan pembuluh kapiler dalam
pulpa-lah yang akan mendetoksifikasi toksik tersebut, tetapi bila pulpa sudah rusak,
edema dan aliran darah yang lambat akan mengganggu proses detoksifikasi ini.
d. Tulang
Memiliki kemampuan self-repair yang luar biasa. Pada defek tulang yang diakibatkan
ekstraksi atau fraktura, lokasinya akan terisi darah. Cascade fibrin kemudian terjadi dan
terjadilah bekuan darah. Sebagai gantinya sel endotel dan mesenkim tumbuh pada
bekuan darah pada lokasi tsb. Dalam beberapa minggu osteoblas baru berkembang dan
ECM akhirnya mengalami mineralisasi. Melalui pengaruh osteoblas dan osteoklas
tulang akhirnya kembali ke bentuk semula. Akan tetapi, massa tulang alveolar akan
hilang perlahan sebagai akibat tidaj adanya gaya dari gigi dan ligamen periodontal.
f. Periodontum
Ketika sel yang menopang periodontal ligament (PDL) rusak akibat trauma dan tak
terdapat progenitor dapat terjadi ankylosis antara tulang-gigi. Dalam usaha
memperbaiki hal tersebut maka gingival epithelium menggantikan crevicular
epithelium. Gingival epithelium kemudian berproliferasi lebih cepat dibanding PDL.
Akan tetapi orientasi asli dari serat ligamen sdengan gigi yang lama sulit diperoleh,
sehingga menghasilkan ruang antara tulang alveolar-gigi.
2. Tes biokompatibilitas
a. Tes in vitro
Dilakukan pada tabung reaksi, cell-culture dish, atau diluar tubuh organisme. Prosesnya
membutuhkan kontak antara sel dan DM. Kontak dapat berupa langsung/tak langsung.
Tes ini dapat dilakukan dengan cepat tetapi biayanya lebih kecil dibanding animal test.
Kekurangaannya adalah relevansi yang kurang jika dibanding in vitro serta tak adanya
respons mekanisme perlindungan tubuh.
Tabel 3. Keuntungan dan kerugian tes in vitro, tes in vivo, dan usage test
b. Tes sitotoksisitas
Digunakan untuk mengetahui sitotoksisitas materi dengan cara melihat pertumbuhan sel
setelah terjadi paparan dengan DM. Jika DM sitotoksi maka sel akan berhenti
berproliferasi dan menunjukkan gejala sitopatik. Gejala seperti rusaknya membran
plasma juga diamati sebagai penanda sitotoksik. Pewarnaan yang diberikan ada 2 jenis:
vital (ditranspor aktif) dan nonvital (tidak ditranspor aktif, diserap oleh membran plasma
yang sudah rusak akibat sitotoksisitas).
Melihat terganggunya proses siklus sel dan pengaktifan komplemen pada sel yang
terpapar agen sitotoksik.
f. Mutagenesis assay
Mengetahui efek genotoksik DM. Tes Ames digunakan untuk melihat efek jangka pendek
mutagenesis pada DM. Tes ini membutuhkan pewarnaan khusus pada Salmonella. Tes
lainnya adalah tes styles, digunakan untuk mengetahui karsinogen poten dengan cara
melakukan paparan sel pada DM kemudian dikultur pada media soft agar. Sel yang tak
bermutasi tak akan tumbuh dan sebaliknya.
g. Animal test
Menggunakan tikus, hamster, dan mamalia lain sebagai tester. The mucous membrane
irritation test mengetahui apakah DM mengakibatkan iritasi oral. Skin sensitization test
pada guinea pigs untuk mengetahui ada tidaknya reaksi hipersensitivitas pada kulit.
Implantation tests digunaka untuk mengetahui kecocokan DM dengan jaringan subkutan
atau kulit dibawahnya.
h. Usage test
Digunakan pada hewan percobaan atau voluntir manusia. Perbedaannya dengan animal
test adalah bahan yang digunakan harus benar-benar sesuai dengan kondisi klinis yang
akan diterapkan.
i. Dental pulp irritation test
Dilakukan pada hewan percobaan mamalia. DM diaplikasikan pada gigi (maxilla dan
mandibula) setelah dilakukan anastesi, didiamkan selama 8 minggu, kemudian amati
pulpa gigi apakan ada iritasi atau tidak.
Gambar 21. Penggunaan tes in vivo, tes in votro, dan tes pada binatang secara bersamaan
b. IS0 10993. Dokumennya dipublikasikan pada 1992 mengandung 12 bagian yang setiap
bagiannya berkaitan dengan aspek biologi.
4. Biokompatibilitas DM
a. Reaksi pulpa
b. Microlekage, menyebabkan iritasi pulpa dengan adanya difusi bakteri atau produk
bakteri.
c. Dentin bonding, penghapusan smear layer dapat memperkuat dental bonding tetapi dapat
mengganggu pulpa karena: menghapus material resin juxtaposes dimana dentin tak
memiliki smear layer sehingga material dapat berdifusi dan menyebabkan pulpitis; kedua
icroleakage menyebabkan difusi produk bakteri ; dan ketiga sama yang digunakan untuk
mnegetsa smear layer juga berpotensi mengakibatkan iritasi .
d. Dentin bonding agents yang beberapa diantaranya juga bersifat sitotoksik.
e. Material berbasis resin juga memiliki efek toksik, pengaplikasian protective liner atau
bonding agen dapat meminimalisasi toksisitasnya.
f. Amalgam dan alloy,memiliki titik berat pada produk hasil korosinya yang dapat bersifat
toksik.
g. Glass ionomers, bersifat toksik pascapengaplikasian tetapi toksisitas akan berkurang
seiring berjalannya waktu.
h. Liners, Varnishes, and Nonresin Cements, beberapa diantaranya juga memiliki sifat
sitotoksik.
i. Bleaching agents, toksisitasnya bergantung pada banyaknya peroksida.
j. Reaksi jaringan lunak oral lainnya terhadap materi restorasi, release product dari agen
restorasi dapat menyebabkan inflamasi. Semen memiliki toksisitas ketika pertama
diaplikasikan. Komposit sangat toksik ketika bereaksi dengan fibroblas akibat adanya
senyawa yang tak berpolimerisasi. Amalgam jika terbawa hingga gingival crevice dapat
menyebabkan inflamasi. Casting alloy dapat menyebabkan reaksi alergi contoknya nikel.
Denture baded material, khususnya methacrylates menyebabkan reaksi hipersensitivitas.
Soft denture liners and adhesives, menunjukkan material ini sitotoksik in vitro dan in
vivo, efek ditandai dengan inflamasi (disebabkan plastizer).
1. Reaksi tulang dan jaringan lunak terhadap materi implan
Reaksi pada logam murni dan alloy, logam murni seperti titanium dapat teroksidasi
kemudian mengalami korosi, alloy dinilai lebih aman karena laju korosi lebih rendah.
Sejak fluoride ditemukan dapat mencegah enamel gigi dari demineralisasi in vivo dan
perkembangan berbagai macam lesi, penggunaan fluoride lalu dikembangkan sebagai material
preventif atau pencegahan kerusakan gigi. Penggunaan fluoride juga dipicu oleh rendahnya
kandungan fluoride pada suplai iar ketika masa awal pembentukan gigi. Fluoride juga dapat
digunakan sebagai suplemen untuk mencegah karies. Untuk orang yang memiliki resiko karies
yang tinggi, fluoride dapat digunakan untuk meningkatkan proteksi karies, misalnya sebagai
pasta gigi, obat kumur, gel dsb. untuk mengefektifkan pemberian fluoride dan penerimaannya
pada permukaan enamel, dibutuhkan material penunjang untuk membawa bahan fluoride yang
aktif pada konsentrasi yang tepat dan menempatkannya di posisi yang benar. Material
penunjang itu harus bersifat non toksik dan mudah dikeluarkan dari rongga mulut setelah
selesai digunakan. Kombinasi dari sistemik (fluoride yang ada dalam tubuh) dan pemberian
fluoride dapat menurunkan resiko karies.
1. Agen Kemoterapi
a. Pasta Gigi
Fungsi utama pasta gigi adalah untuk meningkatkan pembersihan permukaan gigi yang
terlihat dan mengangkat plak, debris yang tertinggal dari sisa saliva, dan sisa kunyahan
makanan. Fungsi keduanya, pasta gigi dapat digunakan sebagai pembawa fluoride,
agen pemutih untuk meningkatkan kualitas dan estetika gigi. Lama kelamaan fungsi
dari pasta gigi itu sendiri bertambah sesuai dengan keentingan industry. Seorang dokter
gigi harus mengetahui bahan-bahan yang terkandung dalam pasta gigi sehingga dapat
merekomendasikannya kepada pasien baik untuk kebutuhan yang umum maupun
kebutuhan tertentu.
Komposisi umum dari pasta gigi diantaranya :
Humectant : sebagai stabilizer komposisi dan mengurangi kehilangan air dari evaorasi
Flavoring agents : sebagai daya tarik bagi konsumen dan membantu menghilangkan bau
mulut, ex : peppermint, cinnamon, wintergreen
Abrasives : untuk membantu mengangkat plak, kotoran yang menempel dan calculus
yang tersimpan, ex : Calcium pyrophosphate, dicalcium phosphate, calcium carbonate,
hydrated silica, dan sodium bicarbonate
Dari berbagai macam komposisi pasta gigi tersebut. abrasives adalah salah satu
komponen yang terpenting dari pasta gigi karena abrasives membantu membersihkan
plak-plak dan kotoran yang menempel pada gigi. Selain itu sikat gigi juga sangat
berperan penting dalam mengangkat plak dan kotoran tersebut. pemilihan sikat gigi
didasarkan pada bulu sikatnya sendiri. Bulu sikatnya harus lembut agar tidak melukai
gigi dan harus dapat membersihkan ke sela-sela gigi.
Beberapa bahan kimia juga dimasukan ke dalam berbagai macam pasta gigi untuk
mengontrol pembentukan tartar, mengurangi resiko karies dan memutihkan permukaan
gigi. Beberapa pasta juga ada yang menggabungkan tetrasodium atau tetrapotassium
pirofosfat yang bertindak sebagai inhibitor untuk pertumbuhan kristal hidroksiapatit.
Konsentrasi fluoride dalam pasta gigi berkisar antara 0.025% sampai 0.15% tergantung
mereknya. Keefektifan pasta gigi yang mengandung fluoride tergantung pada
konsentrasi fluoride yang dikandungnya.
Pencuci mulut mengandung tiga bahan utama. Agen aktif untuk perlindungan kesehatan
spesifik, seperti aktivitas antikaries, efek antimikroba, pemberian fluoride atau reduksi
plak yang menempel. Agen aktif biasanya diberikan dalam bentuk larutan air dan/atau
alcohol. Alcohol digunakan untuk melarutkan beberapa bahan aktif, meningkatkan rasa,
dan bertindak sebagai pengawet bahan. Surfaktan juga ditambahkan ke dalam beberapa
pencuci mulut untuk membantu mengangkat debris dari gigi dan melarutkan bahan lain.
contoh surfaktan diantaranya sodium lauryl sulfate, atau cetyl pyridinium chloride.
Agen
perasa
juga
ditambahkan
untuk
menyegarkan
nafas,
termasuk
Dua factor yang harus dipertimbangkan dalam menilai suatu produk pencuci mulut
adalah keasaman dan kandungan ethanolnya. Meskipun larutan pencuci mulut ini tidak
diminum seperti minuman beralkohol, tetap ada efek topikalnya sehingga kadar
ethanolnya tidak boleh terlalu tinggi.Dua bahan utama yang menyebabkan efek
penyembuhan positif pada pencuci mulut adalah chlorhexidine dan fluoride.
Chlorexidine adalah agen antibakteri yang kuat yang digunakan secara primer pada
pasien dengan jaringan lunak atau infeksi gusi. Konsentrasi yang dapat diterima
diantara 0,1%-0,2%. Chlorexidine jga efektif dalam mengurangi inflamasi jaringan
lunak yang berasosiasi dengan penyakit periodontal.
c. Fluoride Varnish
Yaitu pemberian fluoride secara topical ke permukaan gigi pasien yang beresiko tinggi
terkena karies. Mekanisme kerja dari fluoride varnish ini mirip dengan pencuci mulut
fluoride, fluoride kalsium diberikan ke permukaan gigi dan dikonversikan lewat reaksi
remineralisasi menjadi fluorapatite
Tujuan utama diberikannya sealant adalah agar terjadinya penetrasi bahanke dalam pit dan
fisura serta berpolimerisai dan menutup daerah tersebut dari bakteri dan debris. Bahan
sealant ideal mempunyai kemampuan retensi yang tahan lama, kelarutan terhadap cairan
mulutrendah, biokompatibel dengan jaringan rongga mulut, dsn mudah diaplikasikan.
Dua bahan sealant yang sering digunakan adalah resin sealant dan glass ionomer sealant.
Resin sealant dapat melakukan polimerisasi secara autopolimerisasi dan fotopolimerisasi.
Sedangkan glass ionomer sealant yang sering digunakan bersifat autopolimerisasi. Kedua
jenis sealant itu memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Resin sealant lebih
tahan lama dan lebih memiliki kemampuan penetrasi yang baik karena adanya proses etsa
pada enamel gigi yang menghasilkan kontak yang lebih baik antara bahan resin dengan
permukaan enamel Sedangkan glass ionomer sealant digunakan karena manipulasinya yang
mudah dilakukan.
a. Resin Sealant
Sealant yang paling banyak adalah Bis-GMA resin dan light cured. Nama lengkap dari
Bis-GMA adalah ,2-bis[4(2-hydroxy-3-methacryloyloxy-propy1oxy)-phenyll propane.
Perbedaan yang paling utama adalah Bis-GMA sealant harus lebih cair untuk dapat
penetrasi ke pit dan fissure dan area sekitarnya pada gigi
b. Light-cured sealant
Kebanyakan sealant sekarang adalah light-cured yang diaktivasi oleh diketon dan amin
alifatik. Sealant ini diterapkan pada area pit dan fissure dengan aplikator yang tepat
dan, ketika tercapai polimerisasi yang diinginkan, diberikan cahaya 1 sampai 2 mm dari
permukaan selama 20 detik. Keuntungan memakai sealant ini adalah kerja sealant ini
dapat dikontrol oleh operator.
c. Self-cured sealant
Terdiri dari 2 komponen sistem : satu komponen mengandung Bis-GMA resin dan
benzoyl peroxide inisiator dan yang lainnya mengandung Bis-GMA resin dengan 5%
amin organic akselerator. Kedua komponen dicampur lalu langsung diaplikasikan ke
permukaan gigi. Campuran ini sangat sensitive terhadap temperature. Untuk
mengoptimalkan penetrasi, langsung apliasikan self-pured sealant setelah tercampur.
Karena manipulasi yang terlambat dapat merusak polimerisasi dan menginduksi
kegagalan ikatan.
Manipulasi Sealant
Aplikasi sealant
Aplikasi sealant bergantung pada viskositas dan waktu guna sealant itu sendiri. Sealant
baik diaplikasikan dengan sikat tipis, aplikator bola atau syring. Hindari penggunaan
material yang berlebihan karena akan mengganggu oklusi gigi. Setelah selant
terpasang, periksa dan sesuaikan oklusi.
3. Flowable Composit
Dinamakan flowable composit karena sifatnya yang mudah mengalir dan viskositasnya
yang rendah. Dikarenakan sifatnya yang mudah mengalir, flowable composit ini dapat
menjangkau pit dan fissure pada permukaan oklusal gigi. Digunakan sebagai restorasi
preventif resin, pembatas
kavitas, repair restorasi dan restorasi servikal. Flowable composit biasanya tersedia dalam
bentuk semprotan. Dapat digunakan langsung ke dalam kavitas atau ke permukaan gigi.
Athletic mouth protectors biasanya digunakan oleh atlet, seperti atlet sepakbola, hockey es,
bola basket, gulat, hockey lapangan, softball dan olahraga lain. penggunaannya makin
meningkat setelah ada penelitian tentang olahragawan yang mengalami injury orofasial,
dari 38% yang mengalami injury, hanya 15% diantaranya yang memakai athletic mouth
protector. Injury pada gigi akibat kegiatan olahraga dapat mengakibatkan pulpitis, nekrosis
pulpa, resorpsi, pendarhan internal, kerusakan saluran pulpa dsb.
Setelah itu setiap atlet diharuskan untuk memakai internal mouth protector oleh Asosiasi
Athletic Nasional. Karenanya, diperkirakan 50.000 injury orofasial dapat dicegah tiap
tahunnya.
Stock, mouth-formed (boil-and-bite) dan custom mouth protector adalah contoh dari mouth
protector. Custom-made Mouth protector pada umumnya dibentuk dari lembaran
thermoplastic polymer yang fleksibel. Kebanyakan lembaran mouth protector itu adalah
Angkat setelah dipanaskan selama 10-35 detik ( sesuai direksi dari manufaktur)
Gigit ke bawah perlahan, hisap udara dan air dengan menekan lidah melawan bagian
belakang dari gigi maksilar
Tinggalkan protector selama 30 detik, jika belum terasa pas, prosedur dapat diulang, jika
protector terlalu lebar, potong ujung protector untuk menyesuaikan panjangnya sebelum
ditempatkan di air panas
4. Resin Composite
Resin Composite (Polimer Matrix Composite) merupakan bentuk polimer yang digunakan
untuk merestorasi jaringan keras seperti enamel dan dentin. Resin composite digunakan
untuk mengganti struktur gigi yang hilang dan memodifikasi kontur serta warna gigi karena
memiliki warna yang sesuai dengan warna gigi. Sebagai polimer, resin composite bersifat
menyerap air sehingga tidak beitu kuat. Pada umumnya, resin composite digunakan pada
lesi yang kecil pada permukaan yang mengutamakan estetika, namun saat ini telah
berkembang teknologi nano komposit sebagai bahan retorasi pada area yang memiliki
stress-bearing lebih tinggi.
6. Keramik
Yang dimaksud dengan keramik pada material kedokteran gigi adalah segala material yang
bersifat nonmetalik dan inorganik dan diproses menggunakan api bertemperatur tinggi
unutk mendapatkan sifat tertentu. Berdasarkan aplikasinya, keramik dalam kedokteran gigi
dibagi menjadi keramik dalam metal-ceramic crowns dan all-ceramic crowns, inlay, onlay,
dan pelapisan.
7. Luting Agents
Luting agents merupakan pelekat material restorasi pada permukaan gigi. Luting agents
dikategorikan menjadi: provisonal (temporary) cements dan devinitive cements.
Provisional cements bersifat sementara karena digunakan untuk menempelkan tumpatan
sementara yang memerlukan perawatan lanjutan sedangkan devinitive cements digunakan
secara permanen. Provisional cements harus memiliki strength yang tidak begitu tinggi dan
mudah dilepas, contohnya zinc oxide-eugenol dan non eugenol cement, dan pasta kalsium
hidroksida.
Luting agents dapat dibedakan pula melalui cara pengerasannya: reaksi asam-basa dan
polimerisasi. Luting agents yang mengeras melalui reaksi asam-basa antara lain glassionomer, resin-modified glass ionomer, zinc oxide-eugenol, zinc polycarboxylate, dan zinc
phosphate sedangkan yang mengersa melalui polimerisasi yaitu resin cements, copomers,
dan self-adhisive resin cements.
Material rehabilitatif merupakan material yang digunakan untuk bisa menciptakan suatu
keadaan baru sebagai tindakan untuk memperbaiki keadaan sebelumnya sehingga fungsinya
kembali semula. Yang termasuk sebagai materi rehabilitasi yaitu logam,keramik dan akrilik
resin.
1. Akrillik resin
Digunakan sebagai basis pada gigi tiruan. Akrilik resin ialah rantai polimer yang terdiri dari
unit-unit metil metakrilat yang berulang. Selain untuk basis gigi tiruan, akrilik resin
biasanya juga digunakan untuk pelat orthodonsi serta restorasi crown dan bridge. Nilai
umum Tg dari akrilik resin yaitu 105 0 . Resin akrilik dapat digolongkan sebagai isolator
yang baik. Bahan dasar untuk basis ini memiliki ketahanan yang rendah apabila dijatuhkan
pada permukaan kasar, sehingga bisa menyebabkan fraktur.
2. Dental ceramic
Aplikasi untuk ceramic sangat banyak dalam kedokteran gigi: ceramic untuk metal
crown ;all ceramic crowns, inlays, onlays, dan veneers; ceramic denture teeth (gigi tiruan).
Kualitas dari ceramic bergantung pada bahan-bahan dasarnya. Hanya bahan-bahan tertentu
saja yang bisa menjadi bahan pembentuk ceramic/ dental porcelain. Hal ini dikarenakan
terdapat banyaknya syarat dan ketentuan yang sangat ketat dalam menyusun ceramic,
seperti warna, kekuatan , insolubility, kejernihan. Bahan dasar porcelain yaitu crystalline.
Namun pada kenyataannya, ceramic bersifat sedikit rapuh, mudah hancur, dan hasil akhir
sangat ditentukan oleh teknik pembuatannya. Dental porcelain lebih keras tapi mudah
rapuh dibandingkan mengunakan plastic teeth. Plastic teeth memiliki daya pegas atau
lentur sifatnya. Selain itu, dental porcelain memiliki sifat yang lebih resistan terhadap
abrasi dibandingkan gigi asli/natural tooth. Sifat kimia dental ceramic yaitu tahan asam.
Sifat optic dari dental ceramic yaitu translusen dan dapat diwarnai menyerupai warna gigi.
Dental ceramic merupakan isolator. Keramik memiliki ketahanan terhadap tekanan tibatiba yang rendah sehingga bisa menyebabkan fraktur .
3. Alat Orthodonti
Alat orthodonti terbuat dari campuran logam atau alloys, misalnya antara nikel-titanium
atau beta-titanium. Masing-masing jenis campuran ini memiliki perbedaan dan keuntungan
kerugiannya masing-masing. Pada nikel-titanium alloy, komposisinya ialah 55% nikel dan
45% titanium dan memiliki TTR (temperature transititon range). Nikel-titanium
dibandingkan stainless steel dan beta-titanium alloy, memiliki modulus elastic dan yield
strength paling rendah namun memiliki springback tertinggi ( elastic deflaction yang
maksimum).
Tiga jenis dari alat orthodonti yaitu stainless steel, nikel-titanium dan beta-titanium. Dari
ketiganya, stainless steel memiliki yield strength, modulus elastic dan spring rate paling
tinggi, dan springback paling rendah. Elgiloy paling mudah untuk dibentuk. Nikel titanium
alloy paling rendah dalam modulus elastic dan yield strength, sedangkan springback paling
besar. Nikel titanium memiliki spring rate paling rendah, tapi daya pegasnya paling tinggi.
Material Cetak
Material cetak kedokteran gigi digunakan untuk mereplika jaraingan keras dan lunak kavitas
oral pasien dengan akurat. Area lingkup cetakan sangat beragam, mulai dari cetakan satu gigi,
panoramic, maupun edentulous. Material cetak akan ditempatkan pada tray, kemudian
diletakkan pada permukaan oklusal gigi pasien, kemudian dilepas. Hasil yang diperoleh
merupakan reproduksi negative/negative cast dari jaringan oral pasien. Cast adalah kontruksi
yang meliputi denture, crown, prostesa tetap gigi, dan bentuk restorasi lainnya. Untuk
mendapatkan hasil positive cast, diisikan dengan dental stone atau dental material lainnya.
Model atau positive cast yang akurat ini digunakan dalam berbagai macam kasus kedokteran
gigi, yaitu dalam bidang orthodonsia mengevaluasi kondisi gigi, keadaan oklusi; dalam bidang
prostodonsia untuk membuat prostesa, merestorasi gigi, dan sebagainya. Selain itu, material
cetak juga digunakan untuk menduplikasi gigi pasien dari hasil cetakan sebelumnya.
Material cetak ini biasanya dibuat dalam kondisi plasts, tidak mengalami deformasi sehingga
keakuratannya tepat. Aspek terpenting yang harus dimiliki oleh material cetak kedokteran gigi
adalah akurasi, detail, dan kualitas replica. Sedangkan untuk pengaplikasiannya ke dalam
kavitas oral, material ini diletakkan di atas sendok cetak: stock tray, bite registration tray,
custom tray, atau triple tray.
Tidak semua bahan dapat digunakan sebagai material cetak kedokteran gigi. Sayar wajib yang
harus dipenuhi untuk menjaga kualitasnya antara lain:
Tidak berubah bentuk dalam kurun waktu tertentu sehingga dapat disimpan dan
didistribusikan
Memiliki sifat elastic yang sesuai sehingga mudah dilepaskan dari oral
Memiliki kekuatan yang baik sehingga tidak mudah rusak ataupun sobek
Terdapat beragam bahan-bahan material kedoktekteran gigi, namun yang paling sering
digunakan pada saat ini adalah alginate hydrocolloid dan elastomeric impression materials.
Elastomeric impression materials telah menggantikan material kedokteran gigi yang kaku
seperti plaster, impression compound, dan zinc oxide-eugenol untuk mencetak jaringan lunak
oral dan keadaan oklusi.
Mekanik:
iii.
iv.
Biologi:
o Manipulasi: Plaster of Paris dicampur H2O dengan ratio 100 gram : 50-60 ml.
Pengadukan bebas dari gelembung yang dapat menimbulkan hasil tidak akurat
o Sudah jarang digunakan semenjak ada bahan elastic
ii.
Tipe II: Bahan Higher Fusing digunakan sebagai bahan sendok cetak yang
cukup kaku untuk menahan beban cetak lain
o Sifat:
i.
Fisik:
ii.
Mekanik:
iii.
Biologi
ii.
iii.
iv.
Pasta I: Zinc oxide pasta + oil (misalkan minyak olive, yang berfungsi
sebagai plasticisor)
ii.
o Sifat:
i.
Fisik:
ii.
Mekanik:
iii.
Kimia:
Biologi:
o Manipulasi:
i.
ii.
Penggunaan dengan panjang yang sama, kedua pasta di aduk di glass slab
dengan spatula flexible sampai homogeny
d. Malam
o Komponen: campuran wax dan resin
o Sifat:
i.
Kimia: titik lebur rendah, pada temperature mulut dapat mengalir (flow
tinggi)
b. Agar Hydrocolloid
o Komponen:
Komponen
Persentase
Fungsi
Agar
14%
Koloid
Borax
0,2%
Memperkuat
memperpanjang
setting DM
K2SO4
2%
H2O
83.8%
Media dispersi
gel,
waktu
o Sifat:
i.
Fisika:
ii.
Mekanik:
iii.
Biologi:
Setelah mendidih, bahan dapat disimpan pada temperature 650 C sampai/selama 8 jam
agar bagian dalam tabung lunak
Sendok cetak yang sudah diisi bahan cetak diletakkan dalam tempering bath pada
temperature 450 C selama 2 menit sebelum diletakkan pada mulut pasien
Dengan pendinginan sendok cetak maka bahan agar akan cepatsekali setting
Temperatur lebih tinggi diperlukan untuk mengubah bentuk gel menjadi sol kembali
o Aplikasi: Pencetakkan protesa, mahkota, atau bridge.
c. Alginate Hydrocolloid
o Komponen:
o Sifat:
i.
Fisika:
ii.
Kimia:
Tidak
dapat
ditaruh
dalam
keadaan
Biologi:
o Manipulasi:
Non-toxic, non-iritan
lembab,
dan
Gunakan air dengan suhu ruang (terlalu panas setting time cepat, terlalu dingin setting
time lambat)
Retensi dengan sendok cetak: sendok cetak lubang-lubang dan perekat (sticky wax yang
dilebur atau methyl cellulose)
Cetakan diangkat dari dalam mulut setelah bentuk elastis pertama sekali terlihat
d. Elastomer
o Komponen dan Sifat:
i.
ii.
iii.
iv.
Polyeter: Pasta base: kopolimer rantai panjang dengan atom oksigen dan
gugus metilen, gugus terminal reaktif, filler silica, plasticizer tipe non-
ii.
Teknik putty-wash
Gipsum
Epoxy
Buruk
Baik
Kemudahan penggunaan
Mudah
Cukup sulit
Minimal
Beberapa jam
Minimal
Minimal
Tidak ada
Beberapa(allergy)
Perubahan dimensi
Sedikit expansi
Sedikit kontraksi
Akurasi
Baik
baik
1. Gypsum
a. Aplikasi:
Replikasi jaringan keras dan lunak kavitas oral untuk pembuatan alat
orthodonti, prostodonti (mahkota, jembatan, protesa)
Tipe IV: Dental stone high strength untuk working model dengan carving
Tipe V: Dental stone high strength high expansion sebagai material tanam
b. Tipe:
tuang/investment
c. Komponen utama: semua tipe berbahan dasar kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4.H2O)
d. Manipulasi:
Masukkan air ke dalam bowl, tuang bubuk stone gips sesuai rasio
Aduk dengan spatula dengan kecepatan 120 rpm selama 1 menit hingga
homogeny
Amati model rahang dan gigi: porositas dan detail hasil pengecoran
Bentuk kristal:
e. Sifat:
Setting Time:
o Impression plaster: 4 1
o Dental Plaster: 12 4
o Dental stone: 12 4
o Dental stone high strength: 12 4
o Dental stone high strength high expansion: 12 4
Waktu setting diperngaruhi: accelerator (garam anorganik NaCL, CaSO4, K2SO4,
partikel terra alba), retarder (bahan organik: glue, gelatin, borax, partikel koloid:
darah, saliva, agar, alginate yang tidak setting), suhu dan kelembaban, spatulasi,
bentuk dan kehalusan partikel, kemurnian bahan.
1. Epoxy
a. Berbentuk pasta, mengeras dengan bantuan activator bergugus amin. Aktivator ini
bersifat toxic dan tidak boleh tersentuh kulit
b. Tidak dapat digunakan bersama agar yang mengandung air karena air menghambat
polimerisasi resin sehingga memperlambat pengerasan
c. Digunakan bersama elastomer
Investment
Aplikasi: restorasi dengan emas atau logam. Terdapat dua tipe:
Tipe I: komposisi terdiri dari ikatan fosfat yang tahan panas, digunakan
dengan cast glass technique
Tipe II: Membuat semua restorasi keramik, baik veneer (lapisan), inlay,
maupun crown,
Daftar Pustaka
Craig RG and Powers JM. 2002. Craigs Restorative Dental Material 11th edition. Missouri:
Mosby
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7202-2702100027-bab2.pdf Diakses pada hari
Selasa, 19 Februari 2013 pukul 21.00
Manapalil J. 2003. Basic Dental Material 2nd edition. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publisher.
Phillips. 2003. Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC
Sakaguchi, Ronald R. and John M. Powers. 2012. Craigs Restorative Dental Materials 13th ed.
Philadelphia: Elsevier Mosby