Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecemasan merupakan sebuah perasaan yang muncul pada manusia dengan tanda emosi
negatif dan ketegangan pada tubuh yang timbul sebagai bentuk antisipasi bahaya yang
memunculkan respon sistem fisik, kognitif dan perilaku dimana ketiga sistem ini saling
berhubungan (Putu et al., 2019). Rasa cemas timbul sebagai respon normal seseorang saat
mengalami suatu tekanan atau kejadian yang nantinya dapat mempengaruhi perubahan
perilaku serta dapat menimbulkan perasaan gelisah (Hapsari Andayani et al., 2022).
Kecemasan terjadi dalam banyak aspek di kehidupan manusia, salah satunya dalam bidang
kedokteran gigi berkaitan dengan pengalaman dan prosedur perawatan yang disebut juga
dengan dental anxiety atau kecemasan dental (Putu et al., 2019).

Menurut Grisolia pada tahun 2021 dalam Hapsari Andayani et al., 2022 kecemasan dental
di penjuru dunia memiliki prevalensi mencapai 5,7-20,2% pada seluruh rentang usia. Bahkan
pada penelitian yang dilakukan oleh Zinke et al. pada tahun 2019 menyebutkan 70% populasi
secara umum mengalami kecemasan dental sebelum melakukan prosedur pemeriksaan gigi
dan didapatkan pasien merasakan sangat cemas sebanyak 20%, lalu 5% lainya sampai
menghindari kunjungan untuk melakukan perawatan gigi secara penuh. Pada anak-anak
prevalensi kecemasan dental memiliki angka yang tidak jauh berbeda dari penelitian grisolia,
dimana kecemasan dental pada anak mencapai 6-20% pada anak usia 4-18 tahun dan sesuai
dengan penelitian pada tahun 2008 yang dilakukan oleh hertanto yang menunjukkan angka
kecemasan dental pada anak usia 6 tahun sebesar 17% dan pada usia 9 tahun sebesar 24%. Hal
ini berkaitan dengan teori perkembangan kognitif oleh Jean Piaget dimana pada anak usia 7-
12 tahun yang sedang berada pada fase perkembangan operasional yang konkret, anak sudah
cukup matang untuk berfikir dengan pemikiran logika dan mampu mengklasifikasikan objek
sehingga mampu mengenali stimulus yang dapat mengakibatkan rasa cemas (Putu et al.,
2019). Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan dental antara lain seperti usia,
jenis kelamin, pengetahuan dan juga pengalaman oleh tim dokter gigi selama
perawatan(Skripsa et al., 2021).
Pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut yang kurang dapat menimbulkan rasa
cemas dan rasa takut yang berpengaruh kepada sikap individu pada saat dilakukan perawatan
yang berkaitan dengan gigi dan mulut. Sebaliknya, apabila seorang individu memiliki
pengetahuan yang baik mengenai prosedur perawatan gigi, maka hal ini akan dapat
meminimalisir rasa cemas pada saat prosedur dilaksanakan. Penelitian oleh Al Jasser
menunjukkan juga bahwa mahasiswa kedokteran gigi senior memiliki tingkat kecemasan
dental yang lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa kedokteran gigi junior dikarenakan
proses pembelajaran pada mahasiswa senior yang telah terpapar berbagai prosedur perawatan
gigi dimana hal ini kemudian dianggap sebagai suatu terapi paparan berupa pembiasaan
lingkungan terkait dengan perawatan kesehatan gigi dan mulut (Al Jasser et al., 2019). Seiring
dengan bertambahnya pengetahuan tentang prosedur perawatan gigi akan dapat meminimalisir
tingkat kecemasan dental dan salah satu upaya peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan
mulut adalah dengan melaksanakan penyuluhan.

Penyuluhan kesehehatan gigi dan mulut memerlukan media yang tepat disesuaikan
dengan sasaran penyuluhan agar pelaksanaan penyuluhan dapat berjalan dengan
optimal(Sitanaya, 2019). Pada anak usia 7-11 tahun, sesuai tahap perkembangan kognitif
belum dapat berpikir secara abstrak oleh karena itu pembelajaran menggunakan media belajar
akan sangat membantu menjelaskan sesuatu yang abstrak menjadi lebih konkret sehingga
dapat memotivasi, memperjelas dan mensederhanakan konsep yang rumit menjadi mudah
dipahami(Huda & Pertiwi ; Nisa et al., 2021) . Penyuluhan dapat dilakukan untuk menambah
pengetahuan, memberikan persepsi baru untuk mengubah sikap dan dapat menggunakan
berbagai macam media diantaranya adalah media audio visual dan tell-show-do.

Media audio visual masuk ke dalam media yang menggabungkan dua unsur berupa unsur
visual (gambar) dan unsur audio (suara) di waktu yang bersamaan. Penggunaan media audio
visual mengandalkan dua indera sekaligus yaitu pengelihatan dan juga pendengaran dimana
Edgar Dale menyebutkan bahwa proses pendidikan dan penyampaian informasi akan lebih
mudah dicerna saat indera pada manusia semakin banyak diikutsertakan dalam proses
pembelajaran tersebut (Jumriani et al., 2022). Sejalan dengan pernyataan tersebut, pada
penelitian Sintanaya (2019) yang membandingkan efektivitas penggunaan flip chart dan
media audio visual pada siswa SD tentang karies didapatkan bahwa siswa yang diberikan
penyuluhan dengan media flip chart lebih mendapatkan tingkat pengetahuan yang sedikit
dibandingkan kelompok siswa yang mendapatkan penyuluhan melalui media audio visual.

Selain media audio visual terdapat juga metode tell-show-do dimana konsep metode ini
adalah memberikan penjelasan secara verbal terlebih dahulu mengenai prosedur perawatan
gigi dengan penjelasan yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Lalu memberikan
pertunjukan pada anak untuk membiasakan anak dengan demonstrasi prosedur dengan cara
tertentu yang dilakukan dengan hati-hati dan tidak membuat anak merasa terancam sekaligus
menunjukkan alat yang dipakai dan bagaimana cara kerja dari alat tersebut kemudian
melakukan tindakan yang sesuai dengan penjelasan yang telah diberikan (Elicherla et al.,
2019). Metode tell-show-do dapat juga dilakukan sedikit modifikasi sebagai metode
penyuluhan dimana dengan bermain menggunakan gigi tiruan mainan dan yang disebut
dengan tell-show-play-doh dimana metode ini digunakan sebelum dilakukan perawatan (Pre-
Operatif) dengan konsep yang sama namun terdapat sedikit perbedaan dimana tahapan “do”
pada tell-show-do dilakukan oleh dokter gigi sedangkan pada tell-show-play-doh dilakukan
dengan membiasakan anak dengan konsep “learning by doing” untuk mengurangi rasa takut
pada anak-anak dan mengedepankan perilaku adaptif dari kebiasaan tersebut agar terbiasa dan
terbawa pada saat perawatan pada masa yang akan datang (Radhakrishna et al., 2019). Tell-
show-do dapat memberikan gambaran tentang bagaimana langkah demi langkah perawatan
yang akan dilakukan sehingga dapat menghindarkan rasa takut akibat ketidaktahuan terkait
yang akan dijalani, tetapi terdapat faktor konsistensi dalam meyakinkan kepada anak bahwa
perawatan yang dilakukan tidak menyakitkan. Tell-show-do dapat digunakan sebagai metode
penyuluhan dalam kesehatan gigi dan mulut dimana metode ini memberikan pengalaman
mulai dengan bentuk lisan dan memberikan peserta kesempatan melihat secara langsung
demonstrasi dari penjelasan lisan yang sudah diberikan dan memberikan kesempatan peserta
mencoba pengetahuan yang didapatkan secara langsung (Putri Ranata et al., 2022).

Sejalan dengan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
perbedaan modified dental anxiety scale sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan prosedur
perawatan gigi pada anak usia 8-11 tahun menggunakan media audio visual dan tell-show-do.

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan tingkat kecemasan anak usia 8-11 tahun sebelum dan sesudah
dilakukan penyuluhan menggunakan media audio visual dan tell-show-do?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum

Menganalisa perbedaan tingkat kecemasan anak usia 8-11 tahun sebelum dan sesudah
dilakukan penyuluhan menggunakan media audio visual dan tell-show-do

2. Tujuan khusus
Mengetahui tingkat kecemasan pada anak usia 8-11 tahun
Mengetahui tingkat kecemasan pada anak setelah dilakukan penyuluhan
Menganalisa tingkat kecemasan pada anak sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai kecemasan dental yang
berkaitan dengan penyuluhan kesehatan gigi.
b. Membandingkan
c. Dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan sumber informasi penelitian selanjutnya.
d. Mendapat pengalaman bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dan wawasan
tentang kecemasan dental sebelum dan sesudah dilakukanya penyuluhan.
2. Manfaat aplikatif
a. Sebagai masukan terhadap institusi terkait untuk melaksanakan penyuluhan secara
rutin agar meminimalisir terjadinya kecemasan dental pada anak-anak.
b. Diharapkan penelitian ini mampu mengurangi rasa cemas pada anak dan mendorong
anak untuk memeriksakan diri ke dokter gigi.
DAFTAR PUSTAKA
Al Jasser, R., Almashaan, G., Alwaalan, H., Alkhzim, N., & Albougami, A. (2019). Dental anxiety among dental,
medical, and nursing students of two major universities in the central region of the Kingdom of Saudi Arabia:
A cross-sectional study. BMC Oral Health, 19(1). https://doi.org/10.1186/s12903-019-0757-x

Elicherla, S. R., Bandi, S., Nuvvula, S., Challa, R. subbareddy, Saikiran, K. V., & Priyanka, V. J. (2019). Comparative
evaluation of the effectiveness of a mobile app (Little Lovely Dentist) and the tell-show-do technique in the
management of dental anxiety and fear: a randomized controlled trial. Journal of Dental Anesthesia and Pain
Medicine, 19(6), 369. https://doi.org/10.17245/jdapm.2019.19.6.369

Hapsari Andayani, L., Josephine Poerjoto, M., Erri Astoeti, T., Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat dan Pencegahan, B.,
Kedokteran Gigi, F., & Trisakti, U. (2022). PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DENTAL PADA MURID SMU
BERDASARKAN KARATERISTIK SOSIODEMOGRAFI. 6(1), 41–48. https://doi.org/10.24912/jmstkik.v6i1.11883

Jumriani, K., Fadillah Basrah, A., Kesehatan Gigi, J., Kemenkes Makassar, P., & Amanah Makassar Email Penulis
Korespondensi, S. (2022). Penggunaan Media Penyuluhan Audio Visual Dalam Meningkatkan Pengetahuan
Tentang Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Anak Sekolah Dasar Kelas V SD Negeri Maccini 2 Kota Makassar.
Tahun, 21(1), 54.

Nisa, D., Riana, I., Safira Meidiza Putri, K., Aulia Hidayat, N., Rahma Tsania, S., Amar Muslih, R., Guru Madrasah
Ibtidaiyah, P., Tarbiyah dan Keguruan, F., & Islam Negeri Sunan Gunung Djati, U. (2021). Penyuluhan
Kesehatan Gigi Melalui Metode Audio Visual dan Demonstrasi pada Anak MI (Vol. 1, Issue 44).
https://proceedings.uinsgd.ac.id/index.php/Proceedings

Putri Ranata, N., Purwaningsih, E., Hadi Sugito, B., Kesehatan Gigi, J., & Kesehatan Kemenkes Surabaya, P. (2022).
PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PEMELIHARAAN KEBERSIHAN GIGI ANAK TUNA GRAHITA DENGAN
METODE TELL SHOW DO. Jurnal Ilmiah Keperawatan Gigi (JIKG), 3(2).
http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

Putu, N., Mathius, N. E., Sembiring, L., & Rohinsa, M. (2019). Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 7-12 Tahun yang
akan Melakukan Ekstraksi Gigi di RSGM Maranatha. In Padjadjaran J Dent Res Student. Februari (Vol. 3, Issue
1).

Radhakrishna, S., Srinivasan, I., Setty, J. V, D R, M. K., Melwani, A., & Hegde, K. M. (2019). Comparison of three
behavior modification techniques for management of anxious children aged 4–8 years. Journal of Dental
Anesthesia and Pain Medicine, 19(1), 29. https://doi.org/10.17245/jdapm.2019.19.1.29

Sitanaya, R. I. (2019). Efektivitas Flip Chart Dan Media Audiovisual Terhadap Peningkatan Pengetahuan Siswa SD
Negeri Katangka tentang Karies gigi. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 10(2), 63–68.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.110

Skripsa, T. H., Mumtaz, H. Y., Kusuma, I. A., & Prabowo, Y. B. (2021). <p>Hubungan pengetahuan serta dukungan
keluarga dengan dental anxiety pada usia dewasa muda</p><p> Relationship of knowledge and family
support with dental anxiety in young adulthood<p>. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, 33(2),
153. https://doi.org/10.24198/jkg.v33i2.33253

Anda mungkin juga menyukai