Anda di halaman 1dari 25

MODERASI BERAGAMA DALAM PERSPEKTIF

ETIKO-TEOLOGI ISLAM
Made Saihu
DEFINISI MODERASI BERAGAMA

“Cara pandang, sikap, dan prilaku beragama dalam kehidupan bersama dengan cara
mengejawentahkan esensi ajaran agama, yang melindungi martabat kemanusiaan, membangun
kemaslahatan umum, berdasarkan prinsip adil, berimbang dan mentaati konstitusi sebagai
kesepakatan berbangsa.”
APA YANG DIMAKASUD MODERASI
BERAGAMA?
Short Answer Submissions (all)

Nai Beraga secara modern

Mastutoh Beragama agamac

Azzah Azzah

Najmi Toleransi dengan agama lain


AYAT TERKAIT

‫َو َيُك ْو َن الَّر ُس ْو ُل َعَلْي ْمُك َش ِهْي ًد اۗ َو َم ا َجَع ْلَن ا اْلِقْبَةَل ا ْيِتَّل‬ ‫َو َك ٰذ َكِل َجَع ْلٰن ْمُك ُاَّم ًة َّو َس ًط ا ِّلَتُكْو ُن ْو ا ُش َهَد ۤا َء َعىَل الَّن اِس‬
‫َع ِقَبْي ِۗه َو ِا ْن اَك َنْت َلَكِب َرْي ًة ِا اَّل َعىَل اِذَّل ْيَن َه َد ى اُهّٰلل ۗ َو َم ا‬ ‫ُكْنَت َعَلَهْيٓا ِا اَّل ِلَنْع َمَل َمْن َّيَّتِب ُع الَّر ُس ْو َل ِم َّم ْن َّيْنَقِلُب َعىٰل‬
‫اَك َن اُهّٰلل ِلُيِض ْي َع ِاْيَم اَنْمُك ۗ ِا َّن اَهّٰلل اِب لَّناِس َلَر ُء ْو ٌف َّر ِح ٌمْي‬
Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi
atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak
menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang
mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali
bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh,
Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia. (Al-Baqarah: 143)
SEBUTKAN DALIL AYAT TENTANG
MODERASI BERAGAMA
‫‪Moderasi dalam bahasa Indonesia biasanya dianggap sebagai terjemahan dari wasasth, wasathi, dan‬‬
‫‪wasathiyah. Kata “wasath” dalam semua derivasinya ditemukan dalam lima ayat al-Qur’an.‬‬

‫‪‬فأثرن به نقعا‪ .‬فوسطن به مجعا {العاديات‪}5 :‬‬


‫‪ ‬فكفارته إطعام عشرة مساكني من أوسط ما تطعمون أوكسوهتم أو حترير رقبة {املائدة‪}89 :‬‬
‫‪‬قال أوسطهم أمل أقل لكم لوال تسبحون {القلم ‪}28‬‬
‫‪‬حافظوا على الصلوات والصالة الوسطى {البقرة‪}238 :‬‬
‫‪ ‬وكذلك جعلناكم أمة وسطا لتكونوا شهداء على الناس {البقرة‪}143 :‬‬
Terbaik

Paling Utama
‫وسطا‬ Adil

Pertengahan
Terbaik

Hidayah
‫وسطا‬ Adil

Pertengahan
RELEVANSI AYAT

‫ِق‬ ‫َت‬ ‫ُّم‬ ‫ٍط‬‫ا‬ ‫َرِص‬ ‫ىٰل‬ ‫ِا‬ ‫ۤا‬ ‫َش‬‫َّي‬ ‫َمْن‬ ‫ْي‬ ‫ِد‬ ‫ْهَي‬ ‫ُۗب‬ ‫ِر‬ ‫ْغ‬ ‫ْل‬‫ا‬ ‫ِرْشُق‬ ‫ْل‬‫ا‬ ‫ِهّٰلِّل‬ ‫ْل‬‫ُق‬ ۗ‫ا‬‫َهْي‬‫َل‬‫َع‬ ‫ا‬ ‫ُن‬ ‫اَك‬ ‫َّل‬‫ا‬ ‫ِهِت‬‫َل‬ ‫ِق‬ ‫ْن‬ ‫َع‬ ‫ُهى‬ ‫ّٰل‬
‫َس َيُقْو ُل الُّس َفَهۤا ُء ِم َن الَّناِس َم ا َو ْم ْب ُم ْيِت ْو‬
‫ْس ٍمْي‬ ‫ُء‬ ‫َم َو َم‬
Orang-orang yang kurang akal di antara manusia akan berkata, “Apakah yang memalingkan
mereka (Muslim) dari kiblat yang dahulu mereka (berkiblat) kepadanya?” Katakanlah
(Muhammad), “Milik Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia
kehendaki ke jalan yang lurus.” (Al-Baqarah: 142)

‫ْهَّيِد ْي ِبِه اُهّٰلل َمِن اَّتَبَع ِرْض َو اَنٗه ُس ُبَل الَّس ِمٰل َو ْخُي ِرُهُج ْم ِّم َن الُّظ ُلٰم ِت ِا ىَل الُّنْو ِر ِاِب ْذ ِنٖه َو ْهَيِد ِهْي ْم ِا ىٰل َرِص اٍط ُّم ْس َتِقٍمْي‬

Dengan Kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan
keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada
cahaya dengan izin-Nya, dan menunjukkan ke jalan yang lurus. (Al-Maidah: 16)
B. SUBYEK-OBYEK MODERASI BERAGAMA

1. Diri Sendiri
2. Orang Lain: (a) Keluarga dan (b) Masyarakat
3. Negara
4. Kebudayaan, Kultur dan Tradisi
C. KARAKTER KUNCI MODERASI BERAGAMA

1. Tawassuṭ (moderasi)
2. Tawāzun (keseimbangan)
3. Tasāmuḥ (toleransi)
4. Ta‘ādul (keadilan)
D. INDIKATOR MODERASI BERAGAMA
1. Komitmen Kebangsaan: NKRI, Pancasila, Peraturan Perundangan yang berlaku

‫اِذَّل ي ُه َو ِف يِه‬ ‫َاْلَو َط ُن اَأْلْص ُّيِل ُه َو َم ْو ُدِل الَّر ُج ِل َو اْلَبُدَل‬


al-wathan al-ashli yaitu tempat kelahiran seseorang dan negeri di mana ia tinggal di dalamnya. (Ali Al-Jurjani, al-Ta’rifat, Beirut, Dar Al-Kitab Al-Arabi,
1405 H, halaman 327)

‫َّن اِذَّل ي َفَر َض َعَلْي َك اْلُقْر آَن َلَر اُّدَك ىَل َم َع اٍد‬
‫ِإ‬
Sesungguhnya (Allah) yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al-Qur’an benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. (QS.
‫ِإ‬
Al Qashash: 85)
Para mufassir dalam menafsirkan kata ‫ “ "معاد‬terbagi menjadi beberapa pendapat. Ada yang menafsirkan kata "‫ ”معاد‬dengan Makkah, akhirat, kematian, dan hari
kiamat. Namun menurut Imam Fakhr Al-Din Al-Razi dalam tafsirnya Mafatih Al-Ghaib, mengatakan bahwa pendapat yang lebih mendekati yaitu pendapat
yang menafsirkan dengan Makkah.
Syekh Ismail Haqqi Al-Hanafi Al-Khalwathi (w. 1127 H) dalam tafsirnya Ruhul Bayan mengatakan

‫ َفَح َّق َق ُهللا‬، ‫ َاْل َو َط َن الَو َط َن‬:‫ َيُق وُل َكِثًري ا‬- ‫ صىل هللا عليه وسمل‬- ‫ واَك َن َر ُس وُل ِهللا‬، ‫ويف َتفسِري اآليِة إ َش اَر ٌة إ ىَل أَّن ُحَّب الَو َط ِن ِم َن اإلمياِن‬
. ‫ َقاَل َمُع ُر رىض هللا عنه َلْو َال ُحُّب الَو َط ِن َلَخ ُر َب َبُدَل الُّس وِء َفِب ُح ِّب اَألْو َط اِن ِّمُع َر ْت الُبَدْل اُن‬....... ‫سبحانه ُس ْؤ ُهَل‬
Di dalam tafsirnya ayat (QS. Al-Qashash:85) terdapat suatu petunjuk atau isyarat bahwa “cinta tanah air sebagian dari iman”. Rasulullah SAW (dalam
perjalanan hijrahnya menuju Madinah) banyak sekali menyebut kata; “tanah air, tanah air”, kemudian Allah SWT mewujudkan permohonannya (dengan
kembali ke Makkah)….. Sahabat Umar RA berkata; “Jika bukan karena cinta tanah air, niscaya akan rusak negeri yang jelek (gersang), maka sebab cinta
tanah air lah, dibangunlah negeri-negeri”. (Ismail Haqqi al-Hanafi, Ruhul Bayan, Beirut, Dar Al-Fikr, Juz 6, hal. 441-442)
‫َو َلْو َأاَّن َكَتْبَنا َعَلِهْي م َأِن اْقُتُلْو ا َأْنُفَس مك َأِو أخُر ُج وا ِم ن ِد اَي ِرْمُك َم ا َفَع ُلْو ه اَّل قليٌل مهنم‬
‫ِإ‬
“Dan sesungguhnya jika seandainya Kami perintahkan kepada mereka (orang-orang munafik): ‘Bunuhlah diri kamu atau keluarlah dari kampung halaman
kamu!’ niscaya mereka tidak akan melakukannya, kecuali sebagian kecil dari mereka..." (QS. An-Nisa': 66).
Syekh Wahbah Al-Zuhaily dalam tafsirnya al-Munir fil Aqidah wal Syari’ah wal Manhaj menyebutkan:

‫ َو ُص ُع ْو َبِة الِهْج َر ِة ِم َن األْو َط اِن‬، ‫ َو َجَع هَل َقِرْيَن َقْتِل الَّنْفِس‬، ‫ (َأِو اْخ ُر ُج ْو ا ِم ْن ِد اَي ِرْمُك) ْيَم اٌء َىل ُح ِّب الَو َط ِن وَتَع ُّلِق الَّناِس ِبِه‬:‫ويف قوهل‬.
‫ِإ ِإ‬
“Di dalam firman-Nya ( ‫ )ِو اْخ ُر ُج ْو ا ِم ْن ِد اَي ِرْمُك‬terdapat isyarat akan cinta tanah air dan ketergantungan orang dengannya, dan Allah menjadikan keluar dari
kampung halaman sebanding dengan bunuh diri, dan sulitnya hijrah dari tanah air.” (Wahbah Al-Zuhaily, al-Munir fil Aqidah wal Syari’ah wal Manhaj,
Damaskus, Dar Al-Fikr Al-Mu’ashir, 1418 H, Juz 5, hal. 144)
Pada kitabnya yang lain, Tafsir al-Wasith, Syekh Wahbah Al-Zuhaily mengatakan:

‫ َأِلَّن َهللا ُس ْب حاَنُه َجَع َل‬، ‫ُم َتَم ِّكٌن يِف الُنُفْو ِس َو ُم َتَع ِلَقٌة ِبِه‬ ‫َأَّن ُحَّب الَو َط ِن‬ ‫ َو ىَل‬،‫الَبِرَشَّيِة ِبِب الِد ها‬ ‫ (َأِو اْخ ُر ُج وا ِم ْن ِد ايِرْمُك) َش اَر ٌة ِرَصَحْيٌة إ ىَل َتَع ُلِق الُنُفْو ِس‬:‫ويف َقوِهِل َتَع اىل‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫ُتراِب الَو َط ِن َم ْهَم ا َتَع َّر ُض ْو ا ِلْلَم َش اِّق واَملَتاِع ِب واُملَض اَيقاِت‬ ‫الَّناِس ِبَذ َّر ٍة ِم ْن‬ ‫ َو اَل ُيَفِّرُط أْغ ُب‬، ‫َع ِزْيٌز‬
‫َل‬ ‫ َفاَلِك اَألْم َرْيِن‬، ‫اُخلُر ْو َج ِم َن اِّدل اَي ِر َو اَألْو طاِن ُم َع اِد ًال َو ُم قاِر اًن َقْتَل الَّنْفِس‬.
“Di dalam firman Allah “keluarlah dari kampung halaman kamu” terdapat isyarat yang jelas akan ketergantungan hati manusia dengan negaranya, dan (isyarat)
bahwa cinta tanah air adalah hal yang melekat di hati dan berhubungan dengannya. Karena Allah SWT menjadikan keluar dari kampung halaman dan tanah air,
setara dan sebanding dengan bunuh diri. Kedua hal tersebut sama beratnya. Kebanyakan orang tidak akan membiarkan sedikitpun tanah dari negaranya
manakala mereka dihadapkan pada penderitaan, ancaman, dan gangguan.” (Wahbah Al-Zuhaily, Tafsir al-Wasith, Damaskus, Dar Al-Fikr, 1422 H, Juz 1, hal.
342)
Sebagimana disampaikan Abu Al-Qosim Syihabuddin Abdurrahman bin Ismail yang masyhur dengan Abu Syamah (wafat
665 H) dalam kitabnya Syarhul Hadits al-Muqtafa fi Mab’atsil Nabi al-Mushtafa berikut:

،‫ َو َلُتْؤ َذ َيَّنْه‬: ‫ َّمُث َقاَل‬،‫ َش ْيئًا‬- ‫ صىل هللا عليه وسمل‬- ‫ َفْمَل َيُقْل ُهَل الَّنُّيِب‬،‫ َلُتَكَّذ َبَّنْه‬- ‫ صىل هللا عليه وسمل‬- ‫ " َو يِف َح ِد ْيِث َوَر َقَة َأَّنُه َقاَل ِلَر ُس وِل ِهللا‬: ‫َقاَل الُّس َهْييِل‬
‫َ أَو ُم ْخ ِر َّيِج ْمُه ؟ َفِفي َه َذ ا َد ِليٌل َعىَل ُح ِّب ْا لَو َط ِن َو ِش َّد ِة ُم َفاَر َقِتِه َعىَل الَّنْف ِس‬: ‫ َفَقاَل‬،‫ َو َلُتْخ َر َج َّنْه‬: ‫ َّمُث َقاَل‬،‫ َش ْيئًا‬- ‫ صىل هللا عليه وسمل‬- ‫الَّنُّيِب‬ ‫َفْمَل َيُقْل‬. “
Al-Suhaily berkata: Dan di dalam hadits (tentang) Waraqah, bahwasanya ia berkata kepada Rasulullah SAW;
sungguh engkau akan didustakan, Nabi tidak berkata sedikitpun. Lalu ia berkata lagi; dan sungguh engkau akan
disakiti, Nabi pun tidak berkata apapun. Lalu ia berkata; sungguh engkau akan diusir. Kemudian Nabi
menjawab: “Apa mereka akan mengusirku?”. Al-Suhaily menyatakan di sinilah terdapat dalil atas cinta tanah air
dan beratnya memisahkannya dari hati.” (Abu Syamah, Syarhul Hadits al-Muqtafa fi Mab’atsil Nabi al-Mushtafa,
Maktabah al-Umrin Al-Ilmiyah, 1999, hal. 163)

‫َاْلُمْس ِلُمْو َن َعىَل ُرُش ْو ِط ِهْم ِااَّل ْرَش ًط َح َّر َم َح اَل ًل َاْو ْرَش ًط َاَح َّل َح َر اًم ا‬.
"seorang Muslim harus tunduk kepada “kesepakatan” yang telah mereka buat, kecuali “kesepakatan” yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram” (HR. Thabrani).
2) Toleransi

‫ ِا َّنَم ا َيٰهْنىُمُك اُهّٰلل َع ِن اِذَّل ْيَن َقاَتُلْو ْمُك ىِف اِّدل ْيِن‬٨ ‫اَل َيٰهْنىُمُك اُهّٰلل َع ِن اِذَّل ْيَن َلْم ُيَقاِتُلْو ْمُك ىِف اِّدل ْيِن َو َلْم ْخُي ِرُج ْو ْمُك ِّم ْن ِد اَي ِرْمُك َاْن َتُّرَب ْو ْمُه َو ُتْقِس ُط ْٓوا ِاَلِهْي ْۗم ِاَّن اَهّٰلل ِحُي ُّب اْلُم ْقِس ِط َنْي‬
٩ ‫َو َاْخ َر ُج ْو ْمُك ِّم ْن ِد اَي ِرْمُك َو َظ اَه ُر ْو ا َعىٰٓل ِاْخ َر اِج ْمُك َاْن َتَو َّلْو ْۚمُه َو َمْن َّيَتَو َّلُهْم َفُاوٰۤل َك ُمُه الّٰظ ِلُمْو َن‬
‫ِٕى‬
“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu
dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai
orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka sebagai
kawanmu orang-orang yang memerangi kamu dalam urusan agama dan mengusir kamu dari kampung
halamanmu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan,
mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. al-Mumtahanah [60] ayat 8-9)

‫ٓاَل ِاْك َر اَه ىِف اِّدل ْيِۗن َقْد َّتَبَنَّي الُّر ْش ُد ِم َن اْلَغِّي ۚ َفَم ْن َّيْك ُفْر اِب لَّط اُغْو ِت َو ُيْؤ ِم ْۢن اِب ِهّٰلل َفَقِد اْس َتْم َس َك اِب ْلُع ْر َو ِة اْلُو ْثٰق ى اَل اْنِفَص اَم َلَهاۗ َو اُهّٰلل ِمَس ْي ٌع َعِلٌمْي‬
Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan
yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka
sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha
Mendengar, Maha Mengetahui.
‫َآٰيَهُّيا الَّناُس ِا اَّن َخ َلْقٰنْمُك ِّم ْن َذ َكٍر َّو ُاْنىٰث َو َجَع ْلٰنْمُك ُش ُع ْو اًب َّو َقَبۤا َل ِلَتَع اَر ُفْو اۚ ِا َّن َاْكَر َم ْمُك ِع ْنَد اِهّٰلل َاْتٰق ىْمُك ۗ ِا َّن اَهّٰلل َعِلٌمْي َخِبٌرْي‬
‫ِٕى‬
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian
Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia
di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. (al-
Hujurat: 13)

‫اُهّٰلل َو اَل َتَّتِب ْع َاْه َو ۤا َء ْمُه َّمَعا َج ۤا َء َك ِم َن اْلَح ِّۗق ِلٍّلُك َجَع ْلَنا‬ ‫َو َاْنَز ْلَنٓا ِا َلْي َك اْلِكٰت َب اِب ْلَحِّق ُم َص ِّد ًقا ِّلَم ا َبَنْي َيَد ْيِه ِم َن اْلِكٰت ِب َو ُم َهْي ِم ًنا َعَلْي ِه َفاْح ْمُك َبْيُهَنْم ِبَم ٓا َاْنَز َل‬
‫ِاىَل اِهّٰلل َم ْر ِج ُع ْمُك ِمَج ْي ًع ا َفُيَنِّبُئْمُك ِبَم ا ُكْنْمُت ِف ْيِه ْخَت َتِلُفْو َۙن‬ ‫ِم ْنْمُك ْرِش َعًة َّو ِم َهْناًج اۗ َو َلْو َش ۤا َء اُهّٰلل َلَجَع َلْمُك ُاَّم ًة َّو اِح َد ًة َّو ٰلِكْن ِّلَيْب ُلَو ْمُك ْيِف َم ٓا ٰا ٰتىْمُك َفاْس َتِب ُقوا اْلَخ ٰرْي ِۗت‬

Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang
membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut
apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang
telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang
telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali,
lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan, (Al-Maidah: 48)
3. Anti-Kekerasan

‫َفِب َم ا َر َمْحٍة ِّم َن اِهّٰلل ِلْنَت َلُهْم ۚ َو َلْو ُكْنَت َفًّظ ا َغِلْي َظ اْلَقْلِب اَل ْنَفُّض ْو ا ِم ْن َح ْو َكِل ۖ َفاْع ُف َع ُهْنْم َو اْس َتْغِفْر َلُهْم َو َش اِو ْر ْمُه ىِف اَاْلْم ِۚر َفِاَذ ا َع َز ْم َت َفَتَو ْلَّك َعىَل‬
‫اِهّٰلل ۗ ِاَّن اَهّٰلل ِحُي ُّب اْلُم َتَو ِلِّك َنْي‬
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang
bertawakal. (Ali Imran: 159)

‫ِم ْن َاْج ِل ٰذ َكِل ۛ َكَتْبَن ا َعىٰل َبْٓيِن ِاَرْس ۤا ِء ْيَل َاَّنٗه َمْن َقَت َل َنْف ًس ۢا ِبَغِرْي َنْف ٍس َاْو َفَس اٍد ىِف اَاْلْر ِض َفَاَكَّنَم ا َقَت َل الَّن اَس ِمَج ْيًع ۗا َو َمْن َاْح َياَه ا َفَاَكَّنَم ٓا َاْح َي ا الَّن اَس ِمَج ْيًع اۗ َو َلَق ْد َج ۤا َء ُهْتْم‬
‫ُر ُس ُلَنا اِب ْلَبِّي ٰنِت َّمُث ِاَّن َكِثًرْي ا ِّم ُهْنْم َبْع َد ٰذ َكِل ىِف اَاْلْر ِض َلُم ِرْسُفْو َن‬
Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain,
atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan seorang
manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya Rasul Kami telah datang kepada mereka dengan (membawa)
keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi. (Al-Maidah: 32)

‫َو َم ٓا َاْرَس ْلٰنَك ِااَّل َر َمْح ًة ِّلْلٰع َلِم َنْي‬


Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam. (Al-Anbiya: 107)
4. Penghormatan terhadap Tradisi
Fathi Husain Al-Maliki dalam kitab Ru'yat Al-'Alam menyebutkan demikian:

‫اَّي‬
‫ٰىل ِم‬ ‫َأْل‬ ‫ا‬ ‫َع‬ ‫ٌف‬ ‫اَل‬ ‫ِت‬ ‫ْخ‬ ‫ا‬ ‫َو‬ ‫ُه‬ ‫ا‬ ‫َّن‬
‫َم‬ . ‫ٍّر‬ ‫ِق‬ ‫َت‬ ‫ْس‬ ‫ُم‬ ‫ٍج‬ ‫ا‬‫َهْن‬ ‫ِم‬ ‫َو‬ ‫ٍة‬ ‫َد‬ ‫ِح‬ ‫ا‬ ‫َو‬ ‫ٍة‬ ‫َري‬ ‫ِت‬ ‫َو‬ ‫ٰىل‬‫َع‬ ‫ُم‬‫و‬ ‫ُد‬ ‫َت‬ ‫اَل‬ ‫ْم‬‫ُه‬‫َل‬ ‫َحِن‬ ‫َو‬ ‫ْمُه‬ ‫َد‬ ‫ِئ‬ ‫ا‬ ‫َو‬ ‫َع‬ ‫َو‬ ‫ِم‬ ‫َم‬ ‫ُأْل‬ ‫ا‬ ‫َو‬ ‫ِم‬‫َل‬ ‫ا‬ ‫َع‬‫ْل‬ ‫َأَّن َأْح َو اَل ا‬
‫ِإ‬
‫ َفَك ٰذ َكِل َيَق ُع يِف اآْلَف اِق‬. ‫ َو اَمَك َيُك وُن ٰذ َكِل يِف اَأْلْش َخ اِص َو اَأْلْو َق اِت َو اَأْلْم َص اِر‬. ‫ َو اْنِتَق اٌل ِم ْن َح اٍل ٰىل َح اٍل‬. ‫َو اَأْلْز ِم َن ِة‬
‫ِإ‬
. ‫َو اَأْلْقَط اِر َو اَأْلْز ِم َنِة َو اُّدل َو ِل ُس َّنُة ِهللا اَّليِت َقْد َخ َلْت يِف ِع َباِدِه‬
Artinya: “Sungguh keadaan dunia, bangsa-bangsa, adat istiadat dan keyakinan mereka tidak selalu mengikuti satu model dan sistem yang tetap,
melainkan selalu berbeda-beda (berubah) seiring perjalanan hari dan masa, berpindah dari satu kondisi menuju kondisi lainnya. Sebagaimana
hal itu terjadi pada manusia, waktu, dan kota, di berbagai kawasan, zaman, dan negeri juga terjadi sunnah Allah (sunnatullah) yang telah terjadi
pada hamba-hamba-Nya.”

‫ُكْنْمُت َخ َرْي ُاَّم ٍة ُاْخ ِرَج ْت ِللَّناِس َتْأُم ُر ْو َن اِب ْلَم ْع ُر ْو ِف َو َتَهْنْو َن َع ِن اْلُم ْنَكِر َو ُتْؤ ِم ُنْو َن اِب ِهّٰلل ۗ َو َلْو ٰا َم َن َاْه ُل اْلِكٰت ِب َلاَك َن َخ ًرْي ا َّلُهْم ۗ ِم ُهْنُم اْلُم ْؤ ِم ُنْو َن َو َاْك ُرَث ُمُه اْلٰف ِس ُقْو َن‬
Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari
yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang
beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. (Ali Imran: 110)
E. SIKAP ETIKO-TEOLOGIS MODERASI BERAGAMA
(al-Tawassuṭ fī al-Tadayyun)

1. Keimanan bahwa pencipta semua manusia (dan alam semesta) adalah Allah Swt.
2. Keberagaman Manusia itu keniscayaan dan ketentuan/Takdir Allah
3. Ta‘āruf (Saling Mengenal & Mengakui Eksistensi) sebagai konsekuensi logis
4. Tafāhum (Saling Memahami) sebagai keharusan
5. Tasāmuḥ (Saling Bertoleransi) sebagai bentuk keterbukaan
6. Menghindari Klaim kebenaran Eksklusif sebagai tindakan antisipatif
7. Ta‘ādul (Saling Berbuat Adil) sebagai sikap protektif
8. Ta‘āwun (Saling Menolong) sebagai sikap konstruktif
9. Binā’ al-Ṡaqāfah (Membangun Peradaban) Indonesia
F. ARGUMEN TEKSTUAL MODERASI BERAGAMA
1. Al-Qur’an:
(a) Q. 1:6 (al-ṣirāṭ al-mustaqīm) (Lihat al-Rāzī, Mafātīḥ al-Ghayb, 1: 258)
(b) Q. 2:143 (ummat wasaṭ) (Lihat al-Ṭabarī, Jāmi‘ al-Bayān, 2:627)
(c) Q. 49:13 (ta‘āruf) (Lihat al-Rāzī, Mafātīḥ al-Ghayb, 28: 138)
(d) Q. 2:111-113 (anti-klaim kebenaran eksklusif) (Lihat al-Ṭabarī, Jāmi‘ al-Bayān, 2:431-435)
(e) Q. 5:48 (pluralitas agama) (Lihat Ibn Kaṡīr, Tafsīr, 5: 249)
(g) Q. 2: 256 (tidak ada paksaan dalam beragama)
dll.
2. Sunnah Nabi
“Medinan Charter” of 622 M.
Article 30:
Guarantee of freedom of religion for both the Muslims and
non-Muslim minorities (the Jews)
“The Jews of Banu Awf (non-Muslim minorities) shall be
considered a community along with the believers. They shall be
guaranteed the right of religious freedom along with the
Muslims. The right shall be conferred on their associates as well
as themselves except those who are guilty of oppression or the
violators of treaties. They will bring evil only on themselves and
their family.”
G. MEMAHAMI TEKS SULIT
• Ayat-ayat sulit, a.n.:
(1) Q. 3: 19; Q. 3: 67; Q. 3: 85 --> Tampak “exclusivist religious truth claim”
(2) Q. 21: 39-40; Q. 9: 36; dll. --> Tampak perintah kekerasan
(3) Q. 5: 51 (Larangan menjadikan non-muslim sebagai awliyā’)

• Cara Memahami Ayat-ayat Sulit: Ada dua kemungkinan, sbb.:


(1) Memperhatikan penafsiran para ulama --> memilih yang sesuai dengan visi Moderasi Beragama
(2) Melakukan reinterpretasi dengan pendekatan kontekstualis (tawaran: Pendekatan Ma‘nā-cum-
Maghzā)
(1) Penafsiran Para Ulama:

• Tafsir atas Q. 3: 19 --> Lihat al-Ṭabarī, Jāmi‘ al-Bayān 5:281


• Tafsir atas Q.3: 67 --> Lihat al-Ṭabarī, Jāmi‘ al-Bayān 5: 485
• Tafsir atas Q. 3: 85 --> Lihat al-Ṭabarī, Jāmi‘ al-Bayān 5: 548-9
(2) Pendekatan Ma‘nā-cum-Maghzā

• Tafsir atas Q. 21: 39-40


• Tafsir atas Q. 5: 51

Anda mungkin juga menyukai