“IJTIHAD”
Disusun oleh:
1. Arti lidiawati224110403095
2. Fadilatusabrina 224110403100
3. Cindy fatikha zahra224110403130
Segala puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menysun makalah
ini dengan baik dan tepat guna menyelasikan tugas kelompok untuk mata
kuliah Ushul Fiqh dengan judul “IJTIHAD”.
Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 4
C. Tujuan .............................................................................................................. 4
Kesimpulan ......................................................................................................... 14
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ijtihad dan Mujtahid adalah dua kategori konsekuensi ilmiah yang
tidak dapat dipisahkan. Ijtihad yang lahir mengatas namakan metode
ketrampilan menggali suatu peristiwa hukum yang terjadi, kehadiran yang
menuntut varian lain yaitu dimensi keahlian. Dimensi keahlian tidak tentu
tanpa seseorang pejuang dipandang cakap menggali pristiwa hukum tadi
dengan kualifikasi-kualifikasi yang telah tersedia. Dalam konteks ini,
maka varian mujtahid perlu dihadirkan dengan penjelasan-penjelasan
berdasarkan tingkatan-tingkatan atau derajat yang kemudian disebut
mujtahid dengan berbagai dimensinya. Seperti dikemukakan dalam tulisan
ini, antara lain, tentang pengertian ijtihad dan Mujtahid, wilayah ijtihad,
syarat syarat Mujtahid,dan tingkatan mujtahid.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud ijtihad dan Mujtahid?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi ijtihad dan mujtahid
2. Untuk mengetahui Dasar Hukum Berijtihad
3. Untuk mengetahui syarat syarat Mujtahid
4. Untuk mengetahui tingkatan mujtahid
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ijtihad Dan Mujtahid
1. Wahbah al-Zuhaili
هو عملية استنباط اﻷحكام الشرعية من أدلتها التفصيلية في الشريعة: اﻻجتهاد.
Ijtihad adalah melakukan istimbath hukum syari`at dari segi
dalildalilnya yang terperinci di dalam syari`at. [1]
2. Imam al-Ghazali
َ َو َﻻ يُسْت،ْع فِي فِ ْع ٍل مِ ْن ْاﻷ َ ْفعَا ِل ْ ع ْن بَذْ ِل ا َل◌ْ ◌ْ ْج ُهو ِد َوا ْستِ ْف َر
َ ٌ ارة
ِ اغ ال ُوس
ِ َ َا ِﻻجْ تِ َها ِد َوه َُو ِعب
اجْ تَ َهدَ فِي:ُ َو َﻻ يُقَال،الر َحا ا ْجت َ َهدَ فِي َح ْم ِل َح َج ِر ﱠ:ُ فَيُقَال،ٌْع َم ُل ﱠإﻻ فِي َما فِي ِه ُك ْلفَةٌ َو َج ْهد
صا بِبَذْ ِل الُ◌ْ ◌ْ جْ تَ ِه ِد ُو ْسعَهُ فِي ُ ظ فِي ع ُْرفِ ْالعُلَ َماءِ َم ْخ
ً صو ُ ار اللﱠ ْف
َ صَ لَك ِْن،ٍَح ْم ِل خ َْردَلَة
س
ْث يُحِ ﱡ ُ ب بِ َحي َو ِاﻻ ْجتِ َهادُ التﱠا ﱡم أ َ ْن يَ ْبذُ َل ْال ُو ْس َع فِي ﱠ.ِش ِريعَة
ِ َالطل ِ ب ْالع ِْل ِم
ب أَ ْحك َِام ال ﱠ ِ َطل
َ
مِ ْن نَ ْف ِس ِه
طلَب َ بِ ْالعَجْ ِز
َ ع ْن َم ِزي ِد
Ijtihad adalah suatu istilah tentang mengerahkan segala yang
diushakan dan menghabiskan segenap upaya dalam suatu pekerjaan,
dan istilah ini tidak digunakan kecuali terdapat beban dan
kesungguhan. Maka dikatakan dia berusaha keras untuk membawa
batu besar, dan tidak dikatan dia berusaha (ijtihad) dalam membawa
batu yang ringan. Dan kemudian lafaz ini menjadi istilah secara
khusus di kalangan ulama, yaitu usaha sungguh-sungguh dari
seorang mujtahid dalam rangka mencari pengetahuan hukum-hukum
syari`at. Dan ijtihad sempurna yaitu mengerahkan segenap usaha
dalam rangka untuk melakukan penncarian, sehingga sampai merasa
tidak mampu lagi untuk melakukan tambahan pencarian lagi.
5
3. Abdul Hamid Hakim
سنﱠ ِة ِ ق اﻻ ْستِ ْنبَاطِ مِ نَ ْال ِكتَا
ب َوال ﱡ ِ ط ِر ْي ّ ٍ بَذْ ُل اْلُوس ِْع فِى نَ ْي ِل ُح ْك ٍم شَرْ ِع:ُاﻻجْ تِ َهاد،
َ ى ِب
Ijtihad adalah mengerahkan segenap kemampuan dalam rangka
untuk memperoleh hukum syara’ dengan jalan istinbath dari alqur’an
dan as-sunnah.[3]
4. Abdul hamid Muhammad bin Badis al-shanhaji.
وأهله هو المتبحر،اﻻجتهاد هو بدل الجهد في استنباط الحكم من الدليل الشرعي بالقواعد
والفهم الصحيح للكلَم،في علوم الكتاب والسنة ذو اﻹدراك الواسع لمقاصد الشريعة
العربي.
Ijtihad adalah mengerahkan segenap kemampuan untuk melakukan
istibath hukum dari dalil syara’ dengan kaidah-kaidah. Dan orang
melakukan ijtihad tersebut adalah orang yang pakar dalam bidang
ilmu-ilmu al-Quran dan al-sunnah, memiliki pengetahuan yang luas
tentang maqasid syariah (tujuan-tujuan hukum islam), dan memiliki
pemahaman yang benar terkait dengan bahasa Arab.
1
Miswanto, MA, Ushul Fiqh Metod. Ijtihad Huk. Islam.
6
hukum-hukum syariat bersandar pada dalil-dalil atau kemampuan
melakukan hal ini disebut sebagai ijtihad.
Dalam pemikirin Syiah, para mujtahid yang memenuhi syarat-
syarat (jami’ al-syaraith) adalah pengganti Imam Maksum dan
mereka disebut “pengganti umum” (naib ‘am).[3] Sejumlah besar
dari tugas-tugas dan wewenang-wewenang para Imam seperti
penghakiman dan izin penggunaan harta yang didapatkan dari
kewajiban-kewajiaban harta (wujuhat syar’iyah) dipegang oleh
mereka.2
س ْو َل َواُو ِلى ْاﻻَ ْم ِر ِم ْن ُك ۚ ْم فَا ِْن ٰيٓاَيﱡ َها الﱠ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٓوا ا َ ِط ْيعُوا ﱣ َ َوا َ ِط ْيعُوا ﱠ
ُ الر
ٰ ْ س ْو ِل ا ِْن ُك ْنت ُ ْم تُؤْ ِمنُ ْونَ بِا ﱣ ِ َو ْاليَ ْو ِم
اﻻ ِخ ۗ ِر َﻲءٍ فَ ُرد ْﱡوهُ اِلَى ﱣ ِ َو ﱠ
ُ الر ْ تَنَازَ ْعت ُ ْم فِ ْﻲ ﺷ
٥ ࣖ ن تَأ ْ ِوي ًْﻼ ُ س َ ْٰذلِكَ َخي ٌْر ﱠواَح
”Hai orang-orang yang beriman, taatilah dan taatilah Rasul(Nya), dan
ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan
Rasul ( Sunnahnya), jika kamu benar- benar beriman kepada Allah
dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya” (Q.S. An-Nisa : 59)
2
https://id.wikishia.net/view/Mujtahid
7
kaidah-kaidah umum Al-Quran dan Sunnah. seperti menyamakan
sesuatu yang tidak ditegaskan hukumnya dengan sesuatu yang
dijelaskan dalam Al-Quran karena ada kesamaan illat antara keduanya,
seperti dalam praktek qiyas. Ijtihad dapat pula berupa mempelajari
kebijaksanaan-kebijaksanaan syariat.
8
mana Nabi setelah bermusyawarah dengan para sahabatnya, kemudian
berijtihad dan lebih memilih membebaskan para tawanan dengan
membayar tebusan. Kemudian turunlah wahyu yang mengoreksi ijtihad
Nabi sebagaimana diungkapkan dalam Al Qur’an surah Al Anfal ayat 67. 3
Ijtihad merupakan tugas besar dan berat bagi seorang mujthid. Oleh
karena itu para ulama ushul menetapkan beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi oleh seseorang yang akan melakukan ijtihad, baik syarat-syarat
yang menyangkut pribadi maupun syarat-syarat keilmuan yang harus
dimilikinya.
3
Ningrum, “Dasar-Dasar Para Ulama Dalam Berijtihad Dan (Fundamentals of
Scholars in Conducting Ijtihad and Istinbāţh Methods of Law).”
9
Mujtahid independen adalah seorang mujtahid yang
membangun teori dan kaidah istinbat sendiri, tanpa bersandar
kepada kaidah istinbat pihak lain. Yang termasuk dalam jajaran
kelompok ini antara lain: imam empat mazhab, yaitu Abu Hanifah,
Malik bin anas, Imam al-Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hanbal; laits
bi Saad, al-Auzai, Sufyan al-Tsauri, Abu saur, dan sebagainya.
3. Mujtahid fi al-madhab
4. Mujtahid Murajih
10
sebelumnya, kemudian memilih salah satu yang dianggap arjah
(paling kuat).
D. Tingkatan Mujtahid
11
4. Mujtahid Murajjih, Mereka tidak melakukan istinbath hukum
furu’, melainkan mentarjih (mengunggulkan) diantara
pendapat-pendapat yang diriwayatkan imam dengan
alat tarjih yang telah dirumuskan oleh mujtahid pada tingkatan
di atasnya. Mereka mentarjih sebagian pendapat atas pendapat
lain karena dipandang kuat dalilnya atau karena sesuai dengan
konteks kehidupan masyarakat pada masa itu atau karena
alasan lain, sepanjang tidak melakukan istinbath baru yang
independen ataupun mengikuti metode istinbath imamnya.
4
Asri, “Apakah Mungkin Pada Masa Yang Akan Datang Lahirnya Seorang
Mujtahid.”
12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
Asri, Sarmiji. “Apakah Mungkin Pada Masa Yang Akan Datang Lahirnya
Seorang Mujtahid.” Journal of Islamic and Law Studies 5, no. 1 (2021):
80–91. https://doi.org/10.18592/jils.v5i1.4840.
Miswanto, MA, Agus. Ushul Fiqh: Metode Ijtihad Hukum Islam. Ushul Fiqh:
Metode Ijtihad Hukum Islam, 2019.
https://id.wikishia.net/view/Mujtahid
14