Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ULUMUL HADITS

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Dari Salah Satu Mata Kuliah “Ulumul Hadits”

Dosen Pengampu : Dr.Ahmad Nabil Atoillah,S.Thi. M.Hum.

Disusun Oleh :

Fikri Aly Munawwar (2202002142)

PROGRAM STUDI AHWAL ASYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM CIAMIS

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr Wb

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Ulumul Hadist
tepat pada waktunya.

Dan kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi
penyusunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Kami menyadari bahwa usaha penyusunan makalah ini tanpa mengurangi esensi materi
inti, walaupun masih banyak kekurangan yang tanpa disadari, oleh sebab itu kami mohon maaf
dan kami mengharapkan sumbangan saran serta koreksi demi perbaikan kami dimasa yang
akan datang.

Akhir kata kami berharap semoga Allah SWT senantiasa memberikan perlindungan
serta meridhai usaha kami. Aamiin

Wassalamu'alaikum Wr Wb

Ciamis, November 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 4
A. Latar Belakang Masalah......................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah................................................................................................................... 4

C. Tujuan Penulian Makalah...................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 5
A. Pengertian Ulumul Hadits ..................................................................................................... 5

B. Sejarah Perkembangan Ilmu Hadits..................................................................................... 6

C. Cabang – Cabang Ilmu Hadits............................................................................................... 8

BAB III PENUTUP............................................................................................ 9

A. Kesimpulan.............................................................................................................................. 9
B. Daftar Pustaka........................................................................................................................ 10

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Ulumul Hadist tepat pada waktunya.

Dan kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi
penyusunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Hadis Nabi merupakan sumber hukum ajaran Islam kedua setelah al- Qur’an
dikarenakan ia merupakan bayan (penjelas) terhadap ayat-ayat al- Quran yang masih
global, umum dan yang mutlak. Dengan demikian hadis menduduki posisi dan fungsi yang
cukup signifikan dalam ajaran Islam. Pada sisi lain, al-Qur’an berbeda dengan hadis, Nabi,
misalnya dari segi periwayatan, al-Qur’an seluruhnya bersifat qath’i al-wurud, sedangkan
untuk hadis Nabi pada umumnya bersifat zhannial-wurud.

A. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Ulumul Hadits ?

2. Apa Sejarah Perkembangan Ilmu Hadits ?

3. Apa Cabang-Cabang Ilmu Hadits ?

C. Tujuan

4
1. Mengetahui Tentang Pengertian Hadits.

2. Mengetahui Sejarah Perkembangan Ilmu Hadits.

3. Mengetahui Cabang-cabang Ilmu Hadits.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ulumul Hadits.

Dari segi bahasa Ilmu hadis (ulūm al-ḥadīsׂ) terdiri dari dua kata, yaitu
ilmu (ulūm) dan al-ḥadīsׂ. Kata ‘ulūm dalam bahasa Arab adalah bentuk jamak dari ‘ilm, yang
berarti “ilmu-ilmu”; sedangkan al-ḥadīsׂ di kalangan ulama hadis berarti “segala sesuatu yang
disandarkan kepada nabi Muhammad SAW. dari perbuatan, perkataan, takrir, atau
sifat.”Dengan demikian, gabungan kata ulūm al-hadῑs mengandung pengertian “ilmu-ilmu
yang membahas atau berkaitan dengan hadis Nabi Muhammad SAW.”. Sedangkan menurut
ulama mutaqaddimin, ulūm al-ḥadīsׂ adalah.

ُ ‫سلَّ َم مِ ْن َحي‬
‫ْث‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫س ْو ِل هللا‬ ِ ‫صا ِل ْاْل َ َحا ِد ْي‬
ُ ‫ث بِ ِر‬ ُ ‫ث ه َُو ع ِْل ٌم يُ ْب َح‬
َ ِّ ِ‫ث ع ْْن َك ْي ِفيَّ ِة ات‬ ِ ‫علُ ْو ُم ْال َح ِد ْي‬
ُ

َ ‫صاالً َواْن ِق‬


‫طاعًا‬ َ ‫سنَ ِد اِِّت‬ ُ ‫عدَالَةً َومِ ْن َحي‬
َّ ‫ْث َك ْي ِفيَّ ِة ال‬ ً ‫ض ْب‬
َ ‫طا َو‬ َ َ ‫َم ْع ِرفَ ِة أ‬
َ ‫حْوا ِل ُر َّواِت َها‬

Artinya: “Ilmu hadis adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana hadis-hadis bisa
tersambung hingga sampai kepada Rasul SAW. baik dari sisi ke-ḍabit-an dan keadilan
periwayatnya, maupun dari sisi sambung atau putusnya rangkaian rantai sanad.”

Ilmu hadis juga diartikan sebagai suatu ilmu yang dapat digunakan untuk mengetahui
betul atau tidaknya ucapan, perbuatan, ketetapan dari Nabi Muhammad Saw. Dapat juga
diartikan sebagaiIlmu hadis juga diartikan sebagai suatu ilmu yang dapat digunakan untuk
mengetahui betul atau tidaknya ucapan, perbuatan, ketetapan dari Nabi Muhammad Saw.
Dapat juga diartikan sebagai

5
‫ي‬ ِِّ ‫ي َواْل َم ْر ِو‬ َّ ‫ص ُل ِب َها ِإلَى َم ْع ِرفَ ِة‬
ِِّ ‫الرا ِو‬ ِ ‫ع ِْل ُم ْال َح ِد ْي‬
َّ ‫ث ه َُو َم ْع ِرفَةُ اْلقَ َوا ِع ِد التِ ْي يت ََو‬

Artinya: Ilmu hadis adalah ilmu untuk mengetahui kaidah-kaidah yang berkaitan dengan
periwayat atau sesuatu yang diriwayatkan.”

Imam ‘Izz ad-Din bin Jama’ah sebagaimana dikutip oleh Jalaluddin As-Suyūt ̣ī (w. 911
H) dalam Tadrīb a-Rāwī fī Syarḥ Taqrīb an-Nawawī mengatakan:

‫سنَ ِد َو ْال َمتْ ِن‬ َ َ ‫ث ه َُو ع ِْل ٌم بِقَ َوانِي ِْن بِ َها أ‬
َّ ‫حْوا َل ال‬ ِ ‫ع ِْل ُم ْال َح ِد ْي‬

Artinya: Ilmu hadis adalah ilmu tentang kaidah-kaidah untuk mengetahui kondisi sanad dan
matan.

Sanad atau isnad (jamak) secara etimologi artinya sandaran. Sedangkan secara
terminologi adalah mata rantai atau jalan yang bersambung sampai kepada matan (isi hadis)
yang terdiri dari para rawi yang meriwayatkan matan hadis dan menyampaikannya.

Dari definisi di atas dapat dijelaskan bahwa ilmu hadis adalah ilmu yang membicarakan
tentang keadaan atau sifat para perawi dan yang diriwayatkan. Perawi adalah orang-orang yang
membawa, menerima, dan menyampaikan berita dari Nabi, yaitu mereka yang ada dalam sanad
suatu hadis.
Bagaimana sifat-sifat mereka, apakah bertemu langsung dengan pembawa berita atau
tidak, bagaimana sifat kejujuran dan keadilan mereka, dan bagaimana daya ingat mereka,
apakah sangat kuat atau lemah. Sedangkan maksud yang diriwayatkan (marwî) terkadang guru-
guru perawi yang membawa berita dalam sanad suatu hadis atau isi berita (matan) yang
diriwayatkan, apakah terjadi keganjilan jika dibandingkan dengan sanad atau matan perawi
yang lebih kredibel (tsiqah). Dengan mengetahui hal tersebut, dapat diketahui mana hadis yang
shahih dan yang tidak shahih. Ilmu yang berbicara tentang hal tersebut disebut ilmu hadis.
Ilmu hadis ini kemudian terbagi menjadi dua macam, yaitu Ilmu Hadis Riwayâh dan
Ilmu Hadis Dirâyah.

1. Ilmu Hadits Riwayah.

6
Ilmu yang membahas cara kelakuan persambungan hadits kepada Shohibur Risalah,
junjungan jita Muhammad SAW. dari sikap para perawinya mengenai kekuatan hafalan dan
keadilan mereka, dan dari segi keadaan sanad, putus dan bersambungnya.

2. Ilmu Hadits Dirayah.

Ilmu yang membahas makna-makna yang di fahamkan dari lafal-lafal hadits dan dari
yang d kehendaki dari sesuatu lafal dan kalimat, dengan bersandar kepada aturan-aturan (
kaidah-kaidah ) bahasa arab dan kaidah-kaidah agama dan sesuai dengan keadaan Nabi
SAW.

Pengertian Ulumul Hadits Menurut Para Ahli

Adapun definisi ulumul hadits menurut para ahli, antara lain;

1. Saeful Hadi

Ulumul Hadits adalah suatu ilmu pengetahuan yang senantisa membahas tentang
hadits, baik hal tersebut berkaiatan dengan periwayatannya, materi, dan matan yang
dianggap penting karena tidak bisa terpisahkan satu sama lainnya.

2. Ulama Mutaqaddimin
Definisi ilmu hadits atau ulumul hadits adalah suatu ilmu pengetahuan yang selalu
membahas tentang cara persambungan hadits sampai Rasul Muhammad SAW, oleh
karenannya Ulumul Hadits selalu mempelajari hal ihwal para perawinya, keadilan,
kedhabitan, dan dari bersambung tidaknya sanad dan lain sebaginya.

3. Al Qadi Abu Muhammad Ar-Ramahurmuzy


Sebagai tokoh yang menjadi perintis pertama daripada Ulumul Hadits,
mendefinisikan bahwa Ulumul Hadits bersifat parsial karena di dalam materinya terdapat
pembahasan yang membicarakan tentang hadits dan para perawinya

B. Sejarah Perkembangan Ilmu Hadits.

7
Sesuai dengan perkembangan hadis, ilmu hadis selalu mengiringinya sejak masa
Rasulullah S.A.W, sekalipun belum dinyatakan sebagai ilmu secara eksplisit. Ilmu hadis
muncul bersamaan dengan mulainya periwayatan hadis yang disertai dengan tingginya
perhatian dan selektivitas sahabat dalam menerima riwayat yang sampai kepada mereka.
Dengan cara yang sangat sederhana, ilmu hadis berkembang sedemikian rupa seiring dengan
berkembangnya masalah yang dihadapi. Pada masa Nabi SAW masih hidup di tengah-
tengah sahabat, hadis tidak ada persoalan karena jika menghadapi suatu masalah atau skeptis
dalam suatu masalah mereka langsung bertemu dengan beliau untuk mengecek
kebenarannya atau menemui sahabat lain yang dapat dipercaya untuk mengonfirmasinya.
Setelah itu, barulah mereka menerima dan mengamalkan hadis tersebut.

Sekalipun pada masa Nabi tidak dinyatakan adanya ilmu hadis, tetapi para peneliti
hadis memperhatikan adanya dasar-dasar dalam Alquran dan hadis Rasulullah S.A.W.
Misalnya firman Allah S.W.T dalam Q.S. Al-Hujurat/49: 6.

َ‫ع ٰلى َما فَعَ ْلت ُ ْم ٰندِمِ يْن‬ ِ ُ ‫ٰيْٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْْٓوا ا ِْن َج ۤا َء ُك ْم فَاس ٌِۢق بِنَبَ ٍا فَتَبَيَّنُ ْْٓوا ا َ ْن ت‬
ْ ُ ‫ص ْيب ُْوا قَ ْو ًم ٌۢا بِ َج َهالَ ٍة فَت‬
َ ‫صبِ ُح ْوا‬

‘’Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita,
maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu
kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu
itu’’

Demikian juga dalam Q.S. Al-Baqarah/2: 282.

ِ ‫ش َه ۤ َداءِ ا َ ْن ت‬
‫َض َّل اِحْ ٰدى ُه َما‬ َ ‫ش ِه ْي َدي ِْن مِ ْن ِ ِّر َجا ِل ُك ْۚ ْم فَا ِْن لَّ ْم يَ ُك ْونَا َر ُجلَي ِْن فَ َر ُجل َّو ْام َرا َ ٰت ِن مِ َّم ْن ت َْر‬
ُّ ‫ض ْونَ مِ نَ ال‬ َ ‫َوا ْست َ ْش ِهد ُْوا‬

‘’Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki di antara. Jika tidak
ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-
saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya’’.

Ayat-ayat di atas berarti perintah memeriksa, meneliti, dan mengkaji berita yang
datang dibawa seorang fasik yang tidak adil. Tidak semua berita yang dibawa seseorang
dapat diterima sebelum diperiksa siapa pembawanya dan apa isi berita tersebut. Jika
pembawanya orang yang jujur, adil, dan dapat dipercaya maka diterima. Akan tetapi
sebaliknya, jika pembawa berita itu orang fasik, tidak objektif, pembohong dan lainlain,

8
maka tidak diterima karena akan menimpakan musibah terhadap orang lain yang
menyebabkan penyesalan dan merugikan.

Setelah Rasulullah SAW wafat, para sahabat sangat berhati-hati dalam


meriwayatkan hadis karena konsentrasi mereka kepada Alquran yang baru dikodifikasi pada
masa Abu Bakar tahap awal, khalifah Abu Bakar tidak mau menerima suatu hadis yang
disampaikan oleh seseorang, kecuali orang tersebut mampu mendatangkan saksi untuk
memastikan kebenaran riwayat yang disampaikannya. Dan masa Utsman tahap kedua, masa
ini terkenal dengan masa taqlîl ar-riwayâh (pembatasan periwayatan), para sahabat tidak
meriwayatkan hadis kecuali disertai dengan saksi dan bersumpah bahwa hadis yang ia
riwayatkan benar-benar dari Rasulullah SAW. Para sahabat merupakan rujukan yang utama
bagi dasar ilmu riwayah hadis. Yakni, karena hadis pada masa Rasulullah SAW merupakan
suatu ilmu yang didengar dan didapatkan langsung dari beliau, maka setelah beliau wafat
hadis di sampaikan oleh para sahabat kepada generasi berikutnya dengan penuh semangat
dan perhatian sesuai dengan daya hafal mereka masing-masing. Para sahabat juga telah
meletakkan pedoman periwayatan hadis untuk memastikan keabsahan suatu hadis. Mereka
juga berbicara tentang para rijal-nya, hal ini mereka tempuh supaya dapat diketahui hadis
makbul untuk diamalkan dan hadis yang mardud untuk ditinggalkan. Dan dari sini
muncullah mushthalah al-hadits.Pada masa awal Islam belum diperlukan sanad dalam
periwayatan hadis karena orangnya masih jujur-jujur dan saling mempercayai satu dengan
yang lain. Akan tetapi, setelah terjadinya konflik fisik (fitnah) antar elite politik, yaitu antara
pendukung Ali dan Mu’awiyah dan umat berpecah menjadi beberapa sekte; Syi’ah,
Khawarij, dan Jumhur Muslimin. Setelah itu mulailah terjadi pemalsuan hadis (hadis
mawdhû’) dari masingmasing sekte dalam rangka mencari dukungan politik dari masa yang
lebih luas. Melihat kondisi seperti hal di atas para ulama bangkit membendung hadis dari
pemalsuan dengan berbagai cara, di antaranya rihlah checking kebenaran hadis dan
mempersyaratkan kepada siapa saja yang mengaku mendapat hadis harus disertai dengan
sanad.

Pada periode Tabi’in, penelitian dan kritik matan semakin berkembang seiring
dengan berkembangnya masalah-masalah matan yang para Tabi’in hadapi. Demikian juga
dikalangan ulama-ulama hadis selanjutnya. Perkembangan ilmu hadis semakin pesat ketika
ahli hadis membicarakan tentang daya ingat para pembawa dan perawi hadis kuat atau tidak
(dhâbit), bagaimana metode penerimaan dan penyampaiaan (thammul wa adâ), hadis yang
kontra bersifat menghapus (nâsikh dan mansûkh) atau kompromi, kalimat hadis yang sulit

9
dipahami (gharîb al-hadîts), dan lain-lain. Akan tetapi, aktivitas seperti itu dalam
perkembangannya baru berjalan secara lisan (syafawî) dari mulut ke mulut dan tidak tertulis.

Ketika pada pertengahan abad kedua Hijriyah sampai abad ketiga Hijriyah, ilmu
hadis mulai di tulis dan dikodifikasi dalam bentuk yang sederhana, belum terpisah dari ilmu-
ilmu lain, belum berdiri sendiri, masih campur dengan ilmu-ilmu lain atau berbagai buku
atau berdiri secara terpisah. Tetapi pada dasarnya, penulisan hadis baru dimulai pada abad
kedua Hijriyah. Imam Syafi’i adalah ulama pertama yang mewariskan terori-teori ilmu
hadisnya secara tertulis sebagaimana terdapat dalam karyanya. Misalnya ilmu hadis
bercampur dengan ilmu ushul fiqih, seperti dalam kitab Ar-Risâlah yang ditulis oleh Asy-
Syafi’i, atau campur dengan fiqih seperti kitab Al-Umm. Dan solusi hadis-hadis yang kontra
dengan diberi nama Ikhtilâf Al-Hadîts karya Asy-Syafi’i (w. 204 H). Hanya saja, teori ilmu
hadisnya tidak terhimpun dalam pembahasan kitab Ar-Risâlah dan kitab Al-Umm.

Sesuai dengan pesatnya perkembangan kodifikasi hadis yang disebut pada masa
kejayaan atau keemasan hadis, yaitu pada abad ketiga Hijriyah, perkembangan penulisan
ilmu hadis juga pesat, karena perkembangan keduannya secara beriringan. Namun,
penulisan ilmu hadis masih terpisah-pisah, belum menyatu dan menjadi ilmu yang berdiri
sendiri, ia masih dalam bentuk bab-bab saja. Mushthafa As-Siba’i mengatakan orang
pertama kali menulis ilmu hadis adalah Ali bin Al-Madani, syaikhnya Al-Bukhari, Muslim,
dan Tirmidzi. Dr. Ahmad Umar Hasyim juga menyatakan bahwa orang pertama yang
menulis ilmu hadis adalah Ali bin Al-Madani dan permasalahannya sebagaimana yang
ditulis oleh Al-Bukhari dan Muslim. Di antara kitab-kitab ilmu hadis pada abad ini adalah
kitab Mukhtalif Al-Hadîts, yaitu Ikhtilâf Al-Hadîts karya Ali bin Al-Madani, dan ta’wîl
Mukhtalif Al-Hadîts karya Ibnu Qutaibah (w. 276 H). Kedua.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan.
Secara Etimologis kata “ilmu hadits” merupakan kata serapan dari bahasa arab, “Ilmu alhadits”
yang terdiri atas dua kata, yaitu ”ilmu” dan “hadits”. Jika mengacu kepada pengertian hadits, berarti
ilmu pengetahuan yang mengkaji atau membahas tentang segala yang disandarkan kepada Nabi SAW,
baik berupaperkataan, perbuatan, takrir maupun lainnya. Apabila dilihat kepada garis besarnya, terbagi
dalam dua bagian. Pertama, Ilmu Hadits Riwayat (riwayah) kedua, Imu Hadits Dirayat (dirayah).
Pada dasarnya, penulisan ilmu hadis baru dimulai sejak abad ke 2 Hijriyah. Sejarah
perkembangan dari masa Nabi Muhammad telah ada dasar-dasar ilmu hadis serta pada masa Nabi masih

11
hidup penulisan hadis dilarang keras oleh Nabi, karena khawatir akan bercampur dengan Al-Quran
dengan hadis. Pada masa sahabat para sahabat sangat berhati-hati dalam meriwayatkan hadis karena
konsentrasi mereka kepada Alquran yang baru dikodifikasi pada masa Abu Bakar tahap awal dan masa
Utsman tahap kedua, pada masa sahabat ilmu hadis timbul secara lisan atau secara eksplisit. Pada masa
Tabi’in (abad ke-4 H) telah timbul secara tertulis, tetapi belum terpisah dengan ilmu lain. Pada masa
Tabi’ Tabi’in, imu hadis telah timbul secara terpisah dari ilmu-ilmu lain, tetapi belum menyatu.
Sedangkan, pada masa setelah Tabi’ Tabi’in ilmu hadis berdiri sendiri sebagai ilmu hadis.
Cabang-cabang Ilmu Hadits meliputi, Ilmu hadits Riwayah, . Ilmu Jarh Wa Ta’dil, ’Ilmu ‘Ilal
Al-Hadits, ‘Ilmu Ghorib Al-Hadits, Ilm Mukhtalif Al-Hadits, Ilmu Nasikh wa Mansukh, ‘Ilmu Fann
Al-Mubhamat, ‘Ilmu Asbab Wurud Al-Hadits, Ilmu tashif wa Tahrif, Imu Mushalah Al-Hadits, Imu
Tarikh al_Ruwah.

12
Daftar Pustaka

Frida (2016 mei 13 ) https://uinpalembang.blogspot.com/2016/05/makalah-ulumul-


hadits.html?m=1. Diakses: 1/11/2022 pukul: 11:31
Herin sarifudin 3 desember 2020 ‘’pengertian ulumul hadits dan perkembangan ilmu hadits’’
diakses pada tgl 6/11/2022 pukul: 15:09
Shiddieqy. Tengku muhammad hasbi ash, semarang september 1999 M ‘’sejarah dan
pengertian ilmu hadits’’. 6/11/2022 pukul: 15:14
Yasmi agung ( 2018 )pendahuluan ulumul hadits * Diakses : 1/11/2022 pukul: 11:25

Al-Qaththan, S. M. (2005). Pengantar Ilmu Hadist. Jakarta: Pustaka Al-Qautsar.

Nafi, A. (2015, Maret 1). Makalah Me. Retrieved from Ulumul Hadist, Pengertian dan Ruang
Lingkup: http://makalahme.blogspot.com/2015/03/pemakalah-abdun-nafi-
mawaridatus.html

Unknown. (2017, Maret 1). Dunia Cara Bloger. Retrieved from Sejarah Ulumul Hadist dan
Cabang-Cabang Ulumul Hadist:
http://duniacarablogger.blogspot.com/2017/03/sejarah-ulumul-hadist-dan-cabang-
cabang.html

Warsito, L. (2001). Pengantar Ilmu Hadist Upaya Memahami Sunnah. Bogor: Pustaka Al-
Qausar.

13
PERTANYAAN-PERTANYAAN

no Nama Pertanyaan

10

14
15

Anda mungkin juga menyukai