Makalah
Oleh:
1. Mutiara lestari (932300420)
2. Muji Indah Rahayu (932300720)
Dosen Pengampu:
H. Imam Masrur M.Th.I, CHt, CI, CT, NLP
FAKULTAS TARBIYAH
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami lantunkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami. Sholawat serta salam tetap kami haturkan
kepada Nabi agung Muhammad s.a.w. yang telah membawa kita dari zaman
guna memenuhi tugas dari H.Imam Masrur M. Th. I, CHt, CI, CT, NLP dosen
pada mata kuliah Ulumul Qur’an yang senantiasa mendampingi kami untuk
menimba ilmu. Makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan tentang
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir baik yang
secara langsung maupun tidak langsung. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
ii
DAFTAR ISI
JUDUL ....................................................................................................
C Tujuan.......................................................................................... 2
A Kesimpulan.................................................................................. 14
B Saran ............................................................................................ 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Al-Quran adalah sumber ajaran Islam dan juga salah satu bukti
yang digunakan bertutur itu indah, dan jika kita lebih dalam memaknainya,
Quran tersebut, ada salah satu realitas dalam diskurs Ulum al-Quran yang
yang haq dan mana yang bathil, dan membedakan yang benar dengan yang
satu dengan yang lainnya. Tidak adanya perbedaan mana yang lebih tinggi
1
kedudukan atau lebih mulia, karena semua ayat yang tersusun dengan
mutasyâbihât yaitu yang masih samar atau belum jelas pengertiannya bagi
yang menafsirkannya.
Mutasyabihat”
B Rumusan Masalah
C Tujuan
Qur’an
mutasyabihat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Al-Muhkam secara bahasa berasal dari kata dasar َحك َََمyang mana
ظَْل َِم
ُّ َوه َُوَا َ ْل َم ْن ُعَمِ نَ َال
َ َوأَ َّولَُذَلِكَ َا َ ْل ُح ْك ُم.
َ َوه َُوَا َ ْل َم ْن ُع,ٌ
َ ٌَواحِ د
َ صلْ َ َو ْالمِ ْي ُمَأ ُ َو ْالك
َ َاف َ ا َ ْل َحا ُء
Artinya: “Huruf al-Ha’, al-Kaf dan al-Mim adalah sebuah asal kata
yang bermakna larangan. Kata pertama yang berakar dari tiga
huruf tersebut adalah Hukum yang berarti melarang dari
sebuah kedzhaliman.” 1
Dikatakan juga: “َعلَ ْيهَِ بِ َكذَاَ إِذَاَ َمنَ ْعتُهَُ مِ ْنَ خِ ََلفِ ِه
َ َُ” َح َك ْمتُه, “aku
makna secara bahasa. Dari sini pulalah tali yang mengikat kepala dan
jika dikatakan أَحْ ك ََمََ–ََإِحْ كَا ًماyang bermakna أَتْقَنَ ََ–ََإِتْقَانًاartinya adalah
menguatkan atau mengokohkan, seperti jika dikatakan: ََئَ أَي َّ أ َ ْح ََك ْمتُ َ ال
َ ش ْي
1
Abu al-Husein Ahmad bin Faris bin Zakariya, “Maqayisu al-Lughah” (Kairo: Dar al-Hadits, cet.
2008 M), hal. 221.
2
Ahmad bin Muhammad bin Ali al-Fayyumiy al-Muqriy, “al-Mishbah al-Munir” (Kairo: Dar al-
Hadits, cet.2008 M) hal. 95.
3
Abu Nashr Ismail bin Hammad al-Juhariy w.393 H, “ash-Shihah” (Kairo: Dar al-Hadits, cet.
2009 M) hal. 270.
3
ْ ع ْن
َ ََالف
َسا ِد َ َُ أَتْقَ ْنتُهَُ فَ َمنَ ْعتُهArtinya: “Aku menguatkan sesuatu dan melarangnya
dari kerusakan.4
dari َ أَحْ ك ََمyang bermakna sesuatu yang dikokohkan atau dikuatkan atau
disempurnakan.
َْئ َّ علَىَتَشَابُهَِال
َِ شي َ ٌََُّواحِ دٌَيَدُل
َ صلْ َ َو ْال َها ُءَأ
َ َُو ْالبَا ُء ِ َا
َ لش ْين
Artinya: “bahwa huruf asy-Syin, al-Ba’ dan al-Ha’ satu dasar kata
yang menunjukkan kemiripan sesuatu”6
َّ شبَهَُوال
bahwasanya al-mutasyabih sebuah kata turunan dari ََُشبَِ ْيه َّ ش ْبهَُوال
َّ اَل 7
َع ْينًاَ َكانَ َأَ ْو َّ ش ْب َهةَُه َُوَأ َ ْن َََلَ َيت َ َمي َُّزَأ َ َحدَُال
ْ َش ْيئَي ِْنَمِ ن
َ ََِاْلخ َِرَ ِل َماَ َب ْينَ ُه َماَمِ نَ َالتَّشَابُه ُّ َوال
4
Muhammad bin Ya’kub al-Fayruz Abadiy w.817 H, “al-Qamus al-Muhith” (Kairo: Dar al-
Hadits, cet. 2008 M) hal. 389.
5
Al-Hasan bin Abdullah Abu Hilal al-‘Askariy, “al-Furuq al-Lughawiyah” (Kairo: Dar al-Ilmu
wa ats-Tsaqafah, tanpa tahun)
6
Ibnu Faris, “Maqayisu al-Lughah”, hal. 469.
7
Abu Hilal al-‘Askariy, “Al-Furuq al-Lughawiyah” (Kairo: Dar al-Ilmi wa ats-Tsaqafah) hal.
153.
4
Artinya: “Asy-Syubhah adalah tidak bisa membedakan antara satu
dengan yang lain disebabkan adanya kemiripan antara
keduanya secara kasat mata ataupun makna, Allah Ta’ala
berfirman: “mereka diberi buah-buahan yang serupa…”,
maksudnya adalah sebagiannya menyerupai warna
sebagian yang lain, bukan rasa atau hakikatnya.”8
ام ْ ان
َِ َال َح ََل ِلَوال َح َر َ َوأ َ َّماَفِ ْيَا َِلصْطِ ََلحَِفَ ُه َوَ َماَأ َ ْح َك َمتْهَُبِاأل َ ْم ِر
َ َوالنَّ ْه
ِ َي َِوبَي
Al-Muhkam Al-Mutasyabih
Sesuatu yang diketahui apa saja yang hanya diketahui
maksudnya baik secara dzhahir oleh Allah seperti hari kiamat,
8
Abu al-Qasim al-Husein bin Muhammad ar-Raghib al-Asfahaniy, “al-Mufradat fi Gharib al-
Qur’an” (Kairo: Dar Ibnu al-Jauziy, cet. 2012 M), hal. 280.
9
Badruddin Muhammad bin Abdillah az-Zarkasyiy w. 794 H, al-Burhan fi ‘Ulumi al-Qur’an,
(Kairo: Dar al-Hadits, cet. 2006 M) hal. 370.
10
Jalaluddin Abdurrahman as-Suyuthiy w.911 H, al-Itqhan fi ‘Ulumi al-Qur’an, (Kairo: Dar al-
Hadits, cet. 2006 M) hal. 5, Jilid 3.
5
atau ta’wil keluarnya dajjal dan huruf-
huruf muqatta’ah diawal-awal
surat
adalah yang jelas maknanya ayat yang tidak jelas maknanya
sesuatu yang tidak memiliki
sesuatu yang berkemungkinan
kemungkinan ta’wil lebih dari
lebih dari satu penta’wilan
satu
Apa saja yang termasuk Apa saja yang termasuk ghairu
ma’qulu al-ma’na ma’quli al-ma’na
Apa saja yang tidak berdiri
Apa saja yang berdiri sendiri -
sendiri dan membutuhkan
tanpa butuh yang lain sebagai
kepada yang lain –sebagai
penjelas-
penjelas-
Apa saja yang penta’wilannya
Apa saja yang tidak dapat
sesuai dengan nash
diketahui kecuali dengan ta’wil
turunnya(teksnya).
Yang tidak berulang-ulang
Yang berulang-ulang lafadznya
lafadznya
Al-Faraid, janji dan ancaman Kisah dan permisalan
An-Nasikh, halal dan haram, Mansukh, aqsam (sumpah) dan
hudud dan faraid serta apa apa saja yang kita wajib
yang kita wajib mengimaninya mengimaninya namun tidak
dan mengamalkannya untuk diamalkan.
Halal dan haram Selain halal dan haram
Tabel 2.1
B Macam-macam Mutasyabihat
(tiga) macam :
Contoh:
َب َََلَيَ ْعلَ ُم َهآَا ََِّلَه َُو ْ َو ِع ْندَ ٗهَ َمفَاتِ ُح
ِ َالغَ ْي
6
2. Ayat – ayat yang Mutasyabihat yang dapat diketahui oleh semua
pakar ilmu dan sains, bukan oleh semua orang, apa lagi orang
pengetahuan.11
ada tiga: haqiqiy dan idhafiy serta al-Mutasyabih yang terdapat dalam
yang muhkam.
11
Ramli Abdul Wahid, Ulumulur’an, Jakarta: Raja GranfindoPersada, 1996, hlm. 83.
7
condong kepada muhkam.12 Jenis kedua ini disebut juga dengan
sudut pandang; dari segi lafadz saja, dari segi makna saja dan dari segi
2. Dari segi makna saja, seperti makna dari sifat-sifat Allah Ta’ala.
3. Dari segi lafadz dan makan terbagi menjadi lima macam al-
Mutasyabih;
khusus.
12
Ibrahim bin Musa bin al-Lakhamiy al-Gharnathiy al-Malikiy Abu Ishaqasy-Syatibiy, “al-
Muwafaqat fi Usulasy-Syari’ah” (Kairo: Dar Ibnu al-Jauziy, cet. 2013 M) hal. 73, Juz 3.
13
Khalid Utsman as-Sabt, Qawaid at-Tafsir Jam’an wa Dirasatan (Kairo: Dar IbnuAffan, cet.
2013 M) hal.214, jilid 2.
8
b. ْ ُفَا ْقتُل, dalam surat at-Taubah ayat 5.
Contoh: ََواَال ُم ْش ِركِين
c. Dari segi tata caranya, seperti wajib atau sunnah dalam firman
f. Dari segi syarat yang menjadi standar sah tidaknya ibadah seperti
menjadi tiga:
lainnya.
14
Imam as-Suyuthiy, al-Itqhan, hal. 12, Juz 3. Lihatjuga: Manahil al-Qur’an hal.234, jilid
2. Dirasat fi Ulum al-Qur’an al-Karim, hal. 512.
9
tidak dapat diketahui pengertiannya baik secara naqli maupun aqli,
15
Muhammad ‘Abd al-‘Azim al-Zarqani, Manahil al-‘Urfan fi’Ulum al-Qur’an, Vol II (beirut: Dat
al-Fikr, 1988), h. 275.
10
Allah dan orang-orang yang mendalam ilmunya...”, ataukah sebagi
1. Jika seluruh ayat al Quran terdiri dari ayat ayat muhkamat, maka
menghayatinya.
Manna’ Khalil al-Qaththab, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, terj Mudzakir. Bogor: Pustaka Litera
16
11
4. Mendorong umat untuk giat mehamai, meghayati, dan
dipahami.
mempelajari isinya.
menunggu penafsiran atau penjelasan dari lafal ayat atau surat yang
lain.17
sebuah kebenaran.
dajjal, dabbah). Mereka mau percaya atau tidak terhadap hal – hal
17
Abdul Jalal, “Ulumul Qur’an”, Surabaya: Dunia Ilmu, 2008, hal 230.
12
degan pandangan orang lain atau madzhab lain, sehingga ia akan
kebenaran.
dimensi atau materi. Dalam hal ini Bahasa yang digunakan adalah
5. Sebagai rahmat bagi manusia yang lemah dan tidak tahu segala –
18
Rasihon Anwar, “ulumul Qur’an” ( bandung; Pustaka Setia, 2006), h.142-143.
13
BAB III
PENUTUP
A Kesimpulan
adalah apa yang telah ditetapkan atau dikuatkan dengan perintah dan
yang lain. Sedangkan dari segi istilah berarti apa yang tidak berdiri
lafadz, dari segi makna, dan dari segi lafadz bersamaan dengan
makna.
14
3. Perbedaan ulama dalam mendefinisikan ayat muhkamat dan
dan mutasyabihat.
B Saran
mendukung untuk lebih baiknya di masa yang akan datang. Penulis juga
15
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad , Abu al-Husein, bin Faris. Maqayisu al-Lughah. Kairo: Dar al-Hadits.
(2008): 221.
Bin Hammad al-Juhariy , Abu Nashr Ismail. ash-Shihah. Kairo: Dar al-Hadits.
(2009): 270.
Bin Ya’kub al-Fayruz Abadiy , Muhammad. al-Qamus al-Muhith. Kairo: Dar al-
Hadits. (2008): 389.
Wahid, Ramli Abdul. Ulumul Qur’an, Jakarta: Raja Granfindo Persada. (1996): 5,
Jilid 3.
iv