Anda di halaman 1dari 23

mahar dalam

pernikahan
Sub bab

A. Makna dan tujuan mahar dalam pernikahan

B. Tuntunan Islam dalam Menentukan Mahar

C. Nilai Mahar yang dicontohkan Rasullullah saw.

2
1.
Makna dan tujuan mahar dalam penikahan
A. Makna Mahar dalam Pernikahan
Dalam bahasa Arab Mahar adalah bentuk mufrad sedang bentuk
jamaknya adalah yang secara lughah (etimologi) berarti
maskawin.(Yunus, 1990) Sedangkan menurut Imam Ibnu al-Qasim
mahar disebut juga dengan istilah sadaq yang secara etimologi
berarti sebutan sebuah benda yang wajib diberikan sebab adanya
pernikahan. Benda yang diberikan tersebut disebut sadaq karena
memberikan kesan bahwa pemberi sesuatu itu bener-benar
menunjukkan rasa cinta dengan ditandai adanya pernikahan.

4
B. Tujuan Mahar dalam Pernikahan
Mahar atau maskawin adalah bagian esensial pernikahan dalam Islam,
tanpa mahar sebuah pernikahan tidak dapat dinyatakan telah
dilaksanakan dengan benar, mahar harus ditetapkan sebelum
pelaksanaan akad nikah.
Abdur Rahman al-Jaziri (W. 833 H) mengatakan mahar berfungsi
sebagai pengganti (Muqabalah) istima’ dengan istrinya. Sedangkan
Muhammad Amin al-Kurdi (W. 1332 H) menolak mentah-mentah
pendapat Abdurrahman al-Jaziri tentang fungsi mahar tersebut. Menurut
beliau kewajiban membayar mahar bagi suami kepada istrinya
hakikatnya bukan sebagai pengganti (muqabalah) bersenang-senang
dengan istrinya melainkan sebagai suatu penghormatan dan pemberian
dari Allah Swt agar tercipta cinta dan kasih sayang.

5
2.
Tuntunan islam dalam menentukan mahar
Mengenai kadar mahar ulama mazhab telah sepakat bahwa bagi mahar itu tidak ada batasan
tertinggi. Ulama mazhab mengambil dalil firman Allah SWT (Q.S. an-Nisa’ [4]:20):

“dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain [280], sedang kamu telah
memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak, Maka janganlah kamu
mengambil kembali dari padanya barang sedikitpun. Apakah kamu akan mengambilnya
kembali dengan jalan tuduhan yang Dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata ?”

Kemudian ulama mazhab berbeda pendapat dengan rendahnya mahar tersebut. Syafi’i,
Hambali, dan Imamiyah berpendapat bahwa tidak ada batas minimalnya. Mereka
mengambil dalil Hadits Rasulullah SAW.

“Kawinlah engkau walupun dengan maskawin cincin dari besi.” (HR. al-Bukhari).

7
✣Hanafi berpendapat bahwa jumlah minimal mahar adalah sepuluh dirham. Kalau suatu
akad yang dilakukan dengan mahar kurang dari itu, maka akad tetap sah, dan wajib
membayar sepuluh dirham.

✣Maliki mengatakan jumlah minimal mahar adalah tiga dirham. Kalau akad dilakukan
dengan mahar kurang dari hal tersebut, kemudian terjadi percampuran, maka suami harus
membayar tiga dirham. Tetapi apabila belum bercampur maka suami boleh memilih antara
membayar tiga dirham (dengan melanjutkan perkawinan) atau memfasakh akad, lalu
membayar mahar musamma.

8
✣Adapun faktor penyebab perbedaan pendapat tentang kadar (ketentuan mahar) di
kalangan ulama madzhab ada dua macam sebagaimana disebutkan oleh Ibn Rusyd, yaitu:
(Sayyid Quthb, 2001: 34)

✣1. Ketidakjelasan akad nikah itu sendiri antara kedudukannya sebagai salah satu jenis
pertukaran, karena yang dijadikan adalah kerelaan menerima ganti, baik sedikit maupun
banyak, seperti halnya dalam jual beli dan kedudukannya sebagai ibadah yang sudah ada
ketentuannya.

✣2. Adanya pertentangan antara qiyas yang menghendaki adanya pembatasan mahar dengan
mafhum hadits yang tidak menghendaki adanya pembatasan. Qiyas yang menghendaki
adanya pembatasan mahar adalah seperti pernikahan itu ibadah, sedangkan ibadah itu
sudah ada ketentuannya.
9
✣Penetapan mahar adalah salah satu dari adat istiadat, dengan demikian hukum Islam
mengatur hal tersebut dalam ‘urf (adat istiadat ). istilah ’urf berarti Sesuatu yang tidak asing
lagi bagi satu masyarakat karena telah menjadi kebiasaan dan menyatu dengan kehidupan
mereka baik berupa perbuatan maupun perkataan. ’Urf baik berupa perbuatan maupun
berupa perkataan, seperti dikemukakan Abdul Karim Zaidan, terbagi kepada dua macam,
yaitu:

1. al-’Urf al-’Am (adat kebiasaan umum),

2. al-’Urf al-Khas (adat kebiasaan khusus),

10
✣Abdul Karim Zaidan menyebutkan beberapa persyaratan bagi ’urf yang bisa dijadikan
landasan hukum yaitu:

✣1. ’Urf itu harus termasuk ’urf yang shahih, dalam arti tidak bertentangan dengan ajaran al
quran dan Sunnah Rasulullah.

✣2. ’Urf itu harus bersifat umum, dalam arti minimal telah menjadi kebiasaan mayoritas
penduduk negeri itu.

✣3. ’Urf itu harus sudah ada ketika sudah terjadinya suatu peristiwa yang akan dilandaskan
kepada ’urf itu.

✣4. Tidak ada ketegasan dari pihakpihak terkait yang berlainan dengan kehendak ’urf
tersebut. Allah SWT berfirman di dalam al Quran (Q.S. al-A’raf [7]:199):
11
Adapun mahar itu terbagi kepada 2 macam yaitu :

Musamma Mitsil (sepadan)

Mahar musamma adalah mahar yang Mahar mitsil adalah mahar yang tidak disebutkan besar
disepakati oleh pengantin laki-laki dan kadarnya pada saat sebelum maupun ketika terjadi
pengantin perempuan yang disebutkan pernikahan, atau mahar yang diukur (sepadan) dengan mahar
dalam redaksi adat yang telah diterima oleh keluarga terdekat, dengan
mengingat status sosial, kecantikan dan sebagainya

12
3.
nilai mahar yang dicontohkan rasulullah saw
Hadist pertama
✣ “Abdullah bin MuhammadAn-Nufail menyampaikan kepada kami
dari Abdul Aziz bin Muhammad, dari Yazid bin al-Had dari
Muhammad bin Ibrahim bahwa Abu Salamah berkata, aku bertanya
kepada ‘Aisyah tentang mahar yang diberikan Rasulullah saw,
‘Aisyah berkata dua belas uqiyyah dan satu nash, aku bertanya
berapakah satu nash itu? ‘Aisyah menjawab satu nash adalah ½
uqiyyah.”

14
Keterangan:
 Hadis terdapat dalam kitab Shahih Muslim bab nikah No 78, Sunan Abu Dawud bab
nikah No 18, 28, 2105, Sunan An-Nasai bab nikah No 66, 3347, Musnad Ahmad No 2,
24626, Sunan Ad-Darimi No 18, 2245, Sunan Ibn Majah bab nikah No 17, 1886.
 Kualitas hadis mahar Rasulullah saw terhadap istri-istrinya adalah shahih sanadnya.
 Abu Salamah bin ‘Abdurrahman ialah Ibnu ‘Auf az-Zuhri al-Quraisy dan ini adalah nama
kunyahnya.
 Hadis di atas berstatus mauquf (hadis yang disandarkan kepada sahabat dan tidak sampai
kepada Rasulullah saw); dengan demikian menjadikan hadis yang bersangkutan
merupakan pernyataan di tingkat sahabat (yakni istri, Rasulullah saw).
 Uqiyah dalam hadis ini yang dimaksudkan adalah uqiyah orang-orang Hijaz, yaitu 40
Dirham,
 Menurut Ibn Syihab 12 Uqiyah itu adalah 480 Dirham, Umar bin ak-Khathab
mengatakan bahwa Kultsum binti ‘Ali bin ‘Abi Thalib maharnya sebanyak 40.000
Dirham, sedangkan Shofiyyah adalah senilai 10.000 Dirham.
15
Hadist kedua
✣ “Muhammad bin ‘Ubaid menyampaikan kepada kami dari Hammad bin Zaid dari
Ayub, dari Muhammad bahwa Abu al-Ajfa’ as-Sulami berkata, Umar pernah
berkhutbah dihadapan kami, dia berkata, janganlah kalian berlebihan dalam
memberikan mahar kepada seorang perempuan. Sebab sesungguhnya jika hal itu
adalah perbuatan yang mulia di dunia atau salah satu perbuatan takwa di sisi
Allah, tentu yang pertama kali melakukannya adalah Rasulullah saw (tetapi beliau
tidak melakukannya). Rasulullah saw tidak pernah memberi mahar kepada para
istrinya dan tidak meminta mahar untuk para putrinya lebih dari 12 belas uqiyyah.”

16
Keterangan:
 Hadis terdapat dalam kitab Sunan Abu Dawud No 2106, Sunan An-Nasai No 3349, Sunan
Ibn Majah No 1887, Musnad Ahmad No 285, Sunan ad-Darimi No 2246, Sunan
atTirmidzi No 1114.
 Sanad hadis mahar Rasulullah saw terhadap istri-istrinya adalah shahih dan termasuk
pada hadis mauquf yaitu bersandarkan kepada sahabat sekaligus mertua Rasulullah saw.
 Matan hadis telah memenuhi kaidah keshahihan matan hadis, oleh karena itu kesimpulan
penelitian matan hadis adalah shahih.
 Penelitian dalam sanad dan matan hadis ini, natijahnya adalah berkualitas shahih.

17
Mahar

12 Uqiyyah 1 Nash 12 Uqiyyah

Abu Dawud No 2105 Abu Dawud 2106

An-Nasai No 3347 An-Nasai No 3349

Ibn Majah No 1886 Ibn Majah No 1887

Ahmad No 24626 Ahmad No 24627

Ad-Darimi No 2245 Ad-Darimi No 2245

Muslim No 78 -

- 18 At-Tirmidzi No 1114
perbandingan
1. Kedua hadis di atas berstatus mauquf (hadis yang disandarkan kepada sahabat dan tidak
sampai kepada Rasulullah saw); dengan demikian menjadikan hadis yang bersangkutan
merupakan pernyataan di tingkat sahabat (yakni istri, sahabat sekaligus mertua
Rasulullah saw). Klasifikasi hadis mauquf tidak berkait dengan kriteria penerimaan
(maqbul) atau penolakan (mardud), melainkan berhubungan dengan strata kehujjahan,
yakni sumber petunjuk dasar.
2. Pengecualian dalam hadis ini adalah mahar yang diberikan Rasulullah saw kepada
istrinya Khadijah ra sebanyak 20 ekor unta.
3. Pengeculian lain dalam hadis ini adalah mahar Rasulullah saw kepada istrinya Shafiyyah
maharnya adalah kemerdekaannya. Nama lengkapnya adalah Ummul Mukminin
Shafiyyah binti Huyay bin Akhthab dari keturunan Harun bin Imran. Semula ia adalah
budak Ibnu Abi al-Huqaiq yang terbunuh di perang Khaibar. Ia termasuk tawanan kaum
muslimin. Untuk menjaga kesuciannya, Rasulullah saw memerdekakannya lalu
menikahinya, dan menjadikan kemerdekaannya sebagai mas kawinnya

19
perbandingan
4. Pengecualian lain juga terhadap Juwairiyyah binti al-Harits yang nama sebelumnya
adalah Barrah adalah puteri dari pemuka Bani Musthaliq. Mendatangi Rasulullah saw
untuk meminta perlindungan dan pertolongan agar Rasulullah menebusnya dari Tsabit
ibn Qais dengan 9 Uqiyah. Kemudian Rasulullah memberi yang lebih baik dari itu
yaitu ditebus Rasulullah dan dinikahi dan disetujui oleh Juwairiyyah. Pernikahan ini
membawa banyak kebaikan, keberkahan antara lain ayahnya memeluk Islam, seluruh
Bani Musthaliq pun memeluk Islam.(Quthb, 2010)

5. Pengecualian juga bagi Ummu Habibah maharnya disumbang dari raja An-Najasyi
sebesar 4000 Dinar dan 4000 Dirham sebagai hadiah dan penghormatan terhadap
Rasulullah saw dan bukan atas permintaan beliau
20
Dirham ke dinar
✣ 1 Dinar emas pada masa Rasulullah saw dapat membeli 1 ekor kambing. 1 Dinar nilainya
setara dengan 10 Dirham. Bila 500 Dirham mahar Rasulullah saw maka nilainya sama
dengan 50 Dinar emas dan dapat dibelikan 50 ekor kambing.

✣ Para pengikut mazhab Asy-Syafi’i membolehkan memberikan mahar 500 Dirham. Jumlah
mahar paling banyak tidak dibatasi sebagaimana firman Allah swt. Sedang kamu telah
memberikan kepada seorang di antara mereka harta yang banyak. (QS. An-Nisa’ (4: 20).
Makna qinthara, ada yang berpendapat seukuran 1200 uqiyyah emas. Ada yang mengatakan
sebanyak perkara yang menempel pada sapi jantan mulai dari kalung yang menggantung
leher yang terbuat dari emas. Ada yang mengatakan 70.000 kilo. Ada yang mengatakan 200
liter mas.
21
Dirham ke dinar
✣ Al-‘Asqalani menjelaskan bahwa jumlah mahar ini adalah yang pada umumnya digunakan
Rasulullah saw untuk diberikan pada istri-istrinya, yaitu 500 Dirham. Satu Uqiyah itu
adalah 40 Dirham untuk di Hijaz. Perkataan ‘Aisyah ini adalah mahar pada umumnya yang
diberikan Rasulullah saw kepada istri-istrinya, dan ada pengecualian seperti yang
dijelaskan sebelumnya. Untuk Khadijah bukan jumlah mahar yang demikian, terjadi
sebelum kenabian dan tidak dapat menjadi pertimbangan, contoh, pelajaran. menurutnya
bahwa perkataan ‘Aisyah ini tidak dibutuhkan takwil. Menurut Ibn Hazm bahwa
meninggikan mahar hukumnya makruh dalam perkawinan, dan menyederhanakan mahar
dalam pernikahan akan mendatangkan keberkahan dalam perkawinan.

22
Thanks!
Any questions?

23

Anda mungkin juga menyukai