Anda di halaman 1dari 3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pernikahan
Pernikahan diambil dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata yaitu zauwaja dan
nakaha. Kemudian kata inilah yang dipakai dalam al-Qur’an dalam menyebutkan
perkawinan muslim. Nakaha artinya menghimpun dan Zauwaja artinya pasangan.
Singkatnya dari segi bahasa pernikahan diartikan sebagai menghimpun dua orang
menjadi satu. Melalui bersatunya dua insan manusia yang awalnya hidup sendiri,
dengan adanya pernikahan. dua insan manusia yang dipertemukan oleh Allah SWT untuk
berjodoh menjadi satu sebagai pasangan suami istri yang saling melengkapi kekurangan
masing-masing. Yang biasa disebut dengan pasangan.1
Adapun menurut istilah akad nikah diartikan sebagai perjanjian suci untuk
mengikat diri dalam perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita guna
membentuk keluarga bahagia dan kekal.2 Pernikahan merupakan salah satu sunnatullah
yang berlaku pada umat manusia, dan ini merupakan fitrah untuk kelangsungan
hidupnya. Rasulullah Saw. Sebagai suri tauldan telah mencontohkan kehidupan
pernikahan kepada umat manusia. Pada bab ini akan dipaparkan kisah pernikahan
Rasulullah Saw. Bersama istri-istrinya, yang mempunyai kedudukan yang istimewa
dalam sejarah.

B. Pernikahan Rasulullah Saw


1. Khitbah
Pernikahan Rasulullah SAW dengan istri-istrinya, semuanya didahului dengan proses
lamaran. Ada masanya beliau SAW ditawari oleh seseorang untuk menikah dengan
wanita yang ada dalam kewenangannya seperti, Hafsah binti Umar. Ada juga wanita
yang datang sendiri meminta kepada Rasulullah SAW supaya dinikahi. Rasulullah
SAW juga pernah mengutus seseorang untuk meminang wanita yang dikehendakinya
seperti pernikahannya dengan Zainab binti Jahsy. Atau bahkan Rasulullah sendiri
yang meminangnya. Contohnya peminangan Juwairiyyah binti Haris.

2. Pernikahan
Dalam melaksanakan pernikahan, ada berbagai peristiwa yang menarik sehubungan
dengan wali dan sigah nikah yang digunakan oleh Rasulullah SAW. Selain
sebagaimana pernikahan pada umumnya, suatu ketika Rasulullah SAW pernah
menikah tanpa adanya wali dari pihak wanita. Hal ini terjadi ketika beliau menikah
dengan Zainab binti Jahsy.

1
Tinuk Dwi Cahyani, “Hukum Perkawinan”, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2020, hal. 1
2
Dr. H. A. Kumedi Ja’far, S.Ag.,M.H., “Hukum perkawinan islam di Indonesia”, Bandar Lampung: Arjasa
Pratama, 2021, hal. 15
Sehubungan dengan sigah nikah, suatu ketika Rasulullah SAW pernah melaksanakan
pernikahan tidak menggunakan kata nikah. Melainkan menggunakan kata hibah. Hal
ini berakibat pada ketidakharusan memberi mahar.

3. Walimah (resepsi pernikahan)


Rasulullah SAW hanya menyelenggarakan walimah dalam sebagian pernikahannya.
Bagi beliau, tidak ada maksud untuk memprioritaskan sebagian istri-istrinya, tetapi
hal itu dilakukan semata-mata karena pertimbangan kondisi yang ada.

4. Hak-hak istri
Yang termasuk kewajiban sorang suami terhadap istri adalah mahar, nafkah, dan
berlaku adil bagi mereka yang mempunyai istri lebih dari satu. Istri-istri Rasulullah
SAW, ada beberapa dari mereka yang tidak mendapatkan hak-haknya itu. Hal ini
dilakukan atas kesepakatan bersama mereka.

5. Perceraian
Dalam perjalanan kehidupan rumah tangganya, Rasulullah SAW pernah menceraikan
beberapa istrinya, yaitu:
a. Asma binti Nu’man
b. Hafsah binti Umar
c. Raihanah binti Syam’un
d. Malikah binti Ka’ab
e. Aliyah binti Zabyan
f. Wanita dari keluarga jin yang oleh pakar namanya tidak disebutkan secara jelas.

Selanjutnya hanya Malikah dan Aliyah yang dinikahi oleh lelaki lain. Hal ini
dilakukan karena belum ada larangan menikah dengan mantan istri Rasulullah SAW.

6. Rujuk
Sebagian istri Rasulullah SAW yang telah dicerai itu, ada yang dirujuk kembali oleh
beliau, yaitu Hafsah binti Umar, dan Raihanah binti Syam’un.

7. Istri-istri Rasulullah SAW


Adapun istri-istri Rasulullah SAW yang dinikahi berdasarkan akad dan digauli, ada
sebelas orang, yaitu:
1. Zainab binti Jahsy
2. Juwairiah binti Al-Harits
3. Ummu Khadijah binti Khuwailid
4. Saudah binti Zum’ah
5. Aisyah binti Abu Bakar
6. Hafshah binti Umar bin Khaththab
7. Zainab binti Khuzaimah Al-Hilaliyah
8. Ummu Salamah binti Abi Umayyah
9. Habibah binti Abu Sufyan
10. Maimunah binti Harits
11. Shafiah binti Huyay bin Akhthab
Sedangkan Raihanah binti Zaid dan Mariah Al-Qibtiah, diperdebatkan para ulama
apakah dia termasuk istri yang digauli berdasarkan akad pernikahan atau sebatas istri
yang digauli sebagai seorang budak yang disebut dengan istilah saariyah atau
sanaari. Dari sebelas istri Rasulullah SAW dua diantaranya wafat ketika Rasulullah
SAW masih hidup, yaitu Khadijah binti Khuwailid dan Zainab binti Khuzaimah
Ditambah oleh Raihanah yang juga wafat ketika Rasulullah SAW masih hidup.

C. Kekhususan Pernikahan Rasulullah SAW


1. Melaksanakan Pernikahan tanpa wali

Anda mungkin juga menyukai