PEMBAHASAN
A. Pengertian Pernikahan
Pernikahan diambil dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata yaitu zauwaja dan
nakaha. Kemudian kata inilah yang dipakai dalam al-Qur’an dalam menyebutkan
perkawinan muslim. Nakaha artinya menghimpun dan Zauwaja artinya pasangan.
Singkatnya dari segi bahasa pernikahan diartikan sebagai menghimpun dua orang
menjadi satu. Melalui bersatunya dua insan manusia yang awalnya hidup sendiri,
dengan adanya pernikahan. dua insan manusia yang dipertemukan oleh Allah SWT untuk
berjodoh menjadi satu sebagai pasangan suami istri yang saling melengkapi kekurangan
masing-masing. Yang biasa disebut dengan pasangan.1
Adapun menurut istilah akad nikah diartikan sebagai perjanjian suci untuk
mengikat diri dalam perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita guna
membentuk keluarga bahagia dan kekal.2 Pernikahan merupakan salah satu sunnatullah
yang berlaku pada umat manusia, dan ini merupakan fitrah untuk kelangsungan
hidupnya. Rasulullah Saw. Sebagai suri tauldan telah mencontohkan kehidupan
pernikahan kepada umat manusia. Pada bab ini akan dipaparkan kisah pernikahan
Rasulullah Saw. Bersama istri-istrinya, yang mempunyai kedudukan yang istimewa
dalam sejarah.
2. Pernikahan
Dalam melaksanakan pernikahan, ada berbagai peristiwa yang menarik sehubungan
dengan wali dan sigah nikah yang digunakan oleh Rasulullah SAW. Selain
sebagaimana pernikahan pada umumnya, suatu ketika Rasulullah SAW pernah
menikah tanpa adanya wali dari pihak wanita. Hal ini terjadi ketika beliau menikah
dengan Zainab binti Jahsy.
1
Tinuk Dwi Cahyani, “Hukum Perkawinan”, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2020, hal. 1
2
Dr. H. A. Kumedi Ja’far, S.Ag.,M.H., “Hukum perkawinan islam di Indonesia”, Bandar Lampung: Arjasa
Pratama, 2021, hal. 15
Sehubungan dengan sigah nikah, suatu ketika Rasulullah SAW pernah melaksanakan
pernikahan tidak menggunakan kata nikah. Melainkan menggunakan kata hibah. Hal
ini berakibat pada ketidakharusan memberi mahar.
4. Hak-hak istri
Yang termasuk kewajiban sorang suami terhadap istri adalah mahar, nafkah, dan
berlaku adil bagi mereka yang mempunyai istri lebih dari satu. Istri-istri Rasulullah
SAW, ada beberapa dari mereka yang tidak mendapatkan hak-haknya itu. Hal ini
dilakukan atas kesepakatan bersama mereka.
5. Perceraian
Dalam perjalanan kehidupan rumah tangganya, Rasulullah SAW pernah menceraikan
beberapa istrinya, yaitu:
a. Asma binti Nu’man
b. Hafsah binti Umar
c. Raihanah binti Syam’un
d. Malikah binti Ka’ab
e. Aliyah binti Zabyan
f. Wanita dari keluarga jin yang oleh pakar namanya tidak disebutkan secara jelas.
Selanjutnya hanya Malikah dan Aliyah yang dinikahi oleh lelaki lain. Hal ini
dilakukan karena belum ada larangan menikah dengan mantan istri Rasulullah SAW.
6. Rujuk
Sebagian istri Rasulullah SAW yang telah dicerai itu, ada yang dirujuk kembali oleh
beliau, yaitu Hafsah binti Umar, dan Raihanah binti Syam’un.