PENDAHULUAN
1
Dosen Tetap STIT al-Urwatul Wutsqo Jombang.
107 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
Volume III Nomor 2 Septembr 2020
e-ISSN 2620-5122
Qurrotul Ainiyah Kedudukan Wali Dalam Pernikahan
2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: PT. Karya Toha Putra,
1995),120
108 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
Volume III Nomor 2 Septembr 2020
e-ISSN 2620-5122
Qurrotul Ainiyah Kedudukan Wali Dalam Pernikahan
3
al-Qur’an, 5: 56.
َاَّلل ُه ُم ْالغَا ِلبُون
ِ َّ بَ سولَه ُ َوالَّذِينَ آ َمنُوا فَإ ِ َّن حِ ْز َّ َو َم ْن َيت ََو َّل
ُ اَّللَ َو َر
Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman
menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti
menang
4
al-Qur’an, 9: 71.
ُ َو ْال ُمؤْ مِ نُونَ َو ْال ُمؤْ مِ نَاتُ َب ْع
....ض ُه ْم أ َ ْو ِل َيا ُء َب ْعض
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebahagian yang lain...
5
Ibrahim Unais, al-Mu’jam al-Wasit, vol. 2 (Kairo: Dar al-Ma’arif, 1972), 1058.
109 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
Volume III Nomor 2 Septembr 2020
e-ISSN 2620-5122
Qurrotul Ainiyah Kedudukan Wali Dalam Pernikahan
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah kepustakaan (Library Research), artinya meneliti
buku-buku yang berasal dari beberapa sumber yang ada relevansinya
dengan permasalahan yang diteliti dengan menggunakan pendekatan
deskriptif analisis yaitu mendeskripsikan segala hal yang berkaitan dengan
pokok pembicaraan secara sistematis, faktual, dan akurat.6 Sedangkan
hasil penelitiannya akan dianalisa dengan Content Analisys Methode yaitu
penelitian yang dilakukan terhadap informasi yang didokumentasikan
dalam rekaman, baik gambar, suara ataupun tulisan yang bertujuan
menjawab fokus yang dirumuskan dalam penelitian ini.7 Proses analisis
data dalam prakteknya tidak dapat dipisah-pisahkan dengan proses
pengumpulan data. Kedua kegiatan ini berjalan serempak dan dilanjutkan
setelah pengumpulan data selesai.
KAJIAN TEORI
6
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Urwatul Wutsqo, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jombang:
Tim Penyusun, 2015), 33.
7
M. Ikbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Methodologi Penelitian dan Aplikasinya (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2002), 171.
110 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
Volume III Nomor 2 Septembr 2020
e-ISSN 2620-5122
Qurrotul Ainiyah Kedudukan Wali Dalam Pernikahan
8
.Qurrotul Ainiyah, Keadilan Gender Dalam Islam, Konvensi PBB dalam Perspektif Mazhab
Shafi’i, (Malang : Intran Publishing, 2015), 101.
9
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Semarang: PT. Karya Toha Putra,
1995),
412
111 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
Volume III Nomor 2 Septembr 2020
e-ISSN 2620-5122
Qurrotul Ainiyah Kedudukan Wali Dalam Pernikahan
11
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya...., 56
12
Imam Shafi’i, al-Umm, vol. 5..., 13.
13
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya...., 53-54
113 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
Volume III Nomor 2 Septembr 2020
e-ISSN 2620-5122
Qurrotul Ainiyah Kedudukan Wali Dalam Pernikahan
14
Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, vol. 4 (Riyad: Dar ‘Alam al-Kutub, 2008 ), 124.
15
Al-Thirmizi, al Jami’ al sahih al sunan al Tirmizi, juz 3, (Beirut: Dar Ihya’ a; Turath al
Arabiy, tt), 407
16
Imam Shafi’i, al-Umm, vol. 5..., 14.
114 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
Volume III Nomor 2 Septembr 2020
e-ISSN 2620-5122
Qurrotul Ainiyah Kedudukan Wali Dalam Pernikahan
17
Imam Syafi’i, al ‘Umm, vol. 5,., 18.
18
Imam Muslim, Shahih Muslim, vol. 4, (Bairut: Dar al-Fikr, tt.) 141.
19
Imam Syafi’i, al ‘Umm, vol 5. ...., 19.
115 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
Volume III Nomor 2 Septembr 2020
e-ISSN 2620-5122
Qurrotul Ainiyah Kedudukan Wali Dalam Pernikahan
20
Imam Syafi’i, al ‘Umm, vol 5. ...., 20.
21
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya...., 103
22
Imam Syafi’i, al ‘Umm, vol 5. ...., 20.
23
Al-Ghazali, al-Wajiz fi Fiqh Madhhab al-Imam al-Syafi’i, (Bairut: Dar al-Fikr, 2004),
247.
116 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
Volume III Nomor 2 Septembr 2020
e-ISSN 2620-5122
Qurrotul Ainiyah Kedudukan Wali Dalam Pernikahan
24
Al-Ghazali, al-Wajiz fi Fiqh Madhhab al-Imam al-Syafi’i, ….., 247
25
Al-Ghazali, al-Wajiz fi Fiqh Madhhab al-Imam al-Syafi’i,……, 248.
117 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
Volume III Nomor 2 Septembr 2020
e-ISSN 2620-5122
Qurrotul Ainiyah Kedudukan Wali Dalam Pernikahan
akalnya terus tembus dan ingin mengetahui apa yang belum diketahui,
istimewa akal ulama yang terus mencari tambahan. Apa yang dikemukakan
di masa Amawi adalah lebih banyak yang dikemukakan di masa Abbasi .
Nama beliau dari kecil ialah Nu’man bin Tsabit bin Zauta bin Mah. Ayah
beliau keturunan dari bangsa persi (Kabul-Afganistan), tetapi sebelum beliau
dilahirkan, ayahnya sudah pindah ke Kufah. Oleh karena itu beliau bukan
keturunan bangsa Arab asli, tetapi dari bangsa Ajam (bangsa selain bangsa
arab) dan beliau dilahirkan di tengah-tengah keluarga berbangsa Persia.26
Imam Hanafi yang dikenal sebagai mujahid yang rasional berpendapat
bahwa wali itu dibutuhkan untuk menggantikan seseorang karena
ketidakmampuan dalam bertindak hukum atau karena berstatus sebagai
budak. Artinya jika dia merdeka dan punya kemampuan/cakap dalam
melakukan perbuatan hukum, maka tidak dibutuhkan seorang wali. Jika
seorang perempuan (baik perawan maupun janda) yang sudah baligh, berakal
sehat maka dianggap telah mampu dan memiliki hak untuk melangsungkan
akad nikah atas nama dirinya sendiri tanpa harus diwakili oleh walinya.
Imam Hanafi berpendapat, bahwa wali bukan merupakan rukun yang
harus ada dan bukan persyaratan yang harus terpenuhi untuk sahnya suatu
pernikahan, tetapi hanya sebagai penyempurna perjanjian pernikahan,
kecuali pernikahan perempuan yang belum dewasa dan atau orang gila
meskipun sudah dewasa. Wali hanya menjadi syarat sah bagi pernikahan
orang yang belum dewasa, gila dan budak. Sebaliknya wali tidak diperlukan
lagi bagi pernikahan perempuan mukallaf yang merdeka, sehingga tanpa izin
walinyapun pernikahannya tetap sah. Tetapi si wali berhak untuk menolak
apabila pernikahan tersebut tidak se-kufu’. Argumen tersebut didasari pada
pertimbangan adanya Hadith Nabi yang menyatakan bahwa perempuan
yang janda lebih berhak atas dirinya dari pada walinya. Gadis diminta
perizinannya dan perizinannya adalah diamnya.
Imam Abu Hanifah membedakan perempuan ke dalam 2 kategori yaitu
merdeka dan budak. Perempuan kategori merdeka adalah perempuan secara
umum, sedangkan kategori budak adalah perempuan dalam kondisi khusus.
Maka yang dimaksud hadith yang diriwayatkan oleh Sayyidati Aisyah
sebagai perkawinan yang batal karena tidak ada idzin walinya adalah khusus
bagi perempuan dengan kategori budak, sebab posisi atau kedudukan budak
adalah berada dalam genggaman tangan/kekuasaan tuannya. Sedangkan bagi
perempuan merdeka, apabila sudah dewasa, berakal sehat, gadis maupun
Moenawir Chalil, Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i,
26
janda, menikah dengan laki-laki sekufu atau tidak sekufu dapat menentukan
dan memilih pasangan hidupnya secara bebas tanpa adanya wali.
Bahkan lebih lanjut Imam abu Hanifah menjelaskan bahwa dalam
QS. Al. Baqarah (2): 232 dan 234 menerangkan perempuan memiliki hak
melakukan akad nikahnya sendiri tanpa adanya wali/wakil sebagaimana
dalam akad jual beli atau yang lainnya. Sedangkan hadith yang
mensyaratkan wali untuk sahnya pernikahan adalah karena adanya kondisi
khusus seperti belum cukup umur, tidak berakal sehat, atau budak.27
27
Sofyan A.P.Kau dan Zulkarnain Suleman, Fikih Feminis, Menghadirkan Teks Tandingan,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), 106.
119 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
Volume III Nomor 2 Septembr 2020
e-ISSN 2620-5122
Qurrotul Ainiyah Kedudukan Wali Dalam Pernikahan
عن إبن عااس أأن إلييب صَّل هللا عليه و سَل قال إ ألمي أأفق بيفسها من ولّيا وإلاكر تس تأأذن
28. زوإه مسَل.ِف نفسها وإذهنا صامهتا
28
Imam Muslim, Syahih Muslim, vol. 4, (Bairut: Dar al-Fikr, tt.) 141.
120 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
Volume III Nomor 2 Septembr 2020
e-ISSN 2620-5122
Qurrotul Ainiyah Kedudukan Wali Dalam Pernikahan
atau budak, kecil atau dewasa dan lain sebagainya, sehingga tidak boleh
ditakhsis dan diberlakuakn sesuai keumuman lafaz. Apalagi hadith di awali
dengan lafaz ayyuma yang merupakan qarinah yaitu tanda atau alamat atau
indikasi yang menunjukkan pada yang dimaksud hadith tersebut bermakna
semua perempuan secara umum, bukan hanya bermakna perempuan merdeka
dan budak.29
KESIMPULAN
1. Imam Syafi’i berpegangan kepada teks nas al-Qur’an dan Hadith yang
mensyaratkan sahnya pernikahan salah satunya harus adanya wali.
Walaupun wali punya hak atas perwaliannya tetapi tetap dianjurkan
bermusyawarah atau meminta persetujuannya. Kewajiban ada wali
nikah merupakan bentuk rasa tanggung jawab dan perlindungan
kepada perempuan, bukan melemahkan hak perempuan. Pertimbangan
kemaslahatan, maqashid al-syari’ah, akal publik, kearifan lokal tidak
boleh bertentangan dengan teori kemaslahatan dan maqashid al
syari’ah yang tidak hanya berdasarkan pertimbangan kebahagiaan
dunia tetapi kebahagiaan di alam akhirat yang selama-lamanya.
2. Keberadaan wali dalam pernikahan menurut Imam Hanafi tidak wajib
jika perempuan itu merdeka, dewasa dan memenuhi persyaratan untuk
melakukan akad / perbuatan hukum, sebagaimana kebolehan
melakukan akad jual beli dan sebagainya. Hal ini dengan dasar
pemikiran bahwa wali itu dibutuhkan karena mewakili seseorang yang
dianggap tidak atau belum punya kecakapan untuk melakukan
perbuatan hukum.
29
Imam Ghazali, Al-Mankhul min Ta’liqat al- Ushul, (Damaskus : Dar al-Fikr, 1980), 180-181
121 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
Volume III Nomor 2 Septembr 2020
e-ISSN 2620-5122
Qurrotul Ainiyah Kedudukan Wali Dalam Pernikahan
DAFTAR PUSTAKA
Ainiyah, Qurrotul, 2015, Keadilan Gender Dalam Islam, Konvensi PBB
dalam Perspektif Mazhab Shafi’i, Malang : Intran Publishing.
Hanbal, Ahmad bin, 2008, Musnad Ahmad, vol. 4, Riyad: Dar ‘Alam al-
Kutub.
Shafi’i, Muhammad bin Idris Al, 1990, Al Umm, Vol. 5, Bairut: Dar al-Fikr.
Unais, Ibrahim, 1972, al-Mu’jam al-Wasit, vol. 2, Kairo: Dar al-Ma’arif.