Anda di halaman 1dari 20

TUGAS DOSEN PENGAJAR

KELOMPOK Yassir Hayati, S.Sy., M.H

FIQIH

FIQIH MUNAKAHAT

NAMA MAHASISWA

ELSA AMALIA DITA 11970322925

NURUL QOMARIAH 11970323013

SRI RAMDHINI 11970325359

AKUNTANSI B SEMESTER V

JURUSAN S1 AKUNTANSI B

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

1
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas ridho dan karunia NYA kami dari kelompok 6
akuntansi B semester 5 dapt menyelesaikan makalah ini tentang “Fiqih Munakahat, Fiqih
Memilih Jodoh, Fiqih Laranga Menikah, Fiqih Meminang, Fiqih Mahar dan Fiqih calon
suami istri” dengan penuh keyakinan dan semaksimal mungkin. Kami sebagai kelompok
penuh harapan dengan adanya makalah ini bisa membantu kita semua memahami tentang
Fiqih Munakahat.

Selanjutnya kami jungan mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen Yassir Hayati,
S.Sy., M.H., untuk mata kuliah “Fiqih” yang telah memberikan tugas makalah ini kepada
kami sehingga dapat memicu motivasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan menggali
lebih dalam mengenai “Fiqih Munakahat” untuk pemahaman kita semua.

Terakhir kami sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha untuk
menyelesaikan makalah ini, tak akan luput dari sifat manusiawi yang penuh khilaf dan salah.
Oleh karena itu kami segenap kelompok 6 mengharapkan semua pihak untuk memaklumi
dan sama sama memperbaiki materi kita ini dimasa yang akan datang.

Pekanbaru, Oktober 2021

Penyusun

Kelompok 6 akuntansi B semester 5

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

B.Rumusan Masalah

C.Tujuan Pembahasan

BAB II PEMBAHASAN

A.Fiqih Munakahat

B.Fiqih dalam Memilih Jodoh

C.Fiqih Larangan Nikah

D.Fiqih Tentang Meminang

E.Fiqih Tentang Mahar

F.Fiqih Tentang Calon Sumai/Istri

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan

B.Saran

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Fiqih munakahat adalah hukum yang mengatur tata cara perkawinan atau pernikahan dan
segala hal yang berkaitan dengannya. Fiqih munakahat harus diikuti dan diamalkan oleh
umat muslim sebagai landasan dalam melakukan perkawinan demi mewujudkan pernikahan
yang sakinah, mawaddah, dan warrahmah.

Dalam islam pernikahan diatur dalam banyak ayat di al-quran. Beberapa contoh ayat
tersebut adalah “ dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu
mengingat kebesaran allah”(qs. Adz dzariyaat (51) : 49), lalu “ maha suci tuhan yang telah
menciptakan manusia berpasang-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh
bumi dan dari diri mereka maupun apa yang tidak mereka ketahui” (qs. Yaasin (36) : 36)
serta ada juga “dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian dari kamu, dan orangorang
yang layak(berkawin) dari hamba-hamba sahayamu dari lelaki dan hamba-hamba sahayamu
dari perempuan. Jika mereka miskin. Allah akan memampukan mereka denga karunia-nya.
Dan allah maha luas (pemberian-nya) lagi maha mengetahui.”(qs. An nuur (24) : 32).

Berdasarkan beberapa ayat diatas dengan munakahat pada dasarnya manusia sudah
diciptakan berpasang-pasangan dengan lawan jenisnya sejak awal penciptaan. Tinggal
bagaimana usaha manusia tersebut untuk menemukan jodoh mereka yang sudah ditentukan.
Apabila mereka terus berikhtiar dan setelah itu bertawakal untuk menemukan jodoh mereka,
cepat atau lambat allah swt akan mempertemukan mereka berdua untuk membentuk sebuah
keluarga.

Fiqih munakahat bersumber dari ajaran alquran dan hadits sebagai dalil naqlinya. Ruang
lingkup yang menjadi pokok bahasan dalam fiqih munakahat adalah meminang, menikah,
dan talak serta seluruh akibat yang disebabkan oleh ketiganya.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan fiqih munakahat ?
2. Bagaimana fiqih dalam memilih jodoh ?
3. Bagaimana fiqih tentang larangan menikah ?
4. Bagaimana fiqih tentang meminang ?
5. Bagaimana fiqih tentang mahar ?
6. Bagaimana fiqih tentang calon suami/istri ?

C. Tujuan pembahasan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan fiqih munakahat
2. Untuk mengetahui bagaimana fiqih dalam memilih jodoh
3. Untuk mengetahui fiqih tentang larangan menikah
4. Untuk mengetahui fiqih tentang meminang
5. Untuk mengetahui fiqih tentang mahar
6. Untuk mengetahui fiqih tentang calon suami/istri

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Fiqih Munakahat
1. pengertian
Fiqih munakahat terdiri dari dua kata, yakni “Fiqih” dan “Munakahat”. Fiqih secara
etimologi berasal dari kata “Faqiha Yafqahu” yang berarti “faham”, 1ini sesuai dengan sabda
Nabi saw :

“Barang siapa dikehendaki Allah akan kebaikan niscaya diberikan kepadanya faham
dalam hukum agama (HR. Muslim).”2

Fiqih secara terminologi dalam pandangan jalul mahali memiliki makna pengetahuan
tentang hukum-hukum syara’ yang bersifat ‘amali yang diperoleh dari dalil-dalil yang tafsili.
3
Secara definitif fqih diartikandengan suatu perangkat pengetahuan yang diambil dari dalil-
dali yang jelas baik dari Al-Qur’an maupun As-sunnah dan menghasilkan hukum yang
mengikat untuk dijalankn bgi seluruh manusia yang beragama islam.

Munakahat dalam bahasa arab berasal dari akar kata “Nakaha Yankihu” atau “Yankahu”
yang berarti “Tazawwaja” sama dengan berarati “ta’ahla” (menjadi keluarga). 4Dalam bahasa
Indonesia kawin atau perkawinan. Menikahi berarti mengawini,dan menikahkan sama dengan
mengawinkan yang berarti menjadikannya bersuami/beristri. Dengan demikian istilah
pernikahan mempunyai arti yang sama dengan perkawinan. Dalam fiqih islam perkataan yang
dipakai adalah nikah atau zawaj.

Kata nakaha banyak terdapat dalam Al-Qur’an dengan arti kawin, seperti surat An-Nisa’
ayat 3 :

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang
yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu
senangi; dua tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka
(kawinilah) seorang saja atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih
dekat lepada tidak berbuat aniaya.”

Pengertian nikah adakah akad yang menghalalkan pergaulan dan membati has dan
kewajiban serta tolong-menolong anatara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang

1
Lous Ma’luf, Al Munjid Fi Al Lughah Wa Al A’lam, Beirut Dar Al Masyri, 1987, Hlmn 591
2
Imam Al Nawawi, Syarh Shahih Muslim, Beirut Dar Al Fikr, 1984 Juz 5, Hlmn 241
3
Muhammad Hasby Ash-Shiddiqy, Pengantar Hukum Islam, Jakarta:Bulan Bintang, 1994 Hlmn 29
4
Lous Ma’luf, Al Munjid Fi Al Lughah Wa Al A’lam, Beirut Dar Al Masyri, 1987, Hlmn 837

6
bukan mahram5, sementara Sayyid Sabik memaknai pernikahan sebagai sebuah cara Allah
yang dipilih sebagai jalan bagi manusia untuk beranak, berkembang biak, dan melestarikan
kehidupannya setelah masing-masing pasangan siap melakukan peranannya yang positif
dalam mewujudkan tujuan pernikahan.6

Bila kata fiqih dihubungkan dengan kata munakahat, maka artinya adalah seperangkat
peraturan, hukum atau tata laksana yang mengatur tata cara perkawinan serta hal-hal yang
muncul disebabkan adanya perkawinan tersebut, harus diikuti dan diamalakan oleh umat
islam sebagai landasan dalam melakukan perkawinan dan sebagai pijakan hukum dalam
keabsahan sebuah perkawinan yang dihasilkan dari pengkajian Al-Qur’an dan sunnah dengan
cara ijtihad.

2. Dasar Fiqih Munakahat

Perkawinan atau pernikahan dalam islam merupakan ajaran yang berdasarkan pada
Al-Qur’an dan As-sunnah dengan berbagai macam cara mengungkapkannya, kesyariatan
perkawinan dalam islam disebabkan karena manusia memiliki kecenderungan kepada lawan
jenis, sebagaimana Allah firmankan dalam surat Al-Imran ayat 14 :

Artinya : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diinginkan, yaitu wanita-wanita.”

Berdasarkan lepada naluri alamiah manusia yang telah Allah berikan dan bekalkan dan naluri
itu tidak boleh dihilangkan dengan begitu saja melainkan harus dikelola dengan sebaik
mungkin, maka fiqih munakahat melandskan dalam pembahasannya pada Al-Qur’an dan As-
sunnah.

1. Dalam Al-Qur’an

“Dan sesungguhnya kami telah megutus beberapa rasul sebelum kamu dan kami
memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan. Dan tidak ada hak bagi seorang
rasul mendatangkan sesuatu ayat (mukjizat) melaikan dengan izin Allah, bagi tiap tiap
masa ada kitab(yang tertentu)”

2. Dalam As-sunnah
5
Sulaiman Rasidi, Fiqih Islam, Bandung: Sinar Baru Algesiindo,2000,Hlm.374
6
Sayyid Sabiq, Fikh Al Sunnah, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006, Hlm. 477

7
Hadist Nabi SAW:

“Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. ia berkata: Rasulullah SAW pernah bersabda kepada
kami, hai para pemuda barang siapa diantara kamu telah sanggup untuk kawin maka
hendaklah ia kawin. Maka itu menghalangi pandangan (kepada yang dilarang oleh
agama) dan lebih menjaga kemaluan, dan barang siapa tidak sanggup, hendaklah ia
berpuasa karena sesungguhnya berpuasa itu merupakan perisai baginya”

Dari dalil tersebut jelas bahwa pernikahan adalah syariah islam dan termasuk sunnah nabi
yang harus ditiru dan dilaksanakan apabila telah mampu dan memenuhi persyaratan dan
rukunnya.

3. Ruang Lingkup Fiqih Munakahat

1. Meminang
Meminang atau khitbah adalah langkah awal dalam pernikahan, yaitu tahap di
mana seorang lelaki menyampaikan kehendak, maksud, dan tujuannya untuk
menikahi jodoh yang telah didapatkan, lalu menjadikannya istri yang sah dan
halal.

2. Menikah
Setelah meminang, menikah adalah langkah selanjutnya sebagai pembuktian
nyata dari khitbah yang sudah dilaksanakan. Lingkup ini membahas mengenai
pernikahan itu sendiri, meliputi rukun dan syaratnya serta hal-hal yang
menghalangi pernikahan tersebut.
Selain itu, dalam lingkup ini pula dibahas bagaimana membangun kehidupan
rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah, lengkap dengan hak-
hak dan kewajiban dalam perkawinan.

3. Talak
Kehidupan rumah tangga tak selamanya indah, ada kalanya terjadi suatu hal
yang tidak terhindarkan dan membuat pernikahan tidak bisa dipertahankan.
Pemutusan hubungan ikatan pernikahan itulah yang disebut dengan talak.
Untuk selanjutnya, diatur pula hal-hal yang menyangkut putusnya perkawinan
dan akibat-akibatnya, seperti hubungan anak dengan orangtua dan pembagian
harta selama pernikahan.

B. Fiqih Dalam Memilih Jodoh


Jodoh adalah salah satu rahasia Allah SWT yang menjadi pertanyaan besar bagi manusia.
Jodoh merupakan ketentuan yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT yang tertulis dalam
lauhul mahfuz dan ditakdirkan dengan sebab-sebabnya.

8
Wanita atau pria baik niscaya akan dipertemukan dengan yang baik pula, begitu pula
sebaliknya. Namun dalam proses pencarian sendiri ada yang berpendapat bahwa jodoh
ditentukan melalui usaha dan berikhtiar yang sisanya diserahkan kepada Allah SWT.7

Dalam agama Islam sendiri terdapat beberapa hadits yang membahas tentang jodoh.
Berikut beberapa hadist yang bicara mengenai jodoh.

1. Hadits Jodoh Pasti Bertemu

Kalimat bahwa "jodoh tak akan kemana" rupanya memang benar. Jodoh menjadi
cerminan diri dan tidak akan jauh dari siapa kita saat ini.

َ ‫اَأْلرْ َوا ُح جُ نُو ٌد ُم َجنَّ َدةٌ فَ َما تَ َع‬


ْ ‫ارفَ ِم ْنهَا اْئتَلَفَ َو َما تَنَا َك َر ِم ْنهَا‬
َ‫اختَلَف‬

Artinya:

“Ruh-ruh itu diibaratkan seperti tentara yang saling berpasangan, yang saling mengenal
sebelumnya akan menyatu dan yang saling mengingkari akan berselisih.” (HR. Bukhari
dan Muslim)

Hal ini juga dikuatkan dengan salah satu ayat dalam Alquran, yakni surat An Nur ayat
26.

ِ ‫ات لِلطَّيِّبِ ْينَ َو الطَّيِّبُوْ نَ لِلطَّيِّبَا‬


‫ت‬ ُ َ‫ت َو الطَّيِّب‬
ِ َ ‫ت لِ ْلخَ بِيْثـ ِ ْينَ َو ْالخَ بِ ْيثُــوْ نَ لِ ْل َخبِيْثا‬
ُ َ ‫اَ ْلخـَبِيـْثــا‬.

Artinya:

“Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak
baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik
dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik”. (QS. An Nur:26)

2. Hadits Jodoh di Tangan Allah SWT

Sebagai bagian dari takdir Allah SWT, jodoh menjadi sebuah ketetapan yang telah ditulis
bahkan 50.000 tahun sebelum manusia dilahirkan di bumi.

‫ض بِخَ ْم ِسينَ َأ ْلفَ َسنَ ٍة‬


َ ْ‫ت َواَألر‬ َ ُ‫ق قَ ْب َل َأ ْن يَ ْخل‬
ِ ‫ق ال َّس َم َوا‬ ِ ‫َب هَّللا ُ َمقَا ِدي َر ْال َخالَِئ‬
َ ‫َكت‬

Artinya:

"Allah mencatat takdir setiap makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan
bumi.” (HR. Muslim)

3. Anjuran Memilih Jodoh Menurut Rasulullah SAW


1. Wanita atau pria yang baik agamanya

Anjuran untuk memilih calon pasangan yang baik agamanya tercatat dalam hadits
berikut ini.
7
https://kumparan.com/berita-hari-ini/hadits-tentang-jodoh-sebuah-takdir-yang-telah-digariskan-allah-swt-
1uy7WaFJQ8C

9
‫ فاظفر بذات الدين تربت يداك‬،‫ لمالها ولحسبها وجمالها ولدينها‬:‫تنكح المرأة ألربع‬

Artinya:

“Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena


kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih
karena agamanya (keislamannya), sebab kalau tidak demikian, niscaya kamu akan
merugi.” (HR. Bukhari-Muslim)

2. Wanita yang penyayang dan subur

Rasulullah SAW menganjurkan untuk memilih calon istri yang penyayang dan subur.

‫تزوجوا الودود الولود فاني مكاثر بكم األمم‬

Artinya:

“Nikahilah wanita yang penyayang dan subur! Karena aku berbangga dengan
banyaknya ummatku.” (HR. An Nasa’I dan Abu Dawud)

3. Mengetahui baik agama dan akhlaknya apabila ada yang melamar

‫ إذا أتاكم من ترضون خلقه و دينه فانكحوه إال تفعلوا تكن‬: ‫عن أبي هريرة قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم‬
‫ رواه الحاكم وقال هذا حديث صحيح اإلسناد و لم يخرجاه‬. ‫فتنة في األرض وفساد عريض‬

Artinya:

"Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda: “Apabila datang kepada kalian
siapa yang kalian ridhai akhlak dan agama nya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak kalian
lakukan, niscaya akan menjadi fitnah dan muka bumi dan kerusakan yang luas.” (HR.
Al-Hakim – sanadnya shahih)

4. Hiasan terbaik bagi seorang pria adalah wanita sholihah

‫اال َمرْ َأةُ الصَّالِ َحة‬


ْ َ‫َاع ال ُّد ْني‬ ٌ ‫ال ُّد ْنيَا َمتَا‬
ِ ‫ع َو َخ ْي ُر َمت‬
“Dunia adalah hiasan, dan sebaik-baik hiasan dunia adalah wanita Sholehah.” (H.R
Muslim)

5. Nikahi wanita yang merdeka

‫َم ْن َأ َرا َد َأ ْن يَ ْلقَى هَّللا َ طَا ِهرًا ُمطَهَّرًا فَ ْليَتَ َز َّوجْ ْال َح َراِئ َر‬

“Barang siapa yang mau menghendaki Allah dalam keadaan suci dan disucikan, maka
hendaklah dia mengawini wanita merdeka." (HR. Imam ibn Majah)

6. Menjalankan sunnah adalah menikah

‫ رجاله ثقات‬: ‫ رواه أبو يعلى قال حسين سليم أسد‬. ‫من أحب فطرتي فليستن بسنتي ومن سنتي النكاح‬

10
Dari Ubaid bin Sa’ad, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang menyukai fitrahku
hedaknya ia bersunnah dengan sunnahku, dan termasuk sunnahku adalah menikah.”

7. Jangan meminang wanita yang sudah di pinang oleh pria lain

ِ ‫طبَ ِة َأ ِخي ِه َحتَّى يَ ْترُكَ ْال َخا ِطبُ قَ ْبلَهُ َأوْ يَْأ َذنَ لَهُ ْالخ‬
ُ‫َاطب‬ ْ ‫ب ال َّر ُج ُل َعلَى ِخ‬
َ ُ‫ْض َواَل يَ ْخط‬ ُ ‫َأ ْن يَبِي َع بَ ْع‬
ٍ ‫ض ُك ْم َعلَى بَي ِْع بَع‬
Artinya:

“Sesama mukmin adalah bersaudara, maka baginya tidak halal menawar barang yang
telah ditawar (dibeli) oleh saudaranya dan tidak halal meminang perempuan yang
telah dipinang oleh saudaranya, kecuali bila saudaranya telah membatalkan
pinangan.” (Al Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)

8. Keberuntungan seorang muslim adalah mendapatkan wanita shalihah

‫صالِ َح ٍة ِإ ْن َأ َم َرهَا َأطَا َع ْتهُ َوِإ ْن نَظَ َر ِإلَ ْيهَا َس َّر ْتهُ َوِإ ْن َأ ْق َس َم َعلَ ْيهَا‬
َ ‫َما ا ْستَفَا َد ْال ُمْؤ ِمنُ بَ ْع َد تَ ْق َوى هَّللا ِ َخ ْيرًا لَهُ ِم ْن َزوْ َج ٍة‬
‫ص َح ْتهُ فِي نَ ْف ِسهَا َو َمالِه‬
َ َ‫َاب َع ْنهَا ن‬ َ ‫َأبَ َّر ْتهُ َوِإ ْن غ‬

Artinya:

”Tidak ada keberuntungan bagi seorang mukmin setelah bertaqwa kepada Alloh
kecuali memiliki seorang istri yang Sholih. Yang bila disuruh, menurut dan bila di
pandang menyenangkan, dan bila janji menepati, dan bila ditinggal pergi bisa menjaga
diri dan harta suaminya.” (HR. Ibnu Majah)

C. Fiqih Larangan Menikah


1. Nikah Mut’ah
Yang dimaksud dengan nikah mut’ahialah nikah yang diniatkan hanya untuk bersenang-
senang dan hanya untuk jangka waktu seminggu, sebulan setahun dan seterusnya. Nikah
mut’ah pada awalnya dibolehkan oleh Rasul, yaitu pada saat sering terjadinya
peperangan yang menyita waktu yang sangat panjang, dimana para suami lebih lama
meninggalkan para istrinya dimedan peang. Dengan pertimbangan jangan sampai para
sahabat jatuh pada perbuatan zina/mesum, maka waktu Rasulullah memperbolehkan
mut’ah, karena dianggap darurat dan sifatnya sementara.
Setelah itu mut’ah dilarang, karena dikhawatirkan ada unsur pelecehan terhadap wanita
dan juga tidak sesuai dengan tujuan pernikahan, yaitu membentuk kehidupan yang
bahagia, melestarikan keturunan menjaga martabat manusia.

2. Nikah syigar
Nikah syigar adalah pernikahan yang didasarkan pada janji atau kesepakatan penukaran,
yaitu menjadikan dua orang perempuan sebagai mahar atau jaminan masing-masing.
Ucapan akadnya seperti : “saya nikahkan anda dengan anak atau saudara perempuan
saya, dengan syarat anda menikahkan saya dengan anak/saudara perempuan anda”.

11
Pernikahan syigar ini merupakan pernikahan dalam adat jahiliah, karenanya pernikahan
tersebut dilarang dalam islam.

3. Nikah Muhallil
Muhallil artinya menghalalkan arau membolehkan, yaitu pernikahan yang dilakukan oleh
seseorang dengan tujuan untuk menghalalkan perempuan yang dinikahinya agar dinikahi
lagi oleh mantan suaminya yang telah menalak tiga halal. Atau nikah muhallil adalah
pernikahan yang dilakukan oleh seorang laki-laki terhadapperempuan yang sudah ditalak
tiga dengan maksud agar mantan suaminya yang menalak tiga dapat menikahi kembali
perempuan tersebut setelah diceraikan oleh suaminya yang baru.

4. Pernikahan silang
Yang dimaksud dengan pernikahan silang yaitu pernikahan antara laki-laki dengan
perempuan yang berbeda agama atau keyakinan. Pernikahan yang dilarang seperti ini
terdiri dari dua macam yakni :
a. Laki laki mukmin yang menikahi perempuan musyrik (non mukmin)
b. Perempuan mukmin yang menikahi laki-laki musyrik (non mukmin)

5. Pernikahan khadan
Khadan artinya gundik atau periaraan, baik laki-laki yang menjadikan wanita
sebagaimana gundik maupun wanita yang menjadikan laki-laki sebagai gundik.
Perkawinan seperti ini menjadi tradisi pada masa jahiliah dan tidak mustahil banyak
dilakukan oleh manusia pada masa sekarang. Misalnya dengan semakin banyaknya
pasangan “kumpul kebo”. Orang arab jahiliah berkata : “perkawinan seperti ini kalau
tidak diketahui orang tidak apa apa, dan yang tercela kalau diketahui orang”.

D.Fiqih tentang Meminang

1. Pengertian Khitbah

Al-Khitbah berasal dari lafadz Khathiba, yakhthibu, khithbatun.Terjemahannya ialah


lamaran atau pinangan. Al-Khithbah ialah permintaan seorang laki-laki kepada seorang
perempuan untuk dijadikan istri menurut cara-cara yang berlaku di kalangan masyarakat.
Dalam pelaksanaan khithbah (lamaran) biasanya masing-masing pihak saling menjelaskan
keadaan dirinya dan keluarganya. Khithbahmerupakan pendahuluan perkawinan,
disyari’atkan sebelum ada ikatan suami istri dengan tujuan agar waktu memasuki perkawinan
didasarkan kepada penelitian dan pengetahuan serta kesadaran masing-masing pihak.8

8
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah jilid 2, (Beirut: Darul Fikri) . 16

12
2. Hukum Khitbah

Hukum meminang boleh (mubah). Adapun yang memperbolehkannaya adalah :


ْ ‫َواَل ُجنَا َح َعلَ ْي ُك ْم فِي َما َعرَّضْ تُ ْم بِ ِه ِم ْن ِخ‬
‫طبَ ِة النِّ َسا ِء َأوْ َأ ْكنَ ْنتُ ْم فِي َأ ْنفُ ِس ُك ْم َعلِ َم هَّللا ُ َأنَّ ُك ْم َست َْذ ُكرُونَه َُّن َولَ ِك ْن ال تُ َوا ِعـ دُوه َُّن ِسـ ًّرا ِإال‬
‫اح َحتَّى يَ ْبلُ َغ ْال ِكتَابُ َأ َجلَهُ َوا ْعلَ ُموا َأ َّن هَّللا َ يَ ْعلَ ُم َما فِي َأ ْنفُ ِس ُك ْم فَاحْ َذرُوهُ َوا ْعلَ ُمواَأ َّن‬ ِ ‫َأ ْن تَقُولُوا قَوْ ال َم ْعرُوفًا َوال تَع‬
ِ ‫ْز ُموا ُع ْق َدةَ النِّ َك‬
‫هَّللا َ َغفُو ٌر َحلِيم‬

Artinya : “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran,atau
kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka)dalam hatimu Allah mengetahui
bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, oleh karena itu janganlah kamu mengadakan
janji nikah dengan mereka dengan secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan kepada
mereka perkataan yang ma’ruf. Dan janganlah kamu ber’azam (bertetap hati) untuk berakad
nikah, sebelum habis iddahnya. Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada
dalam hatimu, maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyantun” (Al Baqarah 235)

3.Syarat Sah Khitbah

Pasal 12 KHI mengatur tentang syarat-syarat untuk meminang seorang wanita . pada
prinsipnya peminangan dapat dilakukan terhadap wanita yang masih perawan atau terhadap
janda yang habis masa iddahnya.berikut rincian syarat wanita yang boleh dipinang adalah
sebagai berikut 9 :

1.Wanita yang dipinang tidaklah istri orang lain.

2.Wanita yang dipinang tidaklah dalam pinangan laki-laki lain.

3.Wanita yang dipinang tidak dalam masa iddah Raj’i

Para fuqoha’ sepakat keharaman meminang dalam masa tunggu (iddah) talak raj’i (suami
boleh kembali kepada istri karena talaknya belum mencapai ketiga kalinya) baik
menggunakan bahasa yang tegas (sharih) atau bahasa sindiran (kinayah). Sang istri yang
tertalak raj’I masih berstatus istri dan hak suami atas istri masih eksis selama masih dalam
masa iddah. Suami boleh ruju’ (kembali) tanpa minta kerelaan daripadanya kapanpun, tidak
perlu akad dan mahar baru selama masih berada dalam masa iddah.

4.Wanita dalam masa iddah suaminya wafat, hanya boleh dengan sindiran (kinayah).

Fuqoha’ sepakat tidak boleh meminang dengan jelas kepada wanita yang dalam masa iddah
karena kematian suami. Hikmah adanya larangan tersebut dikarenakan dapat mendatangkan
berbagai bencana. Fuqoha’ juga sepakat diperbolehkannya meminang dengan sindiran,
hikmah diperbolehkannya sindiran dalam pinangan disini bahwa hubungan antara suami dan
istri telah selesai disebabkan kematian sehingga tidak ada jalan menyatukan kembali
antarmereka berdua. Oleh karena itu, tidak ada permusuhan pada hak suami yang meninggal
dalam pinangan sindiran.

9
http://jonesdot.blogspot.com/2015/03/makalah-meminang-dan-mahar-dalam.html?m=1

13
5.Wanita dalam masa iddah bain sughraboleh juga bekas suaminya.

Wanita yang tertalak ba’in sughra dimaksud adalah wanita yang telah tercerai dua kali.
Wanita yang telah tercerai dua kali seperti ini halal bagi suami rujuk kembali dengan akad
nikah dan mahar baru dan tidak dipersyaratkan seperti talak bain qubra. Mantan suami
pencerai tidak boleh menikahi kembali mantan istrinya sebelum dinikahi laki-laki lain sampai
telah bercampur benar sebagai pasangan suami istri dan masing-masing telah mencicipi
madunya.

Mayoritas fuqoha’ berpendapat keharaman melakukan pinangan sindiran terhadap wanita


tersebut. Dikarenakan dengan bolehnya pinangan bagi selain suami pencerai, akan
menimbulkan terjadinya permusuhan antara keduanya, sementara suami pencerai berhak
kembali dengan akad dan mahar baru dan lebih utama daripada yang lain.

6.Wanita dalam masa iddah bain kubra boleh di pinang bekas suaminya,setelah kawin dengan
laki-laki lain,di-dukhul dan diceraikan.

4.Pemutusan Pertunangan

Madzhab Hanafi berpendapat bahwa masing-masing pihak berhak menerima


pengembalian hadiah-hadiah pertunangan yang berasal dari masing-masing , bila hadiah itu
masih ada wujudnya pada saat pertunangan diputuskan. Hadiah-hadiah yang telah tidak ada
wujudnya lagi tidak perlu diganti dengan harganya. Ketentuan itu berlaku, baik yang
memutuskan pertunangan adalah pihak laki-laki ataupun pihak perempuan. Alasan pendapat
ini ialah karena hadiah-hadiah tersebut berhubungan dengan adanya janji akan kawin. Maka,
apabila janji dimaksud dibatalkan, hadiah-hadiah harus kembali pada asalnya.

Madzhab Syafii berpendapat bahwa pihak peminang berhak menerima kembali


hadiah-hadiah yang diberikan, berupa barang apabila masih ada wujudnya, atau ganti
harganya apabila sudah tidak ada wujudnya lagi.

Madzhab Maliki memperhatikan pihak mana yang memutuskan. Apabila yang


memutuskan adalah pihak perempuan, hadiah-hadiah yang pernah diterima dari pihak laki-
laki harus dikembalikan, dalam bentuk barang apabila masih ada wujudnya, atau pengganti
harganya apabila sudah rusak, hilang atau musnah. Apabila yang memutuskan adalah pihak
laki-laki, ia tidak berhak atas pengembalian hadiah yang pernah diberikan kepada pihak
perempuan, meskipun wujud barangnya masih ada pada waktu memutuskan pertunangan
terjadi. Penyimpangan dari ketentuan tersebut hanya dibenarkan apabila ada syarat lain antara
dua pihak, atau apabila ‘urf (adat kebiasaan) tempat pihak-pihak bersangkutan menentukan
lain.10

10
http://jonesdot.blogspot.com/2015/03/makalah-meminang-dan-mahar-dalam.html?m=1

14
E.Fiqih Tentang Mahar

1.Pengertian Mahar

Kata “mahar” berasal dari bahasa Arab yang termasuk kata benda bentuk abstrak atau
mashdar, yakni “mahran” atau kata kerja11.Pengertian mahar menurut syara’ adalah sesuatu
yang wajib sebab nikah atau bercampur atau keluputan yang dilakukan secara terpaksa seperti
menyusui dan ralat para saksi.

Al-Qur’an adalah firman Allah SWT:

ً‫ص ُدقَاتِ ِه َّن نِحْ لَة‬ ْ ُ‫َو َءات‬


َ ‫وا النِّ َسآ َء‬

Artinya : “Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai
pemberian dengan penuh kerelaan.” (QS. An-Nisa’ : 4)

2.Macam-macam Mahar

     1.Mahar Musamma

Merupakan mahar yang telah jelas dan ditetapkan bentuk dan jumlahnya
dalam shighat akad. Jenis mahar ini dibedakan lagi menjadi dua yaitu:
1) Mahar Musamma Mu’ajjal, yakni mahar yang segera diberikan oleh calon suami kepada
calon isterinya. Menyegerakan pembayaran mahar termasuk perkara yang sunnat dalam
Islam.
2) Mahar Musamma Ghair Mu’ajjal, yakni mahar yang telah ditetapkan bentuk dan
jumlahnya,akan tetapi ditangguhkan pembayarannya.12

2.Mahar Mitsil

Maksudnya adalah mahar yang diputuskan untuk wanita yang menikah tanpa menyebutkan
mahar dalam akad, ukuran mahar disamakan dengan mahar wanita yang seim

bang ketika menikah dari keluarga bapaknya seperti saudara perempuan sekandung dan
saudara perempuan tunggal bapak.

2.Syarat Sah Mahar

11
Beni Ahmad Saebani, Fiqh Munakahat 1, (Bandung: Pustaka Setia,
2001), h.260
12
https://www.rendrafr.com/2019/10/mahar-pengertian-dasar-hukum-syarat.html?m=1

15
a)harta berharga

b)barang suci dan bermanfaat

c)bukan barang ghasap

d)barang yang jelas keberadaannya.

Tidak sah memberi mahar yang tidak jelas keberadaannya atau tidak disebutkan jenisnya13

3.Hukum Mahar

Imam Syafi`I berpendapat bahwa mahar itu hukumnya wajib.namun bukan termasuk dalam
rukun perkawinan.Berikut landasan kewajiban mahar:

‫صد ُٰقتِ ِه َّن نِحْ لَةً ۗ فَا ِ ْن ِط ْبنَ لَ ُك ْم ع َْن َش ْي ٍء ِّم ْنهُ نَ ْفسًا فَ ُكلُوْ هُ هَنِ ۤ ْيـًٔا َّم ِر ۤ ْيـًٔا‬
َ ‫َو ٰاتُوا النِّ َس ۤا َء‬

Artinya : “Dan berikanlah maskawin (mahar) kepada perempuan (yang kamu nikahi) sebagai
pemberian yang penuh kerelaan. Kemudian, jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian
dari (maskawin) itu dengan senang hati, maka terimalah dan nikmatilah pemberian itu dengan
senang hati.”(QS.An Nisa Ayat 4)

Menurut ketetapan dalil dari ijma‟ itu menyatakan bahwa para ulama‟ telah bersepakat
bahwa mahar wajib hukumnya tanpa adanya khilaf, ketetapan itu di sepakati oleh para
ulama‟, baik ulama‟ generasi pertama islam hingga masa sekarang.14

4.Kadar (Jumlah) Mahar

Agama tidak menetapkan jumlah minimum dan begitu pula jumlah maksimum dari
maskawin. Hal ini disebabkan oleh perbedaan tingkatan kemampuan manusia dalam
memberikannya. Orang yang kaya mempunyai kemampuan untuk memberi maskawin yang
lebih besar jumlahnya kepada calon istrinya. Sebaliknya, orang yang miskin ada yang hampir
tidak mampu memberinya.Oleh karena itu, pemberian mahar diserahkan menurut
kemampuan yang bersangkutan disertai kerelaan dan persetujuan masing-masing pihak yang
akan menikah untuk menetapkan jumlahnya. Mukhtar Kamal menyabutkan, “janganlah
hendaknya ketidaksanggupan membayar maskawin karena besar jumlahnya menjadi
penghalang bagi berlangsungnya suatu perkawinan.”

Imam Syafi’i, Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur, dan Fuqaha Madinah dari kalangan Tabi’in
berpendapat bahwa mahar tidak ada batas minimalnya. Segala sesuatu yang dapat menjadi

13
Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqh ‘ala Madzahib
al-Arba’ah, juz 4, h. 103
14
Muhammad Zuhaily. terj. Mohammad Kholison, Fiqih Munakahat Kajian Fiqih
Pernikahan dalam Perspektif Madzhab Syafi‟I (Surabaya: CV. Imtiyaz, 2013), 235

16
harga bagi sesuatu yang lain dapat dijadikan mahar. Pendapat ini juga dikemukakan oleh Ibnu
Wahab dari kalangan pengikut Imam Malik.

Sebagian fuqaha yang lain berpendapat bahwa mahar itu ada batas terendahnya. Imam Malik
dan para pengikutnya mengatakan bahwa mahar itu paling sedikit seperempat dinar emas
murni, atau perak seberat tiga dirham, atau bisa dengan barang yang sebanding berat emas
perak tersebut.

F.Fiqih tentang Calon Suami/Istri

Berikut hal hal yang harus dipersiapkan baik calon suami maupun istri :

1.Kesiapan Fisik
Kesiapan yang dimaksud dalam hal ini adalah keadaan siap yang tercermin pada diri
seseorang. Siap secara fisik artinya seseorang sudah matang perkembangan anggota
tubuhnya. Seorang laki-laki dan perempuan yang memutuskan menikah hendaknya
memeriksakan diri terkait dengan kesehatan fisik dan kesehatan reproduksinya. Hal ini
penting dilakukan untuk mendeteksi kesehatan reproduksi pasangan sejak dini, sehingga
setelah menikah diharapkan kedua pasangan ini mampu melaksanakan fungsinya sebagai
suami istri secara optimal dan mampu melahirkan keturunan yang sehat. Apabila ada
gangguan terhadap organ reproduksinya misalkan ditemukan adanya penyakit dan kelainan
tertentu, maka harus segera diobati.

Kesiapan kesehatan dan tenaga dalam rangka menjalani kehidupan berumah tangga juga
perlu dipersiapkan karena setelah menikah pasangan pengantin harus hidup mandiri. Hidup
mandiri berarti berusaha mencukupi segala kebutuhan hidup dirinya dan pasangannya sendiri
tanpa mengharapkan bantuan dari kedua orang tua. Keadaan fisik yang prima menjadi sebuah
keharusan bagi pasangan suami istri untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam menjalani
kehidupan rumah tangga

2.Kesiapan mental

Kesiapan mental merupakan sebuah permasalahan yang seringkali muncul pada diri
seseorang dalam segala hal termasuk pada saat hendak melangsungkan pernikahan. Tidak
sedikit orang yang dibayangi keraguraguan, sehingga menimbulkan kebimbangan. Menikah
harus diniatkan dengan benar yaitu karena memenuhi kebutuhan hidup sebagai makhluk
sosial serta sebagai bentuk ketaatan (ibadah) kepada seruan Allah SWT. Seseorang yang
memiliki kesadaran niat yang lurus bahwa menikah adalah sebagai bentuk ibadah kepada
Allah Subhanahu Wa Ta‟ala maka berarti secara mental ia telah siap untuk menikah.15

Kesiapan mental seseorang juga dapat dilihat dari kemauan untuk mengenal calon pasangan
hidup beserta keluarganya begitu juga sebaliknya. Sikap mau mengenal lebih dalam
kehidupan calon pasangan ini merupakan sebuah kedewasaan dan kematangan mental, karena
bisa saja kedua calon pengantin ini berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda, suku

15
Aimatun Nisa, Upaya Membentuk0Keluarga Sakinah, hlm. 18.

17
atau ras yang berbeda, serta memiliki kebiasaan-kebiasaan yang berbeda, sehingga diperlukan
penyesuaian dan komunikasi yang terbuka. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat menjadi
pemicu timbulnya perselisihan dalam keluarga.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kesiapan0mental merupakan


sebuah unsur0kedewasaan yang dimiliki oleh kedua calon pengantin, dewasa bukan hanya
matang secara usia tetapi juga dewasa secara psikologisnya. Kedewasaan yang dimaksudkan
ialah ia yang sudah mampu berpikir secara mendalam, dapat mengendalikan dan mengontrol
emosi, serta dapat bersikap dan bertindak dengan baik dan tegas.

3.Kesiapan Ekonomi

Kesiapan ekonomi adalah keadaan seseorang yang siap secara materi untuk melangsungkan
pernikahan. Siap secara ekonomi tidak berarti harus kaya raya, akan tetapi adanya kesiapan
untuk memberikan nafkah kelak bagi anggota keluarga. Islam0tidak menghendaki
pemeluknya berpikiran dan hidup secara materialistis (money oriented), akan tetapi penting
bagi calon suami maupun istri untuk memiliki kemampuan bekerja keras sehingga mampu
membiayai hidup serta mampu mengelola keuangan agar kesejahteraan ekonomi keluarga
dapat terjamin.16

Permasalahan ekonomi merupakan permasalahan yang dominan ada di dalam kehidupan


berumah tangga. Kesejahteraan ekonomi seseorang cenderung menjadi tolak ukur
kebahagiaan orang tersebut. Untuk itu, bagi calon suami dan istri harus betul-betul siap dalam
hal ekonomi karena sering adanya perpecahan dalam satu keluarga dipicu oleh faktor
ekonomi. Mempersiapkan skill (keterampilan) dan kemampuan untuk bekerja merupakan
sebuah kecakapan yang terpenting dalam hal ekonomi.

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

16
Tim perwakilan BKKBN, Modul; Orientasi Diseminasi hlm. 52

18
Dalam islam dianjurkan untuk Menikah. sebelum melaksanakan pernikahan harus
memulai dengan pinangan. yang dimaksud meminang atau khitbah adalah permintaan
seorang laki-laki kepada seorang perempuan untuk menikahinya,baik dilakukan oleh laki-laki
secara langsung maupun oleh pihak yang dipercayainya sesuai dengan aturan agama.yang
dimaksud dengan nikah adalah akad yang menghalalkan pergaulan dan membatasi hak dan
kewajiban serta tolong-menolong antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang
bukan mahram.

B.Saran

Marilah kita membaca dengan seksama makalah ini sebagai tambahan ilmu bagi kita agar
nanti ketika kita sudah berumah tangga (bagi yang belum mikah) kita tau apa yang kita harus
lakukan sebagai suami dan apa kewajiban kita sebagai istri, sehingga kita dapat mendapatkan
keharmonisan dalam rumah tangga.

Dan bagi yang sudah menikah mungkin makalah ini bisa sebagai sebagai pedoman dalam
rumah tangga, terlebih bagi pansangan suami istri yang lagi dalam masalah mungkin makalah
ini bisa dijadikan sebagai acuan untuk penyelesaian terbaik dari masalah yang di hadapi.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://kumparan.com/berita-hari-ini/memahami-fiqih-munakahat-ilmu-pernikahan-dalam-
islam-1vsLq8GdHwZ/1

Imam Al Nawawi, Syarh Shahih Muslim, Beirut Dar Al Fikr, 1984 Juz 5

Sulaiman rasjid, fiqih islam, cet 27,Bandung : sinar baru algensindo, 1994

Muhammad Hasby Ash-Shiddiqy, Pengantar Hukum Islam, Jakarta:Bulan Bintang, 1994


Ghazaly abdul rahman, Fiqih munakahat, kencana, 2019

https://kumparan.com/berita-hari-ini/hadits-tentang-jodoh-sebuah-takdir-yang-telah-
digariskan-allah-swt-1uy7WaFJQ8C

Djejen Zainuddin, pendidikan agama Islam, Semarang:PT karya Toha putra

http://jonesdot.blogspot.com/2015/03/makalah-meminang-dan-mahar-dalam.html?m=1

Beni Ahmad Saebani, Fiqh Munakahat 1, (Bandung: Pustaka Setia, 2001)


Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqh ‘ala Madzahib
al-Arba’ah, juz 4

20

Anda mungkin juga menyukai