Anda di halaman 1dari 28

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I

“INVESTASI PADA INSTRUMEN EKUITAS”

Disusun oleh :

DEWI KUMALA SARI (12070321736 )

HIJRAH PUTRI ( 12070320792 )

MUHAMMAD IRWANTO (12070316506 )

MUTYA NURUL HASMI (12070320637 )

NURUL QOMARIA(11970323013)

SYUJA AFIIFAH ( 12070322618 )

TASYA NABILA (12070323772 )

JURUSAN S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

TA. 2022

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan kepada Allah Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ringkasan dengan judul
“INVESTASI PADA INSTRUMEN EKUITAS”, yang mana makalah ini disusun
bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Akuntansi Keuangan
Lanjutan I.

Harapan kami semoga ringkasan ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik.

Demikian dari kami, apabila ada kata- kata yang kurang berkenan dan
banyak terdapat kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Pekanbaru, 20 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................. i
Daftar Isi...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................... 1
1.3 Tujuan..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik & Metode Investasi pada Instrumen Ekuitas.... 3
2.2 Metode Biaya dan Nilai Wajar................................................ 6
2.3 Metode Ekuitas....................................................................... 9
2.4 Isu Lain eputar Metode Ekuitas.............................................. 21

Daftar Pustaka.............................................................................................. 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Investasi merupakan salah satu cara perusahaan dalam mengoptimalkan


penggunaan kas jika terjadi surplus. Dengan berinvestasi maka dana yang terdapat
dalam kas perusahaan tidak menganggur. Investasi dapat dimaksudkan sebagai
akumulasi dari suatu bentuk aktiva untuk memperoleh manfaat dimasa yang akan
datang.

Dengan adanya investasi maka perusahaan mengharapkan beberapa keuntungan


yakni terjaminnya manajemen kas, terciptanya hubungan yang erat dan memperkuat
posisi keuangan suatu perusahaan. Investasi merupakan unsur yang sangat penting
dalam perusahaan. Aktivitas investasi yang dilakukan oleh perusahaan akan dijadikan
sebagai dasar penilaian manajemen kas perusahaan.

Penilaian kinerja perusahaan ini sebagian atau seluruhnya dapat dinilai dari
penggunaan kas untuk investasi. Bagi perusahaan investasi adalah cara untuk
menempatkan kelebihan dana sedangkan untuk perusahaan lainnya investasi merupakan
sarana untuk mempererat hubungan bisnis atau memperoleh suatu keuntungan
perdagangan. Apapun motivasi perusahaan dalam melakukan investasi, investasi tetap
merupakan sarana dalam menentukan posisi keuangan perusahaan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang kami ambil adalah :

a. Bagaimana karakteristik dan metode atas investasi pada instrumen ekuitas ?


b. Bagaimana metode biaya dan nilai wajar ?
c. Bagaimana tentang metode ekuitas ?
d. Bagaimana tentang isu lain seputar metode ekuitas ?

1
1.3 TUJUAN PENULISAN
a. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik dan metode atas investasi pada
instrumen ekuitas.
b. Untuk mengetahui bagaimana metode biaya dan nilai wajar.
c. Untuk mengetahui metode ekuitas.
d. Untuk mengetahui isu lain seputar metode ekuitas.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KARAKTERISTIK DAN METODE ATAS INVESTASI PADA INSTRUMEN


EKUITAS

Karakteristik investasi pada instrument ekuitas


A. Definisi Instrumen Ekuitas Dan Investasi Pada Instrumen Ekuitas
Menurut PSAK 50 (Revisi 2014) InstrumentKeuangan : Penyajian, instrumen
ekuitas adalah setiap kontrak yang memberikan hak residualatas asset suatu antitas
setelah dikurangi dengan seluruh liabilitasnya. Pada Perseroan Terbatas , hak residual
ini terdapat pada sahamsehingga instrumen ekuitas yang akan dibahas pada bab ini
adalah saham biasa. Investasi pada instrumen ekuitas mencerminkan kepemilikan atas
sahamyang diterbitkan oleh entitas lain. Pada PSAK 50 ( Revisi 2014 ) dinyatakan
bahwa investasi pada instrument ekuitas yang diterbitkan entitas lain memenuhi definisi
instrument keuangan, yaitu asset keuangan. Pihak yang memperoleh kepemilikan saham
disebut investor sedangkan pihak yang menerbitkan saham disebut investee.
B. Karakteristik Saham
Menurut Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, saham
memberikan hak kepada pemiliknya untuk :
1. Menghadiri dan mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS).
2. Menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi.
3. Menjalankan hak lainnya berdasarkan undang-undang ini.
Hak suara yang dimiliki oleh investor memungkinkan investor memengaruhi
atau mengendalikan keputusan atau kebijakan pada Perseroan Terbatas. Karakteristik
inilah yang membedakan dengan investasi pada instrumen utang, dimana hak investor
pada instrument utang hanya sebatas penerimaan bunga dan pengembalian pokok utang.
Sedangkan hak investor atas investasi pada instrument ekuitas tidak hanya
sebatas penerimaan dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi. Dampak atas keberadaan
hak suara inilah yang menyebabkan pengaruh investor terhadap investeemenjadi
berbeda-beda.
Tingkat pengaruh investor atas investee dibahas dalam beberapa PSAK terkait
seperti PSAK 15 (Revisi 2014 ) Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama

3
dan PSAK 65 ( Revisi 2014 ) Laporan Keuangan Konsolidasian. Secara umum, tingkat
pengaruh tersebut dapat dibagi menjadi 4 seperti pada Gambar 2.1
GAMBAR 2.1
Tingkat Pengaruh atas Kepemilikan Saham

Berdasarkan Gambar 2.1, tingkat pengaruh secara umum dapat dibagi menjadi 4.
Dalam bab ini akan dibahas mengenai pengaruh signifikan. Sedangkan konsep
pengendalian bersama terjadi ketika keputusan mengenai aktivitas relevan
mensyaratkan persetujuan dengan suara bulat dari seluruh pihak yang berbagi
pengendalian. Jika suara bulat yang disyaratkan >50 (missal 70%), maka
memungkinkan investor dengan kepemilikan 60% tidak memiliki pengendalian,
melainkan pengendalian bersama.
C. Pengaruh Signifikan
Pengaruh signifikan oleh investor umumnya dapat dibuktikan dengan satu atau
lebih indikator berikut :
1. Keterwakilan dalam dewan direksi dan dewan komisaris atau organ setara
di investee
2. Partisipasi dalam proses pembuatan kebijakan, termasuk partisipasi dalam
pengambilan keputusan tentang dividen atau distribusi lainnya.
3. Adanya transaksi material antara entitas dengan investee.
4. Pertukaran personel manajerial
5. Penyediaan informasi teknis pokok.
Dalam menentukan pengaruh signifikan ataupun pengendalian harus
mempertimbangkan hak suara potensial yang berasal dari waran, opsi beli saham,
instrument utang atau instrument ekuitas yang dapat dikonversi menjadi saham biasa,

4
atau instrument sejenis lain yang mempunyai potensi untuk menambah hak suara
investor atau mengurangi hak suara investor lain. \
Contoh 2.1 Hak Suara Potensial
Investor A, B dan C memiliki saham investee masing – masing sebesar 18%, 15%, dan
12%. Sisanya dimiliki oleh beberapa investor D sebagai pemegang saham pengendali.
Jumlah lembar saham investee yang beredar adalah 1.000.000 lembar. Investor A dan B
masing – masing juga memiliki waran yang diterbitkan investee sebanyak 30.000 dan
20.000 lembar. Setiap lembar waran memiliki hak untuk membeli 1 lembar saham
investee pada harga yang telah ditentukan selama kurun waktu 3 tahun. Pada tahun ini
hak atas waran tersebut sudah dapat dilaksanakan.jika hanya mengacu kepada
persentase kepemilikan, maka investor A tidak memiliki pengaruh signifikan. Namun
hak suara potensial atas waran harus diperhitungkan sehingga persentasenya menjadi :
Tabel 2.1
Hak Suara Potensial
Lembar Saham
% Aktual Potensi Hak Suara Jumlah % Akhir
Investor A 18,0 180.000 30.000 210.000 20,0%
Investor B 15,0 150.000 20.000 170.000 16,2%
Investor C 12,0 120.000 - 120.000 11,4%
Investor D 55,0 550.000 - 550.000 52,4%
Jumlah 100 1.000.000 50.000 1.050.000 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa dengan memperhitungkan keberadaan waran, maka
persentase kepemilikan investor A berpotensi menjadi 20% sehingga berpotensi
memiliki pengaruh signifikan.

Metode Akuntansi Atas Investasi Pada Instrumen Ekuitas


A. Metode Biaya Dan Nilai Wajar
Dalam PSAK 55 (Revisi 2014), aset keuangan berupa investasi pada instrumen
ekuitas diukur pada nilai wajar, sedangkan investasi pada instrumen ekuitas yang tidak
memiliki kuotasi dan tidak diukur pada nilai wajar karena nilai wajarnya tidak dapat
diukur secara andal, dapat diukur pada biaya perolehan. Pada metode biaya, investasi
diakui dan diukur sebesar biaya perolehannya, sehingga jika tidak terdapat penambahan
atau penjualan sebagian atas investasi tersebut, maka nilai investasi tidak akan berubah

5
dan disajikan juga sebesar biaya perolehan. Karena acuan pengakuan, pengukuran, dan
penyajian adalah biaya perolehan, maka disebut dengan metode biaya.
Sementara itu pada metode nilai wajar investasi pada awalnya diakui sebesar biaya
perolehan. Namun, selanjutnya diukur pada nilai wajar dan disajikan pada nilai wajar
tanggal pelaporan. Oleh karena acuan pengukuran dan penyajian adalah nilai wajar,
maka disebut dengan metode nilai wajar. Pembahasan lebih dalam atas metode biaya
dan nilai wajar akan dipaparkan pada bagian berikutnya.
B. Metode Ekuitas
Entitas (investee) di mana investor mempunyai pengaruh signifikan disebut
antitas asosiasi. Pada metode akuitas , investasi pada awalnya diakui sebesar biaya
perolehan, namun selanjutnya diukur dan disajikan sesuai dengan nilai ekuitas entitas
asosiasi secara proporsional. Karena acuan pengukuran dan penyajian atas nilai tercatat
investasi adalah nilai ekuitas entitas asosiasi, maka disebut dengan metode ekuitas.

2.2 METODE BIAYA DAN NILAI WAJAR

A. Pengakuan dan pengukuran

Pada metode biaya, investasi pada awalnya diakui sebesar baiaya perolehan.
Setelah pengakuan awal, investasi tetap diukur pada biaya perolehan. Ketika investee
mengumumkan dividen, investor mengakuinya sebagai pendapatan secara proporsional
atas kepemilikan sahamnya. Nilai investasi denga metode biaya hanya berubah jika
ditambah, dijual atau mengalami penurunan nilai. Sedangkan pada metode nilai wajar,
perlakuan akuntansinya hampir sama denga metode biaya, kecuali setelah pengakuan
awal, investasi diukur pada nilai wajar.
Contoh 2.2 Metode Biaya dan Nilai Wajar
Pada tanggal 10 Januari 2015, Investor A memiliki investasi sebesar 20% atas
saham beredar investee dengan biaya perolehan Rp 300.000.000. setelah dilakukan
analisis atas kepemilikan tersebut, Investor A tidak memiliki pengaruh signifikan atas
investee. Selama tahun 2015, investee membagikan dividen pada tanggal 1 April
sebesar Rp 100.000.000 dan melaporkan laba bersih sebesar Rp 200.000.000. Pada
akhir tahun 2015, nilai wajar saham investee adalah Rp 110 per lembar. Jumlah saham
beredar investee selama tahun 2015 adalah 15.000.000 lembar.

6
Ketika perolehan awal, Investor A mengakui investasi sebesar biaya perolehan
dengan jurnal :
10 Januari 2015
Investasi 300.000.000
Kas 300.000.000
Mencatat perolehan awal investasi
Jika investor A menggunakan metode nilai wajar, maka investasi tersebut harus
diklasifikasikan lebih lanjut sebagai Nilai Wajar melalui Laba Rugi sesuai dalam PSAK
55 (Revisi 2014). Pada saat investee mengumumkan dividen, Investor A mengakuinya
sebagai pendapatan sebesar 20% x Rp 100.000.000 dengan jurnal :
1 April 2015
Piutang Dividen 20.000.000
Pendapatan Dividen 20.000.000
Mencatat pengakuan pendapatan dividen
Ketika dividen diterima, maka diakui kas akan menghapus piutang dividen. Jika
investor A menggunakan metode biaya, maka nilai investasi tetap diukur pada biaya
perolehannya, sehingga sampai akhir tahun 2015 nilai tercatat investasi tidak berubah.
Jika menggunakan metode nilai wajar investasi akan diukur sebagai nilai wajar pada
tanggal pelaporan. Jika investor A menyusun laporan keuangan pada akhir tahun 2015,
maka diperlukan penyesuaian atas nilai wajar dengan jurnal berikut :
31 Desember 2015
Investasi 30.000.000
Keuntungan (Kerugian) Selisih Nilai Wajar 30.000.000
Mencatat pengakuan keuntungan selisih nilai wajar

B. Penyajian dan Pengungkapan


Pada metode biaya, investasi disajikan tetap sebesar biaya perolehan yang juga
merupakan nilai tercatatnya. Sedangkan pada metode nilai wajar, nilai tercatat investasi
disesuaikan terhadap nilai wajar pada tanggal pelaporan sesuai ketentuan pada PSAK 55
(Revisi 2014).

7
ILUSTRASI 2.1
Penyajian Investasi dengan Metode Biaya atau Nilai Wajar
2013 Catatan / Notes 2012
ASET
Investasi 8
Deposito Berjangka 117.693.908 19,21,37,40 78.994.036
Efek Ekuitas diperdagangkan 405.537 21,29,37 2.346.906
Efek tersedia untuk dijual
Efek ekuitas 1.332.847 21,37 1.588.251
Efek Utang 22.090.610 21,37,40 16.635.400
Sukuk 7.767.800 7.238.200
Properti investasi 17.825.800 29,40 39.782.932
Penyertaan lain 417.900 21,37 417.900

ILUSTRASI 2.2
Pengungkapan Investasi dengan Metode Biaya / Nilai Wajar
Aset Keuangan
(1)Aset Keuangan yang diukur pada Nilai Aset keuangan yang diukur pada nilai
Wajar melalui Laporan Laba Rugi wajar melalui laporan posisi keuangan
Aset Keuangan yang diukur pada nilai konsolidasian pada nilai wajarnya.
wajar melalui laporan laba rugi meliputi Perubahan nilai wajar langsung diakui
aset keuangan dalam kelompok dalam laporan laba rugi komprehensif
diperdagangkan dan aset keuangan konsolidasian. Bunga yang diperoleh
yang pada saat pengakuan awal dicatat sebagai pendapatan bunga,
ditetapkan untuk diukur pada nilai sedangkan pendapatan dividen dicatat
wajar melalui laporan Laba Rugi. Aset sebagai bagian dari pendapatan lain –
keuangan diklasifikasikan dalam lain sesuai dengan persyaratan dalam
kelompok dimiliki untuk kontrak, atau pada saat hak untuk
diperdagangkan apabila aset keuangan memperoleh pembayaran atas dividen
tersebut diperoleh terutama untuk tersebut telah ditetapkan.
tujuan dijual kembali dalam waktu
dekat.

8
Efek Ekuitas Diperdagangkan – Nilai Wajar
2013
Jumlah Nilai Nilai Keuntungan
Saham Perolehan Wajar (kerugain) yang
belum direalisasi
PT International Nickel Tbk 67.500 158.625 178.875 20.250
PT Bank CIMB Niaga Tbk 71.500 78.650 65.780 (12.870)
PT Bank Danamon Tbk 12.501 70.631 47.191 (23.440)
PT Timah (Persero) Tbk 35.000 53.900 56.000 2.100
PT Antam Tbk 32.500 41.600 35.425 (6.175)
PT Bumi Resources Tbk 60.000 35.400 18.000 (17.400)
PT Bakrie Sumatera 74.500 6.929 3.725 (3.204)
Plantations Tbk
PT Toba Pulp Lestari Tbk 450 630 495 (135)
PT Bank Artha Graha Tbk 500 56 46 (10)
Jumlah 354.451 446.421 405.537 (40.884)

2.3 METODE EKUITAS


A. Pengakuan dan Pengukuran

Berdasarkan PSAK 15 (Revisi 2014) , investasi denga metode ekuitas pada


awalnya diakui sebesar biaya perolehan. Setelah pengakuan awal, investasi diukur
secaraproporsional terhadap nilai ekuitas entitas asosiasi. Perubahan atas nilai ekuitas
entitas asosiasi di antaranya dapat terjadi akibat :

1. Pengakuan laba atau rugi bersih entitas asosiasi (meningkat atau menurun)
2. Pembagian dividen oleh entitas asosiasi (menurun)
3. Pengakuan penghasilan komprehensif lain oleh entitas asosiasi (meningkat
atau menurun)
Dengan demikian, investor menurunkan nilai tercatat investasinya secara
proporsional karena nilai ekuitas entitas asosiasi turun jika dividen diumumkan.
Sebaliknya, nilai tercatat investasiakan meningkat secara proporsional karena nilai
ekuitas entitas asosiasi meningkat jika laba bersih diakui. Demikian juga entitas asosiasi
mengakui penghasilan komprehensif lain yang bersifat laba (rugi), maka nilai ekuitas
entitas asosiasi naik (turun) sehingga nilai tercatat investasi menjadi meningkat (turun)

9
secara proporsional. Nilai tercatat investasi juga dapat turun akibat penurunan nilai,
seperti halnya aset pada umunya.
Contoh 2.3 Metode Ekuitas
Pada tanggal 10 Januari 2015, investor A memiliki investasi sebesar 20% atas
saham beredar investee dengan biaya perolehan Rp 300.000.000. Setelah dilakukan
analisis atas kepemilikan tersebut, investor A memiliki pengaruh signifikan atas
investee. Selama tahun 2015, investee membagikan dividen pada tanggal 1 April
sebesar Rp 100.000.000, melaporkan laba bersih sebesar Rp 200.000.000, dan mengakui
surplus revaluasi atas aset tetap senilai Rp 30.000.000.
Ketika perolehan awal, investor A mengakui investasi sebesar biaya perolehan
dengan jurnal :
10 Januari 2015
Investasi pada Entitas Asosiasi 300.000.000
Kas 300.000.000
Mencatat pengakuan perolehan awal investasi
Pada saat investee mengumumkan dividen, investor A tidak mengakuinya
sebagai pendapatan melainkan mengurangi nilai tercatat investasi sebesar 20% x Rp
100.000.000 dengan jurnal :
1 April 2015
Piutang Dividen 300.000.000
Investasi pada Entitas Asosiasi 300.000.000
Mencatat pengakuan piutang atas pembagian dividen
Ketika dividen diterima, maka diakui kas akan menghapus piutang dividen.
Pengakuan bagian laba bersih oleh investee mengakibatkan nilai ekuitasnya meningkat
sehingga investor juga meningkatkan nilai tercatat investasinya sebesar Rp 40.000.000
(20% x Rp 200.000.000) dengan jurnal :
31 Desember 2015
Investasi pada Entitas Asosiasi 40.000.000
Bagian Laba Entitas Asosiasi 40.000.000
Mencatat pengakuan bagian laba atas entitas asosiasi
Sedangkan pengakuan surplus revaluasi atas aset tetap oleh investee juga
mengakibatkan peningkatan nilai ekuitas, sehingga investor juga mengakui peningkatan
nilai tercatat investasi sebesar Rp 6.000.000 (20% x Rp 30.000.000) jurnal :

10
31 Desember 2015
Investasi pada Entitas Asosiasi 6.000.000
Penghasilan Komprehensif Lain 6.000.000
Mencatat pengakuan perolehan awal investasi
Nilai tercatat investasi akhir tahun 2015 menjadi Rp 326.000.000 (300.000.000 –
20.000.000 + 40.000.000 + 6.000.000)

Perolehan pada Periode Interim


Jika perolehan investasi dilakukan pada periode interim, misal tanggal 1 April 2015,
maka bagian atas laba bersih yang dilaporkan investee hanya diakui oleh investor A
untuk periode 1 April 2015 hingga 31 Desember 2015 saja. Sedangkan pengakuan
penerimaan dividen tidak dipengaruhi tanggal perolehan sepanjang investor A masih
memiliki hak atas dividen tersebut.
Tabel 2.2
Perbandingan Jurnal pada Metode Biaya, Nilai Wajar, dan Ekuitas
Transaksi Metode Biaya Metode Nilai Wajar Metode Ekuitas
Perolehan Investas Investasi Investasi pada Entitas
Kas Kas Asosiasi
Kas
Penerimaan Kas Kas Kas
Dividen Pendapatan Dividen Pendapatan Dividen Investasi pada Entitas
Asosiasi
Laba Bersih Tidak Ada Tidak Ada Investasi pada Entitas
Investee Asosiasi
Bagian Laba Entitas
Asosiasi
Rugi Bersih Tidak Ada Tidak Ada Bagian Laba Entitas
Investee Asosiasi
Investasi pada Entitas
Asosiasi
Penghasilam Tidak Ada Tidak Ada Investasi pada Entitas
Komprehensif Lain Asosiasi
Investee Penghasilan
Komprehensif Lain
Rugi Tidak Ada Tidak Ada Penghasilan Komprehensif
Komprehensif Lain Lain
Investee Investasi pada Entitas
Asosiasi
Penyesuaian Tidak Ada Investasi Tidak Ada
Nilai Wajar Keuntungan Selisih
Keuntungan Nilai Wajar
Penyesuaian Tidak Ada Kerugian Selisih Nilai Tidak Ada
Nilai Wajar Wajar
Kerugian Investasi

11
B. Alokasi Selisih atas Biaya Perolehan Investasi
Biaya perolehan investasi biasa berbeda dengan proporsi atas nilai tercatat ekuitas
atau nilai wajar aset neto. PSAK 15 (Revisi 2014) menyatakan bahwa pada saat
perolehan investasi, setiap selisih antara biaya perolehan investasi dengan bagian entitas
atas nilai wajar neto aset dan liabilitas teridentifikasi dari investee dicatat dengan cara
sebagai berikut :
1. Goodwill yang terkait dengan entitas asosiasi termasuk dalam jumlah
tercatat investasi. Amortisasi goodwill tersebut tidak diperkenankan.
2. Setiap selisih lebih bagian entitas atas nilai wajar neto aset dan liabilitas
teridentifikasi dari investee terhadap biaya perolehan investasi dimasukkan
sebagai penghasilan dalam menentukan bagian entitas atas laba rugi entitas
asosiasi atau ventura bersama pada periode investasi diperoleh.

Contoh 2.4 Alokasi selisih atas biaya perolehan investasi


Pada tanggal 10 Januari 2015, Investor B memiliki investasi dengan kepemilikan 40%
atas saham investee. Biaya perolehan investasi tersebut sebesar Rp. 430.000.000 dan
ekuitas investee saat itu terdiri dari saham biasa dan saldo laba yang masing-masing
nilainya Rp. 800.000.000 dan Rp. 200.000.000. selama tahun 2015, investee
membagikan dividen pada tanggal 1 April sebesar Rp. 40.000.000, melaporkan laba
bersih sebesar Rp. 100.000.000. nilai tercatat aset dan liabilitas teridentifikasi pada
umumnya sama dengan nilai wajarnya, kecuali unuk aset dan liabilitas pada Tabel 2.3.
persediaan diperkirakan akan terjual semua pada tahun 2015. Mesin memiliki sisa masa
manfaat 4 tahun. Utang bank akan jatuh tempo selama 4 tahun lagi.

TABEL 2.3
Perbandingan Nilai Tercatat dengan Nilai Wajar
Akun Nilai Tercatat Nilai Wajar
Persediaan 50.000.000 55.000.000
Tanah 500.000.000 600.000.000
Mesin-nilai neto 200.000.000 160.000.000
Utang bank 300.000.000 330.000.000

12
Langkah pertama adalah menganalisis apakah terdapat selisih antara biaya perolehan
dengan proporsi nilai ekuitas dan nilai wajar aset neto. Caranya adalah dengan membuat
perhitungan sebagai berikut.
Keterangan Jumlah
Biaya Perolehan 430.000.000
Nilai tercatat ekuitas (40% x 1.000.000.000) 400.000.000
Selisih (Differential) 30.000.000

Alokasi Total Selisih Proporsi Selisih Amortisasi


Persediaan 5.000.000 2.000.000 (2.000.000)
Tanah 100.000.000 40.000.000 -
Mesin (40.000.000) (16.000.000) 4.000.000
Utang Bank (30.000.000) (12.000.000) 3.000.000
Goodwill 16.000.000 -
Jumlah Alokasi 30.000.000

Selisih antara biaya perolehan dengan produksi nilai tercatat ekuitas investee
(differential ) adalah Rp. 30.000.000. Selisih ini harus dialokasikan terhadap aset dan
liabilitas teridentifikasi, yaitu yang berbeda antara nilai tercatat dan nilai wajarnya.
Dalam hal ini adalah persediaan, tanah, mesin dan utang bank. Jika masih terdapat sisa
atas alokasi, maka diakui sebagai goodwill. Alternatif untuk menghitung goodwill
adalah dengan membandingkan biaya perolehan dengan proporsi nilai wajar aset neto
investee. Jika nilai tercatat aset bersih (ekuitas) adalah Rp. 1.000.000.000 dan selisih
nilai wajar dengan nilai tercatat keseluruhan adalah Rp. 35.000.000, maka nilai wajar
aset neto menjadi Rp. 1.035.000.000. Nilai goodwill adalah Rp. 430.000.000 – Rp.
414.000.000 (40% x Rp. 1.035.000.000 ) = Rp. 16.000.000.
Alokasi terhadap aset teridentifikasi akan bernilai positif jika nilai wajarnya lebih tinggi
dibandingkan nilai tercatat, dan sebaliknya. Alokasi terhadap liabilitas teridentifikasi
akan bernilai negatif jika nilai wajarnya lebih tinggi dibandingkan nilai tercatat dan
sebaliknya.

13
Langkah selanjutnya adalah membuat jurnal selama tahun 2015, yaitu jurnal perolehan
investasi :
10 Januari 2015
Investasi pada Entitas Asosiasi 430.000.000
Kas 430.000.000
Mencatat pengakuan investasi awal

Pada saat investee mengumumkan dividen, Investor B mengurangi nilai tercatat


investasi sebesar 40% x Rp. 40.000.000 dengan jurnal :
1 April 2015
Piutang Dividen 16.000.000
Investasi pada Entitas Asosiasi 16.000.000
Mencatat pengakuan piutang atas pembagian dividen

Pengakuan laba bersih oleh investee mengakibatkan nilai ekuitasnya meningkat


sehingga investor juga meningkatkan nilai tercatat investasinya sebesar Rp.40.000.000
(40% x Rp. 100.000.000 ) dengan jurnal :
31 Desember 2015
Investasi pada Entitas Asosiasi 40.000.000
Bagian Laba atas Entitas Asosiasi 40.000.000
Mencatat pengakuan bagian laba atas entitas asosiasi

Amortisasi atas alokasi ke persediaan dilakukan sekaligus karena persediaan


diperkirakan terjual semua tahun 2015. Alokasi atas persediaan bernilai posistif,
sehingga amortisasinya bernilai negatif. Amortisasi negatif berarti dilakukan dengan
menurunkan nilai tercatat investasi, dan sebaliknya. Berikut jurnal terkait amortisasi
sekaligus atas alokasi kepersediaan :
31 Desember 2015
Bagian Laba Entitas Asosiasi 2.000.000
Investasi pada Entitas Asosiasi 2.000.000
Mencatat amortisasi atas alokasi terhadap persediaan.

14
Amortisasi atas alokasi ke mesin dilakukan selama 4 tahun yaitu Rp. 4.000.000 per
tahun. Alokasi atas mesin bernilai negatif, sehingga amortisasinya bernilai positif.
Berikut jurnal terkait amortisasi atas alokasi pada mesin :
31 Desember 2015
Investasi pada Entitas Asosiasi 4.000.000
Bagian Laba atas Entitas Asosiasi 4.000.000
Mencatat amortisasi atas alokasi terhadap mesin.

Amortisasi atas alokasi ke utang bank dilakukan selama 4 tahun yaitu Rp. 3.000.000 per
tahun. Alokasi atas utang Bank bernilai negatif, sehingga nilai amortisasinya bernilai
positif. berikut jurnal terkait amortisasi atas alokasi pada utang bank
31 Desember 2015
Investasi pada Entitas Asosiasi 3.000.000
Bagian Laba atas Entitas Asosiasi 3.000.000
Mencatat amortisasi atas alokasi terhadap mesin.

Jurnal amortisasi atas alokasi di atas dapat juga digabung menjadi satu jurnal agar lebih
praktis. Nilai tercatat investasi pada akhir tahun 2015 menjadi Rp. 459.000.000 yaitu :
Saldo awal 430.000.000
Dividen diterima (16.000.000)
Bagian laba entitas asosiasi 40.000.000
Amortisasi atas alokasi persediaan (2.000.000)
Amortisasi atas alokasi mesin 4.000.000
Amortisasi atas alokasi utang bank 3.000.000
Saldo akhir 459.000.000

Nilai tercatat investasi tersebut akan menjadi nilai tercatat awal tahun 2016. Saldo
bagian laba atas entitas asosiasi yang diakui tahun 2015 adalah Rp. 45.000.000 yaitu :
Bagian laba entitas asosiasi 40.000.000
Amortisasi atas alokasi persediaan (2.000.000)
Amortisasi atas alokasi mesin 4.000.000
Amortisasi atas alokasi utang bank 3.000.000
Saldo akhir 45.000.000

15
Pendapatan tersebut diakui di Laporan Laba Rugi dan tidak diakumulasikan pada tahun-
tahun berikutnya.
Untuk tahun-tahun berikutnya, penyesuaian yang sama tetap dilakukan atas alokasi ke
mesin dan utang bank sampai habis masa manfaat atau jangka waktunya. Sedangkan
alokasi ke tanah akan diakui di Investor B jika tanah tersebut dijual investee ke pihak
lain. Gambaran secara umum atas alokasi dan perhitungan nilai tercatat investasi pada
contoh di atas dapat dilihat pada gambar 2.2.

GAMBAR 2.2
Alokasi Nilai Tercatat Investasi pada Entitas Asosiasi
+

Awal 2015 Akhir 2015 Akhir 2016

Goodwill
16.000.000
Goodwill Goodwill
16.000.000 16.000.000
Persedian
2.000.000
Tanah Tanah
40.000.000 40.000.000
Tanah
40.000.000
Proporsi atas Ekuitas Proporsi atas Ekuitas
Investee Investee
Proporsi atas
400.000.000- 424.000.000-
Ekuitas
16.000.000+40.000.000= 16.000.000+40.000.000=
Investee
424.000.000 448.000.000
400.000.000
0
Mesin Mesin Mesin
(16.000.000) (12.000.000) (8.000.000)

Utang Bank Utang Bank Utang Bank


(12.000.000) (9.000.000) (6.000.000)

Gambar 2.2 menunjukkan bahwa aortisasi atas alokasi kepersediaan akan menurunkan
nilai tercatat investasi tahun 2015, sedangkan amortisasi atas alokasi ke mesin dan utang
bank meningkatkan nilai tercatat investasi karena nilai negatif yang semakin kecil.

16
Proporsi atas ekuitas investee meningkat Rp. 24.000.000 (40% x (Rp.100.000.000-
Rp.40.000.000)) karena pengakuan laba bersih dan dividen oleh investee.
Pada tahun 2016, jika laba dan dividen investee sama dengan tahun 2015, maka prporsi
atas ekuitas meningkatRp. 24.000.000 menjadi Rp.448.000.000 sehingga meningkatkan
nilai tercatat investasi. Amortisasi atas alokasi ke mesin dan utang bank juga
meningkatkan nilai tercatat investasi karena nilai negatif yang semakin kecil.

C. Penghentian Pengakuan
Investor menghentikan penggunaan metode ekuitas sejak tanggal investasinya berhenti
menjadi investasi pada entitas asosiasi (hilangnya pengaruh signifikan), yaitu ketika :

1. Investasi menjadi investasi pada anak perusahaan, maka investor mencatat investasinya
sesuai dengan PSAK 22 (Revisi 2010) dan PSAK 65.
2. Menjual sebagian investasinya dan sisa kepentingan dalam entitas asosiasi merupakan
aset keuangan, maka investor mengukur sisa kepentingan tersebut pada nilai wajar
sesuai PSAK 55 (Revisi 2014). Investor mengakui dalam laba rugi selisih apa pun
antara :
a. Nilai wajar sisa kepentingan apa pun dan hasil apa pun dari epelepasan sebagian
kepentingan pada entitas asosiasi atau ventura bersama ; dan
b. Jumlah tercatat investasi pada tanggal penggunaan metode ekuitas dihentikan.

Ketika investor menghentikan penggunaan metode ekuitas, maka seluruh jumlah yang
sebelumnya telah diakui oleh investor dalam penghasilan komprehensif lain direklasifikasi dari
ekuitas ke laporan laba rugi. Jika bagian kepemilikan investor pada entitas asosiasi berkurang,
tetapi investor tetap menerapkan metode ekuitas, maka investor mereklasifikasi ke laba rugi
proporsi keuntungan atau kerugian yang telah diakui sebelumnya dalam penghasilan
komprehensif lain.

Contoh 2.5 Penghentian Pengakuan

Pada tanggal 1 Juli 2015, investor C memiliki saldo akhir investasi pada entitas asosiasi sebesar
Rp. 600.000.000 dan pada tanggal tersebut investor C menjual sepertiganya seharga Rp.
220.000.000. akibat penjualan tersebut, investor C kehilangan pengaruh signifikan terhadap
entitas asosiasi. Sisa investasi memiliki nilai wajar Rp. 440.000.000.

Atas penjualan tersebut, investor C mengakui keuntungan di Laporan Laba Rugi sebesar :

Harga Jual (1/3) 220.000.000

17
Nilai wajar sisa investasi 440.000.000
Nilai wajar keseluruhan 660.000.000
Nilai tercatat investasi 600.000.000
Keuntungan 60.000.000
Keuntungan Rp. 60.000.000 terdiri dari keuntungan atas bagian yang dijual Rp.
20.000.000 (220.000.000 – 200.000.000) dan keuntungan atas penyesuaian nilai wajar sisa
investasi Rp. 40.000.000 (440.000.000 – 400.000.000).

D. Penyajian dan Pengungkapan


Pada metode ekuitas,investasi disajikan pada nilai tercatatnya. Sedangkan Bagian Laba atas
entitas asosiasi di sajikan dalam Laporan Laba Rugi dalam pos tersendiri. Berikut contoh
penyajian dan pengungkapan atas investasi dengan metode biaya dan nilai wajar.

ILUSTRASI 2.3
Penyajian Investasi pada Entitas Asosiasi
ASET Catatan/Notes 2013 2012
Aset tidak lancar 7 25,863 20,474
Piutang pembiayaan, setelah dikurangi penyisihan
piutang ragu – ragu sebesar 1.340 (2012 : 1.056)
Piutang lain – lain, setelah dikurangi penyisihan
piutang ragu – ragu sebesar nihil (2012 : nihil):
- Pihak berelasi 8,34h 702 5,45
- Pihak ketiga 8 2,687 1,168
Investasi pada entitas asosiasi 11 4,919 3,926
Investasi pada pengendalian bersama entitas 12 18,951 15,875
Sumber : Laporan keuangan Konsolidasian PT Astra International Tbk tahun 2013.

18
ILUSTRASI 2.4
Penyajian Bagian Laba atas Entitas Asosiasi
2013 Catatan/Notes 2012
Pendapatan bersih 193.880 30 188.053
Beban pokok pendapatan (158.569) 31 (151.853)
Laba bruto 35.311 36.200
Beban penjualan (8.163) 31 (7.886)
Beban umum dan administrasi (8.545) 31 (8.444)
Penghasilan bunga 943 691
Beban bunga (1.109) (1.021)
Kerugian seluruh kurs, bersih (751) (215)
Penghasilan lain – lain 3.949 32 3.011
Beban lain – lain (409) (114)
Bagian atas hasil bersih entitas asosiasi 1.303 11 1.112
Bagian atas hasil bersih pengendalian 4.994 12 4.564
bersama entitas
Laba sebelum pajak penghasilan 27.523 27.898
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasian PT Astra International Tbk tahun 2013.

Pengungkapan yang disyaratkan PSAK 67 Pengungkapan Kepentingan dalam Entitas Lain


terkait investasi pada entitas asosiasi adalah untuk setiap entitas asosiasi yang material bagi
entitas pelapor :

1. Nama pengaturan bersama atu entitas asosiasi;


2. Sifat hubungan entitas dengan pengaturan bersama atau entitas asosiasi (sebagi contoh,
dengan menggambarkan sifat aktivitas pengaturan bersama dan entitas asosiasi dan
apakah mereka strategis terhadap aktivitas entitas);
3. Lokasi utama kegiatan usaha (dan negara tempat pendirian, jika dpat diterapkan dan
berbeda dari lokasi utama kegiatan usaha) pengaturan bersama atau entitas asosiasi;
4. Proporsi bagian kepentingan atau penyertaan modal yang dimiliki oleh entitas dan, jika
berbeda, proporsi hak suara yang dimiliki (jika dapat diterapkan).

19
ILUSTRASI 2.5
Pengungkapan Investasi pada Entitas Asosiasi
11. Investasi pada Entitas Asosiasi
2013
% Pada Bagian Pendapatan Pada
Investee
kepemilikan awal atas hasil komprehensif Dividen Penambahan akhir
efektif tahun bersih lain tahun
PT Astra Daihatsu 31,87 2.879 1.160 (1) (342) - 3.696
Motor
PT Denso 20,53 558 98 (1) (40) - 615
Indonesia
PT Bukit Enim 11,90 183 - - - - 183
Energi
PT Komatsu 29,15 133 60 (10) (21) - 162
Remanufacturing
Asia
PT TD Automotive 20,56 51 (14) - - 94 131
Compressor
Indonesia
Lain – lain (masing 122 (1) 7 (3) 7 132
– masing di bawah
Rp 50 miliar)
3,926 1,303 (5) (406) 101 4,919

2012
% Pada Bagian Pendapatan
Investee Pada akhir
kepemilikan awal atas hasil komprehensif Dividen Penambahan
tahun
efektif tahun bersih lain
PT Astra Daihatsu 31,87 2.296 898 (15) (300) - 2.879
Motor
PT Denso 24,55 433 162 (7) (30) - 558
Indonesia
PT Bukit Enim 11,90 183 - - - - 183
Energi
PT Komatsu 29,15 96 48 (4) (7) - 133
Remanufacturing
Asia
PT TD Automotive 24,58 46 6 (1) - - 51
Compressor
Indonesia
Lain – lain (masing 123 (2) 1 (5) 5 122
– masing di bawah
Rp 50 miliar)
3.177 1.112 (26) (342) 5 3.926

20
2.4 ISU LAIN SEPUTAR METODE EKUITAS

A. Nilai tercatat Investasi Negatif pada Metode Ekuitas

Jika nilai tercatat investasi menjadi nol atau negatif akibat bagian investor
terhadap rugi entitas asosiasi sama dengan atau melebihi kepentingannya pada entitas
asosiasi, maka investor menghentikan pengakuan bagiannya atas rugi lebih lanjut.
Setelah kepentingan entitas dikurangkan menjadi nol, tambahan kerugian dicadangkan.
Jika entitas asosiasi pada periode selanjutnya melaporkan laba, maka investor mulai
mengakui bagiannya atas laba tersebut hanya setelah bagiannya atas laba tersebut sama
dengan bagian atas laba rugi yang belum diakui (dicadangkan).

Contoh 2.6 Nilai Tercatat Investasi Negatif

Pada awal tahun 2015, investor D memiliki investasi sebesar 40% atas saham beredar
entitas asosiasi dengan nilai tercatat Rp 200.000.000. selama tahun 2015, investee
membagikan dividen pada tanggal 1 April sebesar Rp 100.000.000, melaporkan rugi
bersih sebesar Rp 450.000.000.

Pada saat entitas asosiasi mengumumkan dividen, investor D mengurangi nilai tercatat
investasi sebesar 40% x Rp 100.000.000 dengan jurnal :

1 April 2015

Piutang Dividen 40.000.000


Investasi pada Entitas Asosiasi 40.000.000
Mencatat pengakuan piutang atas pengumuman dividen

Pengakuan bagian rugi bersih entitas asosiasi mengakibatkan menurunnya nilai


tercatat investasinya sebesar Rp 180.000.000 (40% x Rp 450.000.000). namun nilai
tercatat investasi terkini adalah Rp 160.000.000 (Rp 200.000.000 – Rp 40.000.000)
sehinggan investor D hanya bisa mengurangi nilai tercatat investasinya sebesar Rp
160.000.000 samapi menjadi nol dan sisa Rp 20.000.000 dicadangkan. Jurnal yang
dicatat investor D adalah :

21
31 Desember 2015

Bagian Laba atas Entitas Asosiasi 160.000.000


Investasi pada Entitas Asosiasi 160.000.000
Jika terjadi rugi lebih lanjut atas entitas asosiasi pada tahun 2016, investor C
tidak mengakui kerugian tersebut namun masih mencadangkannya. Sebaliknya, jika
pada tahun 2016 entitas asosiasi mengumumkan laba bersih Rp 80.000.000 maka
investor D hanya mengakui kenaikan investasi sebesar Rp 12.000.000 yaitu sebesar
bagianlaba yang seharusnya (40% x Rp 80.000.000) dikurangi cadangan kerugian tahun
2015 (Rp 20.000.000).

B. Transaksi Hulu dan Hilir

Dalam praktiknya, banyak terjadi transaksi antara investor dengan entitas asosiasi.
Transaksi tersebut dapat berupa jual beli aset ataupun jasa yang menghasilkan
keuntungan atau kerugian. Jika investor bertindak sebagai pihak penjual dan entitas
asosiasi sebagai pembeli maka transaksi tersebut disebut transaksi hulu, dan jika
sebaliknya disebut transaksi hilir. Keuntungan dan kerugian yang dihasilkan dari
transaksi hulu dan hilir antara investor dan entitas asosiasinya diakui dalam laporan
keuangan investor tersebut hanya sebesar bagian investor lain dalam entitas asosiasi.
Bagian investor atas keuntungan atau kerugian entitas asosiasi yang dihasilkan dari
transaksi tersebut dieliminasi. Contoh transaksi hilir adalah penjualan aset dari entitas
asosiasi kepada investor. Contoh transaksi hulu adalah penjualan aset dari investor
kepada entitas asosiasinya.

Contoh 2.7 Transaksi Hulu dan Hilir

PT Investee adalah entitas asosiasi dari investor dengan kepemilikan 40 %. Pada tahun
2015, PT Investee menjual persediaan kepada investor (Transaksi hilir) dengan
keuntungan Rp 20.000.000. Sampai dengan akhir tahun 2015, 20% atas persediaan
tersebut belum terjual oleh PT Investee kepada pihak ketiga. Keuntungan Rp
20.000.000 sudah diperhitungkan dalam laba bersih yang dilaporkan PT Investee.
Keuntungan belum terealisasi bagi investor adalah sebagai berikut :

Total keuntungan 25.000.000


Belum terealisasi 20%
Keuntungan belum terealisasi 5.000.000

22
Bagian Investor (40%) 2.000.000

Keuntungan belum terealisasi adalah Rp 5.000.000, namun karena transaksi hulu di


mana PT Investee hanya dimiliki 40% oleh investor, maka bagian investor atas
keuntungan tersebut, yaitu Rp 2.000.000, harus dieliminasi dengan jurnal :

31 Desember 2015

Bagian Laba atas Entitas Asosiasi 2.000.000


Investasi pada Entitas Asosiasi 2.000.000
Mencatat keuntungan belum direalisasi atas transaksi hulu

Jika yang terjadi pada transaksi tersebut adalah transaksi hulu, yaitu penjualan dari
investor ke entitas asosiasi, maka seluruh keuntungan yang belum terealisasi sebesar Rp
5.000.000 adalah bagian (hak) investor, sehingga seluruh bagian investor tersebut
dieliminasi dengan jurnal :

31 Desember 2015

Bagian Laba atas Entitas Asosiasi 5.000.000


Investasi pada Entitas Asosiasi 5.000.000
Mencatat keuntungan belum direalisasi atas transaksi hilir

Dapat disimpulkan bahwa jurnal investasi yang dicatat oleh investor atas entitas asosiasi
dapat meliputi ;

1. Investasi awal saat pemerolehan.


2. Pengumuman dividen oleh entitas asosiasi.
3. Pengumuman laba bersih oleh entitas asosiasi.
4. Amortisasi atas selisih nilai wajar neto aset dan liabilitas teridentifikasi dari
investee terhadap biaya perolehan investasi.
5. Transaksi hulu dan hilir.
6. Penurunan nilai.

23
DAFTAR PUSTAKA
Martani, dwi dkk, Akuntansi Keuangan Lanjutan 1;Salemba Empat, Jakarta 2017

24
25

Anda mungkin juga menyukai